Pages

Minggu, Juni 15, 2014

TNI AD Persiapkan Biofuel Untuk Bahan Bakar Tank


BANDUNG-(IDB) : Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Budiman mengatakan, dalam waktu dekat akan menguji penggunaan biofuel pada pemakaian kendaraan pejabat militernya sebelum dicoba pada tank. 

“Dalam beberapa minggu lagi ktia coba pada mobil-mobil pejabat dulu,” kata dia selepas mengisi Seminar Nasional soal Cyber Warfare di Institut Teknologi Bandung, Sabtu, 14 Juni 2014. 

Saat berbicara dalam seminar itu, Budiman sempat menyingung rencana penggunaan biofuel mendukung program kemandirian energi. Dia mencontohkan biofuel itu salah satu dari sekian riset yang tengah digarap TNI Angkatan Darat dengan sejumlah perguruan tinggi. 

“Hasil-hasil riset itu akan kita pakai sendiri,” kata Budiman.



Budiman mengungkapkan, biofuel yang digunakan belum murni mengganti 100 persen bahan bakar, baru menjadi campuran bahan bakar dengan porsi 50 persennya. 


Saya akan pakai di mobil-mobil pejabat dulu, kalau rusak masih mampu ganti. Setelah tidak ada masalah, kami akan pakai di tank kami yang sangat boros (bahan bakar),” kata dia. 


Menurut Budiman, biofuel yang tengah dikembangkan bersama sejumlah perguruan tinggi itu berasal dari beragam bahan nabati. Diantaranya, berasal dari tanaman sorgum, kemiri sunan, sawit, jagung, serta ketela

“Pengembangan dari (riset) universitas terus kita lanjutkan, dan terus ktia tingkatkandengan berbagai perencanaan,” kata dia.

Budiman menyinggung sejumlah riset yang tengah dilakukan TNI Angkatan Darat lainnya. Diantaranya, riset pengembangan solar cell, serta satelit. Dia menolak membeberkan rincian riset yang tengah dikembangkan dengan alasan masih dirahasiakan. 

“Mudah-mudahan ke depan kalau nanti sudah settle , saya sudah lapor pimpinan tentang penemuan terakhir, baru berani ekspose,” kata dia. 

Dia mengatakan, institusinya sudah berkonsultasi dengan BPK serta KPK untuk penggunaan beragam hasil riset itu untuk memenuhi kebutuhan peralatan TNI Angkatan Darat. 

“Ini gak ada urusan politiknya. Bagi kami, betul-betul mau bangun negara ini,” kata Budiman.

Dia mengklaim, salah satu hasil riset tersebut sukses memangkas pengeluaran institusinya. Dia mencontohkan salah satunya berhasil memangkas biaya pembuatan selembar peta ditekan hingga 1 persen biaya sebelumnya. 

Kita niatnya untuk membangun Angkatan Darat yang keren,” kata Budiman.




Sumber : Tempo

TNI AD Laksanakan Penataran GPS Navigasi Tahun 2014

JAKARTA-(IDB) : Untuk kesekian kalinya, kembali Dittopad melaksanakan Penataran Terpusat GPS Navigasi TA. 2014. Penataran dibuka pada Kamis (5/6/2014) oleh Kasubditbincab Dittopad, Kolonel Ctp Drs. Ibnu Fatah, MSc., mewakili Dirtopad, berlangsung selama 15 hari kalender di Makopusdiktop Kodiklat TNI AD Cimahi Bandung, yang diikuti oleh 96 peserta Perwira dan Bintara TNI AD.


Berbeda dengan pelaksanaan penataran GPS Navigasi tahun-tahun sebelumnya, peserta penataran selain berasal dari satuan jajaran Kostrad, Kopassus, dan Rindam; juga diikuti oleh perwakilan dari 19 satuan jajaran Pusdik Kodiklat TNI AD dan Akmil. Pelibatan peserta dari jajaran Pusdik Kodiklat TNI AD dan Akmil dilatarbelakangi pertimbangan bahwa Pusdik/Lemdik merupakan bagian dari agen/pelaku institusi yang efektif dalam melaksanakan transfer pengetahuan dan keterampilan tentang GPS Navigasi bagi prajurit sesuai kecabangan masing-masing.


