Pages

Minggu, Mei 25, 2014

Berita Foto : Panglima TNI Tinjau Gladi Posko Latgab TNI 2014

BOGOR-(IDB) : Panglima TNI Jenderal Moeldoko meninjau Gladi Posko Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2014 di Gedung Standby Force PMPP TNI, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (22/5/2014). Panglima TNI dan rombongan menyaksikan paparan dari satuan Komando Tugas Gabungan (Kogasgab) kepada Pangkogasgab TNI tentang kesiapan Latgab TNI 2014.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko tiba di Gedung Standby Force PMPP TNI, Sentul, Bogor, Jawa Barat. (Istimewa/Puspen TNI).

Panglima TNI Jenderal Moeldoko meninjau Gladi Posko Latihan Gabungan (Latgab) TNI 2014.

Panglima TNI Jenderal Moeldoko mendapat pemaparan.




Sumber : Detik

26 Mei 2014 Indonesia Malaysia Bahas Sengketa Mercusuar

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah RI dan Malaysia akan duduk bersama membahas sengketa tapal batas wilayah menyusul rencana Malaysia membangun Mercusuar di Tanjung Datuk, Kecamatan Paloh, Kalimantan Barat. Pertemuan akan berlangsung pada 26 Mei 2014 di Jakarta.  



Panglima TNI Jenderal Moeldoko menyampaikan, pertemuan itu diikuti Kementerian Pertahanan, TNI dan Kementerian Luar Negeri.



"Pertemuan itu dipimpin Menteri Luar Negeri," kata Moeldoko di sela-sela Apel Kesiapan Latihan Gabungan TNI di Dermaga Komando Lintas Laut (Linlamil) Tanjung Priok, Jakarta, Minggu 25 Mei 2014.



Moeldoko kembali menegaskan, bahwa TNI telah mengusir pekerja bangunan agar menghentikan kegiatan pembangunan mercusuar tersebut serta menegakkan bendera merah putih di sana sebagai simbol bahwa wilayah itu merupakan kedaulatan Indonesia. 



Sedangkan bangunan mercusuarnya yang masih dalam proses itu belum dihancurkan. 



"Tidak usah dibongkar-bongkar. Kalau itu masih berada di wilayah Indonesia, saya akan dirikan bendera merah putih," ujar Doktor Bidang Ilmu Administrasi Kebijakan Publik dari Universitas Indonesia itu.



Moeldoko menambahkan, pada 28 Mei mendatang TNI juga akan mengundang Gubernur Kalimantan Barat, bupati dan seluruh unsur TNI yang berada di sana untuk merumuskan secara detail kekuatan pertahanan.



"Kekuatan pertahanan di sana harus diperkuat," ujarnya.



Sementara itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Marsetio menuturkan, kapal TNI Angkatan laut selalu siaga di kawasan Tanjung Datuk untuk menjaga kedaulatan negara. 



"Tiga kapal perang, KRI Madang, KRI Barakuda, sudah berada di sana, karena wilayah ini masih menjadi perdebatan, dan harus kita jaga," katanya.

SBY : Indonesia Malaysia Harus Bahas Mercusuar Tanjung Datu

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginginkan pembangunan mercusuar di Tanjung Datuk, Kalimantan Barat lewat pembahasan antara Indonesia dan Malaysia. Jika tidak ini akan melanggar aturan.
 

Presiden mengatakan jika Malaysia meniatkan pembangunan mercusuar di Tanjung Datuk harus dengan Indonesia. Mercusuar iti untuk kepentingan keselamatan pelayaran dan navigasi. Mercusuar itu juga tidak diberi identitas negara.
 

"Tanjung Datuk masih menjadi wilayah yang dipersengketakan, tentunya tidak baik kalau membangun begitu saja," kata SBY di Hotel Shangri-La, Manila, Filipina, Sabtu (24/5).
 

Seperti dilansir Situs Kepresidenan, Malaysia dalam proses membangun mercu suar di perairan TanjungDatuk. Wilayah tersebut masihmenjadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia.
 

Namin, sikap pemerintah Indonesia meminta proses pembangunan mercu suar tersebut dihentikan. Lokasi pembangunan mercu suar berada di dalam garis landas kontinen Indonesia berdasarkan perjanjian RI– Malaysia tahun 1969.
 

Indonesia sudah melayangkan undangan untuk membahas masalah ini, dan Malaysia memberi respon yang positif. Presiden berharap kedua negara bisa menyeselesaikan persoalan ini dengan baik.
 

"Jika pembangunan mercusuar diperlukan untuk kepentingan navigasi, hal tersebut bisa dilakukan bersama, dan tidak perlu ada identitas negara. Indonesia sangat terbuka untuk menyelesaikan setiap sengketa perbatasan secara damai, menggunakan saluran politik dan demokrasi, sesuai dengan hukm internasional," jelas SBY.

Mabes : Malaysia Tidak Boleh Bangun Mercusuar Di Daerah Sengketa

Mabes TNI bersikap tegas atas aksi Malaysia yang membangun mecusuar di perairan sengketa di Tanjung Datu. Patok besi sudah dipasang para pekerja Malaysia, dengan dikawal angkatan bersenjata negeri jiran itu. TNI yang mengetahui aktivitas itu segera mengirim kapal perang.

"Itu wilayah abu-abu, itu status quo. Nggak boleh masuk," jelas Kapuspen TNI Mayjen Fuad Basya saat dikonfirmasi detikcom, Rabu (21/5/2014).

Kapal perang TNI dan pesawat pengintai segera bergerak melakukan pemantauan dan pemotretan. Kapal perang hanya berpatroli di sekitar pembangunan mercusuar itu.

"Jangan sampai mereka masuk perairan Indonesia," tegas Fuad.

Mabes TNI juga segera mengontak Kemlu untuk meminta melakukan langkah diplomasi terkait provokasi Malaysia yang membangun mercusuar itu.

"Agar dilakukan langkah diplomatik," terang Fuad.

Pada Selasa (20/5) pukul 17.00 WIB, setelah kapal perang TNI berpatroli terus berputar-putar di kawasan itu akhir Malaysia menghentikan pembangunan mercusuar. Namun tiga tiang pancang sudah terpasang di kawasan itu.




Sumber : Vivanews

Terkait Kudeta, AS Hentikan Latihan Militer Bersama Thailand

BANGKOK-(IDB) : Pemerintah Amerika Serikat, 24 Mei 2014, kembali menjatuhkan sanksi kepada Thailand. Kali ini Departemen Pertahanan AS menghentikan latihan militer bersama dengan Thailand untuk sementara waktu, dan membatalkan kunjungan resmi ke Thailand.

