Pages

Kamis, Mei 08, 2014

Pasmar-1 Gelar Kesiapan Latihan Parsial Latgab TNI 2014




SURABAYA-(IDB) : Kepala Staf Pasmar-1 Kolonel Marinir Bambang Suryo Aji mewakili Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso memimpin gelar kesiapan personel dan material yang terlibat latihan Parsial Latgab TNI tahun 2014 di Kesatrian Marinir Soepraptono Semarung, Ujung, Surabaya, Kamis (08/05/2014).


Kegiatan yang dihadiri Komandan Brigif-1 Mar Kolonel Marinir Y. Rudy Sulistyanto, Komandan Menart-1 Mar Kolonel Marinir M. Nadir, Komandan Menkav-1 Mar Letkol Marinir Herkulanus Herry Sintarto, Komandan Menbanpur-1 Mar Letkol Marinir Iwan Hermawan dan Para Asisten Pasmar-1 tersebut diikuti 450 prajurit Pasmar-1 dengan Komandan Gelar Letkol Marinir Agus Gunawan Wibisono yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Batalyon Infanteri-3 Marinir.



 
Selain personel, juga digelar beberapa material tempur Korps Marinir yang akan digunakan dalam latihan Parsial Latgab TNI tahun 2014, material tempur tersebut diantaranya 9 unit BMP-3F, 3 unit PT-76 M, 24 unit BTR-50, 4 unit Kapa K-61, 2 unit Kapa PTS, 4 unit How-105 mm dan 1 unit RM-70 Grad serta 2 buah perahu karet beserta motor tempelnya


Dalam sambutannya, Kepala Staf Pasmar-1 mengatakan gelar kesiapan personel dan material tersebut untuk mengecek kesiapan personel maupun material yang akan mengikuti Latihan Parsial dalam rangka Latihan Gabungan TNI tahun 2014 yang akan dilaksanakan di pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur.



 



Latihan Parsial, lanjutnya, merupakan latihan dalam rangka mendukung kesuksesan Latihan Gabungan TNI tahun 2014, sehingga dalam latihan parsial tersebut harus dilaksanakan seperti yang akan dilaksanakan dalam Latihan Gabungan TNI tahun 2014. 

Untuk itu kesiapan personel harus benar-benar dipersiapkan, mulai dari tingkat perorangan hingga satuan, selain itu juga kesiapan material tempur mulai dari material perorangan hingga satuan harus benar-benar siap untuk digunakan latihan.


“Jangan hanya sekedar melaksanakan latihan, tetapi harus mengerti dan memahami tugas pokok setiap personel dalam latihan tersebut,” tegasnya.



 
Sebelum mengakhiri sambutannya, orang nomor dua di Pasmar-1 itu menekankan agar seluruh prajurit semangat dalam melaksanakan latihan dengan selalu menjaga keselamatan, baik personel maupun material sehingga latihan dapat terlaksana dengan zero accidents.




Sumber : Kormar

Analisis : Menghadang China Dengan Barikade Bulan Sabit

ANALISIS-(IDB) : Pertarungan gengsi hegemoni Asia Pasifik sudah memasuki babak penting terkait dengan tingkah Cina yang terus menerus menekan secara militer beberapa negara yang saling klaim teritori kepemilikan.  AS yang menjadi sekutu tradisional Jepang dan Filipina sudah memperbaharui aliansi strategis mereka.  Dengan Filipina misalnya sudah disepakati perjanjian pertahanan bersama yang dikenal dengan The Enhanced Defense Cooperation Agreement,  dengan membuka kembali pangkalan militer Clark dan Subic untuk lalulintas militer AS.



Ambisi Cina dengan mengedepankan kualitas otot militer daripada otak diplomasi mengharuskan negara-negara disekitarnya pasang kuda-kuda sekalian mengadu kepada adidaya pemilik hegemoni tak tertandingi, AS.  Tercatat Filipina, Taiwan, Jepang dan Korea Selatan kini berada dalam payung perlindungan AS.  Sementara Vietnam yang benci banget sama Cina merapat ke Rusia dengan membeli sejumlah persenjataan bernilai gahar dari Rusia.  Beberapa penasehat militer Papa Bear diyakini sudah berada di Vietnam.




