|
Polet, roket carrier dua tingkat berbobot 100 ton, wahana pengorbit satelit
|
JAKARTA-(IDB) : Rusia,
Indonesia, dan Jerman hendak bekerja sama meluncurkan Polet, sebuah
roket carrier dua tingkat berbobot 100 ton. Roket yang merupakan bagian
dari proyek Air Launch tersebut akan diluncurkan dari Biak, Papua.
Wakil Menteri Perkembangan Ekonomi Federasi Rusia Aleskey Likhachev
menyatakan saat ini koordinasi dasar di Papua sudah dilaksanakan dan
negosiasi pembiayaan proyek tengah berlangsung.
|
Sergey Teselkin dalam pertemuan di Jakarta. Kredit: Mikhail Tsyganov
|
Hal itu dinyatakan Likhachev dalam kunjungannya ke Jakarta pada Maret
lalu, saat memimpin lawatan delegasi bisnis Rusia ke negara-negara
ASEAN. Menurut Likhachev, pelaksanaan proyek Air Launch di Indonesia
memang tidak berjalan terlalu cepat, namun Rusia berharap proyek yang
penting bagi kedua negara tersebut dapat segera terwujud. “Tidak menutup
kemungkinan proyek ini akan melibatkan lingkup kerja sama yang lebih
besar yakni antara Rusia dan beberapa negara ASEAN,” terang Likhachev.
Salah satu pencetus Air Launch, Sergey Teselkin, juga hadir dalam pertemuan di Jakarta tersebut.
Polet tidak diluncurkan dari permukaan bumi, melainkan dari
ketinggian sepuluh kilometer di atas permukaan laut. Roket tersebut akan
diangkut oleh Ruslan, pesawat terbang terbesar di dunia dan kemudian
akan diluncurkan saat pesawat itu tengah mengudara. Hal itu akan menekan
biaya peluncuran hingga dua kali lebih rendah.
|
Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap darurat.
|
Peluncuran satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya
bersudut dua derajat dari garis khatulistiwa. Dengan kecepatan rotasi
bumi 0.4 kilometer per detik, maka biaya pengiriman satelit ke orbit
menjadi lebih murah, karena putaran bumi sendiri yang akan mendorong
satelit menuju orbit.
Teleskin menyatakan Air Launch dapat berfungsi sebagai sistem tanggap
darurat. “Bayangkan saat para astronom menemukan asteroid yang datang
mendekati bumi tanpa diduga, Air Launch (jika infrastrukturnya sudah
dibangun dan berbekal roket ini) dapat menjadi satu-satunya sistem yang
dapat mengatasi ancaman tersebut. Sistem ini akan menghancurkan asteroid
berkeping-keping dalam dalam waktu sekitar lima hari setelah penemuan,”
terang Teleskin
|
Peluncuran
satelit akan dilakukan di Pulau Biak, Papua, yang hanya bersudut dua
derajat dari garis khatulistiwa.
|
|
Pelabuhan udara di Pulau Biak, Papua.
|
Selain itu, Teleskin menawarkan sistem yang revolusioner dalam proyek
ini. Biasanya, sebelum peluncuran satelit dibawa ke kosmodrom (stasiun
peluncuran roket) dan dijaga sepanjang waktu, tapi tak menutup
kemungkinan terjadi kebocoran teknologi. Sementara, Polet akan
didatangkan (dengan pesawat) kepada klien dengan menggunakan roket upper
stage dan perakitannya dilakukan dibawah kontrol penuh klien.
Teknologi Air Launch merupakan milik Pusat Roket Negara (PRN) Rusia
Makeyev yang telah bergerak di pasar persenjataan roket selama 60 tahun
dan berpengalaman puluhan tahun di bidang teknologi peluncuran roket
dari kapal selam.
|
Replika pesawat terbesar di dunia AN-124-100BC Ruslan.
|
Teleskin menjelaskan, teknologi milik PRN sangat berguna dalam
mempermudah peluncuran roket. “Roket seberat 100 ton yang terjun dari
pesawat, dengan berat keseluruhan 400 ton, akan membuat kerusakan
spesifik pada dinamika penerbangan. Air Launch membuat peluncuran beban
seberat itu di udara menjadi lebih mudah dibanding melepaskan gelembung
di hidrosfer,” terang Teleskin. Pesawat An-124 Ruslan sendiri memang
dirancang untuk menerjunkan beban yang sangat berat.
Teleskin optimis proyek ini mampu menarik perhatian investor. “Semua
investor yang kami temui menyarankan untuk melakukan pencobaan
peluncuran roket. Bila kami berhasil melakukannya, investor akan menilai
proyek ini berbeda dari sebelumnya. Para pengamat ahli dari Rusia,
Eropa, bahkan AS memprediksi banyak klien potensial yang akan mengantri
untuk berinvestasi,” kata Teleskin.
Proyek ini telah diajukan ke pemerintah Rusia, tapi Teleskin khawatir
reorganisasi kepemimpinan Badan Antariksa Rusia Roskosmos akan
menghambat kelancaran proyek. “Keputusan sudah diterima, tapi proyek
baru boleh dilaksanakan setelah pembentukan struktur Roskosmos yang
baru. Maka kami masih harus menunggu untuk merealisasikannya. Supaya
tidak membuang waktu sia-sia, kami melanjutkan pekerjaan kami dengan
mitra dari Indonesia dan Jerman.” Ujar Teleskin.