USA Today melaporkan, Komandan Pasukan Elite Angkatan Laut AS Harry Harris semula berencana berkunjung ke Bangkok pada bulan Juni. Tetapi lawatan itu dibatalkan paska junta militer Thailand mengambil-alih kekuasaan dari pemerintah yang sah.

Tak hanya Angkatan Laut AS yang membatalkan agendanya, Pentagon (markas Departemen Pertahanan AS) juga melakukan hal serupa. Mereka membatalkan beberapa acara bersama dengan militer Thailand.

“Penting bagi militer Kerajaan Thailand untuk mengakhiri kudeta dan memulihkan aturan demokrasi serta prinsip pemerintahan berbasiskan sipil. Salah satunya dengan pemilihan umum,” kata Sekretaris Pers Pentagon, John Kirby.

Kendati militer AS dan Thailand memiliki hubungan erat, ujar Kirby, prinsip demokrasi dan aturan hukum AS mewajibkan Negeri Paman Sam untuk mempertimbangkan kembali komitmen dan bantuan militer bagi Negara Gajah Putih. AS pun kini tengah mempertimbangkan untuk menjatuhkan sanksi lainnya terhadap Thailand.

“Kami akan terus meninjau kembali komitmen tambahan lainnya yang diperlukan hingga situasi di Thailand kembali pulih. Kami menyerukan kepada Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand untuk bertindak yang terbaik sesuai dengan kepentingan warganya dengan mengakhiri kudeta ini serta memulihkan aturan hukum melalui prinsip demokrasi,” kata Harris.

Pembatalan latihan bersama yang dimaksud AS itu yakni CARAT. CARAT merupakan latihan militer tahunan yang digelar anggota elite AL AS dengan beberapa negara anggota Asia Selatan. Saat ini beberapa negara ASEAN yang ikut serta dalam latihan tersebut adalah Bangladesh, Brunei, Kamboja, Malaysia, Filipina, Singapura, Indonesia, dan Thailand.

Kepala Angkatan Staf Militer AS Jenderal Raymond Odierno sebelum ini telah menghubungi mitranya di Thailand. Menurut Kirby, pembicaraan di telepon tersebut berlangsung konstruktif. Tetapi dia tidak mengungkapkan detail hasil perbincangan via telepon itu.

Untuk diketahui, saat ini terdapat 700 pelaut dan anggota Angkatan laut AS di Thailand. Negeri Gajah Putih itu merupakan sekutu AS terlama di kawasan Asia.

Militer Thailand melakukan kudeta usai terjadi unjuk rasa selama beberapa bulan dan adanya kebuntuan politik di antara pejabat pemerintah terpilih dengan massa antipemerintah. Unjuk rasa menentang kudeta terjadi Sabtu kemarin, namun militer tidak bertindak anarki terhadap massa.

Sementara latihan militer bersama antara AS dan negara-negara di kawasan Asia dianggap penting dalam beberapa tahun belakangan karena Tiongkok menancapkan kukunya semakin kuat di kawasan Asia Tenggara.

Bulan lalu misalnya, AS dan Filipina menandatangani kesepakatan untuk mempererat kerjasama di bidang militer, termasuk keamanan maritim.

Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel juga dijadwalkan berkunjung ke kawasan ASEAN pada Rabu pekan depan. Dia akan menghadiri pertemuan dengan para Menteri Pertahanan dari kawasan Asia Tenggara.

Sebelumnya, pemerintah AS telah menghentikan bantuan militer senilai US$3,5 juta atau Rp41 miliar untuk Thailand. Nilai itu merupakan satu pertiga dari total bantuan yang diberikan kepada Thailand.

AS sekarang juga sedang meninjau bantuan keuangan lainnya untuk Thailand yang sudah lebih dulu dialokasikan melalui badan internasional, termasuk melalui organisasi ASEAN.



Sumber : Vivanews

Panglima TNI Apel Kesiapan Pasukan, Senjata Dipamerkan

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal Moeldoko didampingi Kepala Staf Angkatan memimpin apel kesiapan prajurit dalam Latihan Gabungan TNI di Lapangan Komando Lintas Laut Militer Tanjung Priok, Jakarta Utara, Minggu 25 Mei 2014. Dalam apel ini, sejumlah alat utama sistem persenjataan dipamerkan.

“Apel kesiapan ini untuk mengecek kesiapan seluruh personel dan alutsista yang terlibat dalam Latgab. Puncak Latgab ini akan disaksikan langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudoyono pada 3-4 Juni di Asembagus, Situbondo, Jawa Timur,” kata Koordinator Penerangan Latgab TNI Kolonel Infantri Bernardus Robert, di Tanjung Priok.

Robert menjelaskan, prajurit yang mengikuti apel ini sebanyak 2.488 personel, antara lain Divisi Infantri-1/Kostrad, yaitu Resimen Armed-2/1/Kostrad, Batalyon Infantri Linud 305/17/1/Kostrad Karawang, Yonif-321/13/1/Kostrad Tasikmalaya, Yon Armed 10/02/1/Kostrad Ciluar Bogor, Yon Armed 13/2/1/Kostrad Sukabumi, Baterai Arhanudri-1/1/Kostrad Serpong, Kompi Kavaleri Pengintai-1/1/Kostrad Cijantung, Ki Yonif 203/Mek, Kodam Jaya Tangerang, Ki Yonzipur-9/1/Kostrad Ujung Berung, Ki Yonbekang-1/1/Kostrad Cibinong, Ki Yonkes-1/1/Kostrad Cibinong, Ki Hub-1/1/Kostrad Ciluar Bogor, Ki Denpom-1/Kostrad Ciluar Bogor, Ki Denpal-1/Kostrad Cilodong, dan Denma Divif-1/Kostrad Cilodong.

“Alutsista dari Divisi Infantri-1/Kostrad dalam Latgab ini adalah 9 tank Scorpion, 4 tank Stormer AP, 1 tank Stormer Comando, 1 tank Stormer AVLB, meriam 76 MM, dan meriam 155 MM ,” ujar Robert.

Menurut Robert, jadwal peninjauan kesiapan prajurit dan alutsista selanjutnya akan dilakukan pada 27 Mei di Lanud A Yani, Semarang. Di sana akan dipamerkan alutsista helikopter Mi-17, Mi-35, BO 105, dan Bell 205.