Selain itu, Dittopad selaku LKT Pembina GPS Navigasi memandang perlu untuk menindaklanjuti pendistribusian GPS terbaru seri Garmin 62S, ke satuan-satuan Kostrad, Kopassus, Akmil dan jajaran Pusdik Kodiklat TNI AD baru-baru ini. Untuk diketahui bahwa GPS seri Garmin 80 Mil sudah tidak diproduksi lagi (expired), sehingga perlu ada penggantinya yaitu seri Garmin 62S yang pengadaan dan distribusinya sudah dilakukan mulai TA. 2013.


Dalam amanat Dirtopad yang dibacakan oleh Kasubditbincab Dittopad, Kolonel Ctp Drs. Ibnu Fatah, MSc. antara lain disampaikan bahwa Penataran Terpusat GPS Navigasi TA. 2014 merupakan bagian dari program latihan Angkatan Darat yang dilaksanakan rutin tiap tahun guna membekali pengetahuan dan keterampilan prajurit TNI AD dalam mengoperasional GPS Navigasi.


Diharapkan melalui kegiatan penataran tercapai kesamaan persepsi dan pemahaman dalam memanfaatkan teknologi GPS sehingga diperoleh kesamaan langkah dan tindakan penguasaan GPS Navigasi bagi para Perwira dan Bintara pelatih di satuan jajaran TNI AD.


Materi pengetahuan dan keterampilan yang diberikan selama penataran merupakan bagian dari tugas-tugas yang dilaksanakan oleh prajurit Angkatan Darat,  antara lain menentukan posisi suatu tempat dikaitkan dengan Peta Topografi (Marking Position), membuat rencana perjalanan (Route), serta melakukan navigasi darat menuju sasaran yang telah ditentukan dalam berbagai medan dan cuaca yang berbeda.


Selain itu, disampaikan pula penekanan agar para Peserta dengan serius dan penuh kesungguhan mengikuti seluruh rangkaian kegiatan penataran; serta sekembalinya ke satuan masing-masing segera melaksanakan sosialisasi tersebar, menularkan dan melatihkan kemampuan yang diperoleh kepada rekan-rekannya.

Mengakhiri amanatnya, Dirtopad berharap agar para peserta atau petatar dapat terus menjalin komunikasi dan koordinasi secara berlanjut dengan Dittopad selaku Pembina LKT dalam rangka pemeliharaan dan peningkatan kemampuan GPS Navigasi baik untuk kepentingan operasi, latihan, maupun pendidikan. Gunakan pendekatan “Learning by doing” dengan terus memelihara dan mengembangkan budaya belajar dan berlatih di satuan, sehingga pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh meningkat sejalan dengan jam terbang yang semakin tinggi 




Sumber : TNI AD

'Tanah Airnya Indonesia, Langitnya Singapura'

"Hanya bisa melihat saja; jejak-jejak pesawat (contrail-condensation trail) yang melintas; Natuna; tanah airnya Indonesia, langitnya Singapura"

SINDO-(IDB) : Penggalan kalimat itu bertengger di sebuah situs jejaring sosial. Pengetiknya adalah seorang pegawai muda di menara pengawas di sebuah bandara sepi di ujung utara Indonesia. Dia—berstatus pegawai negeri dan memilih anonymous—galau melihat pesawat-pesawat asing seliweran di atas sana. Tak satu pun yang pernah meminta tabik meski langit yang mereka belah milik Republik Indonesia. Tapi dia masih menyimpan sedikit harap. Mengetik lagi, dia menulis: "Semoga Menteri BUMN, Dahlan Iskan, bisa segera mewujudkan Air Traffic Services single provider dan mengambil alih Flight Information Region dari cengkeraman Singapura".

