Pages

Rabu, April 16, 2014

Sukhoi TNI AU, Siap Tempur...!!!

Berbagai persenjataan Sukhoi telah datang dan akan terus ditambah lagi. Jet tempur Su-27/30 kini menjadi alutsista paling berbahaya di barisan arsenal TNI AU.

MAKASSAR-(IDB) : Kunjungan Angkasa ke Makassar bulan lalu untuk menghadiri upacara serah terima jabatan Panglima Komando Operasi Angkatan Udara II dari Marsda TNI Agus Supriatna kepada Marsma TNI Abdul Muis menjadi momen yang sangat berharga. 

Pasalnya, sehari sebelum pelaksanaan sertijab pada 25 Maret 2014 itu, Angkasa mendapatkan kesempatan eksklusif dari KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia untuk melihat langsung beragam persenjataan yang telah dibeli Pemerintah Indonesia untuk armada Su-27/30 Skadron Udara 11. Pesan KSAU sederhana, agar masyarakat Indonesia tahu bahwa Sukhoi TNI AU kini sudah bersenjata lengkap.


Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Dody Trisunu mengungkapkan, beragam persenjataan yang telah datang saat ini menjadikan armada Su-27/30 siap tempur. Kelengkapan persenjataan ini kemudian disempurnakan dengan kemampuan para penerbang Skadron Udara 11 yang sudah diasah langsung oleh para instruktur senjata dan penerbang tempur AU Rusia. Setiap tahun TNI AU rutin mengirimkan para penerbangnya ke negeri Beruang Merah untuk memperdalam ilmu dan kemahiran bertempur. Tahun ini saja, ada empat gelombang pengiriman penerbang ke Rusia.



Komandan Skadron Udara 11 Letkol Pnb Dedy Ilham S. Salam menerangkan, di Rusia para penerbang Sukhoi TNI AU mendapat selama empat bulan dari para suhu senjata dan pertempuran udara yang sudah sangat mumpuni sehingga mereka dijuluki profesor. “Mereka adalah para penerbang tempur AU Rusia yang sudah mencoba segala macam persenjataan Sukhoi,” ujarnya. “Bahkan, ketika kami di sana, ada satu profesor yang ilmunya sangat tinggi didatangkan khusus dari Siberika ke Moskwa, hanya untuk melatih kami,” ujarnya.



Para guru AU Rusia tak segan-segan mewariskan ilmu perang udaranya kepada para penerbang TNI AU. “Semakin lama mengakrabi para profesor, maka semakin banyak ilmu yang mereka turunkan kepada kami,” lanjutnya. Bahkan mereka pun memberikan tanda khusus kepada para penerbang Sukhoi TNI AU yang sudah berhasil melaksanakan penembakan maupun pengeboman munisi live. “Ya, begitulah, kodrat mereka bertempur, sehingga mereka pun sangat mengapresiasi kami yang sudah pernah mencoba senjata Rusia,” tambah Dedy yang sudah memiliki lebih 1.000 jam terbang di Su-27/30.



Dedy menguraikan, pakem tempur Rusia adalah pertempuran jarak jauh (BVR). “Nah, di situlah mereka juga menurunkan ilmu dan teknik bertempur jarak jauh. “Bagi mereka, close formation tidak lagi berguna karena itu hanya dibutuhkan oleh tim aerobatik,” urai alumni AAU 1995 ini.



Gelar Senjata


Atas permintaan KSAU, sebagian senjata Sukhoi Skadron Udara 11 lalu ditarik dari gudang senjata dan digelar untuk Angkasa publikasikan. Di antara yang didisplay saat itu adalah rudal udara ke udara short-medium RVV berdaya jangkau 80 km, rudal udara ke udara jarak pendek R-73, rudal udara ke permukaan antikapal Kh-29PE dan Kh-31PE, serta bom OFAB 250. Melihat langsung senjata-senjata mematikan itu di depan mata, rasanya badan langsung gemetar sekaligus membayangkan kalau Flanker TNI AU kini telah berubah jadi burung besi ganas yang sangat berbahaya bagi lawan demi tugas menegakkan kedaulatan NKRI.



Uraian secara detail dari persenjataan ini mungkin akan dibahas dalam kesempatan berikutnya. Namun para pecinta kedirgantaraan sekiranya dapat memahami bahwa keseriusan pemerintah menjadikan TNI AU yang kuat, telah menjadi program bertahap dalam skema MEF (minimum essential force) yang telah dicanangkan pemerintah hingga tahun 2004. Mari kita sambut dengan gembira sambil menunggu arsenal-arsenal berikutnya, untuk semua alutsista yang dipercayakan pengoperasiannya kepada TNI Angkatan Udara. 