Di tanggal yang sama juga akan dilakukan apel kesiapan prajurit di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, dengan mengeluarkan skuadron-32 Hercules, Skuadron-4 Cassa-212, Skuadron-21 Tucano, Skuadron-3 F-16, Denmatra-2 Paskhas, Madivif-2/Kostrad, Brigif Linid-18/2/Kostrad, dan Yonif Linud-502/18/2/Kostrad.

Berikutnya pada 28 Mei, akan dilakukan pengecekan kesiapan personel dan alutsista di Koarmatim Ujung Surabaya, Jawa Timur, yang melibatkan beberapa Kapal Perang RI (KRI), pasukan pendarat dari Yonif-3 Mar, Yonif-5 Mar, Yon Armed (Menarmed-1 Mar), Denkav (Menkav-1 Mar), serta meriam How 105, RM-70 GRAD, BMP-3 F, BTR-50 P, dan KAPA-61.
 



Sumber : Vivanews

Map Of Conflict Series : Analisa Umum Pasifik (5)

image

ASEAN – Filipina Dan Vietnam


JKGR-(IDB) : Asia Tenggara, beranggotakan 10 negara, lebih dari 650 juta penduduk dengan lebih dari setengahnya adalah usia produktif, berisikan sumber daya alam dan sumber daya energi melimpah. Diiringi pertubuhan ekonomi yang terus menanjak dan potensi pasar yang terus berkembang, ASEAN adalah the rising stars of the world.


Tidak ada yang meragukan betapa menariknya ASEAN di mata dunia, dilihat dari sisi manapun ASEAN tetaplah menggairahkan bagi para pelaku kepentingan dunia. Dengan ekonomi yang terus tumbuh dan segala sumber daya alamnya, siapa yang tidak tertarik?! Secara sederhana dapat digambarkan, meningkatnya ekonomi ASEAN akan secara otomatis meningkatkan pendapatan perkapita. Jika pendapatan perkapita meningkat maka daya beli dan tingkat konsumsi juga akan meningkat. Bila daya beli dan konsumsi meningkat, dengan 650 juta penduduknya berikut potensi belanja negara pada semua sektor. Maka bisa dibayangkan betapa menggiurkan potensi pasar ASEAN bagi industri dunia, laksana putri cantik pujaan segala bangsa.


ASEAN juga dikaruniai dengan bumi yang kaya sumber daya alam berharga, mulai dari bermacam macam barang tambang sampai dengan aneka sumber energi. Ditengah krisis energi dunia dan kelesuan ekonomi Eropa dan Amerika, tak ayal jika mata negara – negara besar tertuju pada ASEAN. Permasalahannya, perhatian yang berlebih dari negara besar akan cenderung melahirkan konflik yang tercipta dari tarik menarik kepentingan baik itu horisontal maupun vertikal. Hal ini secara tidak langsung akan mendorong negara – negara kawasan untuk mempersenjatai diri demi melindungi kepentingannya sehingga mendorong terciptanya rasa ketidak percayaan antar sesama negara kawasan, yang pada praktiknya kemudian dimanfaatkan oleh para pihak ketiga. Jika saja ASEAN dapat lebih solid serta bersatu dalam satu pikiran dan tujuan, ASEAN akan menjadi kekuatan ekonomi yang bahkan mampu menyaingi NATO.


Cepat atau lambat ASEAN perlu memandang ke dalam diri mereka sendiri dan berfokus pada diri sendiri dalam rangka mendorong kemajuan bersama. Jalan menuju kesana telah dirintis dengan menciptakan perjanjian kerjasama “Masyarakat Ekonomi ASEAN” yang akan dilakasanakan pada 2015 mendatang. MEA sendiri dirancang untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi ASEAN, menciptakan pasar regional yang berfokus kedalam, menarik investasi masuk serta meningkatkan daya saing ASEAN pada persaingan global. MEA adalah bentuk kesadaran diri ASEAN atas kekuatan yang dimilikinya serta sebentuk upaya untuk mewujudkan potensi tersebut. Pertanyaannya adalah, apa pengaruh MEA pada dunia, serta antara ekonomi ASEAN yang bersatu dan ekonomi ASEAN yang terpecah manakah yang lebih menguntungkan bagi para negara besar?


Bisa dipastikan MEA akan memberikan dampak langsung pada ekonomi dunia serta akan menjadi salah satu pilar yang ikut menopang stabilitas ekonomi dunia. Sejauh mana keberhasilan negara – negara ASEAN menggiring wacana MEA akan ikut mempengaruhi dinamika politik kawasan dan sekitarnya. Sebab soliditas kerjasama antar negara ASEAN akan secara otomatis ikut meningkatkan daya tawar politik ASEAN pada dunia. Yang pada akhirnya dapat digunakan untuk menyelesaikan konflik terkait yaitu LCS. 

Pada praktiknya akan tergantung pada sejauh mana ASEAN mampu memanfaatkan Amerika dan negara besar lainnya untuk menjadi penyeimbang RRC, dan sejauh mana ASEAN dapat bertahan dari intervensi yang memecah belah. Tentu saja akan ada ongkos yang harus dikeluarkan untuk tujuan itu, hal ini bisa dilihat dari sikap Amerika dan Eropa yang cenderung ‘wait and see’ atas LCS. Pada intinya ASEAN harus dapat memainkan perannya agar tidak terus menjadi bahan permainan pihak luar.
 
Filipina bersama Vietnam berhadap hadapan secara langsung dengan RRC terkait sengketa LCS, kedua negara ini adalah yang pertama kali akan merasakan imbas LCS. Ditengah aksi diam dunia langkah agresif RRC telah menempatkan keduanya pada posisi yang sulit. Sangat jelas terlihat negara besar tengah memainkan peran “bad cop good cops” untuk memperoleh keuntungan diantara kesempitan kondisi ASEAN. Tujuannya pun sudah jelas, baik sang ‘bad cop’ maupun ‘good cops’ menginginkan “share” atas harta yang terkandung di perut bumi ASEAN.


Secara militer negara – negara ASEAN bukanlah lawan seimbang bagi RRC dan mereka yang kaya tapi lemah akan cenderung ditindas dan dimanfaatkan, yang demikian itu sudah hukum alam. Mengetahui keterbatasan dirinya dan didorong oleh ikatan sejarah, Filipina memutuskan untuk merangkul Amerika sebagai sekutu dalam menghadapi RRC. Tak hanya itu, Filipina juga berusaha merangkul kerjasama sesama negara ASEAN dalam menghadapi RRC terutama Indonesia dan Vietnam. 

