Pages

Senin, Juni 16, 2014

Kegelisahan Chappy Hakim

Marsekal TNI (Purn) Chappy Hakim bersama Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kompas. com/Indra Akuntono)

JAKARTA-(IDB) : Tokoh militer Indonesia, Chappy Hakim, memiliki kegelisahan tersendiri terhadap perwira angkatan perang negeri saat ini, terutama setelah merebaknya kasus bocornya surat Dewan Kehormatan Perwira (DKP) tentang pemecatan salah satu prajurit, Prabowo Subianto, 16 tahun silam. Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara periode 2002-2005 itu menuangkannya dalam sebuah artikel di laman blog pribadinya, www.chappyhakim.com, yang diunggahnya pada Sabtu (14/6/2014).


Dalam tulisan berjudul “Tangan yang Sudah Mulai Keriput” itu, peraih beberapa penghargaan satyalencana ini membuka tulisan dengan nostalgia mengingat tangan keriput ayahnya yang kini juga ia lihat di punggung tangannya. Keriput, baginya menandakan ketuaan dan berumur.


“Tidak terasa, sudah lebih kurang 10 tahun saya pensiun setelah berkiprah lebih dari 30 tahun sebagai Perwira Angkatan Perang Negeri ini. Sekarang, terminologi yang digunakan secara umum bagi orang-orang seperti saya , yang sudah pensiun adalah “purnawirawan”. Bijaksana adalah hal yang sangat didambakan dari mereka yang telah berumur. Bijak dalam bertindak dan bijak dalam berbicara sehingga patut diteladani oleh mereka yang jauh lebih muda,” tulisnya pada bagian pembuka.


Lulusan Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bagian Udara ini menganggap Akabri sebagai lembaga pendidikan Tinggi yang sangat terhormat, yang ia junjung tinggi, membanggakan, dan telah menghasilkan begitu banyak perwira dengan segudang prestasi pengabdiannya kepada negeri tercinta. Satu lembaga pendidikan perwira militer yang cukup disegani, bahkan di pentas global sekalipun.


Empat tahun ia digembleng di Kawah Candradimuka yang bernama Akabri. Dalam perjalanan karier, ia menjabat sebagai “Komandan Wing” (Resimen) Taruna Akademi Angkatan Udara, Gubernur Akademi Angkatan Udara, dan juga sebagai Komandan Jenderal Akademi TNI.


“Saya mengenal betul dan sangat mencintai almamater yang sekali lagi ‘sangat terhormat dan membanggakan’ itu,” ungkapnya.


Kegelisahannya bermula saat di berbagai media, menurut dia, demikian vulgar para lulusannya kini, terutama para purnawirawan, telah saling melemparkan banyak hal negatif dan bahkan membuka data-data yang seyogianya tersimpan rapi di dalam “personal data” masing-masing dan di dalam lemari instansi yang terhormat.


Menurut Chappy, perebutan kekuasaan telah memporakporandakan “keperwiraan” dan sifat “kesatria” purnawirawan. Membuka aib prajurit baginya akan membuat cemar lembaga pendidikan yang seharusnya dijunjung tinggi kehormatannya.


“Saya baru menyadari, bahwa ternyata dalam realitanya sifat ‘perwira’ itu mungkin hanya akan terdapat di dalam dongeng-dongeng belaka.”


“Masih adakah ‘kehormatan’ itu, yang telah porak poranda hanya dalam hiruk pikuknya Pemilihan Presiden Republik Indonesia? Hanya karena ingin jadi presiden? Sebagai pemimpin, tidak harus menjadi presiden! Lalu di mana ‘patriotisme’ para purnawirawan lulusan Akabri itu, di mana rasa hormat kepada almamaternya? Entah di mana pula kesakralannya himne Taruna, yang selalu mendirikan seluruh bulu roma saat dinyanyikan? Di mana Sumpah Prajurit dan Saptamarga?” papar Chappy yang mulai gelisah ini.


Pada akhir tulisannya, Chappy kembali mengingat sosok sang ayah yang baginya hanya orang biasa tetapi sangat memegang nilai patriotisme. Ayah yang tak pernah mengungkapkan keburukan temannya di hadapan publik. Ayahnya yang tak pernah mengenyam pendidikan di Akabri.

“Ternyata memang Akademi tidak sanggup memberikan segala-galanya dalam membangun karakter seseorang, di sisi lain seorang ayah terbukti sangat besar pengaruhnya dalam membentuk dan membangun karakter seseorang,” tutup Chappy.