Sumber : Angkasa

Wamenhan RI Bertemu Dengan Menhan Malaysia Di DSA 2014

KUALA LUMPUR-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan RI, Sjafrie Sjamsoeddin, Senin (14/4) bertemu dengan Menteri Pertahanan Malaysia, Datuk Seri Hishammuddin Hussein, di Kuala Lumpur, Malaysia. Pertemuan Wamenhan RI dengan Menhan Malaysia ini dilakukan di sela-sela acara Defence Services Asia (DSA) 2014. Saat bertemu Menhan Malaysia, Wamenhan, RI juga didampingi oleh pimpinan beberapa industri pertahanan dalam negeri yang juga tengah mengikuti kegiatan DSA 2014.



Sumber : DMC

Pesawat Kepresidenan Mendarat Mulus Di Aceh

BANDA ACEH-(IDB) : Pesawat kepresidenan mendarat mulus di Lanud Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, dalam rangka uji ketahanan terbang.

Aceh merupakan wilayah pertama yang dikunjungi pesawat megah ini setelah sebelumnya diterbangkan dari Amerika menuju Jakarta. Pesawat kepresidenan RI seharga Rp 840 miliiar ini mendarat di Aceh pukul 11.30 WIB, Rabu (16/4/2014).

Mensesneg Sudi Silalahi yang turut ikut dalam penerbangan tersebut menyampaikan sejumlah keunggulan penggunaan pesawat RI 1, jenis Boeing Business Jet 2 ini.

"Pesawat ini lebih nyaman dibandingkan pesawat carter. Ini memang dirancang sedemikian rupa untuk hal-hal kenyamanan dan hal-hal teknis lain," ujar Mensesneg di Lanud Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh.

Mensesneg juga menambahkan, pesawat baru ini juga dapat menghemat Rp 114,2 miliar pertahun. "Sekarang kita lima tahun, anggaran yang digunakan itu melebihi harga satu pesawat," ujarnya.

Uji ketahanan ini bagian dari tes sertifikasi yang dilakukan Kemenhan. Pesawat ini terbang dari Aceh sampai Papua dan dari Miangas ke Pulau Rote.

Dalam uji terbang keliling Indonesia ini, hadir sejumlah pejabat di antaranya Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi, Wakil Menteri Pertahanan Letjen TNI (Purn) Sjafrie Syamsuddin dan sejumlah pejabat lainnya.

Rute yang dipilih dalam rangka keliling Indonesia adalah dari Aceh hingga Manado, dan Miangas hingga Pulau Rotte.

Staf Ahli Gubernur Aceh bidang Hukum dan Politik, Ridwan Hasan, beserta jajaran pemerintah Aceh yang ikut menyambut kedatangan RI 1 berharap pesawat itu dapat memudahkan perjalanan dinas Kepresidenan dan mempererat hubungan bilateral maupun multilateral Indonesia.

"Atas nama masyarakat Aceh, saya berterima kasih atas terpilihnya Aceh sebagai tempat landing perdana RI1,” ujar Ridwan Hasan.




Sumber : SCTV

Pindad Membuka Pintu Kerjasama dengan Arab Saudi

BANDUNG-(IDB) : Pada hari Selasa, 15 April 2014, rombongan Kementerian Pertahanan Arab Saudi mengunjungi PT Pindad (Persero). Rombongan diterima oleh Direktur Sistem Senjata Ade Bagdja di Auditorium Gedung Direktorat. Turut hadir dalam acara ini adalah Kepala Divisi Senjata Santa Yusuf dan Kepala Divisi Kendaraan Khusus Edi Purwanto.

Rombongan yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal Athiyah Saleh Al-Maliki sebagai Chief of Central Committee for the Local Manufacturing ini mengunjungi PT Pindad (Persero) sebagai tindak lanjut ditandatanganinya Defence Cooperation Agreement (DCA) yang telah ditandatangani Republik Indonesia dan Arab Saudi pada tanggal 25 Januari 2014 lalu, yang salah satu poinnya menyangkut kerjasama di bidang industri pertahanan. Kunjungan ini dimaksudkan untuk mengetahui lebih detail mengenai proses bisnis industri pertahanan Indonesia dalam memproduksi produk alutsista. PT Pindad (Persero) menjadi pilihan karena Pindad merupakan perusahaan milik negara yang mendukung penuh kinerja TNI di Indonesia, khususnya di matra darat.

Antusiasme para anggota rombongan terlihat saat berdiskusi mengenai detail proses bisnis PT Pindad (Persero) dengan Direktur Sistem Senjata PT Pindad (Persero). Berbagai macam hal ditanyakan oleh para anggota rombongan mengenai detail kapabilitas produk, desain produk, pengujian produk, ekspor produk ke macanegara, sistem sertifikasi kualitas produk, sumber daya manusia, hingga posisi PT Pindad (Persero) di industri serta pemerintahan di Indonesia.