Dengan Vietnam Filipina lebih condong mengharapkan terciptanya kerjasama militer antara kedua negara, mengingat secara geografis Vietnam adalah tetangga yang paling dekat di LCS dan berbagi nasib yang sama pula. Sementara itu tercapainya kesepakatan terkait perbatasan antara Indonesia dan Filipina yang telah berlarut larut selama 20 tahun terakhir. Adalah sebuah bahasa eksplisit dari Filipina untuk meminta bantuan pada Indonesia terkait konflik LCS. Tidak disangkal lagi bahwa sanya Indonesia memiliki peran yang sangat penting sebagai mediator dan stabilisator kawasan.


image

Dalam kaitannya dengan Indonesia bisa dikatakan hubungan Filipina – Indonesia berada pada level moderat. Secara potensi Filipina memandang Indonesia lebih menjanjikan dibanding Vietnam atau negara ASEAN lainnya. Hal ini bisa dilihat minat Filipina untuk membeli produk – produk militer Indonesia dan terutama kecenderungan Filipina untuk mengikuti “jejak” Indonesia. 

Sebuah sinyalemen yang mengisyaratkan rasa kepercayaan dan keinginan untuk merapat sebagai sahabat NKRI. Namun langkah pendekatan Filipina terhadap Indonesia masih terkesan ragu – ragu dan tidak sepenuh hati. Hal tersebut dapat dilihat dari keputusan Filipina untuk menerima kembali kehadirian militer Amerika di Mindanao yang ditengarai membawa “misi ganda”. Namun patut diduga pula bahwa dari keputusan tersebut Filipina juga mengharapkan paket bantuan militer dari Amerika dan sekutu sebagaimana yang telah diterima Indonesia.
 
Dapat dipastikan Filipina tidak akan dapat berbuat banyak jika harus berhadapan langsung dalam konflik senjata dengan RRC.


Keputusan Filipina untuk menerima kembali kehadiran militer Amerika adalah solusi paling realistis untuk menambal kelemahan militernya. Oleh karenanya kedatangan armada Amerika di Mindanao disambut bak selayaknya angin segar bagi paru – paru Filipina. Yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, jika konflik benar – benar meletus apakah Amerika akan benar – benar mau membantu Filipina menghadapi RRC? 

Jawaban atas pertanyaan ini akan bergantung pada, seberapa besar nilai ekonomis yang terkandung dalam zona LCS yang dimiliki Filipina dapat menambal biaya perang yang harus dikeluarkan oleh Amerika untuk mempertahankan Filipina. Atau jika Manila dapat memberikan penawaran yang menguntungkan sebagai bayaran atas jasa perlindungan paman Sam. Dalam hal ini, syarat “status sementara” bagi keberadaan pangkalan Amerika di Mindanao mencerminkan kehati – hatian Filipina dalam mengambil sikap. Agaknya Filipina tidak ingin seperti lepas dari mulut singa lalu jatuh kemulut buaya.


Selama ini Filipina masih begitu disibukkan dengan aksi pemberontakan bangsa Moro, sementara musuh berbadan besar telah berdiri didepan pintu. Filipina tidak akan mungkin mampu menghadapi sang agresor dengan tenang selama didalam rumahnya sendiri masih menyisakan pekerjaan yang banyak. Harapan bagi Filipina adalah berdamai dengan siapa saja yang bisa diajak berdamai dan menggandeng siapa saja yang bersedia diajak berkawan, sebagaimana yang telah dicontohkan dengan jelas oleh Indonesia. 

Karena secara ekonomi dan militer Filipina tidak memiliki kekuatan yaang mantap, maka untuk saat ini strategi politik yang paling tepat bagi Filipina adalah “many friends but share only one common enemy”. Jika Manila mampu merangkul bangsa Moro maka itu akan menjadi doping yang mantap bagi rasa percaya diri Filipina. Yang dibutuhkan hanyalah sedikit dukungan dan asistensi Indonesia, dan jika Filipina dapat mendapatkan dukungan yang lebih luas lagi dari Indonesia. Maka itu akan semakin lebih baik lagi bagi jaminan probabilitas keberhasilan Filipna dalam melewati konflik LCS.


Sementara itu tetangga Filipina di sebelah barat yaitu Vietnam juga mengalami masalah yang kurang lebih serupa, bahkan mungkin lebih memusingkan. Dalam sejarahnya Vietnam sudah sangat kenyang dengan pendudukan, invasi dan agresi asing. Kisah perjalanan Vietnam ditulis penuh dengan cerita ‘perjuangan’ yang heroik dan berdarah darah dalam upayanya melawan asing, dan melawan China adalah termasuk dalam rangkaian kisah perjuangannya. 

Friksi antara Vietnam – China pertama kali terjadi pada 1979 ketika Vietnam memutuskan menghukum rezim ‘Pol Pot’ yang melakukan pembersihan etnis Viet di Kamboja. Rezim Khmer Merah Kamboja sendiri memiliki hubungan yang dekat dengan RRC, oleh karenanya Tiongkok merasa perlu mempertahankan sekutunya yang tinggal satu di Indochina. Selain itu upaya RRC lebih didorong karena rasa sakit atas tindakan Vietnam yang seperti melupakan segala bantuan Tiongkok pada perjuangan Vietnam merebut kemerdekaannya dari Perancis. Jadilah aksi hukum menghukum ini perang besar Indochina ketiga yang berlarut – larut dari 1979 – 1989.


Secara geografis Vietnam berbagi perbatasan darat dan laut dengan RRC, menjadikan Vietnam benar – benar bertatapan langsung dengan RRC dalam konflik LCS. Jika konflik benar – benar meletus maka baku hantam diantara milliter kedua negara akan terjadi di darat, laut dan udara. Mesikupun perdamaian antara Vietnam dan RRC telah dicapai pada 1990, kedua negara masih memendam rasa ketidak percayaan antara satu sama lain. 

Untuk menanggapi perkembangan militer RRC, walaupun secara terbatas, dalam dua dasawarsa terakhir Vietnam telah melakukan pembelian alut sista besar besaran pada Rusia. Dari rombongan Su-30 di udara hingga kawanan kapal selam Kilo Class di laut. Dari jauh hari Vietnam telah menyadari bahwa dendam berdarah Tiongkok tidak akan hilang begitu saja melalui sebuah perjanjian damai. Klaim RRC atas LCS yang didasarkan pada catatan zaman kerajaan ribuan tahun di masa lampau semakin menguatkan kecurigaan Vietnam.


