“TRUE STORY”
Secuil Kisah-kisah Awak “Hiu Kencana” yang tidak terpublikasikan
JKGR-(IDB) : Kisah ini sengaja saya tulis berdasarkan catatan-catatan tertulis
yang saya punya dan juga cerita-cerita dari para “Silent Warrior”
pinisepuh saat mereka dulu bertugas mengawaki “Hiu-hiu besi” kita dalam
menjaga Kedaulatan NKRI yang mungkin selama ini belum pernah
terpublikasikan. Dan tulisan ini saya dedikasikan juga kepada seluruh
“Beliau-beliau” itu, berikut juga para “Silent Warrior” muda yang kini
masih bertugas mengawal NKRI. Dan tulisan ini saya buat secara
bersambung (soale dibuat di sela-sela kesibukan saya).
Gili Genteng Dan “Torpedo” Yang Hilang
Gili Genteng merupakan sederet pulau-pulau yang terletak di sebelah
timur Pulau Madura. Dideretan pulau pulau ini juga terdapat pulau lain,
antara lain Gili Iyang, dan masih banyak lainnya, Laut luas, kedalaman
lebih dari cukup, dan yang pasti bukan merupakan jalur lalu lintas kapal
niaga, kesemuanya merupakan faktor ideal yang menunjang pemilihannya
sebagai Daerah Latihan KS kita.
Penduduk pulau pulau ini penghasilannya
dari bercocok tanam rata-rata jagung. Di samping itu mereka juga
memelihara ternak yang kebanyakan kambing. Hal ini membuat awak KS kita
akan dengan mudah memperoleh seekor kambing muda, untuk menu santap
malam setelah selesai latihan seharian. Biasanya dalam memperoleh
kambing itu selain dengan pembelian juga ditambah barter, tukar dengan
bahan perlengkapan kita, seperti makanan dalam kaleng, roti kabin atau
lain lainnya, yang jarang bisa diperoleh dipasaran bebas.
Awak KS kita
biasanya menerima kambing tersebut sudah dalam bentuk dipotong potong,
bersih dan tinggal memasaknya doang. Semua masih lengkap, kepala,
sampil, jeroan, kaki, dan, terutama yang harus dicek: “torpedo”nya!
Karena ini yang pasti jadi rebutan nantinya. Dan begitu Komandan tahu
anak buahnya membeli kambing, betul juga, beliau yang nomor satu pesan :
“torpedone kanggo aku lho ya!” udah deh kalo Komandan udah bersabda
kayak begitu itu yo anak buah musti patuh!.
Waktu terus berlalu dan tibalah saatnya makan malam. Juru masak yang
mau memasak masakan pesanan khusus Komandan, mencari bahan pesanannya
Komandan tadi, tetapi entah kenapa tidak berhasil menemukannya. Tentu
saja, alamat yang ditujunya pertama kali untuk melaporkan kehilangan
tersebut adalah Sersan Mulyono, Jabatan utamanya Pak Mulyono ini adalah
Juru TAS-L dua, alias Torpedo Elektrik, sedangkan jabatan rangkapnya
menjadi Bintara Polisi.
Otomatis kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan
pelanggaran hukum, seperti ada sesuatu yang hilang, maka ia yang paling
dahulu mengurusnya. Sersan Mulyono tentu saja kalang kabut mendengar
kehilangan ini. Dia mencarinya bersama dengan sang Juru Masak, mulai
dari Ruang Satu sampai Ruang Tujuh, tidak lupa trium Ruang Diesel pun
dilongok kalau-kalau ada yang nekad menyembunyikannya di sana. Dia juga
bertanya kesetiap orang yang dicurigai, tetapi hasilnya tetap nihil. (ya
iyalah, mana ada maling mau ngaku!) Akhirnya, karena putus asa sang
Bintara Polisi ini menghadap Perwira Jaga, minta ijin mengumumkan
pengumuman penting.
Setelah mendapat clereance, “OK, silahkan”. Dan mulailah pengumuman penting tersebut terdengar lewat MKTU, ia mengumumkan : ”….perhatian ruangan ruangan, siapa tadi yang makan (maaf) Biji P*l*r Komandan….” Dengan nada tinggi. (kesal mungkin dia).
Tentu saja seluruh Awak KS tertawa mendengar pengumuman yang konyol macam itu!.