Kegiatan para anggota rombongan dilanjutkan dengan mengunjungi fasilitas produksi di Divisi Kendaraan Khusus dan Divisi Senjata. Di fasilitas produksi ini, para anggota rombongan bertanya lebih detail mengenai spesifikasi produk dan mencoba secara langsung performa beberapa produk unggulan PT Pindad (Persero) seperti mengendarai Panser Anoa dan mencoba menembak menggunakan Senapan Serbu SS2.

Semoga saja kunjungan Kementerian Pertahanan Arab Saudi kali ini dapat membuka jalan kerjasama yang lebih jauh dan menguntungkan bagi kedua belah pihak di masa depan. 




Sumber : BUMN

Pangarmatim Dampingi Kasal Hadiri Peletakan Lunas PKR-105 Di PT. PAL

SURABAYA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum mendampingi Kepala Staf Angkatan Laut  Laksamana TNI Dr. Marsetio menghadiri peletakan lunas (keel Laying) 4 modul kapal Perusak Kawal Rudal (PKR-105)/ Frigate No. 1, yang berlangsung di Divisi Kapal Perang PT. PAL Indonesia Ujung, Surabaya, Rabu (16/4).

Acara ini juga dihadiri pejabat pejabat Kementerian Pertahanan, perwakilan Belanda dan Dirut PT. PAL Indonesia M. Firmansyah Arifin beserta jajaran Direksi dan Komisaris. 

Proyek jangka panjang Kementerian Pertahanan melalui Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) terkait pembuatan kapal ini, memberikan manfaat  bagi PT. PAL Indonesia yang turut andil melalui program Transfer of Technology (ToT) di Belanda. 

Sementara itu 2 modul lainnya dibuat di Vlissingen, Belanda.Kapal berteknologi tinggi ini nantinya dilengkapi dengan anti serangan udara, anti serangan bawah laut dan anti serangan permukaan, peperangan elektronika dll.

Seusai menghadiri keel laying PKR-105, Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio dengan didampingi Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H, M.Hum beserta pejabat TNI AL lainnya meninjau Stasion Bantu (Sionban) Kapal Selam Fasharkan Surabaya di Koarmatim Ujung.




Sumber : Koarmatim

Panglima TNI Peringatkan Australia Untuk Tidak Kirim Lagi 'Manusia Perahu'

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Moeldoko memperingatkan Australia untuk tidak lagi mengirim para imigran gelap yang mencari suaka di Australia dikembalikan ke Indonesia dengan menggunakan sekoci oranye yang keren.

"Panglima tentara Australia sudah berjanji bahwa tidak akan pernah melakukannya lagi, kalau mereka melakukan lagi, protes saya akan lebih keras lagi," tega Moeldoko ditemui usai menghadiri acara The 14th Annual Citi Economic and Political Outlook Indonesia: The Next Chapter, di Ballroom Four Seasons Hotel, Kuningan, Jakarta, Rabu (16/4/2014).

Moeldoko tidak mengungkapkan protes keras seperti apa yang akan dilakukannya, jika Australia mengulangi pengiriman 'manusia perahu' ke Indonesia. Namun ia memastikan banyak bentuk protes keras yang akan dilakukannya.

"Bahkan saat Australia mengirim manusia perahu dengan sekoci, panglima TNI Australia ini sekali bertemu dengan saya, saya kuliahin dia, saya tegaskan kami tidak dengan hal itu," ucapnya.

Namun ia mengakui, untuk mengantisipasi hal tersebut tidak terjadi lagi, diperlukan pengawasan perairan Indonesia dengan ketat.

"Tapi, luasnya wilayah dan panjangnya garis pantai itu juga tidak mudah bagi TNI untuk mengawasi, karena keterbatasan alusista. Tapi, yang jauh lebih penting, rasa saling menghormati atas teritorial negara masing-masing itu yang lebih bagus," tutupnya.

Keluhkan Pasokan Alutsista

Peningkatan stabilitas keamanan nasional dalam rangka mendorong lebih kondusifnya iklim investasi di dalam negeri oleh TNI ternyata masih mengalami berbagai kendala.

Panglima TNI Moeldoko, mengungkapkan pengawasan keamanan perbatasan NKRI masih terkendala ketersediaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Mengingat begitu panjangnya garis pantai perbatasan negara yang harus dijaga TNI.

"Begini, keluasan wilayah dan panjangannya garis pantai itu juga tidak mudah bagi TNI untuk mengawasi, karena keterbatasan alutsista," tuturnya ketika ditemui di Hotel Four Season, Jakarta, Rabu (16/4/2014).

Moeldoko berharap, semua negara bisa lebih saling menghargai dan mengamati batas wilayah antar negara. Sehingga, stabilitas keamanan di kawasan terjamin.

"Kita minta rasa saling menghormati atas teritorial negara masing-masing. Itu yang lebih bagus," pungkasnya.