Protester holds a placard which reads, "nation first" while marching during an anti-China protest on a street in Hanoi

Sejak digelarnya kebijakan ‘Do Moi’ pada 1986 yang menjadikan sistem ekonomi Vietnam lebih terbuka dan liberal. Tingkat pertumbuhan ekonomi Vietnam melonjak drastis hingga menduduki peringkat tertinggi kedua didunia setelah China. 

GDP Vietnam tidak lagi bertumpu pada pertanian semata, namun telah berkembang pada sektor – sektor industri lainnya sehingga mengundang arus investasi asing masuk. Indonesia pun tidak ketinggalan berinvestasi di Vietnam, yang terbaru dan terbesar adalah pembangunan pabrik semen milik PT.Semen Gresik (persero)Tbk. 

Menjadikan Indonesia sebagai salah satu relasi penting bagi Vietnam dalam kerja sama ekonomi, dan Vietnam mengapresiasinya dengan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi kedua selain bahasa Inggris, bahasa Jepang dan bahasa Mandarin. Lebih jauh lagi hubungan antara Indonesia dan Vietnam telah terbentuk sejak 1986 dan hingga sakarang Vietnam memandang Indonesia sebagai “saudara tua” yang dihormati. 

Tercapainya kesepakatan pada 2003 terkait perbatasan bernilai strategis di antara kedua negara menjadi momentum terbesar hubungan baik Indonesia dan Vietnam. Namun hubungan yang bersifat khusus seperti dalam bidang kemiliteran tidak ditemukan jejak yang signifikan diantara kedua negara. Namun tidak menutup kemungkinan bahwasanya Vietnam juga mengharapkan hubungan itu dari Indonesia,..


Salah satu yang patut diperhatikan dalam perindustrian Vietnam adalah investor asing yang berinvestasi pada industri pertambangan strategis seperti minyak dan REM, dimana sebagian besar dari sektor strategis itu digeluti oleh para investor Jepang. Dalam hal ini industri pertambangan REM adalah yang paling penting dan krusial bagi Jepang sebab bersentuhan langsung dengan industri elektronik teknologi tinggi di main land Jepang. REM sendiri adalah bahan baku utama dalam pembuatan chip- chip komputer. 

Dengan banyaknya industri strategis Jepang yang beroperasi di Vietnam dan sehubungan dengan semakin memanasnya hubungan Vietnam – RRC terkait LCS. Timbul pertanyaan yaitu, apakah Jepang akan membiarkan Vietnam jatuh pada RRC dengan resiko kehilangan industri vitalnya? Jika melihat GDP Vietnam yang baru berkisar pada angka $300 miliar dengan anggaran pertahanan pada kisaran 2,5% – 3%, lalu menghubungkannya dengan aktifitas belanja militer Vietnam. Muncul lagi pertanyaan, dari mana Vietnam mendapatkan dana tambahan belanja militernya?


Sejarah Vietnam yang penuh dengan peperangan melawan asing agaknya telah terbawa hingga masa kini, ada semacam rasa ketidak percayaan kepada pihak luar yang kental pada diri Vietnam. Hingga kini tidak ditemukan aliansi strategis antara Vietnam dan pihak luar, yang ada hanyalah hubungan kedekatan yang bersifat mutual atau simbolis. Terkait dengan LCS hampur bisa dipastikan Vietnam akan menolak untuk mendekati atau didekati oleh Amerika, karena sejarah tidak berbohong dan masih pula menyisakan luka. 

Sementara Rusia sendiriterlihat lebih berpihak kepada RRC serta memberi kesan kuat ‘cuci tangan’ dari LCS. Maka sebagaimana Filipina, peluang terbesar Vietnam ada pada kerjasama antar negara kawasan. Dan meskipun rasa percaya diri Vietnam sangat tinggi, namun sendirian saja mempertahankan Paracel dari China kecil sekali kemungkinannya bagi Vietnam untuk berhasil. Mungkin Vietnam harus mulai belajar menurunkan ambisinya dan bersikap lebih rendah hati, sebab sifat keras kepala dan harga diri buta tidak akan memberikan apapun.


image

Salah satu langkah yang dapat ditempuh Vietnam adalah dengan menarik pihak luar untuk ikut masuk ke dalam konflik tanpa harus Vietnam sendiri yang mengundangnya. Yaitu dengan memainkan kartu diplomasi dan kepentingan ekonomi sebagai alat untuk “memaksakan” bantuan atau dengan melebarkan skala konflik agar menyebar di seluruh kawasan sehingga negara kawasan mau tidak mau akan ikut terlibat. 

Dengan langkah tersebut Vietnam akan dapat memaksa pihak ketiga untuk masuk kedalam konflik tanpa harus membayar ongkos bantuan, dan strategi ini sangat mungkin dilakukan oleh Vietnam mengingat potensi Vietnam untuk menjadi negara pertama yang akan terlibat dalam konflik terbuka dengan RRC.

Skenario ini tentu saja akan sangat berdampak pada Indonesia sebab posisi Natuna yang menjorok ke utara sangat rawan terkena imbas konflik. Terlebih lagi dengan adanya rencana TNI untuk menempatkan pangkalan militer di Natuna, satu saja langkah yang salah maka Indonesia akan ikut berenang dalam riak konflik LCS. Selain menarik Indonesia masuk kedalam, Vietnam juga dapat menarik Malaysia serta menarik Amerika melalui Filipina. Dengan melebarkan konflik ke banyak negara maka tidak akan mudah bagi RRC untuk menduduki LCS tanpa perjuangan, sekaligus memastikan RRC tidak akan keluar dari LCS tanpa berdarah darah.




Sumber : JKGR

Analisis : Garda Wibawa, Uji Nyali Dan Uji Tempur

ANALISIS-(IDB) : Sepanjang pekan lalu dan pekan awal bulan depan ada dua mata ujian yang telah dan akan dilakoni TNI kita. Yang pertama adalah mata pelajaran uji nyali di Tanjung Datuk Kalbar.  Dengan mengerahkan sejumlah KRI, sejumlah jet tempur Hawk dan pesawat UAV berikut pasukan batalyon 641 Raider TNI AD maka pelajaran uji nyali di Tanjung Datuk lulus dengan mundurnya kapal perang Malaysia.  Meski begitu sejumlah KRI tetap bersiaga disana untuk memastikan “jalannya” kewibawaan teritori NKRI, garda wibawa.



