Pages

Senin, April 28, 2014

Secuil Kisah Korps Hiu Kencana (1)

Kapal Selam Whiskey Class Project 613  Rusia yang sudah nonaktif di ST Petersburg
Kapal Selam Whiskey Class Project 613 Rusia di ST Petersburg.

“TRUE STORY” Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan

JKGR-(IDB) : Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior” pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh “Beliau-beliau” itu, berikut juga para “Silent Warrior” muda yang kini masih bertugas mengawal NKRI. Dan tulisan ini saya buat secara bersambung (soale dibuat di sela-sela kesibukan saya).

Gili Genteng Dan “Torpedo” Yang Hilang
 
Kredit Foto : Bilik Hitung Penembakan Torpedo TAS L2 KS Whiskey Class
Bilik Hitung Penembakan Torpedo TAS L2 KS Whiskey Class

Gili Genteng merupakan sederet pulau-pulau yang terletak di sebelah timur Pulau Madura. Dideretan pulau pulau ini juga terdapat pulau lain, antara lain Gili Iyang, dan masih banyak lainnya, Laut luas, kedalaman lebih dari cukup, dan yang pasti bukan merupakan jalur lalu lintas kapal niaga, kesemuanya merupakan faktor ideal yang menunjang pemilihannya sebagai Daerah Latihan KS kita. 

Penduduk pulau pulau ini penghasilannya dari bercocok tanam rata-rata jagung. Di samping itu mereka juga memelihara ternak yang kebanyakan kambing. Hal ini membuat awak KS kita akan dengan mudah memperoleh seekor kambing muda, untuk menu santap malam setelah selesai latihan seharian. Biasanya dalam memperoleh kambing itu selain dengan pembelian juga ditambah barter, tukar dengan bahan perlengkapan kita, seperti makanan dalam kaleng, roti kabin atau lain lainnya, yang jarang bisa diperoleh dipasaran bebas. 

Awak KS kita biasanya menerima kambing tersebut sudah dalam bentuk dipotong potong, bersih dan tinggal memasaknya doang. Semua masih lengkap, kepala, sampil, jeroan, kaki, dan, terutama yang harus dicek: “torpedo”nya! Karena ini yang pasti jadi rebutan nantinya. Dan begitu Komandan tahu anak buahnya membeli kambing, betul juga, beliau yang nomor satu pesan : “torpedone kanggo aku lho ya!” udah deh kalo Komandan udah bersabda kayak begitu itu yo anak buah musti patuh!.

Waktu terus berlalu dan tibalah saatnya makan malam. Juru masak yang mau memasak masakan pesanan khusus Komandan, mencari bahan pesanannya Komandan tadi, tetapi entah kenapa tidak berhasil menemukannya. Tentu saja, alamat yang ditujunya pertama kali untuk melaporkan kehilangan tersebut adalah Sersan Mulyono, Jabatan utamanya Pak Mulyono ini adalah Juru TAS-L dua, alias Torpedo Elektrik, sedangkan jabatan rangkapnya menjadi Bintara Polisi. 

Otomatis kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan pelanggaran hukum, seperti ada sesuatu yang hilang, maka ia yang paling dahulu mengurusnya. Sersan Mulyono tentu saja kalang kabut mendengar kehilangan ini. Dia mencarinya bersama dengan sang Juru Masak, mulai dari Ruang Satu sampai Ruang Tujuh, tidak lupa trium Ruang Diesel pun dilongok kalau-kalau ada yang nekad menyembunyikannya di sana. Dia juga bertanya kesetiap orang yang dicurigai, tetapi hasilnya tetap nihil. (ya iyalah, mana ada maling mau ngaku!) Akhirnya, karena putus asa sang Bintara Polisi ini menghadap Perwira Jaga, minta ijin mengumumkan pengumuman penting.

Setelah mendapat clereance, “OK, silahkan”. Dan mulailah pengumuman penting tersebut terdengar lewat MKTU, ia mengumumkan : ”….perhatian ruangan ruangan, siapa tadi yang makan (maaf) Biji P*l*r Komandan….” Dengan nada tinggi. (kesal mungkin dia).
 
Tentu saja seluruh Awak KS tertawa mendengar pengumuman yang konyol macam itu!.

Yang pertama kali kaget sudah pasti sang Perwira Jaga yang sudah mengizinkan Sersan Mulyono tadi, bisa diganyang Komandan dia ada pengumuman kayak itu. Untungnya Komandan saat itu Pak Antonius Soebiyarto (terakhir Laksamana Muda, alm) melihat wajah Sersan Muljono yang memelas, udah enggak sampai hati lagi akan marah. Beliau yang saat itu ada dianjungan cuma komentar: ”sembrono betul bocah iki...”,

Kalah Taktik Dengan Komandan Di Pasir Putih.
 
Daerah Latihan KS di Pasir Putih suasananya agak lain dari di Gili Genteng. Walaupun sama sama selesai latihan KS lego jangkar, tetapi KS lego tepat di depan Pantai Wisata Pasir Putih, pada jarak yang tercapai oleh perahu karet. Tentu saja, acara pengisian baterai setiap pulang dari latihan tetap merupakan acara rutin, tetapi kan bisa saja diatur, Perwira Pendorong Satu jaga baterai dan Perwira Pendorong Dua pesiar ke pantai. Besoknya gantian.

Dan begitulah, walaupun telah ditetapkan bahwa pesiar paling lambat pulang jam 22.00 atau jam sepuluh malam, maksudnya untuk menjaga kondisi badan para awak selama latihan, akan tetapi toh dalam kenyataannya ada saja awak KS kita yang bandel yang justru berangkat pesiar pada jam 23.00 alias jam sebelas malam!.

Tentu saja, caranya bukan dengan menstart mesin Johnson (motor tempel untuk menenagai perahu karet) dari tepi lambung kapal. Tetapi perahu karet didayung dulu sampai agak jauh sehingga suara start mesin Johnson tidak akan kedengaran oleh Komandan. Kayak-kayaknya taktik SEAL pun kalah dengan taktik pengelabuan musuh yang dilakukan oleh para awak KS kita ini.

Pulang pesiar mereka melakukan hal yang sama. Mesin Johnson dimatikan jauh-jauh sebelum mendekat ke lambung kapal, lalu perahu karet didayung perlahan lahan dan naik bergantian, yang satu menolong yang lain. Suatu saat dalam “silent operation” semacam ini saat pulang, ada anggota jaga yang kebetulan berada di atas geladak. Dan Holdman Satu Sersan Supardi, sambil melempar tali buangan dengan ramahnya menegur: “hey, Komandan sudah tidur ya…?” Yang ditanya diam saja tetapi menerima lemparan tali buangan dari perahu karet dan membantunya mengikatkannya pada tupai tupai.

Yakin atas kebaikan hati sang anggota jaga yang membantunya mengikat perahu karet, tetapi masih merasa belum memperoleh jawaban yang pas sang Holdman Satu mengulangi pertanyaannya, “Hey, ditanya kok diam aja, Komandan sudah tidur ya…” Kali ini ada jawaban, suatu suara yang khas sekali dan berat: “ Belum, Dik…” . Betapa terkejutnya sang Holdman Satu dan keseluruhan penumpang gelap yang pesiar melebihi batas waktu yang ditentukan, soalnya yang menjawab itu justru Komandan sendiri! Infiltrasi SEAL awak KS kita ketangkap basah langsung oleh Komandan Pak Antonius Soebiyarto Alm, yang justru menggunakan jurus taktik Speznatse.

Kebayangkan habis itu hukumannya kayak apa?

Technical Assistance Rusia.
 
