Pages

Selasa, Mei 13, 2014

Lebih Dalam Mengenai Bushmaster

ARC-(IDB) : Bicara soal MRAP , kategori kendaraan yang satu ini menjadi alutsista paling laris manis di dua palagan. Bayangkan, dari jumlah hitungan jari pada 2007, jumlah total MRAP yang digelar AS saja sudah mencapai 27.740 kendaraan. Sebanyak 24.000 MRAP yang digelar AS di Irak dan Afghanistan dalam program MRAP membuktikan bahwa kendaraan konsep lama yang dibungkus baru ini menjadi resep manjur untuk mengatasi ancaman IED. 

Dan untuk Bushmaster, Australia berhasil menemukan keseimbangan antara proteksi, kenyamanan, dan fungsi kendaraan untuk menjalankan misi yang dibebankan kepadanya. Untuk Indonesia sendiri sebanyak 3 unit Bushmaster telah siap dioperasikan Satuan Penanggulangan Teror Kopassus.

Soal proteksi, ini adalah inti dan merupakan alasan keberadaan bagi sebuah MRAP. Bushmaster PMV sudah mengaplikasikan proteksi maksimal untuk sekujur tubuhnya. Rating armor untuk MRAP kebanggaan Australia ini sudah mampu melindungi penumpangnya dari terjangan peluru 7,62x51mm NATO. 

Resep rahasia dari kulit keras Bushmaster adalah baja khusus yang diperkeras buatan perusahaan Bisalloy yang bermarkas di Illawara. Bajanya sendiri diperoleh dari racikan pabrikan baja komersial Bluescope, dan ditambah setengah volume baja yang diimpor dari Republik Rakyat Cina. 

Baja ini kemudian diolah oleh Bisalloy dengan metode desulfurisasi dan vacuum degassing untuk menghilangkan kandungan sulfur, hidrogen, oksigen, dan nitrogen untuk merapatkan molekul bisalloy. Pemrosesan dilanjutkan dengan metode pemanasan sampai 900oc di dalam tungku khusus berbahan bakar gas alam dan kemudian didinginkan secara langsung di dalam air. 

Setelah dikeluarkan, bajanya masih diberikan treatment berupa shot blast untuk menghilangkan tonjolan-tonjolan partikel kasar pada pelat jadi. Proses ini mengubah struktur molekul menjadi lebih rapat, dengan produk akhir berupa pelat baja bernama Bisplate yang mampu menahan hantaman peluru ball 7,62x51mm serta tahan terhadap terpaan cuaca.

Bagi para penumpangnya dan prajurit yang pernah merasakan naik Bushmaster, semuanya akan mengungkapkan satu kata yang sama: nyaman. Dimulai dengan ukuran headroom yang mencapai 1.415mm, orang yang tinggi pun tidak harus menundukkan kepala saat duduk di kabin Bushmaster. Tiap prajurit duduk dalam kursi individual yang disusun berhadap-hadapan buatan Stratos. 

Bucket seat berwarna hitam ini terbuat dari thermoplastic dan tidak menempel ke permukaan dek kendaraan, sehingga saat ranjau meledak, impaknya tidak akan ditransfer seluruhnya ke tubuh penumpangnya. Ini adalah faktor krusial mencegah cedera parah penumpang kendaraan tipe MRAP. Setiap kursi didesain secara ergonomis dengan model individual dan dilengkapi sabuk pengaman, sehingga penumpang betah duduk selama perjalanan. Di bagian bawah setiap kursi biasanya ditambahkan kantung kanvas untuk menyimpan cadangan amunisi, peralatan medis, atau kotak peluru. Di antara kursi disediakan rak-rak untuk menggantungkan senapan serbu F88 Austeyr atau F89 Minimi.

Untuk bidang pandang dari dalam kendaraan, boleh dikatakan Bushmaster mampu mempertahankan situational awareness dari penumpangnya. Untuk kaca depan, tersedia satu kaca besar (slab) yang memanjang tanpa adanya frame pada bagian tengahnya, sehingga pandangan keluar dari pengemudi dan kendaraan relatif tak terhalang. 

Di sisi kiri dan kanan kendaraan, disediakan satu jendela bagi pengemudi dan komandan kendaraan, serta dua jendela untuk sisi penumpang. Seluruh kacanya memiliki rating anti peluru 7,62x51mm dan impak terhadap ledakan ranjau sekelas Claymore. Namun begitu, jangan harap bisa menurunkan kaca jendela, karena tebalnya kaca yang dipantek pada frame baja.

Pengemudi Bushmaster pasti merasa senang saat mengendarai MRAP yang satu ini. Maklum saja, walaupun tubuhnya gambot dan berbobot 10 ton, kendaraan tahan ranjau ini dihela oleh mesin diesel enam silinder Caterpillar 3126E ATAAC berdaya 330hp/ 246kW pada torsi 2.400rpm. Mesin dengan turbocharger ini dikawinkan dengan sistem transmisi otomatis ZF, sehingga memudahkan pengemudi dalam mengendalikan kendaraannya. 

Dengan rasio tenaga berbanding bobot mencapai 30-33hp/ ton, maka mudah saja Bushmaster dipacu sampai kecepatan 110km/ jam di jalanan aspal, dan kecepatan maksimal 120km/ jam. Dengan tangki bahan bakar besar di sisi kiri, di bawah jendela danran, maka Bushmaster mampu menempuh jarak sampai 1.000km, atau memenuhi radius jangkau untuk tiga hari penugasan. 

Kenyamanan penumpang juga semakin dimanjakan berkat penggunaan sistem suspensi double wishbone independen buatan Meritor/ Timoney. Kapasitas beban setiap sumbu adalah 7.700kg, atau melebihi kapasitas total dari Bushmaster. Daya tahan sistem suspensinya cukup mengagumkan, mampu menahan impak ledakan HE setara dengan 9,5kg TNT sehingga menambah faktor keamanan keseluruhan kendaraan.

Di antara puluhan MRAP yang ditawarkan berbagai pabrikan, Bushmaster memiliki kemampuan untuk digelar dengan pesawat taktis sekelas C-130H Hercules, yang menjadi tulang punggung dari berbagai Angkatan Udara di dunia, termasuk Indonesia. 

Ini tentunya merupakan satu keunggulan desain, dimana penggelarannya hanya membutuhkan dukungan logistik secukupnya, dan mampu digelar ke berbagai titik dalam waktu singkat. 