Klaim Teritori Laut Cina Selatan
Bisa digambarkan saat ini beberapa pangkalan militer telah membentuk barikade bulan sabit sepanjang Asia Pasifik.  Mulai dari Cocos, Christmas, Darwin, Filipina, Taiwan, Jepang, Korea.  Barikade bulan sabit ini untuk mengurung dan mengepung kekuatan militer Cina yang sudah memiliki kemampuan serbu lintas negara.  Semua barikade yang digelar itu menempatkan AS sebagai pemain utama dengan menyebar marinir dan sejumlah kapal perang, kapal selam, kapal induk dan jet tempur di wilayah bulan sabit.



Barikade bulan sabit itu masih diperkuat dengan kekuatan swalayan Vietnam yang terus memperkuat militernya dan Malaysia yang belakangan cenderung low profile seakan tak ikut meramaikan klaim teritori Laut Cina selatan.  Mengapa tiba-tiba Malaysia kurang bergairah dalam memperjuangkan klaim wilayah di LCS boleh jadi karena keletihan mengurus Sabah yang diganggu militan Sulu atau fokus mencari Mh370 yang sebagian penumpangnya WN Cina. Bisa jadi karena masih “terkesima” dan kaget dengan kedatangan armada kapal perang dan kapal selam  Cina di gugusan pulau James Shoal miliknya, 80 km dari pantai Sarawak akhir bulan Januari yang lalu.



Indonesia yang tak terkait dengan konflik teritori LCS bukan berarti tak memperkuat kewaspadaan.  Dibukanya front timur LCS dengan kehadiran militer AS untuk menjaga Filipina tentu sedikit melegakan. Karena Cina kini mendapat lawan tangguh dan sendirian menghadapi berbagai front gabungan.  Jika harus terjadi perang berskala besar maka front timur LCS akan menjadi medan tempur paling bergengsi head to head antara pemilik hegemoni AS dan penantangnya Cina.

Berundinglah, tidak harus dengan dentuman artileri


Negeri Naga ini dikenal dengan cara berdiplomasi yang kaku. Meski berhasil dalam membangun kekuatan ekonominya dan diprediksi akan menyalip AS untuk menjadi kekuatan ekonomi nomor satu dunia, namun gaya gaul diplomatnya perlu dipercantik agar tidak terkesan dimusuhi semua orang. Perkuatan militernya menjadi ancaman bagi kawasan di sekitarnya termasuk Indonesia yang harus melipatgandakan kekuatan alutsistanya. Sah-sah saja setiap negara melipatgandakan kekuatan militernya tapi jika disertai ancaman ekspansi teritori tentu menciptakan kebencian regional.



Indonesia sedang memperkuat pagar militernya di Natuna, garis depan yang didepannya ada hiruk pikuk militer.  Penempatan kapal-kapal perang dan pesawat tempur merupakan isian mutlak yang harus ada.  Tetapi lebih penting dari itu inisiasi membuka dialog untuk perundingan diplomatik diniscayakan menjadi jalan cerdas yang diinginkan banyak negara.  Indonesia bisa melakukan itu karena posisi netralnya.  Tetapi sejalan dengan itu tentu ada strategi lain yang juga harus dijalankan Indonesia jika kondisi cuaca ekstrim melanda kawasan LCS. 



Indonesia  harus memilih dan bersiap untuk bergabung dengan blok bulan sabit agar semuanya menjadi jelas. Bisa saja dengan bergabungnya RI ke blok penghadang itu menjadikan Cina berpikir ulang.  Atau “menggertak” Cina agar mau berunding soal LCS disertai ancaman jika tak mau maka RI akan bergabung ke front bulan sabit.  Dengan bergabungnya Indonesia ke blok bulan sabit demi solidaritas ASEAN praktis akan mengucilkan Cina dari tata pergaulan regional.  Thailand jelas pro AS, demikian juga Singapura.  Boleh jadi ini menjadi senjata ampuh untuk mengurangi libido ekspansi teritori Cina yang cenderung egois dan mau menang sendiri.



Lebih terhormat jika pengelolaan kawasan konflik di LCS yang kaya sumber daya mineral itu dilakukan dengan kerjasama antar negara mengolah dan memanfaatkan sumber daya mineral, bagi hasil bersama untuk kesejahteraan bersama.  Ongkos pertempuran untuk perebutan sumber daya mineral itu jauh lebih mahal dan akan merusak multiflier effect ekonomi kesejahteraan yang sudah tertata selama ini. Takdir sejarah akan mengatakan Cina tak akan terbendung lagi menjadi kekuatan ekonomi nomor satu dunia.  Tetapi jangan karena itu lalu seenaknya menjebol bendungan tata krama dan etika perilaku, lalu gasak sana gasak sini.  Dunia akan melawan.