Sadaca alias latihan terintegrasi, khas Rusia bukan hanya dilakukan kalau ada pergantian pejabat, dalam hal ini, Komandan atau KKM. Bila kapal baru selesai perbaikan besar, dan lama berada dalam dock, misalnya, maka team secara keseluruhan harus melaksanakan sadaca. Begitu juga dengan KRI Bramastra 412 setelah selesai perbaikan besar, kapal juga diharuskan menjalani sadaca, untuk mengingatkan awak kapal akan tugasnya, setelah sekian lama nongkrong di atas dock! Perbaikan besar KRI Bramastra ini tadinya ditangani oleh “Projek 613” yang lengkap dengan Technical Assistance dari Rusia, tetapi dalam rangka peristiwa G30S/PKI mereka lalu ditarik pulang kembali semua. Perbaikan jadi agak terkatung katung, dan lama baru selesai. 

Setelah diyakini, bahwa kapal memang telah siap, diadakanlah sadaca, berturut turut mulai sadaca satu dan dua. Tiba giliran sadaca tiga, di laut, kita mengundang para Technical Assistance Rusia, yang dulu ikut memperbaiki kapal ini, untuk kita minta pertanggungan jawaban atas perbaikan dan modifikasi (kalau ada) yang dilakukannya. Mereka memang berjanji akan datang. Dan, sebagai biasa, orang Timur, untuk menyambut kedatangan mereka, yang kita anggap sebagai tamu terhormat, kapal dilengkapi dengan bumbu serta makanan khas Rusia, antara lain adalah acar bawang putihnya.

Singkat cerita KS telah ada di daerah Latihan Gili genteng. Untuk kesekian kalinya, kapal dipersiapkan untuk berlayar dan bertempur, serta dilanjutkan dengan persiapan kapal untuk menyelam. Semua katub katub yang harus ditutup telah ditutup, dan yang memang harus terbuka telah diberi kedudukan terbuka. 

Ruangan ruangan laporan kesiapan menyelam. Sekarang, giliran KKM dan orang Rusianya melakukan pemeriksaan kebenaran kedudukan katub. Pemeriksaan berjalan lancar, semua katub berada dalam kedudukan yang benar. Tetapi, begitu selesai memeriksa ruangan belakang, yang lalu dilanjutkan kepemeriksaan ruangan depan, mereka kembali ke Sentral, Ruang Tiga, dengan wajah yang tegang. Ketika salah satu awak KS kita ada yang bertanya dengan bahasa Rusia yang sepotong sepotong, “dawarits, pachimu eto, karazow?”, enggak disangka-sangka, tanpa basa basi, mereka menjawab ”nyet, nyet karazow…” lalu naik keanjungan, dan dari sana mereka berdua langsung terjun ke laut dan berenang ke kapal TCB Rante Kombala yang bertugas mengawasi KS KRI Bramastra menyelam.

Awak KS kita tadi enggak mau bertanya lagi kepada mereka, apakah mereka mau ikut meyelam dengan kita atau tidak. Habis jawabannya udah pasti sih: “nyet! nyet!”

Terus bagaimana dong? apa mau kembali ke pangkalan dan tidak menjalankan pengujian kelayak lautan kapal hanya karena mereka para Technical Assistance Rusia tidak mau ikut menyelam? Komandan Squadron Kapal Selam saat itu Letnan Kolonel Rahadi, setelah berunding dengan Komandan kapal dan KKM lalu memutuskan dengan atau tanpa orang Rusia kita akan tetap melaksanakan pengujian kelayak lautan kapal selam KRI. Bramastra. 

Yang penting harus hati hati dan sesuai prosedure serta segala sesuatunya dilaksanakan dengan bertingkat, step by step. Jadilah kita melaksanakan pengujian kapal tanpa Technical assistance dan nyatanya kita juga berhasil menguji kapal dengan baik. Kapal dinyatakan lulus serta mendapat sertifikat layak berlayar, menyelam dan bertempur!

Catatan kecil :
  1. Sadaca : Latihan terintegrasi, khas Rusia.
  2. Karazow : Baik, bagus, prima.
  3. Nyet karazow : Tidak bagus.
  4. Pachimu eto : Bagaimana itu.
  5. Dawarits : Sapaan kepada teman atau saudara.
  6. Nyet : Tidak.

Kredit Foto : Mantan KSAL (Pak Rudolf Kasenda Alm) saat itu masih berpangkat Kolonel saat ikut menyelam bersama salah satu KS. Whiskey Class.
Mantan KSAL (Pak Rudolf Kasenda Alm) saat itu masih berpangkat Kolonel saat ikut menyelam bersama salah satu KS. Whiskey Class.

Tarempa Dan Kandang Babi
Kredit Foto : kursi di Ruang II. KS Whiskey Class. meja makan, yang kalau dalam keadaan darurat, menjadi meja operasi kalau malam juga berubah fungsi menjadi tempat tidur. Sandaran kursi bisa dilipat keatas, menjadi tempat tidur gantung. Yang tidur dibawah, akan serasa tidur dalam peti mati
Kursi di Ruang II. KS Whiskey Class. meja makan, yang kalau dalam keadaan darurat, menjadi meja operasi kalau malam juga berubah fungsi menjadi tempat tidur. Sandaran kursi bisa dilipat keatas, menjadi tempat tidur gantung. Yang tidur dibawah, akan serasa tidur dalam peti mati
Dalam suatu waktu KS KRI Nagarangsang 404 mendapat penugasan untuk beroperasi ke Tarempa dan patroli di Gugusan Spratley di Laut China Selatan. Karena cukup jauh, perjalanan tidak dilaksanakan langsung dari Surabaya ke Tarempa, tetapi dilakukan dengan stop over di Jakarta. Kalau sudah seperti ini KS seperti biasa dipersiapkan betul-betul sebelum melaksanakan perjalanan jarak jauh ini.

Perjalanan Surabaya ke Jakarta yang ditempuh dalam dua hari relatif biasa saja, tapi pelayaran berikutnya Jakarta ke Tarempa, baru ini yang namanya berlayar dengan kapal selam. Bayangkan perjalanan yang ditempuh dalam waktu yang hampir dua minggu, dengan jumlah awak kapal sebanyak 67 orang, dan air tawar yang dimiliki dikapal hanya sebelas ton, diulangi lagi, sebelas ton!. Bagi awak KS, dengan keterbatasan air yang dapat dibawa di tangki kapal, dapat setengah liter air tawar sehari pun sudah harus bersyukur sekali.

Setiap pagi awak KS kita biasa bangun pagi dengan selalu diiringi musik “merdu” tiupan bootsman fluit dari schipper, diiringi kemudian dengan kata kata Perwira Jaga lewat MKTU : “…perhatian ruangan ruangan, waktu bangun pagi, waktu bangun pagi…” Belum betul betul sadar dari tidur yang tidak nyenyak, yang diputus begitu drastic oleh bunyi bootsman fluit yang melengking nyaring, Awak KS diserbu lagi oleh bunyi bel krrriiiiiing tiga kali panjang, disusul banyak bel pendek, kriing kriiing kring kring tanda latihan kedaruratan. kembali dengan komentar sang Perwira Jaga: “…perhatian ruangan ruangan,…….latihan kedaruratan, kebakaran di ruang sekian di motor pesawat bantu so and so….atau kebocoran di ruang sekian, Kingston peralatan so und so bocor…..”, ini berlangsung setiap pagi dan di setiap hari lho!.

Setelah genap dua minggu akhirnya sampai juga KRI Nagarangsang 404 ketempat tujuan, Tarempa. Peran muka belakang, lalu kapal sandar dan akhirnya setelah dua minggu berturut turut mencium bau laut, awak KS kita mencium lagi bau daratan. Setelah selesai apel, (sekedar untuk untuk meyakinkan bahwa selama pelayaran tidak ada awak kapal yang jatuh di laut mungkin, hehehe…) semua bebas untuk pesiar.
 