Yang pertama kali kaget sudah pasti sang Perwira Jaga yang sudah
mengizinkan Sersan Mulyono tadi, bisa diganyang Komandan dia ada
pengumuman kayak itu. Untungnya Komandan saat itu Pak Antonius
Soebiyarto (terakhir Laksamana Muda, alm) melihat wajah Sersan Muljono
yang memelas, udah enggak sampai hati lagi akan marah. Beliau yang saat
itu ada dianjungan cuma komentar: ”sembrono betul bocah iki...”,
Kalah Taktik Dengan Komandan Di Pasir Putih.
Daerah Latihan KS di Pasir Putih suasananya agak lain dari di Gili
Genteng. Walaupun sama sama selesai latihan KS lego jangkar, tetapi KS
lego tepat di depan Pantai Wisata Pasir Putih, pada jarak yang tercapai
oleh perahu karet. Tentu saja, acara pengisian baterai setiap pulang
dari latihan tetap merupakan acara rutin, tetapi kan bisa saja diatur,
Perwira Pendorong Satu jaga baterai dan Perwira Pendorong Dua pesiar ke
pantai. Besoknya gantian.
Dan begitulah, walaupun telah ditetapkan bahwa pesiar paling lambat
pulang jam 22.00 atau jam sepuluh malam, maksudnya untuk menjaga kondisi
badan para awak selama latihan, akan tetapi toh dalam kenyataannya ada
saja awak KS kita yang bandel yang justru berangkat pesiar pada jam
23.00 alias jam sebelas malam!.
Tentu saja, caranya bukan dengan menstart mesin Johnson (motor tempel
untuk menenagai perahu karet) dari tepi lambung kapal. Tetapi perahu
karet didayung dulu sampai agak jauh sehingga suara start mesin Johnson
tidak akan kedengaran oleh Komandan. Kayak-kayaknya taktik SEAL pun
kalah dengan taktik pengelabuan musuh yang dilakukan oleh para awak KS
kita ini.
Pulang pesiar mereka melakukan hal yang sama. Mesin Johnson dimatikan
jauh-jauh sebelum mendekat ke lambung kapal, lalu perahu karet didayung
perlahan lahan dan naik bergantian, yang satu menolong yang lain. Suatu
saat dalam “silent operation” semacam ini saat pulang, ada anggota jaga
yang kebetulan berada di atas geladak. Dan Holdman Satu Sersan Supardi,
sambil melempar tali buangan dengan ramahnya menegur: “hey, Komandan sudah tidur ya…?”
Yang ditanya diam saja tetapi menerima lemparan tali buangan dari
perahu karet dan membantunya mengikatkannya pada tupai tupai.
Yakin atas kebaikan hati sang anggota jaga yang membantunya mengikat
perahu karet, tetapi masih merasa belum memperoleh jawaban yang pas sang
Holdman Satu mengulangi pertanyaannya, “Hey, ditanya kok diam aja, Komandan sudah tidur ya…” Kali ini ada jawaban, suatu suara yang khas sekali dan berat: “ Belum, Dik…”
. Betapa terkejutnya sang Holdman Satu dan keseluruhan penumpang gelap
yang pesiar melebihi batas waktu yang ditentukan, soalnya yang menjawab
itu justru Komandan sendiri! Infiltrasi SEAL awak KS kita ketangkap
basah langsung oleh Komandan Pak Antonius Soebiyarto Alm, yang justru
menggunakan jurus taktik Speznatse.
Kebayangkan habis itu hukumannya kayak apa?
Technical Assistance Rusia.
Sadaca alias latihan terintegrasi, khas Rusia bukan hanya dilakukan
kalau ada pergantian pejabat, dalam hal ini, Komandan atau KKM. Bila
kapal baru selesai perbaikan besar, dan lama berada dalam dock,
misalnya, maka team secara keseluruhan harus melaksanakan sadaca. Begitu
juga dengan KRI Bramastra 412 setelah selesai perbaikan besar, kapal
juga diharuskan menjalani sadaca, untuk mengingatkan awak kapal akan
tugasnya, setelah sekian lama nongkrong di atas dock! Perbaikan besar
KRI Bramastra ini tadinya ditangani oleh “Projek 613” yang lengkap
dengan Technical Assistance dari Rusia, tetapi dalam rangka peristiwa
G30S/PKI mereka lalu ditarik pulang kembali semua. Perbaikan jadi agak
terkatung katung, dan lama baru selesai.