Seperti diketahui, kelanjutan nasib tambahan anggaran alat utama sistem persenjataan (alutsista) telah menemukan kejelasan. Usulan tambahan anggaran yang mencapai Rp27 triliun itu akhirnya diputuskan pemerintah untuk tidak dicairkan mengingat ruang dalam APBN 2014 tidak mencukupi



Sumber : Detik

N219 Optimis Selesai Sesuai Jadwal

BANDUNG-(IDB) : Lapan dan PT Dirgantara Indonesia (DI) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) di Gedung Pusat Manajemen PT DI, Bandung, Jawa Barat, Selasa (8/4). Pertemuan ini membahas mengenai pengembangan pesawat N219. Pertemuan ini dipimpin oleh Deputi Bidang Teknologi Dirgantara Lapan, Prof. Dr. Soewarto Hardhienata.

Project Manager N219 PT DI, Budi Sampurno, menjelaskan mengenai status kemajuan pengembangan pesawat tersebut. Ia mengatakan bahwa secara teknis, PT DI telah membuat mock up pesawat termasuk menyiapkan materi dan spesifikasi yang diperlukan untuk pembuatan model dan engineering flight simulator.

Lapan dalam program N219 bertugas dalam desain dan pengembangan pesawat. Kepala Pusat Teknologi Penerbangan Lapan, Gunawan S. Prabowo, menjelaskan mengenai perencanaan strategis pengembangan teknologi penerbangan di Lapan. Ia menjelaskan, sebanyak 28 peneliti telah bekerja di PT DI pada 12 Maret 2014 untuk bidang avionik, elektrikal, propulsi, engineering flight simulator, aerodinamika, dan analisis struktur.

Selain Lapan dan PT DI, pengembangan N219 melibatkan berbagai instansi lain. Kementerian Negara Riset dan Teknologi menjadi koordinator bagi program ini. BPPT melaksanakan pengujian aerodinamika dan struktur N219. Kementerian Perindustrian mengembangkan industri pendukung dan menciptakan cluster industri dalam produksi N219. Kementerian Perhubungan mengeluarkan sertifikat terkait pengembangan pesawat. Bappenas/Kementerian Keuangan memfasilitasi pembiayaan pengemmbangan program.

Dalam pertemuan ini, peserta FGD memberikan saran mengenai berbagai aspek baik teknis maupun manajemen terkait pembinaan, pengawasan, dan penyampaian laporan. Para pihak yang terlibat dalam pengembangan pesawat transportasi nasional N219 optimis pesawat akan selesai sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Peserta FGD juga mendukung dan mengapresiasi perkembangan yang telah dilaksanakan.

Program N219 bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah terpencil dan perbatasan melalui ketersediaan sarana transportasi udara perintis. Pengembangan pesawat ini juga akan menumbuhkan industri penerbangan nasional dan pendukungnya, operator pesawat terbang, serta dunia pendidikan khususnya di bidang penerbangan. Nantinya, pengembangan pesawat ini juga akan meningkatkan kemandirian nasional dalam produksi sarana transportasi udara.




Sumber : Lapan

Japan's Indigenous Stealth Jet Prototype 'To Fly This Year'

TOKYO-(IDB) : Japanese Defence Minister Itsunori Onodera has reaffirmed the nation's plan for a 2014 first flight of the Advanced Technology Demonstrator-X (ATD-X) fighter: a prototype for a future fighter to replace the Japan Air Self-Defence Force's Mitsubishi F-2.


"In February I myself visited at Mitsubishi Heavy Industries' (MHI's) Komaki Minami plant where the ATD-X is being built," Onodera told the Foreign Affairs and Defence Committee of the Upper House on 10 April. "There I was briefed that the first flight will take place this year."


The ATD-X, also known as Shinshin ('Heart of God'), is being developed by the ministry's Technical Research and Development Institute (TRDI), with the main contractor of the project being MHI. It has been designed to be a stealthy air-superiority fighter with enhanced manoeuvrability. The Japanese Ministry of Defence (MoD) will use it to research advanced technologies and system integration, after which it plans to produce a 'sixth-generation' fighter encompassing i3 (informed, intelligent and instantaneous) concepts and counter-stealth capabilities.


"Originally MHI planned to roll-out the ATD-X before the media in May, soon after Japan's Golden Week holidays, followed by the first test fight," an official at TRDI told IHS Jane's on 15 April. "Now it is several months behind schedule."


Onodera also said in the Diet that the MoD will decide by FY18 whether to build its future stealth fighter domestically or by international joint development, based on parameters such as technological achievements and cost effectiveness.


Japan's plans to develop an 'F-3' from the ADT-X could run into opposition from the United States, however, which has blocked Tokyo's attempts to develop an indigenous fighter in the past.


The 1980s FSX support fighter programme was blocked by Washington, which pressured Tokyo over concerns that the growth of the Japanese aviation industry could damage that of the United States. The pressure eventually led to the co-development of the F-2: a platform based on the Lockheed Martin F-16C.