Sumber : Analisis

Kelas Kirov, Kapal Perang Besar Dan Menakutkan Dari Rusia

Kirov
Kirov

MOSCOW-(IDB) : Kelas Kirov Rusia dijuluki oleh Barat sebagai "Battle Cruiser" karena ukurannya yang besar dan persenjataan berat yang diusungnya. Kirov bukanlah kapal baru, melainkan kapal perang peninggalan era Perang Dingin yang sangat menakutkan, yang menjadi salah satu alasan utama bagi pemerintah Amerika Serikat kala itu (masa Reagan) untuk meng-upgrade dan mengoperasikan kembali kapal perang Kelas Iowa.



Saat ini Rusia hanya mengoperasikan satu dari empat "monster" 252 meter ini, yaitu "Pyotr Velikiy" atau "Peter The Great," yang menjadi kapal unggulan Armada Utara Rusia. Kapal ketiga dari kelas Kirov, "Admiral Nakhimov," sedang dimodernisasi dan baru akan kembali beroperasi pada akhir dekade ini, dan kapal kedua "Admiral Lazarev," segera akan di-upgrade dan baru akan diluncurkan pada awal 2020 nanti. Sedangkan upgrade untuk kapal pertama, "Admiral Ushakov" yang sebelumnya bernama Kirov, masih dalam tahap perencanaan.



Kirov mulai dioperasikan pada tahun 1980, adik-adiknya kemudian lahir setiap 4 tahun, kecuali Kelas Kirov yang terakhir yaitu Peter The Great, baru ditugaskan pada tahun 1998 akibat terkendala krisis keuangan menjelang runtuhnya Uni Soviet.
 

Saat siap tempur atau bermuatan penuh, kapal ini berbobot benaman 28.000 ton, tiga kali lebih berat dari kapal Kelas Ticonderoga Amerika Serikat namun masih lebih kecil dari Kelas Iowa yang sudah non aktif. Kirov mengandalkan dua reaktor nuklir dan dua turbin uap yang total menghasilkan daya 140.000 hp. Kombinasi 2 jenis propulsi ini memungkinkan Kirov berlayar dengan kecepatan lebih dari 30 knot untuk sekitar 1.600 km. Sedangkan ketika berlayar hanya dengan menggunakan tenaga nuklir, tanpa dorongan turbin, kapal ini bisa mempertahankan kecepatan 20 knot secara kontinyu.


Peter The Great
Peter The Great
Peter The Great
Peter The Great
Peter The Great sandar di pangkalan saat latihan tempur Armada Pasifik Rusia tahun 2010.
Lebih dari 700 pelaut yang mengoperasikan kapal besar ini, yaitu sekitar dua kali lebih banyak dari Kelas Ticonderoga Amerika Serikat. Banyaknya pelaut yang diangkut menjadi masuk akal ketika kita mengetahui berapa banyak sistem dan senjata pada Kirov. Kirov lengkap dengan senjata, roket, sistem peluncur rudal vertikal dengan ratusan rudal.


Kirov dibangun oleh Uni Soviet untuk mengatasi kapal-kapal induk Amerika Serikat yang besar, selain tentunya untuk memodernisasi angkatan lautnya sendiri. Serangan ofensif utama dari kapal ini berasal dari 20 buah rudal jarak jauh anti kapal SS-N-19 "Shipwreck". Rudal yang berbobot 7,5 ton dan panjang 10 meter ini ibarat robot kamikaze, yang diluncurkan secara salvo setidaknya empat rudal dan secara tim akan menyerang target yang berjarak 500 km jauhnya secara mandiri dengan kecepatan supersonik. 

Setelah diluncurkan, salah satu rudal akan terbang lebih tinggi sebagai komando bagi 3 rudal lainnya yang terbang di ketinggian rendah. Jika rudal pemimpin ini hancur (misal karena sistem pertahanan rudal), maka rudal lain akan naik menggantikan posisinya. Dan terus berlanjut hingga semua rudal tersebut hancur atau mengenai target.



