Pages

Rabu, Juni 11, 2014

Peluncuran Dan Bedah Buku KSAL



JAKARTA-(IDB) : Bertempat di Auditorium Jos Soedarso - Seskoal , Cipulir, Jakarta Selatan, Rabu (11/6/2014), Menhan RI Purnomo Yusgiantoro meluncurkan dua buah buku karya Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Marsetio . 

Dua buah buku tersebut adalah “Sea Power Indonesia” dan “Paradigma Baru TNI AL Kelas Dunia”. Peluncuran ditandai dengan pemukulan gong dan penyerahan dua buku dari KSAL kepada Menteri Pertahanan RI.



Setelah acara peluncuran, dilanjutkan bedah buku yang menghadirkan para pengamat masalah pertahanan dan hukum Internasional . Seperti  Prof.Dr.Salim Said, MA, Prof. Hikmahanto Juwono, SH, LLM, Phd, dan Prof.Dr. Dewi Fortuna Anwar, MA bertindak sebagai moderator adalah Dr. Jaleswari Pramodhawardani, M.Hum.

Acara bedah buku



Dalam sambutannya KSAL menjelaskan  bahwa  dengan ditulis dan diterbitkan buku “Sea Power Indonesia” ini, maka setidaknya akan bangkit kembali kesadaran visi maritim bangsa  Indonesia. Agar kejayaan sebagai bangsa maritime yang besar akan kembali terulang. 



Sedangkan  buku kedua “Paradigma Baru TNI AL Kelas Dunia” , merupakan instrument pendukung dalam rangka pencapaian visi TNI AL yang handal dan disegani serta berkelas dunia.  Buku tersebut berisi pedoman dan arah kebijaksanaan pembangunan TNI AL yang meliputi  pembangunan sumber daya manusia, alutsista, organisasi, dan metode serta kemampuan operasi.


Selain dihadiri oleh mantan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono dan Laksamana Widodo AS serta pejabat TNI AL dan undangan militer lainnya. Juga hadir Atase Pertahanan Negara Sahabat dan undangan sipil lainnya. 




Sumber : Angkasa

Perbedaan UAV Predator Dan Reaper

ANGKASA-(IDB) : Pesawat MQ-1 Predator dan MQ-9 Reaper adalah pesawat tempur tanpa awak (UAV) yang berfungsi banyak, mulai dari pengintaian sampai melakukan serangan udara dengan dikendalikan jarak jauh. Predator adalah UAV yang dirancang dan dibangun oleh General Atomics Corporation di San Diego, California. Pada saat diperkenalkan pada tahun 1995, kemampuan teknologi dan peran Predator masih terbatas pada pengawasan dan misi intelijen untuk Central Intelligence Agency (CIA).



Sejak tahun 2001, misi Predator milik AU AS berkembang menjadi misi  menyerang "Buru dan Bunuh". Predator menjadi wahana tak berawak tempur utama di Irak, Afghanistan dan Pakistan.



MQ-9 Reaper merupakan konsep UAV tempur yang berevolusi dari varian  Predator B. Pada saat Reaper pertama kali diluncurkan oleh General Atomics pada tahun 2001, penampilannya sudah berbeda dengan spesifikasi desain asli Predator sehingga pada dasarnya Reaper adalah UAV yang sama sekali berbeda. MQ-9 lebih berat dan lebih ampuh dibandingkan Predator. Meskipun demikian masih tetap bisa dikendalikan dengan sistem pengendali lama untuk Predator.



Kedua jenis ini UAV memiliki ketinggian operasional normal 25.000 kaki tapi Reaper mampu mencapai ketinggian operasional maksimum 50.000 kaki. Predator dilengkapi dua rak senjata dan dapat membawa kombinasi dua rudal Hellfire, empat rudal Stinger kecil dan enam rudal udara-ke-udara Griffin. Sedangkan Reaper memiliki tujuh rak senjata dan dapat membawa kombinasi senjata hingga 14 rudal Hellfire, dua bom panduan laser Paveway 500 pon dan dua bom JDAM 500 pon.


Tahun 2008, Wing Tempur 174 New York Air National Guard mulai melakukan transisi dari menerbangkan pesawat tempur F-16 menjadi menerbangkan MQ-9 Reaper. Ini adalah pertama kalinya konversi skadron tempur berawak ke pesawat tempur tanpa awak. Tahun 2011 AU AS juga mulai melatih lebih banyak pilot UAV daripada menerbangkan sistem senjata udara lainnya.




Sumber : Angkasa

Perlukah Air Marshal..???

Keberadaan air marshal kembali diungkapkan dalam pertemuan tentang Keamanan Penerbangan di ICAO. Akankah Indonesia mengadopsi sistem keamanan yang satu ini?

ANGKASA-(IDB) : Setelah lebih dari sepuluh tahun, keberadaan petugas keamanan di atas pesawat terbang kembali  diperbincangkan lagi. Petugas keamanan atau yang biasa disebut air marshal atau sky marshal sebenarnya sudah dicanangkan oleh Organisasi Penerbangan Sipil Internasional  (ICAO) pada Protocol Tokyo 1963. Tugasnya menangani keamanan di pesawat pada saat terbang, terutama di kawasan udara internasional yang tidak dipengaruhi hukum negara manapun.


Akibat 9-11


Seiring waktu, keberadaan air marshal meredup. Keberadaan air marshal kembali mengemuka setelah terjadi peristiwa pembajakan beberapa pesawat di AS secara serempak pada 11 September 2001. Pada peristiwa yang terkenal dengan sebutan 9-11 itu, pesawat terbang dijadikan senjata mematikan untuk menggempur obyek-obyek penting di darat sehingga menimbulkan ribuan korban jiwa.



Pasca peristiwa itu, kemanan penerbangan diperketat. Bahkan pada hal-hal yang kecil yang sebelumnya tidak terpikirkan. Misalnya saja alat-alat makan seperti sendok, garpu, pisau roti yang sebelumnya dari logam, diganti dengan perangkat dari plastik. Hal ini untuk mengantisipasi alat-alat logam tersebut dijadikan senjata untuk melakukan kejahatan.