Officials said that with China and Russia deploying the Chengdu J-20 and Sukhoi PAK-FA T-50 fifth-generation aircraft respectively, Japan's development of a fast stealth fighter is becoming vital to national air defence.


"We know that our 28 radar sites are effective at detecting third- and fourth-generation fighters from a long distance, but with the appearance of fifth-generation fighters we are unsure how they will perform," Lieutenant General Hideyuki Yoshioka, then director of Air Systems Development at the TRDI, told IHS Jane's in November 2011.


The MoD allocated JPY2.7 billion (USD26.5 million) for research on radar and fire control systems able to detect, track and respond to stealth aircraft in FY14.




Source : Jane's

TNI AD Segera Diperkuat 17 Helikopter Black Hawk Dan 3 Chinook

JAKARTA-(IDB) : Setelah membeli helikopter serang Apache, TNI Angkatan Darat berencana mengakusisi helikopter serbu Black Hawk buatan Sikorsky Aircraft dan Chinook Ch-47 yang dibuat Boeing Rotorcraft Systems dari Amerika Serikat.

Pembelian ini melalui skema kredit ekspor melalui Kementerian Pertahanan.

"Pembelian ini merupakan usulan TNI AD (berdasarkan surat KASAD No. B/455/II/2013)," tulis Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Andika Perkasa di Jakarta Selasa (15/4/2014).

Mantan Komandan Korem 023/Kawal Samudera Sibolga ini menambahkan, rencana membeli 2 tipe helikopter ini untuk menambah armada helikopter TNI AD yang masih dirasa kurang. Pembelian ini diperuntukkan pada perencanaan strategis atau Renstra 2015-2019.

"Rencana pembelian helikopter Chinook dan Black Hawk oleh Kementerian Pertahanan adalah Black Hawk sebanyak 17 unit dan Chinook 3 unit," ucap pria murah senyum itu.

Sikorsky UH-60 Black Hawk adalah helikopter serba guna angkut menengah bermesin ganda yang diproduksi oleh Sikorsky Aircraft. Helikopter yang terkenal dalam film "Black Hawk Down" ini dapat mengangkut 11 tentara atau 6 tandu.

Helikopter Black Hawk dapat juga dipersenjatai dengan 2 x GAU-19 gatling senjata, 70 mm (2,75 in) Hydra 70 roket dan AGM-114 Hellfire laser yang dipandu rudal. Dengan mesin 2 x General Electric T700-GE-701C turboshaft, helikopter Black Hawk dapat melaju dengan kecepatan maksimum 159 kt (183 mph, 295 km/jam).

Sedangkan, CH-47 Chinook adalah sebuah helikopter Amerika bermesin ganda, tandem rotor dan heavy-lift buatan Boeing Rotorcraft Systems. Helikopter Chinook dapat memuat 3 kru dan 33 hingga 55 tentara.

Dari data yang didapat, harga total kedua tipe helikopter Amerika Serikat itu berkisar Rp 3 triliun.




Sumber : SCTV

Lapan : Teknologi Roket Indonesia Jauh Di Bawah Negara Maju

YOGYAKARTA-(IDB) : Penguasaan teknoligi roket di Indonesia masih sangat jauh di bawah negara maju. Indonesia mestinya harus mampu mengembangkan teknologi tersebut secara mandiri.

Hal itu diungkapkan Ari Sugeng Budiyanta, Kepala Pusat Teknologi Penerbangan di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Selasa (15/04/2014).

Ari mengakui, teknologi roket tidak mudah untuk dikuasai, karena ilmunya rumit dan biayanya mahal. Selain itu, ilmu teknologinya sangat tertutup, tidak seperti teknologi penerbangan lain.

"Semakin rumit karena negara yang telah menguasai teknologi itu tidak mau begitu saja membagi ilmunya," ucapnya.

Menurutnya, untuk bisa memiliki teknologi roket yang mumpuni, Indonesia harus mampu bangkit dan mandiri, tentunya dengan ahli-ahli dari Indonesia.

"Negara maju tidak akan serta merta mau menyerahkan ilmu roketnya ke Indonesia begitu saja," katanya.

Ari memandang, teknologi roket sangat penting bagi negara manapun, tak terkecuali Indonesia. Sebab teknoligi ini memiliki banyak manfaat, seperti untuk kepentingan pertahanan negara dan untuk meluncurkan satelit komunikasi sipil.




Sumber : Kompas

Dibalik Proses Pembelian Kapal Bung Tomo Class

Bung Tomo class
JKGR-(IDB) : Betapa terkejutnya saya, ketika membaca sebuah email yang masuk dari sesorang yang pernah saya kenal dan begitu dekat ketika saya turut aktif dalam aksi pemuda dan mahasiswa untuk menyuarakan tuntutan reformasi pada 1998 dahulu. Dua puluh enam tahun, waktu yang cukup panjang untuk sebuah persahabatan.