Setelah diyakini, bahwa kapal
memang telah siap, diadakanlah sadaca, berturut turut mulai sadaca satu
dan dua. Tiba giliran sadaca tiga, di laut, kita mengundang para
Technical Assistance Rusia, yang dulu ikut memperbaiki kapal ini, untuk
kita minta pertanggungan jawaban atas perbaikan dan modifikasi (kalau
ada) yang dilakukannya. Mereka memang berjanji akan datang. Dan, sebagai
biasa, orang Timur, untuk menyambut kedatangan mereka, yang kita anggap
sebagai tamu terhormat, kapal dilengkapi dengan bumbu serta makanan
khas Rusia, antara lain adalah acar bawang putihnya.
Singkat cerita KS telah ada di daerah Latihan Gili genteng. Untuk
kesekian kalinya, kapal dipersiapkan untuk berlayar dan bertempur, serta
dilanjutkan dengan persiapan kapal untuk menyelam. Semua katub katub
yang harus ditutup telah ditutup, dan yang memang harus terbuka telah
diberi kedudukan terbuka.
Ruangan ruangan laporan kesiapan menyelam.
Sekarang, giliran KKM dan orang Rusianya melakukan pemeriksaan kebenaran
kedudukan katub. Pemeriksaan berjalan lancar, semua katub berada dalam
kedudukan yang benar. Tetapi, begitu selesai memeriksa ruangan belakang,
yang lalu dilanjutkan kepemeriksaan ruangan depan, mereka kembali ke
Sentral, Ruang Tiga, dengan wajah yang tegang. Ketika salah satu awak KS
kita ada yang bertanya dengan bahasa Rusia yang sepotong sepotong, “dawarits, pachimu eto, karazow?”, enggak disangka-sangka, tanpa basa basi, mereka menjawab ”nyet, nyet karazow…”
lalu naik keanjungan, dan dari sana mereka berdua langsung terjun ke
laut dan berenang ke kapal TCB Rante Kombala yang bertugas mengawasi KS
KRI Bramastra menyelam.
Awak KS kita tadi enggak mau bertanya lagi kepada mereka, apakah
mereka mau ikut meyelam dengan kita atau tidak. Habis jawabannya udah
pasti sih: “nyet! nyet!”
Terus bagaimana dong? apa mau kembali ke pangkalan dan tidak
menjalankan pengujian kelayak lautan kapal hanya karena mereka para
Technical Assistance Rusia tidak mau ikut menyelam? Komandan Squadron
Kapal Selam saat itu Letnan Kolonel Rahadi, setelah berunding dengan
Komandan kapal dan KKM lalu memutuskan dengan atau tanpa orang Rusia
kita akan tetap melaksanakan pengujian kelayak lautan kapal selam KRI.
Bramastra.
Yang penting harus hati hati dan sesuai prosedure serta
segala sesuatunya dilaksanakan dengan bertingkat, step by step. Jadilah
kita melaksanakan pengujian kapal tanpa Technical assistance dan
nyatanya kita juga berhasil menguji kapal dengan baik. Kapal dinyatakan
lulus serta mendapat sertifikat layak berlayar, menyelam dan bertempur!
Catatan kecil :
- Sadaca : Latihan terintegrasi, khas Rusia.
- Karazow : Baik, bagus, prima.
- Nyet karazow : Tidak bagus.
- Pachimu eto : Bagaimana itu.
- Dawarits : Sapaan kepada teman atau saudara.
- Nyet : Tidak.
Tarempa Dan Kandang Babi
Dalam suatu waktu KS KRI Nagarangsang 404 mendapat penugasan untuk
beroperasi ke Tarempa dan patroli di Gugusan Spratley di Laut China
Selatan. Karena cukup jauh, perjalanan tidak dilaksanakan langsung dari
Surabaya ke Tarempa, tetapi dilakukan dengan stop over di Jakarta. Kalau
sudah seperti ini KS seperti biasa dipersiapkan betul-betul sebelum
melaksanakan perjalanan jarak jauh ini.