Pada saat yang sama sebenarnya di perairan Ambalat saat ini sedang berlangsung operasi militer gabungan TNI “Garda Wibawa” yang melibatkan puluhan KRI dan sejumlah jet tempur dengan dukungan pasukan Kodam Mulawarman dan Kodam Wirabuana. Operasi militer ini untuk menguji koneksitas dan integrasi sistem pertempuran antar matra TNI.  Ambalat yang dijadikan medan uji simulasi sistem pertempuran, ternyata Tanjung Datuk menjadi ujian sesungguhnya.

Tank amfibi BMP3F sedang melakukan serbuan pantai


Sekedar membandingkan bedanya perairan Ambalat dengan Tanjung Datuk adalah, kalau di Ambalat kita yang bangun mercu suar di Karang Unarang lalu ada gangguan dari kapal perang Malaysia, tetapi pembangunan tetap jalan terus sampai selesai. Di perairan Tanjung Datuk pihak Malaysia yang berinsiatif membangun mercu suar di wilayah “abu-abu” itu tetapi dengan ketegasan hulubalang Republik, pembangunan mercu suar itu akhirnya dihentikan. Pelajaran dari kedua wilayah ini adalah jangan sekali-kali kita lengah karena sekali lagi terbukti perilaku jiran sebelah itu memang selalu ingin mencari kelengahan kita.



Pekan depan tepatnya sepanjang minggu pertama bulan Juni 2014 akan ada pergerakan 16.000 tentara khususnya di pulau Jawa.  Pergerakan militer itu dalam rangka menguji mata pelajaran militer yang lain yaitu uji tempur seluruh matra TNI bersama senjata-senjata strategis yang dimilikinya.  Setidaknya ada 40 an jet tempur berbagai jenis yang terdiri 8-10 Sukhoi, 6-8 F16, 12 T50, 2 F5E, 3 Super Tucano dan 10-12 Hawk akan bersileweran di langit Jawa untuk memerankan uji tempur pre emptive strike, menghancurkan musuh sebelum memasuki wilayah teritori Indonesia.  Musuh anggapan (musang) yang dijadikan target ada di perairan selatan Jawa yang bermaksud menyerang jantung Indonesia dari “pangkalan militer” dekat Bengkulu.



Maka segala cara militer dilakukan untuk mengobrak abrik pangkalan militer musang berkekuatan 1 brigade itu.  Mulai dari penembakan peluru kendali udara ke permukaan dari Sukhoi dan F16, penembakan peluru kendali Exocet MM40 Blok 3 dari KRI Sigma untuk menghancurkan kapal lawan.  Kalau kita melihat serial latihan gabungan yang dilakukan selama 3 tahun terakhir maka uji tembak senjata strategis yang dimiliki TNI AL sudah dilakukan mulai dari rudal C705, rudal C802, rudal Yakhont, Torpedo dan terakhir ini Exocet seri terbaru.  Jet tempur Sukhoi juga akan melakukan pertempuran udara dengan jet tempur musang lalu menembakkan rudal udara ke permukaan, Vympel KH29.

Rudal Yakhont ditembakkan dari KRI Oswald Siahaan


Puncak dari semua uji tempur dan uji tembak itu akan berakhir di pantai Asembagus Situbondo dengan serangan pantai ribuan pasukan Marinir dan akan disaksikan oleh Presiden SBY.  Serbuan pantai ini akan dikawal sedikitnya 30 KRI yang sebagian akan memuntahkan ratusan isi perutnya berupa tank amfibi BMP3F, PT76, BTR50, RM Grad, LVT7, Artileri, Roket, Rudal Qw3 dan senjata berat lainnya. TNI AD menyertakan ribuan prajuritnya bersama alutsista yang dimilikinya seperti tank Scorpion, Stormer, AMX13, artileri KH179, KH178, panser Anoa, panser Tarantula, heli tempur Mi35, Mi17, Bell412Ep dan lain-lain.



Meski uji tempur TNI memberikan kegembiraan gahar yang luar biasa karena kita bisa melihat perkembangan modernisasi TNI selama 5 tahun terakhir ini namun nilai gentar uji nyali di Tanjung Datuk lebih memberikan kebanggaan yang membuncah. Karena peristiwa unjuk kerja militer itu nyata, bukan simulasi.  Gerakan kapal perang RI yang dipimpin oleh KRI Sutedi Senaputra yang baru diperbaharui power dan persenjataannya bersama manuver Hawk Pontianak dan UAV memberikan efek ciutnya nyali pihak seberang.  Sayangnya banyak media yang tidak mengekspos peristiwa ini karena sibuk dengan berita pesta pilpres.  Bandingkan dengan berita Ambalat tempo hari.



Sementara itu terkait dengan uji tempur Latgab tahun ini perlu juga dicatat, bahwa belum pernah ada dalam catatan sejarah Latgab selama ini, pelaksanaan Latgab dilakukan dengan frekuensi sesering 4 tahun belakangan ini.  Tahun 2013 ada Latgab besar dengan 3 Hotspot, Sangatta, Flores dan Situbondo.  Lalu tahun ini dilakukan Latgab lagi dengan formula yang berbeda dengan Latgab sebelumnya.  Latgab tahun ini tidak lagi berpola defensif tetapi mengerahkan semua kekuatan yang ada untuk menyerang pangkalan militer negara Musang.

Artileri KH179 ikut meramaikan ledakan amunisi Latgab 2014


Latgab tahun ini mensinergikan kekuatan 3 matra dalam satu komando tempur gabungan dengan kurikulum baru : gebuk sebelum masuk (pre emptive strike). Sepertinya ini menguji dulu komando militer gabungan terpadu sebelum nantinya model pertahanan Kogabwilhan diresmikan Presiden SBY.  Sejak tahun 2008 sampai 2014 tercatat ada 4 kali TNI melakukan Latgab berskala besar.  Untuk ukuran Asia Tenggara belum ada negara yang menyaingi kemampuan Indonesia dalam memobilisasi pasukan dan alutsista dalam jumlah besar yang dilakukan oleh satu negara.



Kampanye militer Indonesia bukan untuk menakuti negara tetangganya tetapi ingin mengingatkan negara jiran dan sekaligus rakyat Indonesia sendiri.  Untuk negara jiran pesannya adalah kekuatan sejumlah ledakan demi ledakan yang dimuntahkan itu memberi pesan kuat agar berlaku sopan dalam etika berjiran.  Sedangkan untuk rakyat kita sendiri sebagai pertanggungjawaban atas perolehan sejumlah alutsista baru dan berteknologi.  Sekalian mengingatkan pada semua komponen bangsa bahwa pagar teritori yang dikawal itu sangat luas dan masih memerlukan sejumlah perkuatan gahar untuk garda wibawa.  