Untuk penargetan awal, rudal SS-N-19 menggunakan active radar homing atau home on jam sebagai terminal guidance dan dapat menggunakan data sensor pihak ketiga (kapal patroli maritim, helikopter kapal, dan satelit). Diduga, rudal-rudal ini juga menerima update di tengah perjalanannya dengan cara yang sama dan selanjutnya "gerombolan" rudal ini mengandalkan sistem navigasi inersia dan data link sendiri untuk menemukan jalan ke target. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran terbesar kelompok kapal induk AS selama Perang Dingin.


Untuk pertahanan udara, Kirov menggunakan sistem rudal permukaan ke udara jarak jauh S-300F dan S-300FM versi baru. Rudal ini terbang mendekati kecepatan hipersonik dan dapat menjangkau sekitar 161 km dari titik peluncurannya. Versi yang lebih baru, S-300FM, disebut sangat efektif mengatasi rudal balistik jarak pendek. Mereka bahkan bisa menembak jauh ke horizon dan secara mandiri memindai targetnya layaknya rudal jelajah yang terbang rendah. Peter The Great membawa 96 rudal permukaan ke udara ini, yang biasanya terbagi dua yaitu 48 S-300F dan 48 S-300FM.


Persenjataan Kirov
Persenjataan Kirov
Untuk ancaman udara yang lebih dekat, Peter The Great dilengkapi sepasang menara pertahanan rudal OSA-MA, masing-masing 20 putaran. Rudal yang dipandu radar ini bisa ditembakkan dengan cepat dan dapat mengintersep beberapa target di jarak sekitar 13 km, bahkan meskipun target bergerak dengan kecepatan tinggi. 
Selain itu, menara OSA-MA juga dilengkapi dengan sistem peluncur rudal vertikal yang setidaknya bisa menembakkan 128 putaran rudal permukaan ke udara jarak pendek SA-N-9 "Gauntlet". Sistem rudal ini merupakan versi maritim dari sistem pertahanan rudal TOR yang sudah diekspor Rusia ke berbagai negara di dunia. Rudal ini dapat ditembakkan dengan cepat dan menghancurkan target pada jarak 10 km.
 

Pertahanan udara terakhirnya adalah enam close-in weapon system (CIWS) "Kashtan" yang dilengkapi sepasang radar dan elektro-optik dengan rate of fire tinggi dari amunisi 30 mm dan delapan rudal jarak pendek 9m311. Di bawah CIWS Kashtan, masih ada lebih dari 192 rudal 9m311 dan ribuan amunisi 30 mm yang dapat direload dengan cepat.



Kirov juga dilengkapi dengan AK-130 dual-gun yang menghadap ke landasan helikopter. Meriam 130 mm dua laras ini memiliki akurasi efektif kurang lebih 16 km. AK-130 akan dipandu dengan radar, optik atau dukungan elektronik lainnya dan juga dapat difungsikan untuk peran anti-pesawat. Menaranya sendiri dikendalikan secara remot atau jarak jauh.
 

Selain senjata anti permukaan dan anti udara, Kelas Kirov juga dilengkapi dengan kemampuan anti-kapal selam yang mematikan. Dek helikopter di buritan Kirov mengoperasikan helikopter anti kapal selam Ka-25/27. Kirov sebenarnya bisa mengakomodasi lima helikopter meskipun seringkali hanya 3 helikopter yang dibawa. Helikopter ini dipersenjatai dengan torpedo dengan data penargetan kapal selam yang akurat. 

Kirov juga membawa 10 tabung yang mampu meluncurkan roket torpedo SS-N-16 "Stallion". Pada dasarnya ini adalah roket yang mampu terbang sejauh 80 km, tapi kemudian menjatuhkan torpedo tepat di atas kapal selam musuh. Yang terakhir, ada tiga peluncur roket anti kapal selam (RBU-1000 dan RBU-1200) yang masing-masing mengemas empat dan lima lusin roket jarak pendek anti kapal selam.

Agar seluruh senjata ini efektif, serta untuk bertindak sebagai pusat komando dan kontrol bagi armada kapal perang Rusia lainnya, Kirov dilengkapi dengan radar pelacakan dan pencarian serta sistem penanggulangan elektronik dengan puluhan antena komunikasi. Meskipun konstelasi radar array saat ini sudah ditemukan pada sistem radar SPY-1 seperti pada sistem tempur AEGIS milik kapal jelajah dan perusak Amerika Serikat, namun analis menilai sistem ini masih lebih kuat ditambah lagi dengan upgrade baru-baru ini. 