Begitu kompaknya Bushmaster, helikopter gambot Rusia Mi-26 bahkan mampu menampung MRAP Australia ini di perutnya, yang dibuktikan dalam operasi Slipper di Tarin Kowt, Afghanistan pada bulan Maret tahun 2010. Satu Bushmaster milik Special Operations Task Group harus dievakuasi, dan hanya dengan persiapan singkat, Bushmaster sudah naik ke ruang kargo heli terbesar di dunia saat ini. 




Sumber : ARC

Pendaratan Pasukan Marinir Di Pantai Banongan


SITUBONDO-(IDB) : Prajurit Korps Marinir TNI AL melakukan pendaratan amfibi di pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Selasa (13/05/2014).

 
Pendaratan amfibi prajurit Korps Marinir TNI AL yang disaksikan Kadis Komlek Kormar Kolonel Marinir Baedowi, Komandan Menkav-1 Mar Letkol Mar Herkulanus Herry Sintarto, Kabag Renhar Diskmlek Kormar Letkol Mar Edy Cahyo, Pabanren Sops Kormar Letkol Mar Mauriadi, Pasops Menkav-1 Mar Letkol Mar Kusyuwono, Taruna Akademi TNI Tingkat IV, Siswa IPDN dan sejumlah mahasiswa yang sedang mengikuti Latsitardanus tersebut merupakan latihan Parsial menjelang Latihan Gabungan TNI tahun 2014.


Dalam pendaratan amfibi yang dipimpin Komandan Pasrat Letkol Marinir Agus Gunawan Wibisono, PKBT Letkol Mar Aris Budiadi, Danyon Armed Letkol Mar Kurniawan B.C.P tersebut, selain melibatkan prajuritnya, Korps Marinir TNI AL juga menurunkan material tempurnya, diantaranya 10 unit BMP-3F, 3 unit PT-76 M, 24 unit BTR-50, 4 unit Kapa K-61, 2 unit Kapa PTS, 4 unit How-105 mm dan 1 unit RM-70 Grad serta 2 buah perahu karet beserta motor tempelnya.


Seluruh personel dan material tempur Korps Marinir TNI AL melaksanakan latihan Parsial dalam rangka persiapan Latihan Gabungan TNI tahun 2014 dengan menggunakan KRI Makassar-590, KRI Teluk Ende-517, KRI Teluk Banten-516, KRI Teluk Mandar-514 dan KRI Teluk Sampit-515, selain itu ada KRI Pulau Rupat, KRI Pulau Rengat dan KRI Rimau.

 
Latihan pendaratan amfibi diawali dengan taklimat dari Pangkogasgabfib “Daratkan Pasukan Pendarat” kemudian dilanjutkan dengan bantuan tembakan kapal, setelah itu meluncurlah Tank Amfibi PT-76 dan BMP-3F pada gelombang pertama pendaratan, kemudian diikuti gelombang dua dan tiga pendaratan yaitu BTR-50, dilajutkan Sekoci Pendarat Pasukan sebagai gelombang keempat, pada gelombang lima dan enam 4 unit Kapa-61 yang membawa senjata Howitzer 105 mm dan pada gelombang terakhir satu buah LCU dengan membawa roket multi laras RM 70 Grad.

 
Setelah semua personel dan material tempur sudah mendarat, dilanjutkan dengan penembakan Howitzer 105 mm dan roket RM 70 Grad dari pantai Banongan dengan sasaran berada di daerah latihan Puslatpur Korps Marinir Baluran yang berjarak 20 km.




Sumber : Kormar

Tokoh : Lebih Dekat Dengan Wadan Kobangdikal

Brigjen TNI (Mar) Ivan A.R. Titus, Wadan Kobangdikal yang Teguh Salurkan Hobi Berkuda. Tensi Turun dan Pusing Hilang setelah Keliling Arena

SURABAYA-(IDB) : Arena mini berkuda di Kenpark (Kenjeran Park) Minggu sore (11/5) tampak lebih ramai. Beberapa ekor kuda dikeluarkan dari ruang groom (perawatan) Emporium Horse Club, Surabaya. Salah satu kuda setinggi 170 sentimeter dituntun Seno Iskandar, pemilik kuda tersebut, mendekati arena. Tidak jauh dari arena berbentuk lingkaran berdiameter sekitar 25 meter, telah bersiap Ivan Ahmad Riski Titus.


Wakil Komandan Kobangdikal berpangkat brigadir jenderal TNI Marinir itu sudah mengenakan kostum berkuda. Lengkap dengan sepatu dan helm protektor. Sore itu perwira tinggi bintang satu tersebut menyempatkan berlatih. Latihan di arena yang dekat dengan pintu masuk Kenpark itu mulai rutin dijalani. Terutama setelah dia menjadi orang nomor dua di kawah candradimuka prajurit matra laut sejak 18 Februari 2014.


’’Ini sesi kelima beliau sejak bertugas di Surabaya hampir tiga bulan lalu,’’ ungkap Seno. Meski menjabat wakil, kesibukan Ivan tetap padat. Dia lebih banyak stand by di kesatrian Bumimoro. Terutama saat Komandan Kobangdikal Laksda TNI Widodo sering dinas luar maupun mendampingi petinggi Mabes TNI-AL yang ke Jawa Timur. Apalagi komando utamanya kemarin (12/5) genap merayakan Hari Pendidikan TNI-AL (Hardikal) ke-68.


Selama berkarir di Marinir TNI-AL, Ivan memang lebih sering bertugas di Jakarta. Alumnus AAL 83 itu sebelumnya menjabat kepala sekretaris Lembaga Sekolah Staf Komando Angkatan Laut (Seskoal) Cipulir.


’’Saya usahakan mumpung di Surabaya bisa intens berlatih,’’ tutur Ivan dengan nada kalem. Selama berdinas di Jakarta, dia berlatih minimal seminggu sekali. Bahkan, bisa dua kali pada akhir pekan Sabtu dan Minggu.


Bertebarannya lokasi berlatih berkuda di Jakarta dan sekitarnya membuat Ivan lebih mudah menyalurkan hobinya sejak belia. Prajurit kelahiran Bandung yang genap berusia 54 tahun pada 6 Desember 2013 itu juga kerap berpartisipasi dalam lomba berkuda di Arthayasa Stables, Depok dan Pulomas, Jakarta Timur. Tempat favorit berkuda di Lembang malah lebih dekat dengan tempat tinggalnya di kawasan Kota Bandung.