Sumber : Analisis

PT. DI Gandeng Insinyur Muda Bangun N-219

JAKARTA-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia (PTDI) saat ini sedang mengembangkan pesawat penumpang komersial N219. Pesawat baling-baling tersebut mampu membawa 19 orang dan bisa terbang melayani daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau transportasi darat seperti Pulau Papua.

Untuk pengembangan pesawat produksi tenaga ahli Indonesia tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) itu menggandeng insinyur-insinyur muda dan tim LAPAN.

"Ada 150 engineer di N219. Ada 40 first engineer. First engineer bisa terlibat," kata Program Manager N219 PTDI, Budi Sampurno pada acara diskusi IABIE di Gedung Joang, Menteng, Jakarta, Sabtu (24/5/2014).

Budi menuturkan PTDI sempat memiliki banyak engineer pada masa 90-an. Saat itu, PTDI (dahulu IPTN) mengembangkan pesawat penumpang N250, CN235 hingga pesawat jet N2130.

Namun akibat badai krisis 1997/1998, banyak insinyur PTDI terkena pemutusan hubungan kerja dan pindah bekerja di produsen pesawat dunia sehingga PTDI mengalami krisis insinyur.

"Mulai krisis ada degredasi karyawan. Tahun 1997 jadi 10 ribu, 2003 jadi 3000 karyawan. Engineering cuma tersisa 700 plus tenaga administrasi," sebutnya.

Budi menjelaskan untuk menyesuaikan kebutuhan pesawat dengan pasar, PTDI sering melakukan diskusi dan survey pasar. Alahasil untuk sistem avionic, daya angkut hingga mesin pesawat menyesuaikan betuhan pasar.

Selain itu, pesawat N219 memiliki pesaing dari pesawat yang telah dirancang pada tahun 1960-an seperti twin otter. PTDI pun optimis bisa bersaing dengan pengembangan teknologi terbaru. Setidaknya dari hasil survey pasar, PTDI menilai ada minat untuk memesan 200 unit pesawat N219.

"Sistem kami mencoba memakai sebanyak mungkin spare part yang beredar di pasaran. Pengalaman N250 dan CN 235. Kami ambil sistem yang unggul saat ini dan disukai airliner," jelasnya.



Sumber : Detik

Dua Pesawat Baru CN-295 Kembali Perkuat TNI AU

JAKARTA-(IDB) : Dua pesawat angkut sedang jenis CN 295 buatan PT Dirgantara Indonesia, Bandung (PT DI) bekerjasa dengan Airbus Military, Spanyol kembali memperkuat Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma. Kedatangan dua pesawat CN 295 bernomor ekor A-2906 dan A-2907 yang dipiloti Letkol Pnb Destianto Nugroho Utomo dan Mayor Pnb Alfian, S.E, pada Jumat Siang (23/5) di Lanud Halim Perdanakusuma telah menambah kekuatan CN 295 menjadi tujuh pesawat di Skadron Udara 2.

Dalam sambutan usai pemotongan nasi tumpeng di Masjid Skadron Udara 2 Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Destianto Nugroho Utomo menyampaikan kedatangan dua pesawat baru CN 295 tersebut akan didayagunakan sebaik-baiknya guna mendukung tugas-tugas Skadron Udara 2. “Pesawat tersebut merupakan rangkaian pesanan pemerintah dari total 9 pesawat CN 295 pada PT DI untuk menggantikan Pesawat Fokker 27. Dua pesawat pesanan pertama telah datang pada Oktober 2012 dan dua pesawat sebagai pesanan terakhir akan tiba kira-kira pada akhir tahun 2014,” ujar Komandan Skadron Udara 2.

Ditambahkan Pesawat CN 295 merupakan pesawat angkut sedang untuk mengangkut pejabat (VIP), personel dan logistik, juga untuk penerjunan pasukan, evakuasi medis udara, patroli udara terbatas, maupun misi kemanusiaan lainnya. “Total penumpang yang bisa diangkut sekitar 70 personel, sedangkan apabila membawa pasukan peterjun hanya 44 personel,“ tegas Letkol Pnb Destianto Nugroho Utomo.

Pada kesempatan tersebut Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI Sri Pulung D., S.E., MMgt. Stud., dan Kepala Dinas Logistik Letkol Tek Imam Prayogo, S.E., M.M., turut pula melihat dari dekat kondisi dua pesawat baru tersebut. Rangkaian selamatan penyerahan 2 pesawat CN 295 di Masjid Skadron Udara 2 meliputi pembacaan Surat Yassin, pemotongan nasi tumpeng kuning oleh Komandan Skadron, penyerahan pemotongan nasi tumpeng kepada crew Skadron Udara 2 dan ramah tamah.




Sumber : TNI AU

Kolaborasi Riset Perbaiki Hubungan Indonesia Australia

JAKARTA-(IDB) : Hubungan bilateral antara Indonesia dengan Australia mengalami guncangan di penghujung tahun 2013.

Saat itu merebak isu penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap sejumlah pejabat Indonesia, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

"Saya sulit untuk memahaminya, mengapa itu harus dilakukan. Sekarang ini bukan era Perang Dingin. Di era Perang Dingin dulu, sepertinya menjadi biasa, saling menyadap, saling mengintai, saling melakukan spying di antara blok-blok yang berhadap-hadapan. Sekarang, dunia tidak lagi seperti itu," sebagaimana dikutip dari pernyataan Presiden Yudhoyono dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta pada Rabu tanggal 20 November 2013.

Kekecewaan Indonesia atas penyadapan ini kemudian menuntut Perdana Menteri Australia Tony Abbott untuk memberikan penjelasan atas tindakan yang dilakukan oleh Australia kepada Indonesia itu.

Hubungan bilateral kedua negara pun semakin memburuk tatkala Tony Abbot tidak segera menyatakan permohonan maaf secara resmi dan memberikan penjelasan perihal penyadapan itu.

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa kemudian memutuskan untuk menarik pulang Duta Besar Indonesia untuk Australia Nadjib Riphat Kesoema.

Hubungan bilateral kedua negara ini pun kemudian semakin merenggang.

"Hubungan ini harus diperbaiki, dipererat. Kerja sama antar kedua negara dapat dilakukan untuk mempererat hubungan bilateral Indonesia dengan Australia. Lebih dari itu harus ada proses yang substansial dalam bentuk kerjasama skala besar," demikian pernyataan Herb Feith Research Professor Australia-Indonesia Centre (AIC), Greg Barton pada Research Summit Program di Jakarta, Jumat (22/5).