Sumber : Kompas

Latma Flash Iron Kopaska Gunakan Senjata Laras Panjang

Latma Flash Iron dengan senjata laras panjang


SURABAYA-(IDB) : Untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan tempurnya, prajurit Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL melaksanakan latihan Markmanship (kemampuan menembak) dengan senjata laras panjang, di Lapangan Tembak Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin, 16 Juni 2014.



Markmanship merupakan salah satu rangkaian kegiatan Latihan Bersama (Latma) Flash Iron 14-1 JCET T.A 2014, antara Kopaska TNI AL dengan US. Navy SEALs. Kemampuan menembak merupakan salah syarat mutlak yang harus dikuasai oleh prajurit Kopaska, terutama dalam hal menggunakan berbagai macam senjata baik laras pendek maupun laras panjang.


Latma Flash Iron dengan senjata laras panjang
Materi hari ini adalah melaksanakan drill menembak senjata kaliber 9 mm transisi dari pistol ke MP 5 5,56 mm dengan sasaran plate mengunakan tiga sikap menembak dengan waktu dan penilaian perkenaan. 

Latihan ini nantinya akan mendukung latihan Visit Boarding Search and Sezure (VBSS) yang akan dilaksanakan dalam FTX.
 

Selain itu latihan ini untuk memantapkan kemampuan, profesionalisme prajurit Kopaska baik perorangan maupun dalam tim, khususnya dalam melaksanakan operasi tempur laut dan anti teror. 

Latma Flash Iron 14-1 bertujuan untuk meningkatkan kerja sama latihan Kopaska TNI AL dengan US Navy SEALs yang sudah lama terjalin. (Kadispenarmatim Letkol Laut


Latma "CARAT Divex " 2014 Resmi di Tutup 



Penutupan Latma Carat 2014
Pelaksanaan Latma Carat Divex tahun 2014 antara TNI AL dengan US Navy, ditutup di atas geladak USNS Safeguard yang diikuti oleh anggota penyelam TNI AL  dan penyelam US Navy, Jumat, 13 Juni 2014.
 

Kegiatan Latma yang berlangsung selama 5 hari di perairan utara Banten, Jawa Barat tersebut telah berhasil melaksanakan berbagai kegiatan antara lain sebagai berikut: Joint Operations Diving Operations Lay Moor, Joint Operations Diving Operations SSDS, dan Joint Operations Remote Operations Vehicles (ROV).
 

Komandan CTG Carat Divex 2014, Letkol Laut (P) Ario Sasongko, S.E., M.P.M., yang sehari-hari menjabat sebagai komandan KRI Sultan Thaha Syaefuddin-376 mengatakan, secara umum penyelam TNI AL dan penyelam US Navy mampu untuk melaksanakan seluruh materi kegiatan Latma yang telah direncanakan sejak tahap awal persiapan, yaitu: mampu untuk mengaplikasikan serta mengembangkan doktrin, taktik dan prosedur penyelaman bawah air sesuai referensi yang telah disepakati serta mampu untuk melaksanakan kodal dan komunikasi kerja sama teknis dan taktis antar unsur TNI AL dan US Navy pada penyelenggaraan operasi penyelaman bersama.
 

Lebih lanjut komandan CTG Carat Divex 2014 menyatakan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para penyelam TNI AL dan penyelam US Navy, yang telah mampu melaksanakan kerjasama dalam pelaksanaan kegiatan Latma ini, sehingga sasaran kegiatan dapat tercapai. Adapun sasaran kegiatan Latma Carat Divex 2014 adalah sebagai berikut: Tercapainya peningkatan hubungan bilateral kedua angkatan laut dalam rangka memantapkan keamanan di kawasan regional, terwujudnya peningkatan interoperabilitas, koordinasi dan kerja sama taktis antara TNI AL dan US Navy, Terwujudnya peningkatan keterampilan dan profesionalisme personel dalam melaksanakan operasi penyelaman bersama serta teruji dan terevaluasinya prosedur komunikasi, komando dan kendali antara TNI AL dan US Navy dalam penyelenggaraan operasi penyelaman bersama.
 

Mengakhiri sambutannya, komandan CTG Latma Carat Divex 2014, menyampaikan ucapan terima kasihnya atas segala bentuk kerjasama dan dukungan yang telah diberikan oleh pemerintah Amerika khususnya US Navy, sehingga kegiatan Latma Carat Divex 2014 dapat berlangsung dengan aman, tertib dan lancar.
 

Acara upacara penutupan kegiatan Latma Carat Divex 2014 diakhiri dengan kegiatan tukar menukar cenderamata dan foto bersama.