Sebaliknya, arena berkuda di Jawa Timur terhitung minim. Kesempatan yang langka itu dia maksimalkan untuk berkuda sampai menjelang petang pada akhir pekan. ’’Saya ingin memadukan hobi berkuda dengan berangkat kerja dan pulangnya. Karena sebagai prajurit harus mengutamakan dinas dan di sisi lain kuda butuh pemanasan, belum mungkin untuk dijadikan rutinitas,’’ jelas Ivan.


Seperti layaknya manusia yang hendak berolahraga, kuda pun membutuhkan persiapan sebelum ditunggangi. Tidak bisa langsung dipasangi sadel (pelana) dan dinaiki. Minimal butuh waktu 30–45 menit untuk melemaskan otot-otot kaki dan leher.


Setelah itu, kuda dituntun masuk arena dan dilatih pemanasan dengan tiga teknik bergerak. Yakni, walk (jalan perlahan), trot (lari kecil dengan langkah lebih diayun), dan canter (berlari).


Pengetahuan maupun teknik berkuda sejatinya dikantongi Ivan sejak lulus sekolah dasar. Anak ketujuh di antara delapan bersaudara itu tertarik setelah sering melihat sebagian warga Kota Kembang berekreasi keliling pusat kota dengan menunggang kuda setiap akhir pekan. Selain hobi bermain musik, hampir seluruh keluarga Ivan menggandrungi olahraga. Di antaranya, basket, voli, dan tenis.


’’Saya diizinkan almarhum ayah naik kuda sendiri pas kelas VI SD,’’ kenangnya. Sang ayah malah merestui dengan membelikan Ivan kuda lokal asal Bukit Tinggi, Sumatera Barat, berkat kecakapan putranya berkuda.


Mulai menuntun, berancang-ancang naik, hingga memacunya dengan kecepatan tinggi. ’’Kebetulan, ayah pernah bertugas di Bukit Tinggi. Kebutuhan peralatan olahraga kakak-kakak juga sudah dipenuhi ayah,’’ lanjut Ivan.


Kegandrungan Ivan remaja berkuda terus berlanjut hingga SMA. Pola disiplin belajar yang diterapkan ayahnya membuat Ivan hanya fokus sekolah pada Senin-Sabtu. Kesempatan berlatih ketika itu hanya dia dapat pada Minggu. Yakni, mulai pukul 07.00 hingga waktu mendekati pukul 12.00. Lantaran masih kurang, Ivan sudah berada di atas punggung kuda lagi mulai pukul 14.00 sampai menjelang magrib.


Ivan remaja bersama delapan teman sebaya kemudian membentuk komunitas setelah hampir tujuh tahun berkutat dengan kuda. Kebetulan, di antara sembilan orang itu, tiga punya kuda sendiri.


’’Komunitas bernama Benteng Mega Sakti yang berasal dari nama-nama tiga kuda kami,’’ ujarnya. Dua pemilik lainnya adalah adik Avianto Soedarsono, mantan Dirut PT Pindad, dan Uke Andreas, bos Stables The Runs Bandung.


Adrenalin mereka semakin terpacu ketika banyak event lomba kategori junior. Ivan ketika berumur 15 tahun mengkhususkan pada dressage (tunggang serasi) dan jumping (lompat rintangan). Untuk kawan Ivan lainnya, ada yang turun pada nomor cross country (lintas alam) dan eventing (perpaduan dressage, jumping, dan cross country). ’’Pada lomba ketiga, saya bisa mendapat trofi juara dressage dan jumping,’’ kenangnya.


Kegandrungan berkuda saat remaja sempat terhenti ketika Ivan diterima masuk Akabri. Waktu tersedot untuk menjalani pendidikan di Bukit Tidar, Magelang, tingkat pertama dan Bumimoro, Surabaya, tingkat II-IV. Dia sesekali menyalurkan hobi berkuda akhir pekan setelah lulus AAL. Penugasan pertama perwira remajanya menjadi komandan peleton Batalyon Kendaraan Pendarat Amfibi Resimen Bantuan Tempur Korps Marinir, Jakarta.


’’Biasanya pusing-pusing saya segera hilang setelah berkuda. Ketika kepala pusing dan tidak ada kuda, saya ganti lari-lari siang,’’ selorohnya.


Kesempatan datang lagi ketika dia menjalani pendidikan dasar Korps Marinir. Masuknya Ivan pada kecabangan kavaleri turut mendekatkan dengan hobinya. Prajurit berpangkat letnan dua itu melaksanakan pendidikan di Pusat Pendidikan Kavaleri (Pusdikav) TNI-AD di Parompong, Lembang.


Di kalangan militer, berkuda identik dengan pasukan kavaleri. Itu sebagaimana kata kavaleri dari bahasa Prancis chevalier berarti kuda. Sementara itu, di lingkungan polisi, berkuda lazim digunakan jajaran Brimob maupun sabhara. Di Pusdikav Kodiklat TNI-AD, terdapat Detasemen Kavaleri Berkuda. ’’Selain belajar mengenai tank dan panser, saya nostalgia lagi dengan berkuda. Bahkan, yang paling expert,’’ ucapnya bangga.


Berbagai penugasan di daerah konflik seperti Timor Timur (sekarang Timor Leste), Nanggroe Aceh Darussalam, dan Ambon selama belasan tahun kembali menjauhkan Ivan pada kuda.


Momen mengikuti pendidikan Seskoal (1995–1996), Sesko TNI (2007), dan Lemhanas (2010) tidak dia sia-siakan. Di sela-sela menjalani pendidikan itu, Ivan menyalurkan hobi berkuda sekaligus menjadi terapi kesehatan.


Berdasar pengalaman, dia meyakini bahwa berkuda dapat membantu memperlancar peredaran darah. Dengan umur yang sudah lebih dari paro baya, Ivan merasa punya riwayat tekanan darah tinggi.


Hipertensi yang dia derita merupakan turunan dari ayah. ’’Tensi saya seringnya 130/90. Ibaratnya, menunggang dengan meminjam kaki kuda bisa menurun tensi menjadi 120/80. Badan fresh dan terhibur,’’ tegas bapak dua anak itu.