Pesiar?
 
Ya Pesiar!
 
Pesiar di sini itu mencari tempat untuk mandi. Hehehe… (bayangkan dua minggu enggak mandi-mandi) dan kondisi Lanal Tarempa saat itu jangan dibayangkan kayak sekarang wong WC nya saja saat itu terbatas sekali jumlahnya dan biasanya itu sudah jatahnya Komandan!.
Gugus Aju (hehehe… pinjam istilah Marinir biar keren) dari beberapa orang awak KS yang telah lebih dahulu keluar memberikan informasi bahwa di Utara dermaga ada sungai yang cukup besar, bisa menampung seluruh anggota untuk mandi sekaligus. Wah, ini dia. Grup Pendarat berikutnya, dengan membawa segebok pakaian kotor segera mengikuti petunjuk regu aju tadi, menuju ke sungai.

Betul juga ada sungai yang cukup luas, jernih lagi. Tanpa perlu ada komando lagi semua awak KS kita langsung turun, tanpa membuka pakaian dan langsung mandi sepuas puasnya. Terus terang daki yang menempel dikulit selama tidak mandi dua minggu dalam pelayaran kemarin walau udah digosok dengan sabun cap Jangkar khusus Angkatan Laut, tetap aja butuh waktu setengah jam lebih untuk itu daki-daki lepas dari kulit. Selesai mandi langsung mencuci pakaian. Bayangkan aja, setelah dua minggu tidak berjumpa air dalam jumlah yang cukup dan sekarang air berlimpah, banar-benar rasa segar yang luar biasa.

Selesai mandi, seperti biasa selalu ada saja Reconnaisance Team dari beberapa awak KS kita yang kini telah ganti pakaian bersih, yang dengan sukarela berpatroli mencari informasi intelijen tentang daerah sekitar kita. 

Mereka berjalan menyusur ke arah hulu sungai, tetapi pulangnya beberapa anggota tadi kelihatan memberengut dan beberapa tampak komat-kamit mulutnya kayak lagi baca doa. Setelah dekat, baru deh ketahuan kalau mereka semua bukan membaca doa, tapi mengumpat: “… sialan, di hulu sungai di atas sana ternyata ada peternakan babi dan mereka membuang kotoran babi itu langsung ke sungai tempat kita mandi ini…”.
Beeuh…
Kredit Foto : sistem tangki pemberat pokok dan sistem penghembusan KS Whiskey Class
Sistem tangki pemberat pokok dan sistem penghembusan KS Whiskey Class

Membuat Heboh Pesawat Tempur USAF
 
Suatu waktu pada saat Angkatan Laut kita mengikuti kegiatan Latihan Bersama dengan Philipina dengan sandi Philindo (Philipine Indonesia Joint Exercise) KS Pasopati 410 kita diikutsertakan dalam latihan tersebut yang saat itu memang berlangsung di Philipina sebagai tuan rumahnya.

Kita mulai meninggalkan wilayah Indonesa, dengan memasuki wilayah Philipina lewat Laut Zulu. Pada saat mengarungi Laut Zulu ini dengan posisi berlayar di permukaan laut, KS kita sempat dibayang bayangi beberapa pesawat jet F-4 Phantom dari USAF. Mereka melintasi kapal kita dalam formasi siap menyerang, dari arah lambung memotong haluan kapal secara tegak lurus!1) Peluru kendali yang bergantungan dirak bawah sayapnya kelihatannya siap diluncurkan, kalau-kalau saja kita membuat tindakan yang provokatif seperti misalnya menyiapkan senjata.

Dapat dimaklumi, mengapa mereka membayang bayangi kita. Alasan pertama, karena kita kan menggunakan KS Whiskey class ex Soviet, sedangkan pada saat itu mereka masih sedang gigih bertikai dengan Vietnam Utara yang notabene merupakan negara satelitnya Soviet. Alasan kedua aatu mungkin yang lebih utama adalah mereka kan memiliki suatu pangkalan Angkatan Laut serta Angkatan Udara yang luar biasa besarnya di daerah Philipina saat itu, yaitu Subic Point dan Clark Field. Jadi wajar wajar saja kalau mereka memiliki ketakutan, jangan jangan ini serangan mendadak Armada KS Soviet ke Subic Point! Hehehe…

Tetapi setelah beberapa kali mengitari kita dan melihat bendera Merah Putih yang berkibar di tiang di depan samaleot 2), mereka lalu terbang satu kali lagi, kali ini sejajar dengan haluan kapal, di arah lambung kanan, sambil membuat gerakan menggoyangkan sayapnya 3) dalam seperempat roll, sebagai isyarat,”kami tahu kalau kamu kawan, selamat bertempur”! 

Di samping itu ternyata di bawah Komandan memang telah memerintahkan agar panggilan radio mereka yang mengkonfirmasikan identitas kita, dengan isyarat “what ship, what ship”,4) dijawab dengan jelas, “we are Indonesian Man Of War 5), submarine ship Pasopati” . 

Atas kewaspadaan mereka yang dianggap ada unsur keangkuhannya kayak pamer kekuatan, Komandan KS kita saat itu Pak Soeprajitno, (saat itu Lekol, terakhir beliau berpangkat Laksamana Pertama) cuma komentar: “Mister mister, mbok yaa do not worry worry too much toh mister, wong we just come to Philipine like a tourist that want to make a journey round round Manila City kok, only like that kok yaa bussy-bussy amat sih”, maksudnya, heboh bener sih mereka!

Catatan Kecil :
  1. Formasi serang: pesawat terbang yang menyerang kapal atas air akan lebih suka mengambil arah memotong tegak lurus haluan kapal yang diserang, sedemikian rupa sehingga mereka dapat melihat sasarannya dengan bidang tembak yang seluas mungkin.
  2. Samaleot: suatu sistem pipa gas bekas diesel pada saat diesel bekerja dibawah air. Dibuat demikian agar gas bekas telah menjadi dingin ketika keluar dari permuka an air, supaya tidak mudah terdeteksi oleh sensor infra merah.
  3. Menggoyangkan sayap: code antara penerbang, terutama penerbang pesawat tempur. Bisa berarti “follow me”, ikuti saya, kalau diberikan kepada wingman nya (teman terbangnya dalam formasi terkecil), atau, kalau diberikan kepada orang lain, bisa juga berarti ”kami tahu kalau kamu kawan, selamat bertempur”.
  4. What ship: suatu etika bertanya dari satu kapal (biasanya kapal pemilik hegemoni didaerah tersebut), kepada kapal lain yang melewat daerahnya. KRI Cakra 401 ketika melewati Selat Gibraltar juga medapat signal seperti itu.
  5. “Man of war”, suatu istilah untuk membahasakan kapal perang.

Bersambung…..

“Wira Ananta Rudhiro”
 
“Jalesveva Jayamahe”

“NKRI harga mati!”

 

Sumber : JKGR

Ceko Ciduk Diplomat Indonesia

PRAHA-(IDB) : Sepuluh warga Indonesia sempat mengalami penahanan saat polisi khusus Ceko merazia sebuah masjid di pusat Kota Praha. Lima di antaranya memiliki identitas sebagai diplomat, satu pemegang paspor biru, tiga staf lokal KBRI Praha dan satu orang mahasiswa.

Seorang WNI yang tidak mau disebut namanya kepada Tempo menceritakan saat kejadian dia bersama teman-teman sesama WNI dan KBRI baru saja masuk masjid dan menunaikan salat sunnah dua rakaat. Setelah duduk beberapa menit, langsung terdengar kumandang azan. Di tengah-tengah azan, Mereka dikagetkan oleh gebrakan pintu puluhan polisi Ceko dengan senjata lengkap.