Sumber : Artileri

Kh 31P Rudal Sang Pelumat Radar

ANGKASA-(IDB) : Tingkat deterens jet tempur Su-27/30 TNI AU meningkat tajam setelah Kementerian Pertahanan RI melengkapi armada Flanker Skadron Udara 11 dengan beragam rudal berbahaya termasuk yang satu ini, Kh 31P. Dikembangkan oleh Tactical Missile Corporation (sebelum tahun 2002 bernama Zvevda-Strela), rudal Kh-31P dengan seeker pasif mampu menjangkau sasaran hingga 110 km, bahkan lebih, menjadikan rudal berkode NATO AS-17 Krypton (di Rusia X-31) ini sebagai rudal supersonik pelumat satuan radar maupun alutsista lain yang menggunakan sistem kontrol radar.


Beragam sasaran yang mengeluarkan emisi radar dapat dihancurkan menggunakan rudal antiradiasi (ARM) dengan bentuk menyerupai roket peluncur pesawat ulang-alik ini. Tak mengherankan walau platform rudal ini merupakan rudal udara ke darat, namun rumor telah berkembang lama bahwa tahun 1992 di Pameran Kedirgantaraan Moskow disebutkan bahwa Zvevda-Strela tengah mengembangkan Kh-31 versi udara ke udara dengan julukan si “AWACS Killer”. Isu yang belum bisa dibuktikan ini berkembang lagi tahun 2005 dimana China yang membeli KR-1 (versi ekspor Kh-31 untuk China) kemudian membuat YJ-91 (produksi Kh-31 dalam negeri China dengan kemampuannya lebih dari rudal aslinya) disebut-sebut juga membuat “AWACS Killer”.


Kh 31P hanyalah satu dari sekian varian rudal Kh-31 yang rancangannya dibuat oleh GI Khokhlova dari Biro Desain Star tahun 1975. Ketidakpuasan akan performa rudal X-27PS PRR (Kh-27PS) yang dibuat tahun 1972, mendorong dibuatnya Kh-31P sebagai rudal antiradiasi udara ke darat dengan kecepatan lesat dan jarak jangkau terhadap sasaran yang jauh. Dibuatnya Kh-27 juga terdorong oleh munculnya ancaman baru dari rudal-rudal darat ke udara, mulai dari rudal MANPADS, MIM-104 Patriot, MIM-23 Hawk, MIM-14 Nike Hercules, dan juga sistem tempur Aegis yang digunakan Angktan Laut. Kunci untuk menghancurkan target-target ini tentu saja Kh-31P harus memiliki spesifikasi yang lebih seperti yang disebutkan di awal: berkecepatan tinggi dan berdaya jangkau jauh.


Sepuluh Negara
 
Kh-31P pertama kali diuji coba pada Mei 1982 menggunakan pesawat MiG-27M. Rudal dengan dimensi panjang 4,7 m dan diamter 36 cm ini terus menjalani uji coba dan penyempurnaan hingga akhirnya mulai diproduksi di Kaliningrad oleh Zvevda-Strela tahun 1987. Kemunculannya pertama kali di depan publik adalah dalam pameran di Dubai 1991 dan cukup menghebohkan banyak pihak. Selain membuat rudal Kh-31P (ARM), Zvevda-Strela juga membuat Kh-31A tahun 1989 yakni rudal antikapal dengan seeker aktif yang dapat menghancurkan sasaran sekelas kapal perusak (destroyer).


Kh-31P berbobot 600 kg, dilengkapi 87 kg hulu ledak serta dapat diluncurkan dari pesawat Su-27/30 dengan ketinggian 0,1-15 km dengan jarak luncur terdekat 150 km. Sementara Kh-31A memiliki bobot lebih berat yakni 610 kg dan hulu ledak 90 kg, namun memiliki jarak jangkau yang lebih pendek yakni 25-50 km.

Bentuk rudal Kh-31P memanjang runcing, namun pada bagian ekor dilengkapi dengan buster dan sistem propulsi dua tingkat. Sebagian besar kalangan menyebut rudal ini merupakan model mini dari rudal jelajah ramjet antikapal P-270 Moskit (SS-N-22 Sunburn) buatan MKB Raduga yang memunyai dimensi panjang 9,745 m dan bobot 4.500 kg serta jarak jangkau mencapai 120 km. 




Sumber : Angkasa

TNI AU Gelar Operasi Rajawali Arnawa

PALEMBANG-(IDB) : Lima pesawat tempur jenis Hawk 100/200 dari Skuadron 12 Pekanbaru, terbang di wilayah udara Palembang, Senin (16/6/2014).

Kedatangan lima pesawat tempur ini yang membentuk formasi manuver dan terbang rendah, dalam rangkaian dari operasi Rajawali Arnawa.