Australia-Indonesia Centre kemudian bekerja sama dengan Kementerian pendidikan dan Kebudayaan RI, menyelenggarakan Research Summit yang pertama kali digelar oleh dua instansi ini, sebagai dasar untuk melakukan kolaborasi di bidang riset.

Agenda utama di balik kolaborasi riset tersebut adalah untuk memperbaiki hubungan kedua negara yang sempat memburuk.

Research Summit ini dihadiri oleh para peneliti dari kedua negara, beberapa pejabat tinggi dari Kementerian Riset dan Teknologi RI, pejabat tinggi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pejabat pemerintahan Australia, serta perwakilan dari universitas dan institusi yang ikut bergabung dalam proyek kolaborasi riset tersebut. Selain itu, hadir pula perwakilan dari New York Academy of Science.

Greg Barton menilai bahwa kerja sama di bidang riset merupakah langkah termudah dan cukup baik untuk memperbaiki hubungan bilateral kedua negara.

Melalui riset, kedua negara dapat mengambil manfaat dari hasil kolaborasi riset dan menerapkannya tidak hanya dalam bidang pengetahuan, namun diharapkan juga dapat memberikan kontribusi pada perekonomian.

Sebagai permulaan Greg Barton menjelaskan bahwa pemerintah Australia memberikan dana sebesar 15 juta dolar Australia sebagai pembiayaan awal penelitian.

"Ada lima juta dolar Australia dari Universitas Monash, maupun dari Sydney," jelas Greg Barton

Selain itu beberapa perusahaan swasta Australia juga sudah menyatakan kesediaan untuk membantu proyek kolaborasi riset ini, sehingga bila ada beberapa proyek yang harus didukung maka sektor swasta bisa membantu.

"Ini bisa dalam bentuk uang mau pun sumber daya manusia dan alam," tambah Greg Barton.

Senada dengan Greg barton, Duta Besar Australia untuk Indonesia Greg Moriarty menyatakan bahwa kolaborasi riset ini memiliki beban yang sangat berat karena terkait denagn relasi antara Indonesia dan Australia.

"Karena hubungan bilateral antar dua negara lebih penting dibandingkan dengan masing-masing pemerintahan. Hal ini termasuk relasi dalam sektor bisnis, antar masyarakat, dan antar institusi, termasuk dalam bidang akademi," kata Greg Moriarty.

Lebih lanjut Greg Moriarty menjelaskan bahwa antara Indonesia dan Australia telah berbagi kepentingan, dimana kepentingan tersebut kemudian diwujudkan dalam satu aksi yang dapat meningkatkan hubungan bilateral kedua negara menjadi lebih baik.

"Kolaborasi ini adalah model dari kerja praktik yang berlangsung di kedua negara. Ini menunjukkan bahwa Indonesia dan Australia adalah rekan karena kita banyak melakukan kerjasama," kata Duta Besar Greg Moriarty.

Adapun kolaborasi riset ini akan terfokus pada tantangan-tantangan yang dihadapi oleh kedua negara, termasuk; pangan dan agrikultur, kesehatan dan medis, energi, pendidikan, serta infrastruktur.

Sementara instusi yang akan bergabung dalam kolaborasi riset ini merupakan institusi yang dinyatakan memiliki pusat riset yang diakui dan terbaik di negaranya masing-masing. Dari Indonesia tercatat tujuh institusi yang akan bergabung yaitu; Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Airlangga, Universitas Hasanuddin, dan Institut Teknologi Surabaya. Sementara dari Australia ada lima institusi yang akan bergabung yaitu; Monash University, The University of Melbourne, The Australian National University, The University of Sydney, dan The Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO).

Salah Paham 


Greg Barton berpendapat bahwa untuk mempererat hubungan antar kedua negara, harus ada beberapa unsur yang dipenuhi yang salah satunya adalah pemahaman.

Greg yang merupakan Profesor peneliti untuk studi Indonesia mengungkapkan bahwa pemahaman pihak Australia terhadap Indonesia masih kurang akurat. Pemahaman yang tidak akurat tersebut disebabkan oleh banyaknya masyarakat Australia yang masih berpendapat bahwa kondisi Indonesia masih sama seperti pada era Orde Baru.

"Padahal itu sudah enam belas tahun yang lalu, sudah empat kali pemilu dan sudah ada banyak kemajuan dan perubahan terutama terkait dengan demokrasi," ujar Greg Barton.

Greg Barton menjelaskan bahwa pihaknya berusaha supaya masyarakat Australia memiliki pemahaman yang lebih akurat terhadap Indonesia terutama mengenai kondisi Indonesia pada saat ini.

"Sebaliknya, di Indonesia mungkin juga ada pemahaman tentang Australia yang kurang tepat, sehingga kedua belah pihak ini saling mencurigai atau berprasangka, hingga menimbulkan kesalah pahaman," jelasnya.

Greg Barton mengungkapkan bahwa salah satu proyek kolaborasi riset yang kini sedang dibicarakan adalah tayangan dalam bentuk serial dokumenter mengenai kehidupan di Indonesia. Dengan diproduksinya serial dokumenter ini, Greg berharap dapat mengubah pemahaman masyarakat Australia yang menyaksikannya.

Sambutan Baik Indonesia

Kolaborasi antara Indonesia dan Australia di bidang riset ini juga disambut baik oleh Sekretaris Jenderal Kemdikbud Ainun Naim yang juga menghadiri Research Summit Program.

"Ini merupakan awal dari misi penting kedua negara yang bergerak di bidang penelitian dan ilmu pengetahuan, sehingga banyak melibatkan universitas-universitas di kedua negara. Ini adalah kolaborasi riset," ujarnya.

Ainun Naim menekankan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat mendukung program kerjasama ini, terutana untuk universitas-universitas di Indonesia, dalam rangka membangun budaya riset yang lebih kuat, kapasitas, dan produktivitas.

"Tentunya ini juga akan memberikan kontribusi untuk perbaikan hidup masyarakat secara luas," kata dia.

Kolaborasi riset ini akan dilakukan di lima area yang berbeda yaitu; bidang energi, infrastruktur, kesehatan dan obat-obatan, pangan dan agrikultur, serta bidang pendidikan.

"Indonesia perlu meningkatkan kemampuan di bidang riset sehingga mampu menciptakan banyak industri dan lapangan kerja, mampu meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, serta menyediakan teknologi canggih yang dapat membantu meningkatkan perekonomian negara," ujar Ainun Naim.




Sumber : Antara