Selama berkuda, terutama jumping, tidak terhitung Ivan terjatuh dari sadel. Lecet-lecet pada siku maupun lutut bagi dia sudah biasa. Kendati tidak sampai berdarah-darah, dia selalu tertantang menaklukkan rintangan.

Yang terpenting dari itu, hubungan antara dia dan tiga kudanya terjalin. ’’Kalau chemistry sudah terbentuk, kuda biasanya menghampiri dan mengeluarkan air mata seakan-akan mohon maaf,’’ imbuhnya.




Sumber : JPNN

SBY : Penyelesaian Isu LCS Tanpa Militer

NAW PYI TAW-(IDB) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan penyelesaian ketegangan di kawasan Laut China Selatan agar dilakukan tanpa penggunaan kekuatan militer oleh semua negara yang berkepentingan atau terlibat dalam isu tersebut.

"Kuncinya adalah jangan ada yang tergoda menggunakan kekuatan militer. Kalau itu bisa disepakati, apa pun ketegangan di Laut Tiongkok Selatan bisa ada solusinya," kata Presiden dalam keterangan pers sebelum bertolak menuju Jakarta usai menghadiri rangkaian KTT ASEAN di Naw Pyi Taw Myanmar, Senin.

Kepala Negara mengatakan salah satu pembicaraan dan isu yang mencuat adalah mengenai perdebatan kebangkitan Tiongkok apakah merupakan ancaman atau bukan.

Indonesia, kata Presiden, memandang kebangkitan Tiongkok dari segala sisi bisa dimaknai positif melalui peningkatan kerja sama yang saling menguntungkan dengan negara-negara di kawasan sehingga tidak perlu disikapi dengan kekhawatiran.

"Kita tidak ingin the Raise of China tidak peaceful karena akan melibatkan persoalan yang serius, justru kita bermitra, berdialog dengan Tiongkok agar kecemasan itu tidak terjadi kita harus aktif untuk bersama-sama, karena sebenarnya Tiongkok yang kuat secara ekonomi membawa manfaat bagi negara di kawasan alangkah baiknya Tiongkok menjadi mitra dagang dan investasi dan tidak jadi ancaman bagi politik dan keamanan kawasan," katanya.

Presiden mengatakan arah kebijakan politik luar negeri Indonesia selama ini, selain sejalan dengan apa yang telah diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya sejak jaman Presiden Soekarno hingga Presiden Megawati, juga ditambahkan kebijakan hubungan luar negeri ke segala arah termasuk membina hubungan dengan Tiongkok.

"Ini bukan hanya retorika, motto tapi kita jalankan dalam 10 tahun terakhir ini ada 16 partner strategis atau partner komprehensif, hampir semua negara besar menjadi komprehensif dan strategic partner," kata Presiden.

Kepala Negara meyakini, kebijakan ini, akan dilanjutkan oleh Presiden RI selanjutnya untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa.




Sumber : Antara

Royal Brunei Navy Receives KDB Daruttaqwa

GERMAN-(IDB) : The Acceptance Ceremony of the fourth Darussalam Class Patrol Vessel, DARUTTAQWA was held today at Luerssen Wharf in Lemwerder, Federal Republic of Germany. DARUTTAQWA’s construction began in 12 July 2012 and the vessel had successfully carried out harbor trial and sea trial and test earlier this year.

Present at the Acceptance Ceremony were the Commander of the Royal Brunei Armed Forces, Yang Dimuliakan Pehin Datu Pekerma Jaya Major General Dato Seri Pahlawan Mohd Tawih bin Abdullah and Datin Paduka Hajah Suriyah binti Haji Umar, Permanent Secretary (Administration & Finance). Also in attendance during the ceremony was Brunei Darussalam Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary in Federal Republic of Germany, His Excellency Pehin Datu Penglima Colonel (R) Dato Paduka Haji Abdul Jalil bin Haji Ahmad.





Welcoming the delegation at Luerssen Wharf was the Managing Director of Fr Luerssen Werft (FLW), Mr Peter Luerssen. The Acceptance Ceremony began with a welcoming remark by the Managing Director of FLW and followed by a reciprocal remark by the Permanent Secretary (Administration & Finance).





The ceremony also saw the signing of Ship’s Delivery & Acceptance Certificate between the Managing Director of FLW and Datin Paduka Hajah Suriyah bte Haji Umar, Permanent Secretary (Administration & Finance). This was later followed by the handing over of Brunei National flag and RBN ensign by the Permanent Secretary (Administration and Finance) to the Commander of the Royal Brunei Armed Forces, who then handed over to the Commanding Officer of DARUTTAQWA.  The delegation then witnessed the flag hoisting ceremony onboard DARUTTAQWA, led by Captain (L) Haji Mohd Arnold bin Haji Osman, Assistant Warfare Officer of DARUTTAQWA.

Concluding the Acceptance Ceremony, recitation of Doa was read by Captain (L) Haji Abd Hafiz Mubarak bin Haji Rusli, Navigating Officer of DARUTTAQWA before embarking onboard DARUTTAQWA for ship’s tour and group photo.





DARUTTAQWA is a Patrol Vessel 80 Variant 2 (PV80-V2) with a length of 80 metres, width of 13 metres and armed with Marine Light Gun 27mm.  The ship is equipped with Scanter Surface & Air Search Radar for surveillance.  As with her sisters, DARUTTAQWA is featured with helicopter landing pad that is operational both by day and night.  Stern launch Rigid Inflatable Craft (RIC) is another feature of this vessel,  that functions for interception of fast target and to carry boarding team for investigation.  The ship is commanded by Lieutenant Colonel (L) Khairil bin Haji Abdul Rahman.




The ship will begin its maiden voyage in mid-July from Lemwerder, Bremen, Federal Republic of Germany to Muara, Negara Brunei Darussalam.  DARUTTAQWA will sail across the North Sea, English Channel, Atlantic Ocean, Straits of Gibraltar, Mediterranean Sea, through Suez Canal, Gulf of Aden, the Indian Ocean and South China Sea over 46 days.