Selain lima pesawat tempur hawk 100/200, operasi wilayah udara ini juga mengerahkan dua pesawat hercules dan satu heli colibry.


Danlanud Palembang Letkol Pnb Sapuan mengatakan, operasi Rajawali Arnawa diadakan selama empat hari mulai hari ini. Operasi melibatkan 90 personel dari pusat dan 100 anggota paskhas TNI AU Palembang.


"Terbangnya lima pesawat tempur hawk 100/200 merupakan tugas pokok dari Pekanbaru ini dalam pemantau wilayah udara. Ada tiga wilayah yang diawasi wilayah udaranya yakni Jambi, Bengkulu dan Palembang," ujarnya.




Sumber : Tribunnews

Helikopter EC725 Naval Version

Ujicoba helikopter EC725 membawa rudal Exocet (photo: eurocopter).
Ujicoba helikopter EC725 membawa rudal Exocet


JKGR-(IDB) : Tim khusus dari Helibras dan Airbus Helicopter menguji coba prototipe helikopter EC725 Cougar yang membawa rudal anti kapal permukaan dipasang di kedua sisi helikopter.


Rudal Exocet AM39 ini akan melengkapi 8 dari 16 helikopter EC725 milik Angkatan Laut Brazil, yang merupakan bagian dari kontrak pengadaan 50 helikopter EC725 yang ditandatangani oleh Menteri Pertahanan Brazil untuk keperluan tiga korps militer Brazil.


Ujicoba ini telah melibatkan 20 penerbangan di Marignane dalam periode satu bulan, sejak April 2014.


Ujicoba EC725 Brazilian Navy, mengusung rudal Exocet (photo: eurocopter)
Ujicoba EC725 Brazilian Navy, mengusung rudal Exocet


Ujicoba dilakukan dengan membawa senjata berat 700 kg per rudal dan merupakan hal yang langka, membutuhkan kordinasi dan kolaborasi yang kuat dari sejumlah departemen, termasuk: persenjataan, struktur, integrasi, komputerisasi, aerodinamik, beban, vibrasi dan uji penerbangan.


Ujicoba untuk mengevaluasi kinerja dari helikopter dalam phase penerbangan kritis. Level getaran, kualitas handling dan performanya dievaluasi serta menguji struktur aerodinamik beban helikopter.


Helikopter ini terbang dipasang sensor instrumen dan accelerometer untuk mencatat dan merekam hasilnya, yang akan membantu tim enginer Helibras dan Airbus Helicopter bergerak ke tahapan berikutnya dari sistem integrasi dan pengembangan helikopter EC725 versi Angkatan Laut.


Helicopter EC725 membawa sejumlah alat sensor, untuk menguji kinerja helikopter yang membawa rudal Exocet
Helicopter EC725 membawa sejumlah alat sensor, untuk menguji kinerja helikopter yang membawa rudal Exocet


EC725 TNI AU
 
TNI Angkatan Udara sendiri berencana menambah Skadron baru di Jawa Barat yang akan diisi helikopter Eurocopter, EC725 Cougar.


“Skadron 9 adalah sebagai skadron baru berkedudukan di lanud SDM Subang/Kalijati dengan kekuatan 16 pesawat cougar full combat,” ujar Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto, pada tahun 2013 silam.


Untuk membentuk satu Skadron, Hadi menuturkan, TNI AU akan memesan kembali pada renstra berikutnya. Pada Maret 2012 TNI AU menandatangi kontrak pembelian 6 helikopter multi-role EC725 dengan Eurocopter melalui PT. Dirgantara Indonesia. Ke-enam heli akan selesai pada 2014.


“Rencana menjadi kekuatan skadron udara 9 lanud SDM, akan tiba secara bertahap pada tahun 2015 dengan kekuatan satu skadron,” tambah Jenderal bintang satu ini.


EC 725 Cougar (photo: http://mxsecurity.files.wordpress.com)
EC 725 Cougar


Helikopter buatan Prancis ini merupakan pengangkut jarak jauh dengan menggunakan mesin ganda yaitu 2x Tubomeca Makila 1A4 tuboshafts. Helikopter generasi terbaru ini bisa mengangkut 29 penumpang dan 2 kru.

TNI AU akan mempersenjatai heli multi fungsi ini, namun untuk tipe senjata akan disesuaikan sesuai kondisi dilapangan. “Karena helikopter tersebut juga sebagai unsur pam (pengamanan) pada operasi SARPUR (Safe and Resque Tempur) sehingga dipersenjatai,” tutup Hadi. 




Sumber : JKGR