Para polisi itu masuk ke masjid tanpa copot sepatu dan berteriak-teriak menyuruh para WNI itu bertiarap. “Kami tidak bisa bergerak, tidak boleh telepon,” kata Alberto, (bukan nama sebenarnya), saat dihubungi Tempo, Senin pagi, 28 April 2014.

Alberto mengaku sangat takut dan jantungnya berdegup kencang. Mereka disekap mulai pukul 13.00 sampai pukul 16.15 waktu setempat. “Saya berdoa terus untuk keselamatan saya dan seluruh jemaah di masjid,” ujarnya.

Saat kejadian, di masjid itu ada sekitar 100 jemaah. Warga keturunan Arab emosi lantaran ibadahnya terganggu. Mereka memang batal menjalankan ibadah salat Jumat. Namun, ketika orang-orang tersebut berteriak, polisi malah semakin garang. Beberapa jemaah sempat ingin lompat dari jendela karena takut. “Untung bisa kami cegah. Kalau tidak, bisa saja akan terjadi penembakan,” ucap Alberto.

Kejadian tersebut membuat Alberto trauma dan tidak dapat tidur sampai kemarin. Hingga berita ini ditulis, belum ada tanggapan dari Kementerian Luar Negeri. Pesan singkat yang dikirim Tempo kepada Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa juga belum dibalas.

Menurut situs berita Praque Post, diplomat Indonesia, Wahono Yulianto, sempat mengajukan protes lantaran ditahan selama sekitar satu setengah jam. “Ketika mereka ingin memperlihatkan dokumen diplomatiknya, polisi diduga menolaknya,” tulis Praque Post.

Unit Deteksi Kejahatan Terorganisir (UOOZ) merazia Masjid Centrum Praha, yang terletak di pinggir timur ibu kota Ceko tersebut, sebelum sembahyang Jumat dimulai pekan lalu.

Menurut juru bicara UOOZ, Pavel Hantak, penggerebekan itu dilakukan atas dugaan penerbitan buku yang menyebarkan propaganda anti-Semit atau Yahudi, xenophobia, dan kekerasan terhadap kalangan inferior.

Razia berlangsung selama kurang lebih empat setengah jam. Alasan razia tersebut adalah buku The Bases of Tauhid: The Islamic Concept of God atau Dasar-dasar Tauhid: Tuhan dalam Konsep Islam. Buku itu diprotes oleh mantan penganut muslim bernama Luk Lhoƅ¥an.

Pavel Hantak mengatakan buku itu berisi pandangan Islam yang ekstrem dan diterbitkan oleh Pusat Komunitas Muslim di Republik Ceko bersama Yayasan Islam.

KBRI Praha Kirim Nota Protes 

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Praha akan mengirim nota protes ke pemerintah Republik Ceko terkait penggerebekan masjid di gedung Islamic Foundation Praha pada Minggu (27/4).

"Kami berencana mengirim nota protes hari ini, dan sekaligus ingin meminta penjelasan dari pemerintah Republik Ceko soal penggerebekan kemarin," kata Pelaksana Sosial dan Budaya KBRI Praha Wahono Yulianto saat dihubungi Antara, Senin.

Wahono sedang berada di masjid pada waktu penggerebekan terjadi. Menurut dia, penggerebekan dilakukan saat adzan sholat Jumat.

Polisi Praha melakukan penggerebekan di Islamic Foundation Kota Praha terkait peredaran buku berjudul Foundations of Tauhid - The Islamic Concept of God yang isinya diduga berisi pemikiran radikal.

Penggerebekan dilakukan sesaat sebelum shalat Jumat, saat orang-orang berkumpul untuk beribadah, termasuk di antaranya 10 warga negara Indonesia yang terdiri atas sembilan diplomat dan satu pelajar.

"Kami mendengar ada yang berteriak melihat polisi masuk. Polisi datang berpakaian lengkap dengan masker seperti pasukan Densus 88. Salah satu polisi itu menodongkan pistolnya ke kepala saya," katanya.

Saat penggerebekan, ia menuturkan, polisi Praha memerintahkan semua yang ada di gedung untuk menundukkan kepala dan mengangkat tangan.

"Selama 40 menit kita tidak boleh melakukan apapun. Setelah itu ditanya siapa yang punya paspor diplomatik, barulah kami menunjukkan dokumen," katanya.

"Setelah 1,5 jam berada di dalam masjid akhirnya baru enam WNI yang punya paspor diplomat dilepaskan, sedangkan sisanya masih ditahan hingga 3,5 jam kemudian," katanya.

Menurut dia, sampai saat ini belum ada penjelasan resmi dari pemerintah Republik Ceko soal insiden penggerebekan itu.  




Sumber : Tempo

Prajurit Brigif-1 Mar Berangkat Latihan Perang Ke Purboyo




SIDOARJO-(IDB) : Sedikitnya 1.068 prajurit Brigif-1 Marinir berangkat ke daerah latihan Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Purboyo Malang dari Markas Brigif-1 Marinir, Sidoarjo, Sabtu (26/04/2014).





Ribuan prajurit tersebut bergerak menuju daerah latihan dipimpin langsung oleh Komandan Brigif-1 Marinir Kolonel Marinir Y. Rudy Sulistyanto dengan menggunakan 55 kendaraan.



 
Latihan yang akan dilaksanakan hingga 1 Mei 2014 tersebut merupakan pelaksanaan program latihan rutin yaitu LSD II Darat dengan tujuan memelihara dan meningkatkan kemampuan teknik maupun taktis satuan setingkat peleton dalam operasi darat.

Dalam latihan LSD II Darat tersebut materi yang akan dilatihkan meliputi GMUK (Gerak Maju Untuk Kontak), serangan, pertahanan, patroli tempur, patroli penyelidik, menembak dan gerak jalan 51 km.



 
Materi menembak meliputi Mortir 81, Mortir 60, SMB (Senapan Mesin Berat) 12,7 mm, GPMG (general purpose machine gun), MGL (multy granade louncher), sniper, pelontar jangkar dan penyembur api. Seluruh rangkaian latihan akan diakhiri gerak jalan dengan menempuh jarak 51 km.




Sumber : Kormar

Sea Trial Perdana KRI Bung Tomo-357

LONDON-(IDB) : Suhu udara dan terpaan angin yang kencang menusuk tulang belulang, jam saat itu telah menunjukan pukul 21.30 local time bersamaan dengan pergerakan sejumlah cawak KRI Bung Tomo 357 mengikuti pelayaran perdana dengan MRLF (Multy Role Lihgt Fregate) KRI Bung Tomo-357 yang akan melaksanakan sea trial di Royal Navy Exercise Area perairan Glasgow, Inggris, Senin (7/4).

Sebelum menuju laut lepas, Dansatgas Kolonel Laut (P) Nyoman Sudihartawan beserta para Perwira Pengawas memberikan briefing kepada crew yang akan mengikuti sea trial.  Mr Manfred Knore selaku Manager Proyek dari Lursen juga turut serta dalam kegiatan tersebut. Diperkirakan jam 02.30 dinihari waktu setempat, dimana pasang tertinggi terjadi dan sejumlah pintu dock dapat dibuka untuk melepas kapal yang akan berlayar ke lautan lepas.

Setelah melewati pintu terakhir kapal melesat ke arah utara menuju perairan Glasgow. Analisa performa terhadap kinerja IPMS (Integrated Platform Management System) oleh Mr.Prasad Shiva selaku programer yang didatangkan khusus dari Kanada mulai dilaksanakan, keempat MPK (Mesin Pendorongan Pokok) diuji kemampuannya pada berbagai balingan apakah hal tersebut dapat dikontrol oleh program yang telah dilaksanakan up gradding beberapa waktu sebelumnya.