Seorang petugas keamanan di pesawat terbang pun disiagakan. Terutama di beberapa negara yang merasa menjadi target teror seperti AS dan beberapa negara Eropa seperti Perancis dan Inggris Raya.



Sayangnya pada waktu itu keberadaan air marshal mendapat tentangan oleh beberapa negara dan beberapa maskapai. Sekretaris Jenderal Brirish Air Line Pilots Association (BALPA), Jim McAuslan meyatakan beberapa negara di Eropa justru menolak keberadaan air marshal karena dianggap terlalu mahal. “Orang Amerika menganggap air marshal bagus untuk masa depan, tapi banyak dari kita di Eropa menganggapnya tidak relevan,” ujarnya. (Aviation Today, 12 Januari 2004).



Keberadaan air marshal tersebut dianggap terlalu mahal. Terutama jika dibanding dengan misalnya investasi untuk penggunaan bahan  tahan peluru  pada pintu yang menghubungkan kokpit dan kabin.



Untuk memasang satu pintu tersebut diperlukan biaya sekira 20.000- 40.000 dolar AS, tergantung ukuran pintunya.  Pintu tersebut bisa dipakai bertahun-tahun. Bandingkan dengan gaji satu air marshal per tahun yang mencapai 55.000 dolar AS. Selain itu, keberadaan air marshal berarti juga mengurangi pendapatan dari satu kursi penumpang. Jika diasumsikan satu tiket penerbangan harganya 400 dolar AS dan air marshal terbang 30 kali per tahun, maka pendapatan yang hilang mencapai 12.000 dolar AS.



Selain itu juga ada biaya untuk pelatihan ulang, terutama koordinasi,  terhadap kru penerbangan terkait keberadaan air marshal di dalam pesawat terbang.



Di sisi lain, maskapai juga meminta keamanan di bandara diperketat. Baik itu yang terkait orang dengan barang bawaannya serta kargo. Alat-alat pendeteksi barang berbahaya harus  disiagakan dan digunakan di bandara-bandara terutama yan berlabel internasional. Para penumpang juga diberi peringatan untuk tidak membawa benda-benda tajam dari logam serta benda-benda berbentuk liquids (cair), gels (jelly) dan aerosols.



Seiring berjalannya waktu, ada atau tidaknya air marshal tidak dipermasalahkan lagi. “Hal ini karena kalau dihitung rate-nya, peristiwa pembajakan pesawat sangat kecil. Dibanding peristiwa penerbangan pesawat sehari-hari yang berjumlah jutaan,” ujar  Direktur Quality, Safety and Security Sriwijaya Air Capt. DR. Toto Soebandoro.



Menurut Toto, karena keamanan penerbangan dianggap sudah tinggi levelnya, beberapa hal yang dulu dihilangkan, sekarang mulai ada lagi. “Contohnya, sekarang sudah biasa ditemui lagi alat-alat makan yang dari logam tersebut,” lanjutnya.



Di Indonesia


Di Indonesia, keberadaan air marshal sampai saat ini memang belum terwujud. Paska peristiwa 9-11, bisnis penerbangan di Indonesia justru naik pesat. Indonesia kebanjiran pesawat-pesawat dari AS dan Eropa yang kondisi bisnis penerbangannya sedang turun tajam.



Terkait keamanan penerbangan, sempat hangat juga dibicarakan mengenai keberadaan air marshal. Namun pemerintah lebih memilih untuk mengantisipasi keamanan di darat. Pada 31 Maret 2007 dikeluarkan SKep Dirjen Perhubungan Udara, no. 43/III/2007 yang merujuk pada surat ICAO no. AS-8/11-06/100 tanggal 1 Desember 2006 tentang Recommended Security Control Guidelines for Screening Liquids, Aerosols and Gels.


Selain itu pemeriksaan barang bawaan penumpang juga diperiksa ketat di bandara. Terutama barang bawaan yang berbahan logam. 



Sumber : Angkasa

APMM Pertingkat Kekuatan Radar Pantau Pergerakan Kapal Di Sabah

KUALA LUMPUR-(IDB) : Dalam memperkasakan pemantauan pergerakan kapal laut di perairan Sabah, Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM) akan membina tiga lagi sistem radar Remote Sensor Site (RSS), di Pulau Mangalum dan Kuala Penyu di Sabah serta Pulau Kuraman di Labuan menjelang Jun 2015.
 
Pengarah Cawangan Siasatan Jenayah Maritim APMM, Laksamana Pertama Maritim Datuk Zulkifli Abu Bakar berkata sistem radar itu termaktub dalam program Sistem Pengawasan Maritim Laut Malaysia (SWASLA) dengan APMM kini mempunyai tiga RSS di Sabah iaitu di Pulau Bambangan, Pulau Mantanani Kecil dan Pulau Gaya sejak dua tahun lalu.
 
"Jika tiga RSS ini dibina, sistem SWASLA akan merangkumi pemantauan keseluruhan Pantai Barat Sabah termasuk Perairan Teluk Kimanis, Papar dan Teluk Brunei, bergantung kepada kelulusan kewangan," katanya kepada Bernama.
 
RSS merupakan sistem yang dilengkapi dengan kamera jarak jauh yang beroperasi pada waktu siang dan malam serta boleh menganggarkan ukuran objek pada saiz asalnya selain mempunyai radar yang berfungsi dalam sebarang keadaan cuaca.
 
Sistem rangkaian radar itu beroperasi 24 jam sehari dan pengawasan boleh dilakukan sehingga 60 batu nautika dengan pusat pengawasan utama adalah di Kota Kinabalu.
 
Zulkifli berkata beberapa negara maju seperti Jepun, Australia dan Singapura turut mengguna pakai sistem itu.
 
Mengulas cadangan penggunaan satelit khas di Pangkalan Operasi Hadapan (FOB) di Zon Selamat Timur Sabah (ESSZONE), beliau menyambut baik cadangan berkenaan namun pihak terbabit perlu memikirkan faktor lain.
 