Kala itu, ketika kelompok kami memilih untuk tetap berdiam dalam gedung MPR, waktu sudah menunjukan hampir jam 11 malam. Jakarta yang panas, sudah mulai terasa dingin. Sekelompok Marinir mendatangi kami. Mereka berseru; Indonesia..! Yang kami sambut dengan pekikan; Merdeka..! Seseorang yang paling senior kemudian menyapa kami dan menawarkan nasi bungkus dan teh panas. Meski perut saya tidak terlalu lapar, saya paksakan untuk menyantapnya agar tidak mengecewakan hati si pemberi. Kami bersila di atas lantai yang mulai terasa sangat dingin.

Disela-sela acara makan bersama, kami juga tidak lupa bertukar pikiran tentang harapan bangsa Indonesia di masa depan. Orang-orang marinir ini ternyata sangat menguasai tentang hukum, filsafat, ekonomi, seni dan budaya. Bahkan tak jarang merekalah yang memulai sebuah topik pembicaraan. Karena pemikiran kita connected, maka tak terasa waktu pun sudah berangsur menuju pagi. Akhirnya kami disarankan untuk beristirahat sebelum waktu subuh tiba.

Teman-teman saya langsung tertidur pulas, tapi sayang, mata ini susah terpejam. Pikiran saya menerawang kemana-mana, hingga akhirnya lamunan saya terhenti ketika seseorang menepuk bahu saya. Dia menyodorkan rokok, tapi saya tolak karena saya bukan perokok. Dia menyampaikan ketertarikannya pada gaya saya saat berdiskusi tadi. 

Dia meramalkan bahwa setelah aksi unjuk rasa berhenti, saya akan menduduki jabatan penting di salah satu instansi pemerintah. Saya menggeleng, berusaha untuk mengembalikan ramalannya. Jujur, saya gak pernah bercita-cita jadi pegawai negeri. Alasannya sangat sederhana, saya tidak punya pigur seorang PNS dalam keluarga besar kami. Jadi wajar dong jika saya menanggapinya dengan skeptis. 

Setelah itu, ia pamit untuk kembali ke pasukan sambil menyelipkan sehelai kartu nama saat kami bersalaman. Wow..! Ternyata dia punya posisi yang sangat bagus dalam kesatuan elit marinir kita. Hubungan kami masih terus berlanjut, meskipun akhirnya saya memutuskan untuk meninggalkan Indonesia saat aksi unjuk rasa telah menemui titik ujungnya.

Terima kasih dan selamat jalan pak ‘S’, semoga selamat sampai di Jakarta, dan berkumpul kembali bersama keluarga tercinta. Amien..! Jika nanti anda membaca JKGR dan menemukan topik yang mirip dengan apa yang baru saja kita bincangkan, maka pastinya sayalah yang memposting artikel itu. Hehehe..! Maaf jika saya lancang, habis anda keukeuh ngumpetin rahasia KS kita yang satu itu. Tenang, anggaplah saya sebagai teman yang suka usil. Sesuatu yang kita sepakati sebagai rahasia, saya akan tetap menjaganya, meskipun nyawa saya taruhannya. Baiklah, saya akan teriak, “Yes..! Kita sudah punya KS Kilo Klass..! Terima kasih pak, atas segala ‘hoaxnya’. Hehehe..! Mulai sekarang saya akan bisa tidur dengan tenang dan penuh bangga.

Tepat pada 5 April 2014 yang baru lalu, Kasal Dr. Marsetio telah meresmikan salah satu naval base paling canggih di Indonesia, yakni di teluk Palu. Beberapa kapal selam dengan nomor lambung 401 dan 402 yang kita miliki telah menjadi penghuni sarang hantu laut Indonesia paling dalam. Jalesveva Jayamahe. Kami bangga menjadi bagian dari NKRI. Apalah artinya angka? Hahaha..! Sebuah keputusan cerdas yang amat cerdik, dengan membiarkan angka itu tidak berkembang biak. Kapal selam bukanlah kapal yang dibangun untuk suguhan mata para military fansboy seperti saya. Identitas sejati sebuah kapal selam bukanlah terletak pada tulisan angka yang tertera pada dinding lambung kapal, tetapi ada pada sistem yang tertanam dalam kapal itu. Alasan nan sederhana tetapi mampu memenuhi prasyarat logika.

Teluk Palu. Pangkalan Kapal Selam TNI AL
Tahun ini, kita akan kedatangan begitu banyak alutsista canggih, yang bahkan saya sendiri tidak yakin bahwa barang itu akan bisa terpublish semuanya. Gak apa-apa, cukup telinga ini saja yang mendengarnya. Senang, tenang dan bangga luar biasa. Salah satu alutsista canggih yang paling gak sabar saya tunggu adalah fregate Bung Tomo Class atau Usman Harun. Sebelumnya, jujur saya agak khawatir dengan kemampuan kapal canggih ini. Namun sekarang kerisauan hati saya itu, musnah sudah. Isu instabilitas dan lemahnya sistem senjata, ternyata tidak separah yang kita kira.