Source : Mindef

TT-3104 Kembali Ke Sarang Tucano

MALANG-(IDB) : Setelah tiga bulan meninggalkan sarangnya (Skadron Udara 21, Wing 2 Lanud Abd Saleh), hari ini (Senin, 12/5) Pesawat Super Tucano dengan Tail Number TT-3104, akhirnya berhasil diperbaiki dan diterbangkan pulang kembali ke sarangnya.  Seluruh Prajurit Bromo Valley yang bertugas di Skadron Udara 21 menyambut gembira penuh suka cita atas keberhasilan misi perbaikan pesawat kebanggaan yang memiliki kemampuan counter insurgency tersebut.


Keberhasilan misi perbaikan ini berawal pada tanggal 10 Pebruari 2014, dimana tiga pesawat Super Tucano TT-3101, TT-3102 dan TT-3104 Skadron Udara 21 bergerak ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta.   Ketiga pesawat ini beserta personel pendukungnya berada di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta selama enam hari untuk dipertontonkan sebagai salah satu alutsista baru yang saat ini dimiliki oleh TNI Angkatan Udara.


Namun pada saat berada di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, pesawat Super Tucano dengan Tail Number TT-3104 mengalami kerusakan pada pompa bahan bakar.  Perbaikan berusaha dilakukan oleh personel teknik Skadron Udara 21, namun karena keterbatasan spare part akhirnya dengan sangat terpaksa pesawat TT-3104 tidak dapat dibawa kembali ke home base bersama kedua pesawat yang lain untuk kembali ke Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang pada tanggal 17 Pebruari 2014.  Atas ijin komando atas Supertucano TT-3104 harus ditinggalkan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta bersama beberapa personel pendukungnya sembari menunggu spare part untuk perbaikan.


Selama kesendiriannya di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, pesawat TT-3104 disimpan di hangar Skadron Udara 31 dan dirawat oleh personel teknik Skadron Udara 21 yang secara bergantian ditugaskan untuk merawat pesawat tersebut. Dan kondisi ini tentu saja membuat kesiapan tempur Skadron Udara 21 menurun dan secara umum juga mengurangi kesiapan tempur TNI Angkatan Udara. Dan setelah kurang lebih tiga bulan pesawat TT-3104 “tidur” karena tidak dapat dioperasikan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta, melalui usaha dan koordinasi seluruh jajaran yang terkait, maka pesawat TT-3104 direncanakan akan dibawa kembali ke home base Skadron Udara 21 Malang setelah dilaksanakan perbaikan.


Menindaklanjuti hal tersebut maka pada tanggal 5 Mei 2014, empat penerbang dan dua puluh personel teknik berangkat menuju ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma Jakarta dalam rangka perbaikan pesawat TT-3104.   Setelah empat hari dilaksanakan perbaikan, akhirnya pada tanggal 10 Mei 2014 pesawat TT-3104 mengudara di langit Jakarta untuk melaksanakan inflight check sebelum pesawat diterbangkan menuju ke Malang. Inflight check ini dilaksanakan oleh Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb Toto Ginanto, S.T. dan Mayor Pnb Hery Setiawan, S.Sos. untuk memastikan bahwa pesawat TT-3104 dapat dinyatakan layak untuk melaksanakan penerbangan kembali ke Malang dan memperkuat kembali Skadron Udara 21.   Setelah dilaksanakan inflight check dengan konfigurasi 1 drop tank terpasang di center point untuk mengecek fuel feeding atau bekerjanya sistem saluran bahan bakar baik dari tank pesawat maupun dari drop tank yang terpasang akhirnya pesawat TT-3104 dinyatakan siap untuk melaksanakan penerbangannya kembali ke home base.


Pada tanggal 12 Mei 2014 dengan diawaki oleh Komandan Skadron Udara 21 Letkol Pnb Toto Ginanto, S.T. dan Kapten Pnb Yuda A. Seta, S.Sos., pesawat TT-3104 Skadron Udara 21 melaksanakan penerbangan kembali ke home base di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang.   Setelah menempuh satu jam tiga puluh lima menit penerbangan dengan ketinggian 13.500 feet, pesawat TT-3104 mendarat di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh dengan aman dan akhirnya kembali ke “sarangnya” di Skadron Udara 21.


Dengan kembalinya pesawat TT-3104 maka kekuatan udara Skadron Udara 21 dapat bertambah untuk mendukung tugas-tugas operasi maupun latihan yang diberikan kepada Skadron Udara 21 sebagai counter insurgency squadron yang dimiliki TNI Angkatan Udara.   Dengan datangnya kembali TT-3104 maka kekuatan udara yang dimiliki maka Skadron Udara 21 semakin siap untuk mendukung TNI Angkatan Udara dalam menegakkan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah NKRI.




Sumber : TNI AU

Formasi Unsur Latparsial II Terobos “Medan Ranjau”

SURABAYA-(IDB) : Delapan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jajaran Koarmatim yang terlibat dalam Latihan Parsial (Latparsial II/14) Operasi Amfibi (Opsfib) menerobos medan ranjau yang disebar “musuh” disekitar perairan Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS), Senin (12/05).

Kapal perang yang terlibat Latparsial II/14 Opsfib antara lain satu kapal markas KRI Makassar-590, lima kapal perang jenis Landing Ship Tank (LST), dua kapal perang jenis Buru Ranjau (BR) dan Penyapu Ranjau (PR). Unsur kekuatan laut didukung dua Heli Bell, satu Heli Bolco, dan satu Batalyon Tim Pendarat (BTP) Marinir serta tim Kopaska dan tim penyelam tempur.

Sebelum berangkat, unsur-unsur tersebut melaksanakan embarkasi material dan personel serta didukung latihan Pertahanan Pangkalan (Hanlan) dan Lawan Sabotase Bawah Air (LSBA) dari Lantamal V Surabaya.

Sebagai garda terdepan dalam formasi Opsfib ini, KRI Pulau Rengat-711 dan KRI Pulau Raas-722 melakukan aksi peperangan melewati medan ranjau atau disebut dengan istilah Mine Feild Transit (MFT).

Puluhan ranjau yang sengaja disebar oleh “lawan” untuk menghambat gerak laju KRI berhasil dimusnahkan oleh dua kapal perang tersebut. Keberhasilan unsur ranjau dalam membuka jalur bagi kapal markas, kapal angkut material dan pasukan Marinir dalam formasi ini melancarkan pergerakan menuju daerah sasaran operasi amfibi yang akan digelar.