"Beberapa faktor lain perlu difikirkan seperti kos dan kepakaran sedia ada, sebelum kita hendak melaksanakan sesuatu teknologi itu, misalnya mereka yang mengendalikan teknologi itu perlu ada ilmu pengetahuan yang cukup barulah faedahnya dapat dimaksimumkan," katanya.
 
Katanya APMM akan sentiasa bekerjasama dan mengutamakan keselamatan perairan negara dan setakat ini menugaskan sembilan kapal untuk Kawasan Keselamatan Khas Pantai Timur Sabah (ESSCOM) untuk keselamatan di Sabah.
 
"Kita akan tambah lagi aset yang kita rasa perlu ke ESSCOM seperti bot-bot kecil untuk mengawasi perairan negara khususnya di Sabah dan kita komited dalam membantu membanteras jenayah rentas sempadan ini," katanya.




Sumber : Bernama

Pembangunan Pos Perbatasan Terkendala Anggaran

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan memastikan seluruh kepulauan terluar Indonesia akan memiliki pos penjagaan TNI. Tetapi Kemenhan tidak bisa memastikan kapan semua pos itu akan terbangun.

"Nanti pada intinya semua pulau terluar akan ada pos, nanti akan bertahap," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemenhan Brigadir Sispriadi di kantornya, Rabu 11 Juni 2014.

Tetapi saat ini sudah terbangun 22 pos yang menyebar di beberapa pulau terluar Indonesia, termasuk 8 pos yang tengah dibangun tahun ini dengan menggunakan anggaran 2013. Sementara untuk 2014 belum ada perencanaan untuk pembangunan pos, karena belum ditentukan pemotongan anggaran dari APBN 2014.

Meski pos patroli untuk daerah terluar Indonesia ini terus bertambah, tetapi jumlah personel TNI tidak bertambah.

"Keputusan pemerintah, misalnya pensiun 10 orang masuk 10 orang, pensiun 200 orang masuk 200 orang artinya nggak nambah-nambah dan itu sudah keputusan untuk tidak dilanggar. Kalau ada penambahan tidak berarti nambah orang," ungkapnya.

Menurut Sispriadi, nantinya akan ada anggota TNI yang ditempatkan permanen dan ada yang tidak.

"Kalau pulau terluar ada penduduk maka penempatannya permanen, tetapi kalau itu tidak berpenduduk tidak permanen. Misalnya satu regu di situ tinggal 6 bulan nanti diganti, tetapi kalau ada penduduknya itu permanen," jelasnya. 



Sumber : Vivanews

Satkopaska Akan Gelar Latma Dengan Navy Seals

SURABAYA-(IDB) : Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim akan melaksanakan latihan bersama dengan pasukan khusus Angkatan Laut Amerika Serikat US. Navy SEALs dalam waktu dekat. Saat ini tim Satkopaska Koarmatim sedang menyiapkan kedatangan tim US. Navy SEALs Team One di Bandara Pangkalan Udara TNI Angkatan Laut (Lanudal) Juanda, Surabaya, Selasa (10/06).

Setelah menempuh penerbangan selama kurang lebih enam jam personel Navy SEALs Team One tiba di Lanudal Juanda, sekitar pukul 11.45 WIB, menggunakan pesawat militer jenis C-40A Clipper milik Angkatan Laut  Amerika Serikat United States Navy (USN) dari Skuadron VR 53, Naval Air Logistic Operation.

Latihan bersama tersebut diberi sandi Flash Iron 14-1 JCET  T.A 2014. Kegiatan ini merupakan latihan bersama antara Kopaska TNI AL dengan US Navy SEALs dalam rangka peningkatan profesionalisme prajurit Satkopaska Koarmatim.

Tugas pokok dari kedua satuan elite tersebut dalam latihan bersama ini yaitu melaksanakan pengembangan teknik maupun taktik peperangan laut khusus (Naval Special Warvare) dan operasi lanjutan.

Latma Flash Iron 14-1 JCET  T.A 2014 digelar dalam rangka meningkatan hubungan bilateral kedua negara, Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat. Bentuk hubungan baik tersebut, kedua negara perlu melaksanakan peningkatan kerja sama yang salah satunya diwujudkan dalam bidang kemampuan profesionalisme Angkatan Laut melalui Latihan Bersama.




Sumber : Koarmatim

Latihan Navigasi Jarak Jauh KT 01 Wong Bee

SOLO-(IDB)Sekolah Instruktur Penerbang angkatan 71, Lanud Adisutjipto, Selasa (10/6) memulai kegiatannya melaksanakan Navigasi Jarak Jauh. Navigasi Jarak Jauh dengan Route Lanud Adisutjipto menuju Semarang (90 Mile) kemudian dilanjutkan ke Jakarta (230 Mile), dari Jakarta menuju ke Semarang dan kembali ke Lanud Adisutjipto ini direncanakan akan memakan waktu 6 hari atau dari tanggal 10 Juni sampai 16 Juni 2014. Menurut perkiraan jarak yang ditempuh pesawat KT 01 Wong Bee mencapai 600 Km hingga sampai Jakarta. 

Komandan Skadron Pendidikan 102 Letkol Fery Yunaldi mengatakan Navigasi Udara Jarak Jauh merupakan salah satu kurikulum pendidikan di Skadik 102. Untuk itu para siswa baik dari SIP A-71 maupun siswa Sekbang lainnya wajib mengikuti dengan baik. Tujuan dari kegiatan ini adalah yaitu agar siswa mampu terbang navigasi menggunakan politage atau baca peta, time calculation dan fuel logging. Navigasi Jarak Jauh bagi Siswa Sekolah Instruktur Penerbang angkatan 71 ini diikuti oleh 16 siswa dengan menggunakan pesawat KT-1B. Sekolah Intruktur Penerbang A 71 ini dibuka tanggal 7 Januari 2014 dan akan ditutup bulan Juli 2014.