Kapal ini bukanlah kapal sembarangan. Jika diibaratkan dengan mobil, maka kapal ini bukan sekedar mobil sedan, namun lebih dari itu, KRI Bung Tomo Class adalah sebuah kapal sekelas mobil sport Ferari atau Lamborghini, meskipun bukan sekelas mobil Bugati Veyron. Keengganan sang produsen untuk menciptakan fregate sekelas mobil Bugati Veyron, adalah alasan utama mengapa sang Sultan ingin melego kapal ini. Adalah US Navy yang tidak menghendaki kapal ini menyamai kemampuan kapal mereka. 

Sang Sultan murka, namun beruntung masih mampu mengambil sebuah keputusan dengan baik dan under control. Dia tawarkan barang itu pada Malaysia dan Vietnam, yang notabene adalah dua negara Asean yang sedang berkonflik di LCS, dengan harga sebesar total biaya yang telah dikeluarkan oleh sang Sultan untuk mengakuisisi barang itu. Selain harganya yang tergolong sangat mahal. Protes keberatan datang dari US dan Britain, karena mereka khawatir bahwa konflik LCS akan berubah menjadi sebuah arena pertempuran terbuka.

Kita tahu bahwa Malaysia dan Vietnam sama-sama sedang meningkatkan kemampuan sarana tempur lautnya di wilayah LCS. Pembelian Gowind class menjadi sebuah keputusan politis dan populis yang paling akhir. Mengapa TLDM menolak Sigma dan Meko? Alasannya adalah karena TLDM ingin menyelaraskan system yang ditawarkan Thales Perancis terhadap armada tempurnya dimasa yang akan datang. 

TLDM ingin total membangun sebuah armada perang lautnya dengan berkiblat pada Perancis. Selain itu, DCNS juga menawarkan sebuah status dan prestise bagi Malaysia sebagai user Gowind Class yang pertama, dan memberikan kesempatan pada perusahaan galangan kapal Malaysia untuk membangun Gowind Class yang memiliki DWT lebih besar dari Meko Class yang sudah ada dan juga lebih besar dari Sigma Class yang dipesan oleh TNI AL. Selain itu hangar helicopternya juga dirancang untuk mampu memuat UAV, RMN Super Lynx Mk300s, Fennec AS555s dan RMAF EC725 Cougars. Dan sebagaimana ukurannya yang lebih besar, kapal ini juga dikengkapi dengan VLS 16 cells.

Kembali pada kapal perang Bung Tomo Class. Mulai saat ini, marilah kita berhenti mempertanyakan kinerja intelejen kita. Karena nyatanya kapal ini bisa menjadi bagian dari TNI AL juga tak terlepas dari peran intelejen kita. Brunei adalah negara kecil di Asia Tenggara yang sangat diandalkan oleh militer US. Selain memiliki kondisi alam tropis yang sangat baik untuk dijadikan media latihan tentara US, Brunei juga merupakan salah satu sapi perahan Amerika. Tak sedikit perang yang dilakoni Amerika, mendapatkan sumber dana dari Brunei. 

Dalam peta militer US, Singapore dan Australia adalah pusat penempatan fasilitas perang mereka, sedangkan Philipine sebagai pusat pemukiman tentara dan Brunei menjadi wilayah refueling semua armada tempur US. Ketika Philipine memilih untuk beraliansi dengan Vietnam dalam menghadapi claim China di kepulauan Spratly, sejatinya Malaysia sudah mencoba mengajak Brunei untuk turut bergabung dengan armada tempurnya dengan dalih untuk menjaga stabilitas kawasan.

Selama ini, tentara Brunei memang telah biasa tergabung dalam militer Malaysia dalam setiap misi perdamaian di bawah naungan PBB. Namun kali ini, Brunei dengan tegas menolak, dengan alasan bahwa PBB belum turun tangan. Jika Brunei bersedia bergabung bersama Malaysia, maka Malaysia akan meminta kompensasi kapal Ragam Class tersebut untuk turut menjaga wilayah yang dipersengketakan. Untuk menjaga hubungan baik yang telah terjalin lama dengan Malaysia, maka Brunei memilih untuk melepas kapal ini pada Indonesia, yang di mata Brunei terlihat begitu netral, dan..! Konon pihak Brunei sangat sadar bahwa hanya Indonesia yang bisa menghadapi China. Karena itu pihak Brunei sangat menginginkan militer Indonesia lebih kuat. Selain itu juga, jika kapal tersebut menjadi milik Indonesia, gak akan ada tetangga yang berani macam-macam atas keputusan yang diambil sang Sultan.