Diasumsikan, Kelas Kirov dengan konfigurasi modern (upgrade) bisa "melihat" target besar pada jarak lebih dari 483 km yang terbang di altitude, sedangkan untuk target seukuran jet tempur yang terbang rendah bisa dideteksi pada jarak sekitar 80 km. Selain itu, fakta bahwa Kirov membawa S-300FM menjadikannya sebagai satu-satunya kapal di Angkatan Laut Rusia yang memiliki pertahanan anti rudal balistik.
 

Raksasa Kirov, terlepas dari sebenarnya ini adalah kapal perang tempo dulu, kapal ini masih merupakan kekuatan tangguh yang menakutkan yang harus diperhitungkan setiap Angkatan Laut di dunia. Setelah kakak-kakak Peter The Great selesai di-upgrade, akan menarik untuk melihat persenjataan baru apa yang diusungnya. Mengingat suramnya hubungan Obama dan Putin akhir-akhir ini, Angkatan Laut AS yang sedang menuju ke penyusutan harus mewaspadai kebangkitan Angkatan Laut Rusia, salah satunya hadirnya kembali Kirov modern.




Sumber : Artileri

PASSEX 2014 Indonesia Jepang

JAKARTA-(IDB) : Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Thaha Syaefuddin dengan Komandan Letkol Laut (P) Ario Sasongko, S.E., M.P.M., melaksanakan Latihan Passage Exercise (Passex) dengan kapal perang Jepang, Japan Maritime Self Defense Forces (JMSDF), JDS Sazanami (DD-113), dan JDS Samidare (DD-106), di perairan Laut Jawa, baru-baru ini.

Latihan Passex dengan kapal perang Jepang dilaksanakan ketika  KRI Sultan Thaha Syaefuddin-376 sedang berangkat dalam rangka melaksanakan Operasi Rakata Jaya. Pelaksanaan  Passex yang dilaksanakan selama 3 jam ini berjalan dengan aman dan lancar dengan materi latihan di antaranya : Comms Check, Flaghoist, Photo Exercise (Photex), Tactical Manouvering (Manuvra  taktis), SAU Procedure (Prosedur pencarian dan penghancuran kontak kapal selam), Semaphore dan Sailing Pass,.


Kedua kapal perang Jepang yang melaksanakan Passex itu adalah kapal perang jenis Destroyer Guided Missile (Perusak Kawal Rudal) yang dikomandani oleh Commander Yasuhiro Hayashi dan Commander Takashi Saito. 

Kapal perang tersebut merupakan salah satu unsur CTF-151 yang telah selesai penugasannya dalam Gugus Tugas Angkatan Laut Internasional, sebagai respon atas berbagai tindakan pembajakan atas pelayaran kapal-kapal di sepanjang garis pantai Somalia dan sekitar perairan Teluk Aden.




Sumber : TNI

Rahasia Kehandalan AL China

QINGDAO-(IDB) Angin sejuk musim semi masih menyelimuti kota Qingdao ketika sejumlah kadet Akademi Angkatan Laut mengunjungi Akademi Kapal Selam Angkatan Laut Cina.

"Tempatnya besar, fasilitasnya lengkap," kata salah seorang kadet AAL Angkatan 61 Andaru. Kelengkapan belajar-mengajarnya sudah terintegrasi dengan baik, semua serba "computerize" dan alat peraganya pun lengkap seperti layaknya peralatan di kapal selam sesungguhnya.

Secara umum, pembangunan dan modernisasi militer Cina berkiblat ke Uni Soviet atau kini Rusia. Begitu pun dalam pembangunan armada kapal selamnya. Hanya dua tahun sejak didirikannya Angkatan Laut Cina pada tanggal 23 April 1949, Cina telah mengirimkan sebanyak 275 personelnya untuk belajar tentang kapal selam ke unit kapal selam Armada Pasifik Uni Soviet di Lushun.

Angkatan Laut Cina menetapkan kota Qingdao di Semenanjung Shandong, yang berada di bawah Armada Laut Utara Cina, sebagai pusat pendidikan, pelatihan, dan operasi armada kapal selamnya.

Angkatan Laut Cina secara umum memiliki tiga armada, yakni Armada Laut Timur, Armada Laut Selatan, dan Armada Laut Utara. Pada bulan Juni 1954 Cina mulai membangun kapal selam pertamanya "Dadui" dan membeli empat kapal selam eks Uni Sovyet.