Latihan Penerbangan NJJ kali ini dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Pendidikan 102 dengan maksud untuk melatih para siswa Instruktur Penerbang (SIP), dalam melaksanakan navigasi jarak jauh agar nantinya para Siswa Instruktur Penerbang (SIP) ini mampu menguasai dan menerbangkan pesawat dengan baik. Latihan ini juga sekaligus sebagai bentuk pembinaan bagi para penerbang agar menjadi penerbang yang handal di segala kondisi dan juga nantinya dapat menjadi instruktur penerbang yang berkualitas tinggi sesuai yang diharapkan oleh TNI AU.




Sumber : TNI AU

Pesawat Hawk 100/200 Latihan Marverick

MEDAN-(IDB) : Komandan Lanud Soewondo Kolonel Pnb S. Chandra Siahaan S. IP,. Dipl of MDS sambut kedatangan Komandan Skadron Uadara 12 Hawk Lanud Rusminnuryadin Letkol Pnb Reka Bardiansyah setelah mendarat di Apron Sawit Lanud Soewondo, Senin (9/6).

Kemampuan penerbang TNI Angkatan Udara khususnya penerbang tempur termasuk penerbang Pesawat Hawk 100/200 dari Skadron Udara 12 Lanud Rusminnuryadin, secara periodik terus disegarkan dan ditingkatkan, untuk itu, para penerbang Hawk Skadron 12 di pimpin langsung Danskadron Letkol Pnb Reka Bardiansyah datang di Lanud Soewondo, Medan untuk melaksanakan latihan Marverick di Medan.


Kedatangan Pesawat Hawk ke Lanud Soewondo tersebut, di samping melaksanakan latihan, juga melaksanakan patroli udara di wilayah Kosekhanudnas III menjaga kemungkinan yang tidak baik dari penerbangan gelap di wilayah Udara Nasional NKRI.




Sumber : TNI AU

Jet Tempur Eurofighter Jatuh Di Spanyol

Pilot Dilaporkan Tewas, Co Pilot Mengalami Luka-Luka

SPANYOL-(IDB) : Satu pesawat jet tempur Eurofighter jatuh di pangkalan militer di bagian selatan Spanyol pada Senin kemarin. Menurut informasi dari Kementerian Pertahanan Spanyol, pesawat jatuh sebelum mendarat.

BBC
edisi Senin, 9 Juni 2014 melansir kejadian itu terjadi sekitar pukul 14:00 waktu setempat di pangkalan udara Moron, di bagian tenggara kota Seville. Pada saat itu, ujar perwakilan Kemenhan, pesawat tengah melakukan penerbangan rutin.

Sang pilot diketahui bernama Kapten Fernando Lluna Carrascosa dari Angkatan Udara Spanyol. Berusia 30 tahun dan berasal dari Madrid, Carrascosa telah memiliki pengalaman 600 jam terbang.

Sebuah gambar jatuhnya pesawat Eurofighter ramai diunggah di media sosial. Di sana terlihat asap hitam membumbung tinggi di dekat pangkalan militer AU.

Kejadian serupa pernah menimpa pilot asal Saudi Arabia di tempat yang sama tahun 2010 silam. Kecelakaan terjadi saat pesawat akan lepas landas.

Sang pilot dilaporkan tewas sementara co pilot berhasil selamat kendati mengalami luka.

Kantor berita Reuters melansir Eurofighters diproduksi patungan oleh perusahaan pertahanan asal Inggris, BAE Systems, European Aerospace Grup Airbus dan perusahaan asal Italia, Finmeccanica. Spanyol sepakat untuk membeli 87 pesawat Eurofighter satu dekade lalu.

Kemenhan Spanyol masih dapat membeli 16 pesawat tempur lainnya antara tahun 2003 dan 2018.



Sumber : Vivanews

Uji Statik Bom Jenis BTN-500

MAGETAN-(IDB) : Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Donny Ermawan T., M.D.S., menyaksikan langsung uji statik bom jenis BT-500 produksi Dislitbangau berkerja sama dengan PT Pindad, yang akan diuji coba dengan menggunakan pesawat F-16 Fighting Falcon, Bertempat di Shelter Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi, Senin (9/6). 


Dalam uji static bom jenis BT-500 tersebut dipimpin langsung oleh Sesdis Litbangau Kolonel Tek Suharto dan perwakilan dari PT Pindad bersama tim melakukan latihan uji statik bom jenis BT-500 dipasang disayap pesawat F-16 Fighting Falcon untuk selanjutkan dilakukan proses kerjanya sesuai prosedur yang berlaku. 


Pada kesempatan tersebut Komandan Lanud Iswahjudi menekankan kepada Komandan Skadron Udara 3 Letkol Pnb Firman Dwi Cahyono dalam pelaksanaan uji coba bom jenis BT-500 nantinya agar mengutamakan Safety atau keselamatan terbang dan kerja (Lambangja), dan sebelum uji coba bom dilakukan pengecekan dengan seksama.




Sumber : TNI AU


Moscow Gusar Nato Kerahkan Militer Ke Perbatasan Rusia

MOSCOW-(IDB) Sepak terjang Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang mengerahkan kekuatan militer Eropa Timur hingga ke dekat perbatasan Rusia membuat pihak Mokow gusar. Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyebut NATO ingkar janji dan melakukan tindakan kontraproduktif.

Komentar Lavrov itu muncul setelah menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Finlandia, Erkki Tuomioja. ”Upaya melanjutkan ekspansi NATO dan militernya ke (Eropa) timur, dekat dengan perbatasan Rusia, adalah (tindakan) kontraproduktif,” ujar Lavrov, dalam konferensi pers, yang dilansir Russia Today, tengah malam tadi (9/6/2014).

Strategi NATO, kata dia, bertentangan dengan kesepakatan blok (Barat) dengan Rusia dan ketentuan yang dibuat bersama Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa.

Awal bulan ini, Presiden Amerika Serikat, Barack Obama, mengumumkan rencana untuk menginvestasikan USD1 miliar guna mendukung pengerahan pasukan NATO ke Eropa Timur.  Obama juga berkomitmen untuk meningkatkan pengerahan pasukan militernya di Laut Hitam. Unjuk kekuatan militer itu dilakukan setelah NATO dan AS bersitegang dengan Rusia sebagai imbas dari krisis Ukraina.