Sumber : Koarmatim

TNI AL Tertarik Teknologi Kapal Selam ITS

SURABAYA-(IDB) : TNI AL memerpanjang kerjasamanya dengan ITS Surabaya. Penandatanganan kerjasama itu dilakukan Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Dr Marsetio MM dengan Rektor ITS Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA, di gedung Rektorat ITS, Senin (12/5/2014).

Kerjasama yang dijalin kedua pihak, sebenarnya sudah berjalan lama. Peran TNI AL memang besar atas berdirinya ITSm sebab Institut Angkatan Laut menjadi cikal bakal berdirinya ITS. Piagam Kesepakatan Bersama dan Perjanjian kerjasama antara TNI AL dengan ITS yang ditandatangani oleh Rektor ITS dan KSAL, diperpanjang dalam bentuk kerjasama bidang pendidikan.


Laksamana TNI Marsetio mengatakan, TNI AL telah bekerjasama dengan 25 Perguruan Tinggi di Indonesia, termasuk ITS yang tertua sejak 1950-an. “Dahulu banyak pengajar dari AL dan namanya juga Institut AL. Pengajar-pengajar tersebut merupakan cikal bakal berdirinya ITS,” ujar Marsetio.


Ia juga mengungkapkan bahwa saat ini TNI AL sedang membangun industri pertahanan dalam negeri. Namun dalam upaya mengembangkan industri pertahanan dalam negeri itu, ternyata masih belum banyak melibatkan perguruan tinggi. Yang paling banyak dilibatkan adalah industri saja. “Ke depan, pengadaan kapal harus melibatkan perguruan tinggi dan kebetulan pertengahan September nanti kita kedatangan tiga buah kapal baru, jenis fregat dari Inggris,” ujar Marsetio.


Sementara Rektor ITS Tri Yogi Yuwono menjelaskan, ITS saat ini juga memiliki kapal selam yang merupakan riset ITS. “Kita juga sedang menggarap kapal selam dan masih belum jadi, baru sekitar 70 persen rampung. Yakni Kapal Perang Crocodile-Hydrofoil (KPC-H),” papar Tri Yogi.


Awalnya, kapal tersebut didanai Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), namun terhenti. Saat ini ITS sedang mengupayakan agar bisa mendapatkan pendanaan dari Kemdikbud. “Ya semoga bisa untuk membantu riset tersebut,” ucapnya.


Mendengar sambutan Triyogi, Marsetio pun menanggapi bahwa beliau tertarik dengan tawaran ITS. "Mendengar ada kapal perang crocodile tersebut, saya tertarik untuk melihatnya terlebih dahulu," ujarnya.




Sumber : CentroOne

Hubungan Membaik Duta Besar Indonesia Kembali Ke Australia

JAKARTA-(IDB) : Duta Besar RI untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema, akan segera kembali bertugas di KBRI Canberra paska ditarik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, setelah terbongkarnya skandal penyadapan oleh intelijen Australia di media massa.

Rencananya, Najib akan kembali pada akhir bulan Mei 2014 ini. "Sudah diinstruksikan untuk kembali dalam rentang waktu satu bulan ini," kata Staf Khusus Presiden Bidang Luar Negeri, Teuku Faizasyah, Senin 12 Mei 2014.

Menurut Faiz, Presiden SBY mengizinkan Dubes RI kembali ke Australia, karena memang hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia sudah mulai membaik.

"Karena beliau melihat sudah ada kemajuan dalam proses pembahasan antara dua menlu. Bapak (SBY) waktu itu, menggaris bawahi bahwa harus ada suatu code of conduct, pasca insiden penyadapan. Ini kemudian dalam proses evaluasi, kita mencatat kemajuan dari sisi pembahasan kedua menlu," ujar dia.

Namun, Faiz tidak menjelaskan kemajuan seperti apa yang sudah terjadi antara Indonesia dan Australia.

"Saya tidak terlalu tahu, yang dilaporkan menlu. Soal teks pembahasan sudah ada negosiasi. Mengenai code of conduct itu sendiri, sudah ada kemajuan. Sudah dituangkan dalam bentuk tulisan, ini wujud kemajuannya," ujarnya.

Meski sudah mulai membaik, kata Faiz, namun tak serta merta pemerintah akan mengaktifkan kembali kerjasama diberbagai bidang yang sempat dibekukan.

"Ini (kerjasama) baru bisa dihidupkan setelah ada code of conduct. Pada saat sekarang menuju ke arah code of conduct, maka perlu dubes untuk memfasilitasi pembahasan itu," ujar dia.

Lalu apakah telepon Perdana Menteri Australia Tonny Abbot ke SBY juga memberikan pengaruh soal perbaikan hubungan ini?

"Bisa dibilang ada dan bisa dibilang tidak. Di samping, presiden menerima laporan dari menlu. Telepon itu, bisa dilihat sebagai proses menuju normalisasi hubungan. Dengan telepon itu, ada itikat kuat dari pihak Australia untuk tuntaskan persoalan-persoalan itu," ujar dia.



Sumber : Vivanews

Benarkah....Era Baru Alutsista Trimatra Di Depan Mata...??? (1)

JKGR-(IDB) : Malam telah beranjak larut, ketika saya merapihkan setumpuk dokumen yang akan dibahas dalam rapat esok pagi. Rapat itu bukan sembarang rapat, karena di situlah ajang seleksi akhir berbagai alutsista yang harus segera bergabung untuk memperkuat otot TNI.

Berhubung kondisi fisik yang lelah dan konsentrasi yang menurun, tidak sengaja saya menjatuhkan sebuah dokumen dengan cover bergambar pesawat tempur bersayap delta.  

Brukkk…suara benturan cukup keras yang memecah keheningan ruangan. Tatkala saya menundukkan badan untuk meraih dokumen tersebut, terdengar suara berdehem yang membuat saya reflek menoleh ke arah suara.


“Kamu belum pulang, Nar?” (Wah, Pak boss…tumben belum pulang).


“Siap, belum, Jenderal, maaf saya tidak sadar dengan kehadiran Jenderal”.


“Ndak apa-apa, untuk besok rekomendasi kita sudah kamu siapkan sesuai dengan update terbaru dari tim advance kita kan?”


“Siap, sudah Jenderal, pukul 22.30 wib tadi sudah saya sampaikan melalui ajudan Jenderal”.