Kesempatan Sea Trial tersebut diutamakan untuk melaksanakan pengecekkan terhadap performa system pendorongan termasuk system control IPMS dimanfaatkan untuk memahami karakter kapal oleh para Cawak (Calon Awak Kapal). Pengujian Crash Stop dari Full Ahead langsung Full Astern dilaksanakan untuk mengetahui diameter taktis kapal dan menguji kehandalan, kapal maju penuh dengan menggunakan 4 (empat) MPK mencapai 30 knot dan crash stop sampai kapal berhenti pada jarak 650 yard selama 2 menit 30 detik.

Pengambilan data dan pengujian juga dilaksanakan untuk mengukur noise level di ruang ABK belakang guna kepentingan kenyamanan awak dan untuk kepentingan setting IPMS mencari noise level terendah dari berbagai putaran propeller (RPM) dan sudut CPP (Controllable Pitch Propeller) untuk kepentingan peperangan AKS (Anti Kapal Selam).

Ditengah dinginnya udara di Perairan Utara Inggris, Mr. Rorre yang mantan Boostman disalah satu Fregate Royal Navy diminta untuk men drill Pelda Novim Susanto untuk mengoperasikan RHIB (Rigid Hulled Inflatable Boat). Hari terakhir pelaksanaan Sea Trial dilaksanakan untuk melaksanakan kalibrasi speed log dengan referensi menggunakan GPS (Global Positioning System) selanjutnya kapal bergerak ke selatan menuju Barrow in Furness untuk melaksanakan penyempurnaan dan perbaikan terutama pada pipa Heat Exchanger yang perlu dilaksanakan pengecekkan setelah dilaksanakan penggantian sementara di Fairly Quaey.

...Profesionalisme, Discipline, Dedication serta Effort yang ditunjukkan oleh teknisi asing selama berinteraksi lebih dekat di kapal  dalam beberapa aspek perlu kita tiru hal - hal yang kita anggap positif, kedatangan delegasi ke Inggris harus membawa dampak tidak hanya menyerap pengetahuan tentang hal - hal teknis yang ada di kapal namun berinterospeksi kepada diri kita masing - masing apakah kualitas kerja kita  sudah menyamai mereka atau belum, sehingga setiap saat kita selalu memperbaiki diri kita masing – masing. 

Saat ini kita mendapat mandat untuk fokus mempelajari kapal yang harus kita bawa ke tanah air dengan aman dan sukses sekaligus mengemban misi diplomasi angkatan laut di sejumlah negara yang akan kita singgahi, oleh karena itu mari kita songsong tugas itu dengan penuh semangat.....” demikian disampaikan Komandan KRI Bung Tomo-357 Kolonel Laut (P) Yayan Sofiyan, S.T. saat memberikan briefing dan evaluasi kegiatan saat memotivasi anak buahnya.

Kegiatan lainnya yang dilaksanakan setelah Sea Trial MRLF 2 antara lain adalah melaksanakan Classical dan praktek langsung di pesawat - pesawat, dari hasil evaluasi khususnya bidang Platform memang menunjukkan hal yang cukup menggembirakan karena Cawak dapat segera memahami system yang dihadapinya bahkan telah dilaksanakan drill prosedur start stop sejumlah pesawat yang ada di kapal. 

Cawak yang telah hadir di Inggris memang belum seluruhnya, baru 3 (tiga) Kadepsin dari ketiga kapal, 6 (enam) ekspert termasuk Kadep Eka) dan 9 (sembilan Key Personel termasuk Komandan KRI Bung Tomo 357) sisa cawak akan berangkat ke Inggris secara bertahap pada gelombang berikutnya. Untuk memahami secara teknis kapal baru diperlukan konsentrasi khusus sehingga pada saat kaderisasi awak pertama ini diharapkan dapat mentransfer pengetahuannya kepada ABK baru nanti, oleh karena itu setiap malam berbagai permasalahan yang diperoleh dibahas dan didiskusikan di kelas sehingga pemahamannya merata ke seluruh Cawak.

Kegiatan Jam Komandan secara periodik senantiasa dilaksanakan, demikian juga control terhadap cawak yang saat ini masih mengikuti KPPK di Kolatarmatim bukan menjadi hambatan karena dipisahkan jarak ribuan mil, pemanfaatan teknologi informasi berbagai layanan internet menjadi alternatif terpilih.

Sebagian teknisi asing yang dipercaya untuk menyiapkan ketiga kapal tersebut memiliki keahlian yang tidak diragukan lagi. Beberapa diantaranya merupakan ahli dari BAE atau pensiunan Royal Navy yang terjun langsung mengembalikan kesiapan kapal yang relatif belum dioperasionalkan sama sekali, oleh karena itu sebagian spare part perlu dilaksanakan penggantian dan kalibrasi ulang. Cawak mendapatkan kesempatan langka untuk langsung belajar bagaimana membongkar dan memasang serta mengukur silinder head dan setting to work Meriam 76 mm OSRG, Radar Scout / LPI dan AWS 9, EOTs, Sonar serta fire fighting yang ada di kapal.

Kehadiran MRLF melengkapi kekuatan TNI Angkatan Laut dalam waktu dekat diharapkan akan memberikan dampak strategis terhadap kredibilitas Indonesia pada tataran regional maupun global. Bangsa Indonesia telah tidak sabar menanti kehadiran kapal tersebut berlayar di seantero perairan Indonesia maupun dunia mengamankan kepentingan nasional Indonesia.

....Selamat Berlayar & Bertempur KRI Bung Tomo 357...fair the wind and bond voyage.......”





Sumber : Koarmatim

Kunjungan KASAL Ke Lebanon

Disambut Mars Garuda Dan Mars FKO

BEIRUT-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim), Laksda TNI Agung Pramono, S.H., M. Hum., dalam kunjungannya bersama Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Dr. Marsetio ke Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-F/ UNIFIL, turut memberikan semangat kepada para prajurit KRI Frans Kaisiepo (FKO) – 368 saat sandar di pelabuhan Lebanon, Sabtu (26/04/2014).

Dalam kunjungan di KRI jajaran kapal Satuan Eskorta Koarmatim tersebut, Pangarmatim menyampaikan pesan kepada seluruh prajurit Satgas Maritim TNI. “Tetap semangat melaksanakan tugas sebagai bagian Maritime Task Force UNIFIL tahun 2014. Seperti saat kalian menyanyikan Mars Garuda dan Mars KRI FKO. Tunjukkan dengan semangat  sebagai prajurit TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani”, pesan Pangarmatim.

Pangarmatim juga berpesan, “Apabila ada kesempatan pesiar bersama agar mengunjungi tempat–tempat bersejarah di Lebanon seperti Byblos, Paraia, dan beberapa tempat menarik lainnya sebagai hiburan dan pengalaman selama penugasan di Lebanon”.

Pada malam harinya,  Kasal dan rombongan menerima jamuan makan malam di kediaman Duta Besar Republik Indonesia untuk Lebanon, Bapak Dimas Samoedra Rum, M.B.A., beserta istri.

Hadir dalam acara tersebut Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal Laksda TNI Ir. I Putu Yuli Adnyana, Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di New York Laksma TNI Yos Toto. S, Athan RI di Kairo Kolonel Marinir Ipung Purwadi, Komandan KRI FKO – 368 Letkol Laut (P) Ade Nanno Suwardi.

Kasal Getarkan Bumi Lebanon

Kepala Staf Angkatan Laut (KASAL) Laksamana TNI Dr. Marsetio mengunjungi Satgas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-F/United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) saat KRI FKO – 368 sandar di pelabuhan Beirut, Lebanon, Sabtu  (26/04/2014). Dengan penuh semangat, 100 prajurit KRI Frans Kaisiepo (FKO) – 368 menyambut kehadiran pimpinan tertinggi TNI Angkatan Laut tersebut. Kehadiran orang nomor satu dijajaran TNI AL tersebut mampu memberikan suntikan semangat dan menggetarkan hati para prajurit, bahkan menggetarkan bumi Lebanon.