Lavrov juga menyoroti pengerahan 4.700 pasukan tempur dan 800 kendaraan militer NATO ke Latvia untuk melakukan latihan perang besar-besaran. Rusia melihat gerakan NATO sebagai tanda agresi di tengah-tengah krisis Ukraina.

Ditanya sikap Ukraina yang akan memilih bekerjasama dengan Eropa, Lavrov mengingatkan kembali bahwa Kiev masih terikat perjanjian kerjasama dengan Rusia atau CIS. Dia menegaskan, Ukraina tidak harus mengorbankan pihak lain demi memperkuat keamanan mereka sendiri. ”Tentu saja, pemimpin baru Ukraina dapat memilih,” ujar Lavrov.

Sebelumnya AS telah mengerahkan dua pesawat siluman pembom B-2 ke Eropa Timur untuk bergabung dalam misi NATO. Tindakan AS itu mengikuti langkah Inggris yang juga mengerahkan pesawat pembom untuk tujuan yang sama.

AS Kerahkan 2 Pesawat Siluman Pembom B-2

Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) telah mengerahkan dua pesawat siluman pembom B-2 ke Eropa. Pesawat siluman AS canggih itu akan bergabung dengan pesawat pembom B-52 Stratofortress yang telah dikirim oleh Inggris untuk misi NATO ke Eropa Timur.

Semua pesawat yang ikut misi NATO akan ditempatkan di pangkalan udara Inggris, RAF Fairford, di sebelah barat London.

”Pengerahan pesawat pembom ini memberikan kesempatan yang sangat berharga untuk memperkuat dan meningkatkan interoperabilitas dengan sekutu dan mitra kami,” kata Laksamana Cecil Haney, Komandan Komando Strategis AS dalam sebuah pernyataan yang dilansir Angkatan Udara AS, Senin (9/6/2014).

“Pelatihan dan integrasi pasukan strategis (AS) menunjukkan kepada para pemimpin bangsa kita dan sekutu kita, bahwa kita memiliki (kekuatan) gabungan yang tepat antara pesawat dan teknisi untuk menanggapi berbagai ancaman dan situasi potensial,” lanjut Haney, seperti dilansir Russia Today.

AS sebelumnya telah mengirimkan pasukan tambahan ke Eropa Timur akhir-akhir ini untuk bergabung dengan NATO. Langkah AS itu sebagai komitmen bersama NATO untuk mengantisipasi agresi yang mungkin dilakukan Rusia ke Eropa Timur, setelah krisis di Ukraina terus memanas.

Moskow sendiri telah mengecam penumpukan pasukan NATO di dekat perbatasan Rusia. Hal itu dianggap Rusia sebagai tindakan provokatif. Rusia juga memperingatkan AS untuk tidak memanfaatkan krisis Ukraina sebagai dalih untuk unjuk kekuatan.

Manuver Rusia Tandingi NATO Di Langit dan Laut Baltik

Laut dan langit Baltik semakin ramai setelah Rusia ikut meluncurkan latihan perang untuk menyaingi latihan perang yang digelar Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Rusia memilih lokasi Kaliningrad, kawasan Baltik sebagai ajang unjuk kekuatan.

NATO lebih dulu mengerahkan pasukan tempur, tank, dan pesawat jet tempur di kawasan Baltik. Namun, lambat laun NATO memperluas wilayah latihan perang itu hingga ke dekat perbatasan Rusia.

Kementerian Pertahanan Rusia terusik dengan ekspansi gerakan NATO itu. ”Kami melakukan latihan militer bersamaan dengan latihan perang internasional (NATO) yang telah dimulai di Eropa, (bernama) Saber Strike-2014 dan BALTOPS-2014,” bunyi pernyataan kementerian itu, seperti dikutip Russia Today, Selasa (10/6/2014).

Kementerian Pertahanan Rusa melanjutkan, bahwa kekuatan militer yang terlibat dalam latihan perang di Kaliningrad sebanding dengan pasukan NATO yang terkonsentrasi di wilayah terdekat dari Estonia, Latvia dan Lithuania.

Manuver Rusia melibatkan pasukan angkatan laut, marinir, operasi pelumpuhan pasukan udara, pelatihan pertahanan udara dan pelaksanaan penembakan garis depan penerbangan.

”Semua senjata angkatan laut akan menjaga perbatasan dan pertahanan. Serta akan melakukan pelatihan untuk mencari dan menghancurkan kapal selam dan kapal tempur dari penyerang,” lanjut kementerian itu.

Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, gusar dengan sepak terjang militer NATO yang telah berada di dekat perbatasan Rusia. Tindakan NATO, kata Lavrov sebagai tindakan permusuhan dan pelanggaran perjanjian kesepakatan NATO dan Rusia yang dibuat tahun 1997.

 

Sumber : Sindo 

Kaskoopsau I Terima Kunjungan Kasau Jepang

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Komando Operasi Angkatan Udara I (Kaskoopsau I) Marsekal Pertama TNI Dedy N. Komara, S.E., menerima kunjungan Chief of Staff of Japan Air Self Defence Force (COS of JASDF) Jenderal Harukazu Saito di Makoopsau I, Jakarta, Senin (9/6).

Saat  mengunjungi Makoopsau I,  Jenderal Harukazu Saito didampingi Wakil Asisten Pengamanan Kasau Marsekal Pertama TNI Masmun Yan Manggesa, S.E., M.B.A. Sementara turut mendampingi Kaskoopsau I dalam penerimaan, para Pejabat di lingkungan Makoopsau I.


Pangkoopsau I Marsekal Muda TNI M. Syaugi, S.Sos., M.M. dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kaskoopsau I berharap kunjungan Jenderal Harukazu Saito dapat dimanfaatkan sebagai ajang untuk mempererat hubungan sebagai Negara Sahabat, khususnya kedua Angkatan Udara.