Perjalanan Surabaya ke Jakarta yang ditempuh dalam dua hari relatif
biasa saja, tapi pelayaran berikutnya Jakarta ke Tarempa, baru ini yang
namanya berlayar dengan kapal selam. Bayangkan perjalanan yang ditempuh
dalam waktu yang hampir dua minggu, dengan jumlah awak kapal sebanyak 67
orang, dan air tawar yang dimiliki dikapal hanya sebelas ton, diulangi
lagi, sebelas ton!. Bagi awak KS, dengan keterbatasan air yang dapat
dibawa di tangki kapal, dapat setengah liter air tawar sehari pun sudah
harus bersyukur sekali.
Setiap pagi awak KS kita biasa bangun pagi dengan selalu diiringi
musik “merdu” tiupan bootsman fluit dari schipper, diiringi kemudian
dengan kata kata Perwira Jaga lewat MKTU : “…perhatian ruangan ruangan,
waktu bangun pagi, waktu bangun pagi…” Belum betul betul sadar dari
tidur yang tidak nyenyak, yang diputus begitu drastic oleh bunyi
bootsman fluit yang melengking nyaring, Awak KS diserbu lagi oleh bunyi
bel krrriiiiiing tiga kali panjang, disusul banyak bel pendek, kriing
kriiing kring kring tanda latihan kedaruratan. kembali dengan komentar
sang Perwira Jaga: “…perhatian ruangan ruangan,…….latihan kedaruratan,
kebakaran di ruang sekian di motor pesawat bantu so and so….atau
kebocoran di ruang sekian, Kingston peralatan so und so bocor…..”, ini
berlangsung setiap pagi dan di setiap hari lho!.
Setelah genap dua minggu akhirnya sampai juga KRI Nagarangsang 404
ketempat tujuan, Tarempa. Peran muka belakang, lalu kapal sandar dan
akhirnya setelah dua minggu berturut turut mencium bau laut, awak KS
kita mencium lagi bau daratan. Setelah selesai apel, (sekedar untuk
untuk meyakinkan bahwa selama pelayaran tidak ada awak kapal yang jatuh
di laut mungkin, hehehe…) semua bebas untuk pesiar.
Pesiar?
Ya Pesiar!
Pesiar di sini itu mencari tempat untuk mandi. Hehehe… (bayangkan dua
minggu enggak mandi-mandi) dan kondisi Lanal Tarempa saat itu jangan
dibayangkan kayak sekarang wong WC nya saja saat itu terbatas sekali
jumlahnya dan biasanya itu sudah jatahnya Komandan!.
Gugus Aju (hehehe… pinjam istilah Marinir biar keren) dari
beberapa orang awak KS yang telah lebih dahulu keluar memberikan
informasi bahwa di Utara dermaga ada sungai yang cukup besar, bisa
menampung seluruh anggota untuk mandi sekaligus. Wah, ini dia. Grup
Pendarat berikutnya, dengan membawa segebok pakaian kotor segera
mengikuti petunjuk regu aju tadi, menuju ke sungai.
Betul juga ada sungai yang cukup luas, jernih lagi. Tanpa perlu ada
komando lagi semua awak KS kita langsung turun, tanpa membuka pakaian
dan langsung mandi sepuas puasnya. Terus terang daki yang menempel
dikulit selama tidak mandi dua minggu dalam pelayaran kemarin walau udah
digosok dengan sabun cap Jangkar khusus Angkatan Laut, tetap
aja butuh waktu setengah jam lebih untuk itu daki-daki lepas dari kulit.
Selesai mandi langsung mencuci pakaian. Bayangkan aja, setelah dua
minggu tidak berjumpa air dalam jumlah yang cukup dan sekarang air
berlimpah, banar-benar rasa segar yang luar biasa.
Selesai mandi, seperti biasa selalu ada saja Reconnaisance Team dari
beberapa awak KS kita yang kini telah ganti pakaian bersih, yang dengan
sukarela berpatroli mencari informasi intelijen tentang daerah sekitar
kita.
Mereka berjalan menyusur ke arah hulu sungai, tetapi pulangnya
beberapa anggota tadi kelihatan memberengut dan beberapa tampak
komat-kamit mulutnya kayak lagi baca doa. Setelah dekat, baru deh
ketahuan kalau mereka semua bukan membaca doa, tapi mengumpat: “…
sialan, di hulu sungai di atas sana ternyata ada peternakan babi dan
mereka membuang kotoran babi itu langsung ke sungai tempat kita mandi
ini…”.