Itu Juni 2012. Kala itu di Jakarta, Dahlan baru saja menelurkan ide pembentukan sebuah perusahaan umum (perum) penyelenggara satu-satunya pelayanan navigasi udara. Menyalakan sungut nasionalisme orang banyak, Dahlan bilang lembaga hadir dengan misi utama mengembalikan kedaulatan udara Indonesia. Kedaulatan? Ya, kata Dahlan, Indonesia belum sepenuhnya berdaulat di udara. Kawasan udara di seputaran Kepulauan Riau masih dalam cengkeraman Singapura, katanya. "Bukan salah tetangga, dulu kita sendiri yang menyerahkan ke mereka karena kita belum mampu," katanya seraya menjanjikan segera kelarnya peraturan presiden terkait pembentukan lembaga.

Dahlan merujuk pada sebuah fakta getir. Pada 1946, Singapura mendapat mandat dari International Civil Aviation Organization (ICAO), organisasi penerbangan sipil dunia, untuk mengontrol wilayah udara di seputaran Kepri. Kuasa yang dikenal dengan Flight Information Region (FIR) itu dilatari pertimbangan Singapura lebih mumpuni dalam soal radar dan alat pantau penerbangan.

Sejak itulah, semua lalu lintas penerbangan lokal dan internasional di atas Kepri harus mendapat izin dari menara kontrol di Singapura. Bahkan pesawat militer Indonesia harus tabik dan melapor ke kontrol udara di Changi jika ingin terbang di atas Kepri. Sementara itu, pelbagai upaya menarik kuasa dari Singapura selalu gagal di meja perundingan. Pada 1995, Jakarta justru menekan kontrak penyerahan 15 tahun hak pengelolaan wilayah udara Kepri ke Singapura. Dalam kontrak yang tak pernah diperbarui lagi itu, Jakarta hanya mensyaratkan Singapura mengutip ongkos melintas yang 'kompetitif' ke setiap pesawat komersil yang melintas di atas Kepri. Berapa keuntungan Singapura dari menguasai wilayah udara Kepri dalam lima dekade sebelumnya tak pernah diketahui.

Balik ke soal perusahaan penyelenggara jasa navigasi. Harapan perubahan datang medio September silam. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meneken beleid pembentukan Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia. Diundangkan per 13 September, beleid mengatur pelbagai urusan terkait kelahiran lembaga, berikut esensi tugasnya.

Dalam salinan beleid yang diperoleh SINDO Weekly awal pekan ini, lembaga disebutkan hadir untuk menjadi pengampu tunggal semua urusan navigasi penerbangan. Dalam tempo satu tahun, misalnya, lembaga bakal mengambil alih pelayanan navigasi dari PT Angkasa Pura I (AP I) dan PT Angkasa Pura II (AP II); dua perusahaan pelat merah di bidang penerbangan dan jasa kebandaraan. Berbentuk Badan Usaha Milik Negara, lembaga disebutkan tidak untuk mengejar keuntungan. "Amanat undang-undang, navigasi penerbangan merupakan kewajiban negara," kata juru bicara Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan. "Ini seperti pengamanan lalu lintas jalan raya, kewajiban negara yang diserahkan ke polisi lalu lintas."

Bagian lain dari beleid mengatur detil teknis. Disebutkan, lembaga bakal menempati sebuah bangunan raksasa di atas lahan tujuh hektare lebih di Tangerang, juga bakal diisi oleh pegawai navigasi penerbangan dari AP I dan AP 2. Dengan transfer itu, kedua perusahaan bakal fokus pada bisnis jasa kebandaraan. Lembaga baru, menurut Mulya Abdi, petinggi Angkasa Pura 2, juga mengemban amanat untuk mengambil alih kewenangan pelayanan navigasi penerbangan dari bandara di luar kuasa AP I dan AP 2 (kedua perusahaan menguasai 26 bandara dari total 204 bandara domestik). "Waktunya dua tahun," kata Mulya.

 Tetap Tergadai

Nah, bagaimana dengan soal kendali udara di Singapura? Dalam 60 pasal beleid, tak ada satu pun yang secara khusus menyoal kiprah lembaga dalam pengembalian kendali lalu lintas udara dari Singapura. Juru bicara Kementerian Perhubungan bilang soal FIR Singapura perlu jalur lain. "Kami akan perjuangkan di forum ICAO," kata Bambang. "Toh, itu sudah tugas undang-undang."