Sumber : TNI AU

Exocet MM 40 Block 2 TNI AL

Sigma class tembakkan rudal  exocet MM 40 Block 2
Sigma class tembakkan rudal exocet MM 40 Block 2


ARC-(IDB) : Dalam Latihan Gabungan beberapa waktu lalu, pihak TNI tampaknya berupaya tampil maksimal. Setiap alutsista yang dimiliki diuji habis seluruh sistem persenjataannya. Dari TNI-AL, paling tidak hal ini terlihat dari jumlah munisi peluru kendali yang dimuntahkan. 

Sepanjang sejarah, baru kali ini TNI-AL menembakan sekaligus 4 Peluru Kendali anti kapal yang harganya tentu tidak murah. Simak saja foto-foto yang didapat redaksi ARC dari Dinas Penerangan Angkatan Laut. 

Dalam foto terlihat 2 buah kapal perang kelas Sigma menembakan Exocet MM 40 Block 2. Sementara kapal perang kelas Ahmad Yani menembakan 2 buah Rudal C-802. Semua rudal sukses meluncur dan menenggelamkan kapal sasaran, yakni KRI Karang Banteng.


image
Ahmad Yani Class tembakkan Rudal C 802


TNI-AL sendiri merupakan pengguna setia rudal keluarga Exocet. Dimasa lalu, hampir seluruh KRI berudal dipersenjatai Exocet MM-38. Seiring waktu, TNI-AL pun memodernisasi persenjataan rudalnya dengan Exocet tipe terbaru, selain pengadaan tipe rudal lain. Sejak kedatangan kapal perang kelas Sigma, TNI-AL mengadopsi Exocet MM40 block 2. Rudal ini dinilai lebih baik dan berjangkauan lebih jauh dibanding pada Exocet MM-38.


image
Ahmad Yani Class tembakkan Rudal C 802


Saat tengah mendiskusikan aksi Rudal ini, ARC malah mendapat informasi langsung, bahwa TNI-AL telah membeli Exocet MM40 Block 3. Bahkan menurut agen penjualnya, Rudal itu telah tiba pada akhir 2013 lalu. Menurut sang agen, Indonesia sudah 2 kali membeli Exocet MM40, yang pertama pada tahun 2008 senilai 60 juta euro, termasuk rudal mistral dan test bench mistral. 

Lalu yang kedua, pada tahun 2011 pembelian Exocet MM40 Blok 2 senilai 70 juta Euro, termasuk rudal mistral dan test bench MM40. Namun pada kontrak kedua ini terjadi amandemen. Saat itu MBDA menawarkan pesanan Exocet MM40 Block 2 diupgrade ke Block 3 secara gratis, namun tentunya jumlah pembeliannya berkurang. Selain karena harganya lebih mahal, juga lantaran adanya modifikasi dan adaptasi 4 KRI pengusung rudal dari Block 2 ke Block 3.


Secara fisik, tidak ada perbedaan peluncur dari kedua jenis Exocet itu. Exocet MM40 Block 3 tetap bisa menggunakan Launcher ITL-70A yang biasa digunakan Exocet MM40 Block 2, tanpa upgrade apapun. Bahkan sejatinya, tanpa upgrade apapun, Rudal Exocet MM40 Blok 3 bisa langsung digunakan. Namun, penggunaannya tidak akan optimal. Maksudnya, kelebihan Exocet MM40 Block 3 yang mampu menjangkau sasaran 180 km serta menggempur sasaran darat tidak bisa dilakukan.

Namun demikian, memang Exocet MM40 Block 3 milik TNI-AL ini belum diuji coba pada Latgab lalu. Tetapi bolehlah kita berharap agar seluruh Exocet yang akan dimiliki nantinya berasal dari varian Block 3. 



Sumber : ARC

Pada 2014 TNI AU Akan Makin Disegani

TNI AU-(IDB) : Bagi bangsa Indonesia, perang merupakan jalan terakhir yang harus ditempuh, namun menyiapkan diri untuk siap perang, adalah langkah yang cerdas untuk menjamin situasi damai. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI I.B. Putu Dunia pada beberapa kesempatan. Kasau juga menyampaikan bahwa Dalam kurun waktu 10 tahun ke depan, tantangan yang dihadapi TNI Angkatan Udara akan semakin berat. Kemajuan Teknologi semakin pesat, peran kekuatan udara dalam perang modern semakin diperlukan.


Sebagai salah satu komponen pertahanan negara, TNI Angkatan Udara terus tumbuh berkembang seiring dengan dinamika pembangunan nasional dan perkembangan lingkungan strategis. maka kebijakan yang ditempuh TNI Angkatan Udara yakni “Minimum Essensial Force” yang merupakan jawaban tepat untuk dilaksanakan. Kita berharap, melalui pelaksanaan Renstra 5 tahunan, pertumbuhan dan perkembangan TNI Angkatan Udara ke depan mampu mewujudkan kekuatan tersebut, itulah sambutannya dalam peringatan Hari Kebangkitan Nasional.


Memang harus diakui bahwa kekuatan militer yang tangguh dari sebuah negara merupakan detterent power untuk mencegah serangan dari musuh atau calon musuh. Oleh karena itu kita kagum dengan upaya Kabinet Indonesia Bersatu Jilid-II dibawah Presiden SBY yang memutuskan meningkatkan kemampuan militer (TNI) dalam konsep MEF yang akan dilaksanakan melalui rencana strategis 5 tahunan.


Kementerian Pertahanan (Kemhan) optimistis pencapaian kekuatan pokok minimal (MEF) lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan. Jika awalnya pencapaian MEF pada 2024, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yakin bisa tercapai 2019. "Awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019)," kata Menhan seusai Rapat Pimpinan di Kantor Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta.


Pencapaian MEF yang lebih cepat lima tahun dari yang ditargetkan ini merupakan sebuah terobosan. Keberhasilan ini tak lain berkat besarnya APBN yang digelontorkan ke Kemhan. Jelas upaya tersebut merupakan kerja keras Menhan beserta jajarannya dalam mensinergikan sumber dana yang ada di negara dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan TNI, khususnya dalam menyikapi perkembangan situasi kawasan. Menhan pun meyakini kekuatan alutsista TNI AU hingga semester I-2014 mendatang dalam rangka kekuatan pokok minimum (Minimum Esensial Force) akan mencapai 40 persen. Hanya yang perlu mendapat perhatian adalah kebutuhan biaya operasional penambahan alutsista yang demikian banyak dan mendadak, jelas akan menyebabkan membengkaknya anggaran, disamping anggaran pemeliharaan.


Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengapresiasi kinerja jajarannya yang bekerja keras dalam pengadaan alutsista. Dia optimistis bisa mempercepat pencapaian MEF pada 2019. Saat ini pihaknya terus melakukan tiga hal besar dalam upaya pencapaian MEF, antara lain pertama penghapusan alat utama sistem senjata (alutsista) yang sudah tak bisa lagi digunakan. Kedua, peningkatan kemampuan alutsista yang saat ini dalam kondisi kurang maksimal. Dan ketiga, pengadaan alutsista baru.


Pada Tahun 2014, walaupun pemerintahan sudah berganti, Indonesia tinggal menunggu kedatangan alutsista. Kontrak-kontrak pengadaan sudah harus selesai di 2013. Itulah harapan pejabat terkait pertahanan pada akhir masa jabatannya. Mereka hanya berharap pada kabinet selanjutnya masterplan kekuatan pokok minimum (MEF) tetap dipertajam. Pada awal 2013, pemerintah menganggarkan APBN sebesar 77 triliun rupiah. Khusus untuk alutsista, pemerintah menyisihkan 36 triliun rupiah dari anggaran itu. Presiden sudah berkomitmen akan terus mengucurkan dana sebesar 156 triliun rupiah hingga 2014 di luar pos APBN. Penggelontoran anggaran yang demikian besar jelas mengejutkan negara-negara tetangga, mengingat daya pukul TNI AU mendadak meningkat beberapa kali lipat.


TNI Angkatan Udara akan terus menambah jumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimilikinya, bahkan ada 102 alutsista baru pada rencana strategis pembangunan TNI AU tahun 2010-2014. Alutsista baru tersebut meliputi pesawat tempur F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500. TNI AU juga akan melengkapi alutsista modern, seperti radar pertahanan udara, peluru kendali jarak sedang, dan pesawat tanpa awak.



Pembangunan Skadron TNI AU Dan Pesawat Baru


Dalam menindak lanjuti rencana kedatangan alutsista (Alat Utama Sistim Senjata) yang baru, TNI Angkatan Udara berencana menambah tiga skadron udara, yakni skadron udara tempur, angkut, dan pesawat intai menyusul program pembelian 102 unit pesawat berbagai jenis. "Saat ini tengah disiapkan skadron udara 16 di Pekanbaru (Riau), pembangunan skadron udara di Makassar, Sulawesi Selatan dan skadron udara Pontianak, Kalimantan Barat," kata Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia pada peringatan HUT TNI AU, 9 April 2013.


Skadron udara 16 di Lanud Roesmin Nuryadin, Pekanbaru merupakan home base pesawat tempur F-16 yang berasal dari hibah dari Amerika Serikat. Selama ini F-16 Falcon bersarang di fighter base Lanud Iswahyusi Madiun. "Sekarang ini sudah mulai bangun shelter untuk pesawat. Tahun depan akan datang 8 unit (dari 24 unit)," kata Kasau. Pada bulan Oktober 2011, DPR menyetujui hibah F-16 akan ditingkatkan mirip dengan Blok terbaru varian 50/52. TNI-AU juga mengalami kemajuan dalam reaktivasi seluruh 10 unit F-16 Fighting Falcon Blok 15 OCU.


Pembangunan skadron udara untuk pesawat angkut di Makassar, Sulawesi Selatan, akan diisi pesawat Hercules C-130H, berasal dari pembelian serta yang berasal dari hibah dari Australia. TNI AU akan mengganti Fokker F-27, dimana telah dipesan 9 CASA C-295 Spanyol, dalam memproduksi bersama PT Dirgantara Indonesia. Sementara itu di Lanud Supadio Pontianak akan menjadi markas pesawat tanpa awak (UAV). "Skadron UAV di Pontianak sudah disiapkan, tinggal menunggu pesawatnya saja. Mudah-mudahan segera datang," kata Putu Dunia.


Saat ini, TNI AU telah memiliki empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano, sehingga diharapkan TNI AU memiliki satu skadron pesawat Super Tucano yang ditempatkan di Skadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang. Pada 2013 diharapkan akn berdatangan pesanan super Tucano lainnya ke Lanud Abdulrahman Saleh Malang.


Untuk melengkapi pesawat tempur jenis Sukhoi di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin sebanyak 16 Unit di Tahun 2013. Diungkapkan oleh Wamenhan Sjafrie Samsuddin, “Sesuai dengan perencanaan semestinya tahun 2014, akan tetapi khusus skadron 11 yang alutsistanya pesawat tempur Sukhoi kita akan dorong di tahun 2013 sudah lengkap. Jadi kesimpulan persiapan bahwa di dalam 2014 ini kita akan lengkap skadron 16 unit dan sudah mengudara semua, “ katanya, Kamis (18/4) saat meninjau Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Dijelaskan oleh Wamenhan, dengan datangnya 2 unit pesawat Sukhoi jenis SU-30 MK2 pada bulan Februari lalu, saat ini TNI AU sudah memiliki 12 unit pesawat jet tempur Sukhoi, Su-27 SKM dan Su-30 MK2.


TNI AU akan mendapat 16 Pesawat latih Grob G120TP buatan Jerman. Keempat pesawat Latih Dasar (LD) dengan registrasi LD-1201, LD-1202, LD-1203, dan LD-04 yang sudah di roll out dikirim ke Indonesia menggunakan kapal laut dan akan tiba di Indoensia sekitar akhir Juli 2013. Pesawat Grob G 120TP dibeli Pemerintah Indonesia untuk digunakan TNI AU sebagai pengganti pesawat latih mula (LM) AS-202 Bravo dan pesawat Latih Dasar (LD) T-34C yang telah digunakan selama lebih 30 tahun. Ke-18 pesawat dijadwalkan pengirimannya akan selesai tahun 2014.