Beeuh…
Beeuh…
Membuat Heboh Pesawat Tempur USAF
Suatu waktu pada saat Angkatan Laut kita mengikuti kegiatan Latihan
Bersama dengan Philipina dengan sandi Philindo (Philipine Indonesia
Joint Exercise) KS Pasopati 410 kita diikutsertakan dalam latihan
tersebut yang saat itu memang berlangsung di Philipina sebagai tuan
rumahnya.
Kita mulai meninggalkan wilayah Indonesa, dengan memasuki wilayah
Philipina lewat Laut Zulu. Pada saat mengarungi Laut Zulu ini dengan
posisi berlayar di permukaan laut, KS kita sempat dibayang bayangi
beberapa pesawat jet F-4 Phantom dari USAF. Mereka melintasi kapal kita
dalam formasi siap menyerang, dari arah lambung memotong haluan kapal
secara tegak lurus!1) Peluru kendali yang bergantungan dirak
bawah sayapnya kelihatannya siap diluncurkan, kalau-kalau saja kita
membuat tindakan yang provokatif seperti misalnya menyiapkan senjata.
Dapat dimaklumi, mengapa mereka membayang bayangi kita. Alasan
pertama, karena kita kan menggunakan KS Whiskey class ex Soviet,
sedangkan pada saat itu mereka masih sedang gigih bertikai dengan
Vietnam Utara yang notabene merupakan negara satelitnya Soviet. Alasan
kedua aatu mungkin yang lebih utama adalah mereka kan memiliki suatu
pangkalan Angkatan Laut serta Angkatan Udara yang luar biasa besarnya di
daerah Philipina saat itu, yaitu Subic Point dan Clark Field. Jadi
wajar wajar saja kalau mereka memiliki ketakutan, jangan jangan ini
serangan mendadak Armada KS Soviet ke Subic Point! Hehehe…
Tetapi setelah beberapa kali mengitari kita dan melihat bendera Merah Putih yang berkibar di tiang di depan samaleot 2),
mereka lalu terbang satu kali lagi, kali ini sejajar dengan haluan
kapal, di arah lambung kanan, sambil membuat gerakan menggoyangkan
sayapnya 3) dalam seperempat roll, sebagai
isyarat,”kami tahu kalau kamu kawan, selamat bertempur”!
Di samping itu
ternyata di bawah Komandan memang telah memerintahkan agar panggilan
radio mereka yang mengkonfirmasikan identitas kita, dengan isyarat “what
ship, what ship”,4) dijawab dengan jelas, “we are Indonesian Man Of War 5),
submarine ship Pasopati” .
Atas kewaspadaan mereka yang dianggap ada
unsur keangkuhannya kayak pamer kekuatan, Komandan KS kita saat itu Pak
Soeprajitno, (saat itu Lekol, terakhir beliau berpangkat Laksamana
Pertama) cuma komentar: “Mister mister, mbok yaa do not worry worry too
much toh mister, wong we just come to Philipine like a tourist that want
to make a journey round round Manila City kok, only like that kok yaa
bussy-bussy amat sih”, maksudnya, heboh bener sih mereka!
Catatan Kecil :
- Formasi serang: pesawat terbang yang menyerang kapal atas air akan lebih suka mengambil arah memotong tegak lurus haluan kapal yang diserang, sedemikian rupa sehingga mereka dapat melihat sasarannya dengan bidang tembak yang seluas mungkin.
- Samaleot: suatu sistem pipa gas bekas diesel pada saat diesel bekerja dibawah air. Dibuat demikian agar gas bekas telah menjadi dingin ketika keluar dari permuka an air, supaya tidak mudah terdeteksi oleh sensor infra merah.
- Menggoyangkan sayap: code antara penerbang, terutama penerbang pesawat tempur. Bisa berarti “follow me”, ikuti saya, kalau diberikan kepada wingman nya (teman terbangnya dalam formasi terkecil), atau, kalau diberikan kepada orang lain, bisa juga berarti ”kami tahu kalau kamu kawan, selamat bertempur”.
- What ship: suatu etika bertanya dari satu kapal (biasanya kapal pemilik hegemoni didaerah tersebut), kepada kapal lain yang melewat daerahnya. KRI Cakra 401 ketika melewati Selat Gibraltar juga medapat signal seperti itu.
- “Man of war”, suatu istilah untuk membahasakan kapal perang.
Bersambung…..
“Wira Ananta Rudhiro”
“Jalesveva Jayamahe”
“NKRI harga mati!”
Sumber : JKGR