Kedatangan Kasal disambut oleh Komandan KRI FKO – 368 Letkol Laut (P) Ade Nanno Suwardi selaku Dansatgas Maritim TNI Konga XXVIII-F/Unifil, beserta seluruh peacekeepers Satgas Maritim TNI di geladak KRI FKO - 368. Dalam sambutannya Kasal menuturkan, “Atas nama pimpinan dan keluarga besar TNI AL, saya menyampaikan rasa bangga dapat bertemu serta mengunjungi prajurit KRI Frans Kaisiepo yang saat ini sedang melaksanakan tugas operasi Maritime Task Force di Area of Maritime (AMO) MTF UNIFIL”.

Selanjutnya Perwira Tinggi bintang empat yang aktif menggemakan “World Class Navy” tersebut berpesan kepada seluruh prajurit Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-F/Unifil agar selalu  tetap meningkatkan kewaspadaan dan keamanan, baik pada saat kapal beroperasi maupun saat kapal sandar di pelabuhan. “Jaga nama baik TNI khususnya TNI AL, bangsa dan negara Indonesia. Laksanakan tugas dengan baik sesuai peran masing–masing prajurit yang tergabung dalam Satgas Maritim TNI ini”, tegas Kasal. Pada kesempatan tersebut, Kasal menyampaikan salam dan pesan dari Panglima TNI kepada seluruh prajurit untuk tetap semangat dan mengucapkan selamat bertugas.

Usai memberi sambutan, Kasal menerima paparan Komandan KRI Frans Kaisiepo–368 di lounge room perwira tentang pelayaran KRI FKO dari tanah air,  melaksanakan misi diplomasi ke beberapa negara yang di singgahi, hingga tiba di daerah operasi Lebanon. Selain itu dijelaskan pula pelaksanaan tugas MTF mulai inchop hingga patroli di AMO. Sejauh ini KRI Frans Kaisiepo–368 telah sukses melaksanakan misi operasi maritim pada ontask pertama dan ontask kedua.

Komandan KRI Frans Kaisiepo–368, mewakili prajurit Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-F/Unifil, mengucapkan terima kasih dan merasa bangga atas kunjungan Kasal ke KRI FKO–368 di Lebanon. “Merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan tersendiri bagi kami telah dikunjungi   untuk pertama kalinya oleh pimpinan tertinggi TNI AL. Kunjungan ini akan menambah spirit kami untuk memberikan yang terbaik dalam penugasan Maritime Task Force UNIFIL”, kata Komandan KRI Frans Kaisiepo–368.

Kegiatan kunjungan diakhiri dengan sesi foto bersama dan pemberian plakat dan cenderamata oleh Kasal kepada Komandan KRI FKO – 368. Dalam kunjungannya Kasal di dampingi oleh Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal Laksda TNI Ir. I Putu Yuli Adnyana, M.H., Pangarmatim, Laksda TNl Agung Pramono, S.H., M. Hum., Perwakilan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di New York Laksma TNI Yos Toto. S, Athan RI di Kairo Kolonel Marinir Ipung Purwadi, dan perwakilan Dubes RI untuk Lebanon.




Sumber : Koarmatim

Danlantamal IV Tanjungpinang Tinjau Pembanguan Dermaga Mentigi

TANJUNG PINANG-(IDB) : Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) IV Tanjungpinang Laksamana Pertama (Laksma) TNI Agus Heryana, S.E., melakukan peninjauan pembangunan dermaga Mentigi yang dilaksanakan Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Tanjung Uban, Selasa (22/4).  

Sejak dibangun, Dermaga Mentigi yang mempunyai panjang awal 126 meter telah mengalami beberapa kali penambahan dintaranya  pada tahun 2013 penambahan perpanjangan 40 meter dan pada tahun 2014 penambahan panjang dermaga 50 meter sehingga total panjang Dermaga Mentigi saat ini mencapai 216 meter. Pembangunan dermaga yang sudah mencapai 80 persen ini direncanakan dapat menampung KRI yang berukuran besar disamping itu pula dermaga dipersiapkan untuk pendirian Lanal Mentigi.
 

Selain melakukan peninjauan ke Dermaga Mentingi Danlantamal IV Tanjungpinang juga melakukan peninjaun pembangunan tandon air dan Rumah Susun Sewa (Rusunawa) yang berada di Kampong Jago Tanjung Uban. Pembanguan tendon air tersebut mendapat perhatian Danlantamal IV Tanjungpinang, karena tendon air tersebut nantinya akan menyuplai air bersih yang dibutuhkan KRI saat melakukan operasi di Wilayah Barat.
 

Dalam peninjauan tersebut Danlantamal IV Tanjungpinang didampingi Wadan Lantamal IV Tanjungpinang Kolonel Laut (P) Wahyudi H. Dwiyono, Para Asisten Danlantamal IV Tanjungpinang , Kafasharkan Mentigi, Pabanfasduklan Slog dan Kadisfaslan Lantamal IV Tanjungpinang.




Sumber : Koarmabar

 

Kasguspurlatim Tinjau Pos Perbatasan Indonesia Malaysia

NUNUKAN-(IDB) : Kepala Staf Guspurla Koarmatim Kolonel Laut (P) Irvansyah meninjau Pos Kotis Satuan Tugas Marinir XVII Ambalat di Pulau Sebatik, Kalimantan Timur, Kamis (24/04). Sebanyak 130 prajurit Marinir ditempatkan di Pulau Sebatik untuk menjaga perbatasan RI dengan Malaysia.

Penugasan ini merupakan salah satu bagian operasi yang digelar Guspurla Koarmatim dengan sandi Operasi Benteng Hiu-14, yang didukung unsur kekuatan laut KRI Kerapu-812, serta kekuatan Pangkalan Posal yang ada di wilayah Pulau Sebatik.

Dihadapan prajurit Kasgupurlatim menyampaikan beberapa arahan diantaranya, dalam waktu dekat TNI menggelar Operasi Gabungan di wilayah perbatasan RI-Malaysia dengan sandi “Garda Wibawa”.

Tugas pokok operasi tersebut, kata Kasguspurlatim, Komando Tugas Laut (Kogasla) Ambalat melaksanakan operasi pengamanan perbatasan wilayah laut dan udara Indonesia-Malaysia selama tahun 2014. Wilayah operasi berada di sekitar perairan Karang Unarang/Blok Ambalat Laut Sulawesi dalam rangka mendukung tugas pokok Pangkogab Ambalat.

Operasi yang dilaksanakan meliputi operasi intelijen,  patroli laut, patroli udara dan waspam perbatasan di darat serta melaksanakan penghalauan, membayangi, pengejaran, penangkapan dan penyelidikan serta tindakan penghancuran.

Kegitan tersebut lannjut Kasguspurlatim, untuk mendukung tugas Kogasgab Ambalat dalam rangka menegakkan kedaulatan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuannya agar seluruh personil yang bertugas menjaga wilayah perbatasan tersebut mengerti akan tugas yang diemban.

Diakhir arahannya Kasguspurlatim memberikan apresiasi terhadap personel TNI AL penjaga perbatasan yang sudah menjalakan tugasnya dengan baik. Selain itu Kasguspurla juga berpesan agar setiap personel tetap menjaga kesehatan dan tetap menjalin kerjasama yang baik antar aparat di tempat tugas.

Hadir dalam acara tersebut Pabankom Guspurla Koarmatim, Dan KRI Kerapu-812 Mayor Laut (P) Kusumo, Dansatgasmar Ambalat XVII Kapten Mar A. Fauzi, serta seluruh Danposal yang berada di wilayah Sebatik.