Selain itu dalam waktu dekat, TNI AU akan segera diperkuat satu skadron yang terdiri dari 16 pesawat latih tempur ringan T50 Golden Eagle dari Korea Selatan. T-50 buatan Korea dan Lockheed tersebut akan menggantikan peran pesawat Hawk MK-53 sebagai pesawat tempur latih. Juga sebagai pesawat transisi bagi penerbang Sukhoi.


Di AU Korea (Republic of Korea Air Force), pembuatan T-50 ini awalnya dimaksudkan untuk mengembangkan pesawat latih supersonik, untuk melatih dan mempersiapkan pilot (transisi) untuk pesawat tempur KF-16 dan F-15K. T-50 dipergunakan untuk menggantikan pesawat latih T-38 dan A-37 dipergunakan oleh ROKAF). T-50 mulai operasional awal dari 28 Juli-14 Agustus 2003. Design dari T-50 Golden Eagle sebagian besar berasal dari F-16 Fighting Falcon, dan mereka memiliki banyak kesamaan ; penggunaan mesin tunggal, kecepatan, ukuran, biaya, dan berbagai kelengkapan senjata.


T-50 dilengkapi dengan Honeywell H-764G sistem navigasi inersial global dan HG9550 radar altimeter. Pesawat ini adalah pesawat latih pertama yang memiliki fitur digital kontrol fly-by-wire.


T-50 Golden Eagle menggunakan engine tunggal General Electric F404-102, turbofan lisensi produksi Samsung Techwin, di upgrade dengan Full Authority Digital Engine Control (FADEC) sistem yang dikembangkan bersama oleh General Electric dan Korea Aerospace Industries. Pesawat ini memiliki kecepatan maksimum Mach 1,5. TA-50 adalah versi yang lebih dilengkapi dengan senjata berat dibandingkan T-50, dalam latihan tempur dan peran penyerang ringan. Pesawat ini dilengkapi dengan radar Elta EL/M-2032. TA-50 dirancang untuk beroperasi sebagai platform tempur penuh untuk senjata presisi terpadu, rudal udara ke udara dan rudal udara ke darat. TA-50 dapat berfungsi juga untuk misi pengintaian, bantuan tembakan udara dan fungsi perang elektronik.


TA-50 dipersenjatai dengan versi meriam tiga laras M61 Vulcan kaliber 20 mm. Dapat dipasang rudal AIM-9 Sidewinder di wingtip. Berbagai senjata tambahan dapat dipasang pada underwing. Compatible air-to-surface weapons, rudal AGM-65 Maverick, Hydra 70 dan peluncur roket LOGIR, CBU-58 dan Mk-20 bom cluster, dan berbagai bom Mk-82, 83, dan 84.

TNI AU akan memiliki satu skadron Golden Eagle yang terdiri dari 12 pesawat T-50 (Advanced trainer version) dan 4 pesawat TA-50 (Tactical trainer/light attack version). Dengan home base di Lanud Iswahyudi Madiun. Pesawat T-50 akan dicat dan design warna biru kuning, warna yang mirip dengan yang dipakai oleh tim aerobatic Elang Biru (F-16). Kemungkinan T-50 juga akan dipakai menjadi salah satu generasi penerus tim aerobatik kebanggaan TNI AU.



Kekuatan Dan Kemampuan Udara Yang Disegani


Menurut ilmu intelijen, dalam menghitung lawan atau calon lawan, yang harus diukur dari sebuah negara adalah kekuatan, kemampuan dan kerawanan militer. Dari sisi perbandingan kekuatan udara, dilihat dari jumlah dan jenis pesawat. Kemudian kemampuan baik sebagai unsur penyerang, strategis dan taktis serta kemampuan pertahanan. Seperti yang dikatakan oleh Kasau, pada saat damai maka kekuatan militer harus dibangun untuk persiapan perang. Artinya, kita harus melihat dan mengukurOrder of Battle negara lain.


Nah kini dari sisi kekuatan udara, Indonesia secara mengejutkan hanya dalam dua renstra telah mampu membangun kekuatan dan kemampuan yang jelas diperhitungkan oleh negara-negara tetangga. Ini semua jelas tidak terlepas dari membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, sehingga anggaran pertahanan, khususnya pengadaan alutsista telah meningkat dengan pesat. Pada tahun 2014, Indonesia mempunyai daya pukul dan daya pertahanan yang mumpuni apabila terjadi konflik dengan negara lain.


Seperti telah dikemukakan, TNI AU mengemban tugas yang tidak ringan yaitu harus menyiapkan sumber daya manusia, khususnya para penerbang pesawat-pesawat modern tersebut. Penyiapan skill personel untuk mengawaki pesawat masa kini bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Dibutuhkan penerbang yang profesional dan berkemampuan tinggi, disamping adanya tenaga-tenaga pendukung lainnya yang mumpuni. Kegagalan atau terbatasnya dukungan anggaran operasional, pemeliharaan serta penyiapan personil yang berkemampuan memadai menjadi inti dari manajemen TNI AU yang sedang menuju sebagai "First class Air Force." Penulis percaya pemerintahan masa kini sudah memperhitungkan kemungkinan tersebut, hingga tidak menjadi beban tersendiri bagi pemerintahan selanjutnya, khususnya bagi TNI AU. Yang jelas sebagai warga "the blues" penulis ikut bangga negara memiliki "daya kepruk udara" yang mendadak menjadi luar biasa.


Beberapa negara tetangga jelas merasa gelisah, karena beberapa pengamat militer internasional mengatakan adanya indikasi, Indonesia akan menuju kepada kekuatan udara superior, akan mengarah untuk memiliki sepuluh skadron Su-27/Su-30 dimasa mendatang. Belum lagi kalau pemikiran pejabat pertahanan pemerintahan mendatang bergeser dan meningkat, ingin memiliki jenis Sukhoi Su-35. Siapa yang tidak gentar? Jadi, jangan sepelekan Indonesia. Itu saja kesimpulannya. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi TNI AU sebagai salah satu komponen pertahanan negara yang kita cintai bersama, Aamiin.



Sumber : TNI AU