Pertemuan rutin Navigasi Udara Regional (Regional Air Navigation/RAN) rencananya digelar di Thailand pada 2013. Sementara itu, Pasal 458 UU No.1/2009 tentang Penerbangan mewajibkan pemerintah mengambil alih pelayanan navigasi yang didelegasikan ke negara lain paling lambat Januari 2024.

Seorang sumber di birokrasi bilang, ada 'logika tersendiri' di balik pendelegasian wilayah udara Indonesia ke Singapura. Prinsipnya, katanya, semata memudahkan pelayanan bagi pilot. "Kita bukan tak mampu mengelola, melainkan sekadar memudahkan komunikasi penerbangan," katanya. Dia bercerita kalau wilayah udara Singapura yang sempit membuat pilot harus segera berganti frekuensi tiap kali memasuki wilayah udara Indonesia.

Tapi logika ini sulit diterima. FIR menjadikan Singapura praktis punya wilayah yang jauh lebih besar dari fisik negara yang tak seberapa. FIR Singapura mencakup setiap inci Kepulauan Riau, menggergaji sebagian daratan Sumatera, mengikat Selat Karimata, mencium pantai Pontianak, merambah Singkawang, lalu jauh ke utara hingga Natuna dan Laut Cina Selatan.

Setahun mendatang, Indonesia bakal punya Perusahaan Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan. Sayang, lembaga ini tak diberi mandat kuat untuk mengambil alih kendali lalu lintas udara di seputaran Kepulauan Riau dari tangan Singapura.

Penerbangan Indonesia dalam Angka

29 Bandara Internasional
204 Bandara Domestik
20 Maskapai penerbangan terjadwal
43 Maskapai penerbangan charter
879 Armada pesawat
227 Rute penerbangan yang menghubungkan 107 kota.

Penumpang Pesawat:

2009: 44 juta orang.
2010: 52 juta orang.
2011: 60 Juta orang



Sumber : Sindo

Pesawat Tempur Siluman Pertama Jepang...???

TOKYO-(IDB) : Sebuah gambar muncul di beberapa forum China, sebagian berpendapat bahwa itu adalah gambar dari Advanced Technology Demonstrator-X (ATD-X), pesawat tempur yang akan menggantikan peran pertahanan udara dari Mitsubishi F-2 Pasukan Bela Diri Udara Jepang.

Pesawat yang dimaksud merupakan hasil pengembangan oleh Japanese Ministry of Defense Technical Research and Development Institute (TRDI) dengan kontraktor utama Mitsubishi Heavy Industries untuk tujuan penelitian, dan secara tidak resmi dikenal di Jepang sebagai Shinsin ("Spirit of the Heart:) yang diharapkan akan terbang untuk pertama kali pada akhir tahun ini.



Pesawat ini berdimensi panjang 14,174 meter, lebar sayap 9,099 meter, bermesin ganda dan diawaki oleh seorang kru. Pengembangannya dimulai sejak tahun 2007.

Gambar pertama yang buram ini mungkin saja memang ATD-X, pesawat tempur siluman generasi kelima yang disebut-sebut akan menyaingi J-20 China dan T-50 Rusia di Pasifik.




Sumber : Artileri

Asal Usul Nama Kapal Latih Dewaruci

Diambil Dari Cerita Pewayangan

JM-(IDB) : Banyak dari Anda pasti mengenal kapal latih legendaris KRI Dewaruci. Tahukan Anda, nama KRI Dewaruci diusulkan Kapten Oentoro Koesmardjo yang kemudian diputuskan secara resmi berdasarkan penetapan Surat keputusan Menteri Pertahanan Nomoer MP/H1254 tanggal 11 Januari 1954.

Penamaan Dewaruci diambil dari kisah pewayangan yang menceritakan pencarian jati diri Bima yang akhirnya bertemu dengan Dewaruci.