Sumber : Koarmatim

Uji Fungsi RSCAN di Posek Kosekhanudnas I

JAKARTA-(IDB) : Dalam rangka mendukung tugas pokok operasi pertahanan udara Kosekhanudnas I mendapatkan tambahan peralatan baru yang diberi nama RSCAN (Radar Shadow Countour Analyzer). Gelar uji fungsi RSCAN ini dilaksanakan di Posek Kosekhanudnas I dipimpin oleh Panglima Kosekhanudnas I Marsekal Pertama TNI Fahru Zaini Isnanto, SH, MDS, Jakarta, Selasa, (22/4).
 
RSCAN (Radar Shadow Countour Analyzer) merupakan suatu alat baru pengadaan dari Mabes TNI yang berfungsi untuk menganalisa track hasil tangkapan radar.
 
Dalam sambutannya Panglima Kosekhanudnas I mengatakan,peralatan ini diharapkan mampu mendukung kegiatan operasi pertahanan udara yang dilaksanakan oleh Kosekhanudnas 1.
 
Dengan kegiatan uji fungsi inidiharapkan personel yang nantinya mengawaki dapat mengetahui dalam memanfaatkan fungsi dan kemampuan peralatan, tegasnya. Selain itu, dengan Uji fungsi diharapkan dapat menambah informasi dan meningkatkan profesionalisme dalam mengawaki peralatan yang ada secara maksimal.
 
“ Manfaatkan alat yang ada secara baik dan benar, sehingga dapat medukung tugas-tugas operasi udara dengan lancar,” kata Panglima.
 
Acara ini dihadiri oleh para Asisten dari Kohanudnas maupun Kosekhanudnas I, dan Direktur PT.Mardhika Adhidarma beserta para tekhnisinya.




Sumber : Kohanudnas

Perbedaan Doktrin Penanggulangan Terror TNI Dan POLRI

JKGR-(IDB) : Di negara negara demokratis pada umumnya penangangan teroris yang terjadi di dalam negeri dilakukan oleh unsur unsur non militer seperti kepolisian yang dibantu departemen terkait. Karena memang rata-rata tindak terorisme lebih didekatkan ke unsur pidana. 

Sama halnya negari kita, terorisme berdasarkan UU no 16/2003 tentang penanggulangan tindak pidana terorisme, oleh karenanya lembaga yang dianggap berwenang menangani hal ini adalah Polri. Tetapi karena terorisme juga tidak melulu membawa dampak korban sipil yang tidak berdosa saja, amat mungkin keamanan nasional juga menjadi taruhannya, banyak negara juga menyertakan militernya untuk berperan aktif dalam penanggulangan terorisme. 

Oleh karena banyak negara yang mengantisipasi hal ini dengan membentuk satuan anti teror yang fleksibel yang berbasiskan kepolisian namun mempunyai kemampuan seperti dimiliki militer yang biasa disebut sebagai paramiliter. 

GSG-9

Contohnya Perancis memiliki Groupe d’Internvention de la Gendarmerie Nationale (GIGN) dan Jerman dengan Grenzschulzgruppe (GSG-9). GIGN meski dalam struktur organisasinya dibawah militer, tetapi dalam beroperasi menggunakan aturan pada umumnya kepolisian. Sedangkan GSG-9 jelas satuan ini berada di bawa kepolisian federal Jerman. 

Namun, negara seperti Inggris menggunakan militernya seperti SAS (Special Air Service) untuk menangani terorisme tetapi jelas tidak berdiri sendiri tapi “in conjunction with” pihak kepolisian. Jadi memang tampaknya institusi non-militer, atau tidak purely military yang digerakkan duluan untuk penanggulangan teror yang terjadi.

SAS Inggris

Lalu dimanakah militer negeri kita ditempatkan dalam upaya penanggulangan terorisme? Pemerintah kita tampak lebih cenderung menempatkan pasukan anti teror milik TNI berada di belakang Polri seperti yang tampak saat ini. 

Densus 88 menjadi leading sector dalam operasi penanggulangan tindak terorisme di negeri ini. Densus 88 sendiri lebih mirip seperti GIGN dan GSG-9 yang dicontohkan di atas. Berbasis kepolisian dan dilatih serta dilengkapi untuk mampu melakukan close quarters battle (CQB), atau pertempuran jarak dekat melawan teroris bersenjata. Ada catatan saya dalam hal ini. 

Dalam latihan gabungan TNI-Polri yang pernah saya ikuti, dua doktrin yang berbeda dijadikan satu menangani suatu kasus terorisme bersama sama dengan beban tanggungjawab yang dipikul sama mempunyai kelemahan. 

Lalu dimana letak kelemahannya? Militer dan kepolisian di manapun di dunia diciptakan berbeda doktrinnya. Militer adalah instrumen kekerasan milik negara yang diberi otoritas untuk menggunakan senjata dalam mempertahankan negara dari serangan militer negara lain. 

Itu adalah hakekat universal, tapi tentu saja dalam perkembangannya militer digunakan bukan melulu untuk mengatasi agresi militer negara lain. Mengatasi bencana dan penanggulangan terorisme adalah bagian dari tugas yang juga umum dilakukan militer dimanapun di dunia. 

Sedangkan kepolisian pada umumnya didefinisikan bebas sebagai institusi penegakan hukum, melindungi masyarakat di dalamnya serta menciptakan ketertiban. Namun, juga dipersenjatai, tapi jelas senjata ini adalah dalam rangka menegakkan hukum itu sendiri.

Densus 88 Polri

Dengan doktrin demikian maka penggerakan satuan penanggulangan teror TNI adalah apabila derajat ancamannya sudah sedemikian serius yang membahayakan keamanan nasional secara umum. 

Oleh karena amat mungkin kelompok teroris yang melawan dipastikan berakhir dengan kematian. Sebaliknya satuan anti teror milik Polri diharapkan lebih ditujukan untuk melumpuhkan daripada mematikan personil teroris. 

Satuan Gultor milik TNI dibekali senjata utama sub-machine gun seperti Hk MP-5 kaliber 9mm untuk keperluan close quarters battle (CQB). Sedangkan Densus 88 saat ini menggunakan senjata M4A1, assault rifle sebagai kelengkapan utama disamping pistol semi otomatik 9mm. 

Kaliber senapan serbu M4A1 ini 5,56 mm jelas tidak masuk katagori sub-machine gun. Dalam hal daya bunuh M4A1 lebih besar dari pada Hk MP5. Ini adalah terbalik, seharusnya satuan gultor Polri menggunakan sub-machine gun sedangkan TNI bisa menggunakan sub-machine gun dan assault rifle. 

Tergantung dengan jenis operasi yang dilakukan. Menggunakan sub-machin gun apabila satuan Gultor TNI dioperasikan untuk pembebasan sandera. Sub machine gun yang berkaliber 9 mm ini pada umumnya tidak akan menembus tubuh sasaran sehingga tidak membahayakan orang yang ada di baliknya. Dengan demikian kemungkinan kematian jiwa karena ketidak sengajaan dapat diminimalisir. Dalam operasi pembebasan sandera, keselamatan sandera adalah prioritas tertinggi yang harus dicapai oleh satuan penindaknya.

Sat 81 Gultor Kopassus

Perbedaan doktrin ini juga yang mendasari satuan penanggulangan teror yang berbasis kepolisian dilatih bukan untuk membunuh tetapi melumpuhkan. Contoh pasukan khusus anti teror milik Perancis, GIGN dilatih untuk menembak dengan senjata utama sub machine gun dengan sasaran di bahu untuk melumpuhkan sasaran teroris. 