Meski sempat tutup selama revolusi budaya melanda Cina, akhirnya pada bulan Juni 1983 sekolah kapal selam itu ditingkatkan statusnya menjadi Akademi Kapal Selam Cina dan telah melahirkan sekitar 100.000 perwira dan komandan kapal selam.

Kini, setelah 65 tahun kelahirannya, Angkatan Laut Cina telah diperkuat 26 kapal destroyer, 49 Frigate, 27 LST besar, 31 LST sedang, lebih dari 200 patroli/ kapal serbu cepat, delapan kapal selam nuklir (SSBN), lima hingga tujuh kapal selam kelas SSN, 56 kapal selam kelas SSK (Kilo), 400--500 pesawat berbagai jenis dengan awak udara sekitar 10.000 personel.

Tidak hanya itu, meski wilayah perairannya hanya tiga persen dari luas wilayah seluruhnya, sejak 19 bulan silam AL Cina memperkuat diri dengan kapal induk "Liaoning" yang merupakan hasil modifikasi kapal induk "Varyag" eks Ukraina.

Sebulan silam kapal perusak berpeluru kendali "Kunming" juga telah memperkuat AL Cina guna mendukung pertahanan udara dan laut. Saat ini pula tercatat 16 kapal perang Angkatan Laut Cina yang terlibat dalam misi selain perang di beberapa wilayah di dunia.

Seperti halnya di Indonesia yang memiliki Museum TNI Angkatan Laut "Loka Jala Crana", jejak kelahiran hingga tampil makin modern Angkatan Laut Cina terekam rapi dan lengkap di Museum Angkatan Laut Cina di Qindao.

Mulai dari beragam persenjataan yang dimiliki pada setiap periode masa, seragam, dan tanda mata dari pimpinan Angkatan Laut 60 negara yang pernah datang ke Cina, tersimpan rapi di dalam museum.

Tidak hanya itu, museum Angkatan Laut Cina juga memiliki area perairan seluas 4 hektare yang memajang kapal-kapal perusak, frigate, dan kapal selam yang telah pensiun atau tidak dioperasikan lagi.

 TNI AL Pasti Bisa...!!!

Sebagai negara kepulauan dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan, mau tidak mau Indonesia harus memperkuat pertahanan lautnya. TNI Angkatan Laut berkelas dunia hendaknya jangan sekadar slogan tanpa makna.

Tidak mudah memang mewujudkan TNI Angkatan Laut berkelas dunia, yang tidak saja kuat, dan proposional sesuai dengan luas wilayah yang harus dijaga, tetapi juga modern hingga mampu menjaga kepentingan nasional di mana pun sesuai dengan yurisdiksinya.

Dilema antara belanja senjata atau pembangunan infrastruktur dan kesejahteraan rakyat memang tidak kunjung usai diperdebatkan. Namun, dengan komitmen kuat, kerja keras, dan empati semua pihak sebagai satu bangsa tidak ada yang tidak mungkin.

Sejarah membuktikan di tengah perang dingin, Angkatan Laut Republik Indonesia mampu tampil sebagai kekuatan terbesar di Asia Tenggara, bahkan disegani seantero dunia kala itu.

Kala itu pada tahun 1959 Indonesia secara bertahap memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey, satu penjelajah ringan kelas Sverdlov, delapan fregat kelas Riga, delapan perusak kelas Skory, 16 kapal penyerang cepat berpeluru kendali kelas Komar, 14 kapal cepat torpedo kelas P-6, 16 kapal buru selam kelas Kronstadt, enam kapal penyapu ranjau dan lainnya.

Kini, di tengah percaturan politik regional dan global yang relatif kondusif, perekonomian yang relatif stabil, hubungan baik dan posisi strategis yang dimiliki Indonesia dengan banyak negara, hendaknya bisa dimanfaatkan untuk membangun sistem pertahanan yang lebih kuat, modern, profesional dan proposional menjaga kedaulatan, keutuhan serta kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bagaimanapun TNI Angkatan Laut yang kuat, modern dan proposional menjaga kedaulatan RI di Laut, berarti pula menjaga segala sumber daya alam di dalamnya sehingga dapat dimanfaatkan rakyat untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Angkatan Laut Cina besar, tidak saja guna menjaga kedaulatan wilayahnya, tetapi juga untuk menjaga kepentingan ekonominya. Jika Cina bisa, Indonesia pun bisa, TNI Angkatan Laut pun pasti bisa!