“Ok, sudah saya baca sekilas untuk proceeding rekomendasi. No problem. Just be prepared for tomorrow”.


“Siap, Jenderal”.


Tak lama beliau berlalu meninggalkan saya yang terkesima, sambil berpikir cepat sekali beliau baca proceeding yang lumayan tebal hasil lemburan saya dan tim selama 4 hari berturut-turut.

Keesokan harinya, di luar dugaan rapat dibatalkan, dan saya dipanggil mendadak ke Cilangkap via pesan singkat. “Urgent, harap hadir di situation room clkp, bawa seluruh materi kemarin segera”.


“Wah ada apa ini”, pikir saya. Suatu hal yang di luar kebiasaan. Sepanjang perjalanan, saya tidak henti berpikir apa yang sedang terjadi.


Tak lama, saya tiba dan langsung bergegas menuju ruang situasi. Tidak dinyana di situ hadir lengkap jajaran eselon elite Medan Merdeka Barat dan Cilangkap, dan ada satu orang yang sudah tidak asing lagi yang sedang berbisik-bisik dengan Pak boss saya.


Jantung saya mendadak berdegup kencang entah apa sebabnya. Saya berusaha mengatur napas untuk menenangkan diri, saat terdengar celetukan: “Ayo Nar, dimulai paparan rekomendasinya”, degg…itu suara bapak dengan sosok tinggi besar itu!


“Siap, baik Pak” Dengan nada sedikit bergetar saya merespon permintaan beliau.


80 menit kemudian….


“Baik dengan demikian, kita akan mengacu pada skema Delta, di mana pada tahun ini akan masuk ke AU 18 unit Su-35S, 10 unit Su-34 Fullback, 16 unit EF Typhoon Tranche 1, 20 unit Rafale F2. Agar dikawal dan dijaga proses akuisisi serta pengiriman ke sini. Jangan melewati akhir tahun”, demikian ujar sang bapak dengan mimik serius.


“Maaf Pak, bagaimana dengan tambahan 28 unit F-16 Block 52?” ujar salah satu hadirin dengan bintang 3 di pundaknya.


“Oh iya, saya lupa, terima kasih Mas. Noted, termasuk 28 F-16C Block 52 yang tempo hari approved by DSCA”, tukas beliau.


“Jadi di akhir tahun ini figur front line fighter utama AU adalah….tolong kamu rekap, Nar!” perintah beliau.


“Siap, baik Pak. Jadi total akan ada 4 ska F-16C Block 52, 3 ska Su-30, 1 ska Su-35, 1 ska EF Typhoon, 1 ska Rafale, 1 ska Su-34, serta 1 ska F-50”, jawab saya cepat.


“Oke, terima kasih. Saudara-saudara, kita break dulu ishoma, kemudian kita lanjutkan dengan bahasan AL”, ujar beliau sambil beranjak dari kursi diikuti oleh standing salute dari peserta rapat. 

Bersambung…




Sumber : JKGR

LCS Isu Panas Di KTT Asean

HANOI-(IDB) : Ketegangan di Laut Cina Selatan antara Cina dengan sejumlah negara Asia Tenggara membayang-bayangi agenda dalam Konferensi Tingkat Tinggi Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (KTT ASEAN) yang dibuka kemarin di Nay Pyi Taw, Myanmar.

Presiden Filipina Benigno Aquino Jr. meminta dukungan untuk menyelesaikan konflik lautnya dengan Cina melalui arbitrase internasional. "Kami tidak bisa hanya mengandalkan dialog antara dua negara untuk menyelesaikan isu yang berdampak pada negara lainnya di kawasan," kata dia, Ahad, 11 Mei 2014.

Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung membahas persoalan senada dan mengecam pembangunan kilang minyak oleh Cina di perairan yang disengketakan oleh kedua negara. Dia menyatakan, sejak 1 Mei lalu, Cina menempatkan sedikitnya 80 unit kapal perang dan pesawat untuk mengawal pembangunan rig yang masuk dalam paparan benua dan zona ekonomi eksklusif Vietnam berdasarkan Hukum Laut PBB (UNCLOS) 1982.

"Vietnam telah menahan diri, menunjukkan segala niat baik, menggunakan seluruh saluran diplomatik serta protes menuntut Cina menarik kapal militer dan rig minyaknya dari perairan Vietnam," kata Dung, dalam pidatonya di Nay Pyi Taw.

Namun Cina menganggap kecaman itu sebagai upaya merusak hubungan dengan ASEAN. "Cina selalu menentang upaya negara-negara tertentu untuk menggunakan isu Laut Selatan untuk mengganggu keseluruhan persahabatan dan kerja sama antara Cina dan ASEAN," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hu Chunying, seperti dikutip Reuters.

Ketegangan antara Hanoi dan Beijing pada muncul pekan lalu ketika China National Offshore Oil Corporation (CNOOC) memindahkan rig minyak senilai US$ 1 miliar ke perairan yang dianggap sebagai daerah zona ekonomi eksklusif Vietnam.

Sebelumnya, Filipina menangkap 11 nelayan Cina yang kedapatan membawa 350 penyu hijau, yang dianggap hewan langka, dari perairan yang disengketakan. Selain Vietnam dan Filipina, negara ASEAN lainnya yang mengklaim hak atas Laut Cina Selatan adalah Malaysia dan Brunei Darussalam.

Sentimen Negatif China Meningkat Di Dalam Negeri Vietnam

Ratusan warga Vietnam pada Ahad, 11 Mei 2014, melakukan protes di luar Kedutaan Besar Cina di Hanoi terkait dengan penyebaran kapal kilang minyak di wilayah Laut Cina Selatan yang dipersengketakan.

Dilaporkan Fox News hari ini, puluhan petugas keamanan terus mengawasi sekitar 500 demonstran yang gencar meneriakkan slogan-slogan anti-Cina. Mereka juga membentangkan spanduk besar di taman di seberang kedutaan. “Kami marah dengan tindakan Cina,” kata Nguyen Xuan Hien, seorang pengacara yang ikut berunjuk rasa.

Vietnam diketahui telah mengirim armada kapal ke kilang minyak yang tiba di wilayah Laut Cina Selatan pada 1 Mei lalu. Namun mereka tidak dapat menembus barikade 50 kapal Cina yang melindungi situs tersebut. Penjaga pantai Vietnam bahkan merilis video yang menunjukkan kapal Cina tengah menembakkan meriam air ke kapal Vietnam.