Bima merupakan kesatria Pandawa putra Pandu dengan permaisurinya, Dewi Kunti. Dalam kisah lain, Bima juga disebut Bratasena atau Bayusuta.


Dalam lakon Dewaruci di pewayangan, dikisahkan Bima mendapat tugas dari Guru Durna untuk mencari Tirta Amerta, yang berarti ‘air kehidupan’, di Gunung Raksamuka. Maksud sebenarnya dari Sang Guru adalah mencelakakan Bima, karena gunung itu dijaga oleh dua raksasa kembar yang sakti mandraguna.


Sesampainya di gunung itu, Bima ternyata mampu mengalahkan dua raksasa tersebut dengan kesaktiannya. Namun, Tirta Amerta yang menjadi tujuannya tidak ditemukan.


Melihat keberhasilan Bima menaklukkan dua raksasa itu, Guru Durna akhirnya memerintahkan 
Bima untuk mencari Tirta Amerta di dasar samudera. Karena Bima seorang murid yang taat, tanpa pikir panjang, Bima pun melaksanakan perintah tersebut.


Di samudera, Bima bertemu dengan ular besar yang melilit tubuhnya. Karena Bima memiliki Kuku Pancanaka, Bima akhirnya mampu mengalahkan ular tesebut.


Setelah itu, Bima mengalami kelelahan, karena belum juga menemukan Tirta Amerta yang menjadi perintah gurunya. Dalam kondisi lelah, Bima terpingsan dan ruhnya yang bertemu dengan Dewaruci.


Wujud Dewaruci itu sangat mirip dengan Bima, hanya saja ukurannya kecil sebesar tempurung kelapa.


Dalam pertemuan itu, Bima menceritakan maksud kedatangannya ke samudera karena ingin mencari Tirta Amerta. Karena menurut gurunya, air kehidupan itu berada di samudera. Mendengar penjelasan Bima, Dewaruci memerintahkan Bima untuk masuk ke dalam dirinya yang sebesar tempurung kelapa.


Bima sangat heran mendengar perintah tersebut, karena menurutnya, mana mungkin tubuhnya yang besar dapat masuk ke tubuh Dewaruci yang kecil. Dewaruci kemudian memerintahkan untuk memasuki dirinya dari telinga kirinya. Bima pun mengikuti petunjuk Dewaruci.


Begitu sampai di dalam tubuh Dewaruci, Bima menerima wejangan Tita Amerta. Setelah itu, Bima mendapat gambaran jagad raya, lengkap beserta isinya.

Kebenaran Sejati

Dewaruci menjelaskan dua dunia kehidupan manusia, yakni dunia besar (makrokosmos) dan dunia kecil (mikrokosmos). Setelah Bima mengalami ketenangan yang tinggi dalam tubuh Dewaruci, Bima enggan untuk keluar.


Maka dari itu Dewaruci membangkitkan napsu Bima kembali untuk segera menyelesaikan tugas dunianya menegakkan kebenaran. Bima pun menjadi panglima Pandawa dalam Perang Baratayuda menghadapi Kurawa, simbol kejahatan.


Bagi masyarakat Jawa dahulu, kisah ini melambangkan pertemuan manusia (Bima) dengan Tuhannya yang disimbolkan dengan sosok Dewaruci. Kesimpulannya, manusia akan menemukan kebenaran sejati ketika mengalami berbagai ujian kehidupan.


Filosofi itu yang digunakan oleh para kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) ketika tahun terakhir mereka harus berlayar keliling Nusantara bersama KRI Dewaruci. Ya, supaya mereka dapat menemukan jati dirinya atau Tuhannya.


Diibaratkan seperti Bima yang baru selesai berguru di padepokan Guru Durna, kemudian mencari jatidirinya di dasar samudera sampai bertemu dengan Dewaruci.


Para kadet AAL yang telah ditempa di kawah Candradimuka, kampus AAL, Morokembangan, Surabaya, diharapkan mampu mengemban tugas dengan baik untuk bangsa dan negara, setelah digembleng oleh pelayaran Dewaruci.




Sumber : JurnalMaritim