Sumber : Republika

Pesawat Pembom Rusia Makin Sering Patroli Di Asia

Tupolev Tu-95

MOSCOW-(IDB) : Rusia meningkatkan patroli angkatan udara dan laut di kawasan Asia Pasifik secara signifikan, seorang jenderal ternama Amerika Serikat mengatakan pada hari Senin.
 

Berbicara di Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington DC, Jenderal Herbert "Hawk" Carlisle, Komandan Angkatan Udara AS untuk wilayah Pasifik, mengatakan bahwa peristiwa di Crimea dan Ukraina telah berdampak langsung pada bagaimana Rusia beroperasi di kawasan Pasifik.
 

"Apa yang dilakukan Rusia di Ukraina dan Crimea memiliki efek langsung terhadap apa yang terjadi di Asia Pasifik.... Beberapa yang kita saksikan adalah penerbangan-penerbangan jarak jauh mereka, dan peningkatannya. Dengan jangkauan penerbangan yang jauh, mereka datang ke pantai California. Mereka juga mengitari Guam," Carlisle mengatakan.



Carlisle menilai tindakan Rusia semacam ini adalah untuk menunjukkan bahwa mereka mampu melakukannya, dan untuk mengumpulkan data intelijen latihan-latihan militer AS dan sekutu-sekutunya di Pasifik.


Carlisle mengatakan bahwa baru-baru ini jet tempur F-15 AS mencegat sebuah "Beruang Rusia", sebutan untuk pesawat pembom strategis Tupolev Tu-95 Bear Rusia, yang terbang menuju Guam, di sebelah timur Filipina, dimana terdapat pangkalan militer AS. Patroli udara Rusia juga telah meningkat tajam di sekitar pulau-pulau Korea dan Jepang (Jepang memiliki sengketa wilayah dengan Rusia), dan kapal-kapal perang Rusia juga semakin aktif di wilayah itu.


Guam
Sersan Victoria Boncz, petugas urusan publik Angkatan Udara AS wilayah Pasifik mengatakan bahwa dalam lima tahun terakhir, North American Aerospace Defense Command (NORAD) telah mencegat lebih dari 50 pesawat pembom jarak jauh Rusia.


"Ukraina dan Crimea merupakan tantangan bagi kami, dan tantangan kami di Asia Pasifik sama halnya seperti tantangan kami di Eropa. Jumlah patroli penerbangan jarak jauh (pesawat Rusia) di sekitar pulau-pulau Jepang serta sekitar Korea telah meningkat drastis," kata Carlisle.

 

Menurut Bloomberg News, Asisten Menteri Luar Negeri untuk Timur Dekat dan Pasifik, Danny Russel, sejalan dengan Carlisle dalam mengkritik tindakan Rusia di Pasifik. "Hal ini tidak dapat diterima, yang mana negara-negara besar menggunakan kekuatannya terhadap negara tetangga kecil, termasuk negara-negara di kawasan Asia Pasifik, Rusia harus menghentikannya dan menggunakan cara-cara damai dalam mengatasi sengketa perbatasan," kata Russel seperti yang dilaporkan Bloomberg.
 

Kantor Berita Reuters bulan lalu melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Jepang juga semakin khawatir mengenai aksi-aksi pesawat terbang Rusia di dekat wilayah udara negara itu. Jepang mengatakan bahwa pada tahun lalu pihaknya telah 359 kali menggegas jet tempurnya dalam upaya menanggapi gangguan Rusia.
 

Situasi pun semakin memburuk pada tahun ini karena ketegangan antara AS dan Rusia terkait aneksasi Moskow-Crimea. "(Pesawat) Pembom Rusia sering terbang (di dekat Jepang) dalam beberapa hari terakhir, situasi yang tidak pernah kami alami bahkan selama Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet," kata Menteri Pertahanan Jepang, Itsunori Onodera, mengatakan kepada delegasi AS pada bulan lalu seperti yang dilaporkan Reuters. Bahkan dimulai 13 April lalu, Jepang harus menggegas jet-jet tempurnya selama tujuh hari berturut dalam menanggapi gangguan pesawat-pesawat Rusia.
 

Carlisle mengatakan bahwa AS dan Rusia memang memliki kepentingan konvergen di Asia Pasifik, namun Carlisle menilai operasi Angkatan Udara Rusia di wilayah ini tidak transparan, menimbulkan kekhawatiran bagi beberapa negara.


 
Sumber : Artileri