Konfrontasi ini terjadi di wilayah Kepulauan Paracel. Vietnam menyatakan pulau tersebut berada di zona ekonomi eksklusif 200 mil laut Vietnam. Namun Cina mengklaim kedaulatan atas wilayah itu dan sebagian besar wilayah Laut Cina Selatan.

Menanggapi pernyataan ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, mengatakan bahwa isu tersebut tidak harus jadi perhatian. ASEAN dan Beijing sangat menentang segala upaya negara lain yang menggunakan isu Laut Selatan untuk merusak persahabatan dan kerja sama Cina dengan negara-negara ASEAN.




Sumber : Tempo

Menunggu Kiprah Prajurit-Prajurit Profesional Untuk Papua

PAPAU-(IDB) : Sudah 45 tahun masalah di Papua, baik itu di Provinsi Papua maupun Papua Barat, tak kunjung selesai. Salah satu yang menonjol adalah masalah keamanan. Data dari Indonesia Police Watch, selama tahun 2013, ada 19 orang tewas, terdiri dari 8 tentara, 1 polisi, dan 10 warga. Sebelumnya, tahun 2009-2012 ada 67 orang tewas terdiri atas rakyat dan aparat.

Pemerintah berkali-kali mengatakan, pendekatan solusi yang dilakukan adalah pendekatan menyeluruh atau komprehensif. Artinya, yang diatasi tak hanya melulu aspek yang bermasalah, dalam hal ini keamanan, tetapi juga aspek lain seperti politik dan ekonomi.

Namun, dalam kenyataannya, masalah ini tak kunjung selesai. Salah satu unsur penting dan perlu segera dibenahi adalah profesionalisme aparat keamanan. Rumor tentang oknum tentara yang tidak profesional masih terdengar, mulai dari menyelundupkan kayu sampai melakukan kekerasan pada rakyat.

KSAD Jenderal Budiman, Selasa (6/5/2014) lalu memberikan penghargaan berupa kenaikan pangkat luar biasa kepada 48 prajurit, beberapa di antara mereka bertugas di Papua. Penghargaan diberikan karena para prajurit itu telah bekerja melampaui tugas dan tanggung jawab utamanya.

Budiman mengakui masih ada prajurit yang nakal. Penghargaan ini sekaligus juga sebagai motivasi agar prajurit menjadi semakin baik.

Menurut mantan Kepala Staf Umum TNI Letjen (Purn) J Suryo Prabowo dalam bukunya Operasi Lawan Insurjensi Bukan Hanya Operasi Militer, profesionalisme tentara adalah hal mutlak dalam penyelesaian konflik di Papua. Ia mengatakan, masalah Papua adalah masalah sangat kompleks yang tak bisa diselesaikan dengan pendekatan keamanan semata. Namun, pendekatan keamanan dari tentara-tentara profesional adalah keniscayaan.

Dalam pelaksanaannya, hal ini tak mudah. Salah satu operasi militer di Papua adalah operasi tempur. Operasi tempur di Papua harus sesuai dengan karakteristik kelompok bersenjata insurjen (sempalan) di Papua.

Ada banyak kendala memang, yang terlihat dari banyaknya aparat yang tewas. Namun, ada juga prestasi, seperti oleh Serka Ridwan Sihotang, prajurit Kopassus di Yonif 751 Puncak Jaya.

Setelah terjadi pencurian senjata Polri oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang dipimpin Tenggah Mati, tim dari Yonif 751 menggelar operasi pengejaran pada Februari 2014. Perjalanan 14 jam, diakui Ridwan, berat. ”Kami hanya bisa bergerak maju 500 meter dalam 1 jam,” kata Ridwan yang berhasil merebut senjata dalam pertempuran dengan OPM.


Taktik Narin Dan Musa

Selain operasi tempur, operasi lain yang sama pentingnya adalah operasi teritorial. Operasi teritorial dinilai berhasil jika militer berhasil menggandeng dan mengambil hati masyarakat, bahkan OPM, untuk kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.

Hal ini dilakukan Serka Narin Wonda dan Sertu Musa Tabuni, keduanya aparat di Koramil 07 Tion, Kodim 1702 Jayawijaya. Narin dan Musa, pada Juni 2013 lalu membujuk tujuh anggota OPM untuk turun ke kota. Bujukan ini berhasil sehingga kepala OPM Engga Kiwo itu sekarang bertugas menjadi anggota satpol pamong praja.

Awalnya, Narin mendapat informasi dari masyarakat Kampung Tigemuli, Distrik Malagineri, Kabupaten Lanny Jaya, Papua, tentang kehadiran OPM yang berpistol. Hal ini disampaikan kepada atasannya. Narin lalu diperintahkan untuk membujuk para OPM itu.

”Saya bilang kepada mereka supaya turun. Tidak usah di hutan terus. Kamu tidak makan nasi, kamu tidak dapat uang,” kata Narin yang naik gunung dengan bermodalkan 10 bungkus rokok untuk bertemu dengan anggota OPM.

Narin mengatakan, ia berani datang dengan baju sipil karena punya bahasa yang sama, yaitu bahasa suku Dani. Narin juga meminjam babi dari rakyat distrik untuk mengajak para OPM makan. Setelah makan babi, merokok, dan makan pinang selama lebih kurang tiga hari, barulah Narin mengutarakan maksudnya. Setelah beberapa kali melakukan pembicaraan barulah anggota OPM itu mengaku punya pistol.

Keberadaan dan kerja tentara profesional adalah mutlak dalam penyelesaian konflik di Papua. Suryo Prabowo dalam pengantar bukunya tersebut mengatakan, walau kecil, kehadiran insurjensi yang tak kunjung padam bisa dengan mudah menduniakan ide-ide separatisnya.

Hal ini berarti kebijakan politik, bahkan hati seluruh bangsa harus diletakkan di Papua. Narin saja membeli rokok dan babi dengan uang sendiri, untuk OPM. Sementara Ridwan bercerita tentang makanan yang kerap terlambat. Kalau pemerintah dan TNI bisa dengan gagah mengirimkan pasukan terbaiknya ke ke misi-misi perdamaian PBB dengan penuh bekal sosial dan fasilitas, kenapa tidak ke Papua?




Sumber : Kompas