Tujuannya memang diharapkan para begundal teroris ini masih hidup dan dapat diseret ke pengadilan. Kalau akhirnya dijatuhi hukuman mati pelakunya itu berdasarkan keputusan pengadilan. Sebaliknya satuan Gultor TNI dilatih untuk mematikan. Oleh karena mereka di latih untuk menggunakan senjatanya menembak di kepala, dengan cara double tap (menembak cepat dua kali) untuk memastikan sasaran yang ditembak mati.
 
Jadi dalam konteks penanggulangan teror di negeri kita memang tampak ada ironi dalam kasus ini, TNI menggunakan standar submachine gun untuk CQB sedangkan Polri malah menggunakan assault rifle. Jadi semua tersangka teroris sudah bisa dipastikan mati secara extra judicial. Di luar keputusan pengadilan. Ini jelas tidak sejalan dengan apa yang tertuang dalam UU yang menyebutkan terorisme sebagai tindak pidana, yang semestinya para teroris dilumpuhkan kerena kesaksiannya diperlukan di pengadilan.

Mekanisme Penggerakan Militer Yang Diharapkan

Lalu bagaimana mekanisme hubungan antara militer dan Polri yang diharapkan dalam latihan gabungan anti teror yang baru saja berlalu? Pengalaman saya pada saat membawa Sat-81 Gultor Kopassus beberapa tahun lalu (mudah-mudahan tidak sama dengan mekanisme latihan yang baru lalu), semua unit anti teror (Sat-81 Kopassus, Den Bravo-90, Den Jaka dan Brimob/Gegana, Densus 88 belum ada) diberi sasaran yang berbeda dalam suatu kurun waktu yang sama yang Gedung DPR-RI Senayan disimulasikan sedang dikuasi kelompok teroris. 

Artinya semua satuan penanggulangan teror baik milik TNI maupun Polri mempunyai level yang sama dalam melakukan tugasnya. Tidak ada mekanisme penyerahan kewenangan penindakan dari kepolisian ke militer. Latihan di masa lalu tiap satuan anti teror TNI dan Polri di beri sasaran masing masing. Setelah tiap satuan selesai melaksanakan tugasnya yang ditandai dengan terbunuh dan tertangkapnya teroris maka hasilnya dilaporkan ke komando yang lebih tinggi dalam struktur manajemen krisis. 

Berbeda secara mekanisme, seperti contoh di Inggris, tanggunjawab penanggulangan teror dalam negeri pada umumnya tetap di pundak kepolisian. SAS digerakkan apabila memang kapasitas kepolisian dipandang tidak bisa mengatasi situasi yang terjadi. Artinya level SAS lebih tinggi dari kepolisian dalam konteks kemampuan penindakan terorisme, namun kepolisian berdasar UU lebih berwenang. 

Terjadi serah terima kewenangan dalam hal ini. Setelah melakukan penindakan SAS menyerahkan kewenangannya kembali di pihak kepolisian. Sampai bertemu lagi di pengadilan. Disinilah diharapkan latihan yang diadakan tampak mengatur mekanisme penyerahan kewenangan penindakan terorisme dari Polri kepada TNI, dan setelah selesai diserahkan kembali ke tangan Polri. 

Sehingga mekanisme ini sejalan dengan UU no 16/2003 tentang penanggulangan tindak pidana terorisme yang memberikan kewenangan Polri dalam upaya penanggulangan terorisme di tanah air. Mekanisme ini sekaligus menampakkan bahwa kemampuan penindakan terorisme TNI mempunyai derajat yang lebih tinggi dibanding satuan milik Polri.

FBI Special Force

Penanganan terorisme dalam negeri di USA juga bukan langsung di pundak militer, tetapi di era kini lebih ke Homeland Security dan dinas federal FBI yang memang mempunyai unit unit anti teror. 

Militernya digerakkan di luar negeri untuk menggebuk terrorist. Namun dalam kondisi tertentu militer juga dapat digerakkan untuk menangani terorisme di dalam negeri seperti terorisme yang terkait dengan Nubika (nuklir, biologi dan kimia), dimana militer mempunyai alat, skill dan personel yang lebih lengkap dibanding institusi lain. 

Dengan demikian militer ditempatkan sebagai institusi yang digerakkan sebagai upaya terakhir terakhir (last resort) atau karena pertimbangan derajat ancaman yang pada akhirnya harus ditangani oleh militer apabila terjadi di dalam negeri. Tetapi penggerakan militer tetap dengan mekanisme menyerahkan tugas dan kewenangan dari tangan institusi non militer seperti kepolisian ke militer. 

Mengapa demikian? Karena rata-rata negara demokratik menggolongkan tindakan terorisme di dalam negeri adalah sebagai tindak pidana. Oleh karena kepolisian lebih tepat menangani. Di negeri kita jelas menyatakan terorisme sebagai tindak pidana, dengan demikian satuan penanggulangan teror milik TNI ditempatkan berada di belakang Polri dalam posisi siap membantu kapan diperlukan. Latihan yang baru lalu mudah-mudahan sudah mengambarkan penyerahan kewenangan penindakan dari Polri ke TNI.

TNI sebagai the last resort dalam penanggulangan teror mengandung konsekwensi untuk dilengkapi dengan baik. Asumsinya adalah sebagai pamungkas manakala diperlukan harus berhasil. Oleh karena tidak semestinya dalam era kini ada yang masih berpikir kalau TNI tidak diberiperan dalam upaya penanggulangan teror. Karena hal ini hanya masalah waktu dan kesempatan. Anggapan ini seharusnya tidak ada apabila satuan anti teror TNI juga dilengkapi dengan alat, tingkat ketrampilan, dan personel yang lebih baik dari satuan sejenis milik Polri. Mudah-mudahan situasi saat ini demikian dan bukan sebaliknya justru alat milik TNI amat tertinggal dibanding milik rekan Polri. Pemerintah mempunyai tanggungjawab untuk memperhatikan isu ini.

Penutup

Hal yang lebih penting lagi tidak perlu ada diskusi mana yang lebih tepat menangani militer atau kepolisian hingga seolah ada “rebutan” pelaksanaan tugas. Apabila kita mengetahui posisi masing masing tampaknya kita bisa saling menyiapkan dari menghadapi setiap kemungkinan ancaman yang terkait dengan terorisme. 

Satuan Gultor TNI akan digerakkan manakala derajat ancaman semakin meningkat dan berada di luar kemampuan satuan anti teror Polri untuk menangani. Mudah-mudahan pimpinan kita juga tidak mengambil “middle route,” antara tugas militer atau kepolisian dalam penindakan terorisme dengan digelarnya latihan bersama yang justru malah mengaburkan tingkat kewenangan dan kemampuan ke dua institusi yang berlatih bersama. 

Tapi sudah harus jelas memberikan batasan kemampuan antara TNI dan Polri. Latihan gabungan ini seyogjanya bertujuan untuk melatihkan mekanisme, dan prosedur penanggulangannya. Bukan seperti di masa lalu yang lebih cenderung menunjukkan kepada masyarakat bahwa TNI dan Polri kompak dalam pemberantasan terorisme. 

Saat ini yang dibutuhkan adalah mekanisme yang sesuai dengan aturan hukum dan perundangan yang sudah efektif. Militer membantu tugas Polri dalam penanggulangan terorisme manakala Polri mempunyai keterbatasan. Apabila belum terakomodasi dalam peraturan maka perlu dibuat aturannya tentang kapan waktu penyerahan kewenangan penindakan terorisme dari Polri ke TNI. 

Sehingga akan tampak batasan Polri dan kemampuan TNI dalam penanggulangan terorisme yang terjadi di negeri kita. Dengan demikian komentar orang seperti Neta S. Pane tidak perlu membuat dongkol kita semua, tetapi dijadikan sebagai bagian dari materi evaluasi latihan yang akan datang.




Sumber : JKGR