Keyakinan Sultan sehingga menjadi seperti ini, tak lain adalah berkat peran intelejen, bukan peran dari seorang broker, apalagi pedagang kaki lima. Kali ini memori saya terbawa kembali pada kemampuan diplomasi pak ‘S’ ini, saat kami menikmati nasi bungkus di gedung DPR/MPR. Jangan-jangan, pak S inilah yang telah berhasil mempengaruhi para pejabat militer dan kesultanan Brunei. Semoga..!




Sumber : JKGR

PT. DI Targetkan Pengadaan Pesawat CN-235 MPA Malaysia

KUALA LUMPUR-(IDB) : Sebanyak 15 perusahaan strategis tanah air baik dari BUMN maupun swasta mengikuti Pameran Defence Service Asia (DSA) 2014 di PWTC, Kuala Lumpur, Malaysia. Salah satunya PT Dirgantara Indonesia, yang memamerkan pesawat-pesawat hasil kerjasama dengan Airbus Group maupun buatan tanah air.

"Kita memamerkan model CN-235, NC 212i dan N-219," tulis Teguh Graito Manajer Pemasaran PT. DI yang ikut dalam pameran tersebut melalui pesan singkat kepada Liputan6.com, Jakarta Selasa (15/04/2014).

Saat dihubungi terpisah, Adi Prasetyo, Manajer Markom PT Dirgantara Indonesia, berharap dengan kehadiran perusahaannya di pameran DSA bisa menunjukan kebangkitan industri strategis pertahanan Indonesia kepada dunia internasional.

Selain itu, dengan harga bersaing, produk dirgantara RI diharapkan bisa menembus pasar mancanegara, termasuk Malaysia sebagai penyelenggara pameran. Dia berharap Malaysia bakal membeli CN235 MPA milik RI.

"Dalam DSA 2014, tentunya PT. DI melakukan pendekatan untuk rencana TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia) yang berencana untuk pengadaan CN235 MPA hingga 4 unit. Dan, upgrading avionicsnya CN235 menjadi glass cockpit," Imbuh Adi.

Dalam pameran DSA delegasi Indonesia yang ikut serta terdiri dari 5 perusahan BUMN, PT Dahana, PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT LEN Industri, PT Dok Kodja Bahari. Sedangkan 10 lainnya merupakan perusahaan swasta yaitu PT Famatex, PT Lundin Industry Invest, PT Saba Wijaya Persada, PT Sari Bahari, PT Palindo Marine, PT Indo Guardika Cipta Kreasi, PT Infoglobal Teknologi Semesta, PT Garda Persada, dan PT Persada Aman Sentosa serta PT Daya Radar Utama.

Pameran DSA 2014 diselenggarakan selama 3 hari hingga dari tanggal 14-17 April dan diikuti sebanyak 1.000 perusahaan dari 50 negara. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsuddin.




Sumber : SCTV

Koran Rusia Sebut MH370 Dibajak Di Afghanistan

MOSCOW-(IDB) : Intelijen Rusia punya kabar mengejutkan di tengah proses pencarian pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 di perairan Samudera Hindia. MH370 diyakini sudah dibajak dan berada di Afghanistan. Seluruh penumpang selamat namun menjadi sandera.

Informasi ini dilansir Mirror.co, Minggu (13/4/2014) yang mengutip berita dari koran Rusia, Moskovsky Komsomolets.

Moskovsky Komsomolets menulis, MH370 sudah dibajak oleh teroris dan memaksa pesawat mendaratkan di sekitar Kandahar. Seluruh awak kapal dan penumpang, sebut intelijen masih hidup.

"Pilot tidak bersalah, pesawat itu dibajak oleh teroris yang belum teridentifikasi," tulis sumber koran tersebut sambil menyebut teroris dengan panggilan 'Hitch'.

Penumpang dibagi dalam tujuh kelompok. Mereka dipaksa tinggal digubuk lumpur dengan pasokan makanan yang sangat minim.

Penumpang dari Asia ditempatkan di sebuah bunker di Pakistan. Saat ini proses tawar menawar dengan pemerintah Amerika maupun China masih terjadi.

Berita ini sendiri belum dikonfirmasi dari pemerintah Malaysia atau China.

Sementara itu, operasi pencarian pesawat Malaysia Airlines sendiri masih terus dilanjutkan. Upaya pencarian melibatkan 14 kapal dan 10 pesawat dari berbagai negara.

Untuk pencarian hari ini akan difokuskan pada wilayah pencarian yang total mencapai sekitar 41.393 kilometer persegi. Pusat pencarian berada sekitar 2.331 kilometer barat laut Perth, Australia.




Sumber : Detik

Indonesia Equips Frigates, Corvette With Stealth Radars

KUALA LUMPUR-(IDB) : The Indonesian Navy (Tentera Nasional Indonesia - Angkatan Laut: TNI-AL) will equip a total of four Ahmad Yani (Van Speijk)-class guided missile frigates and one Kapitan Pattimura (Parchim I)-class corvette with low-probability-of-intercept (LPI) naval radars.

The radars will be built by Indonesian naval sensor manufacturer PT Infra RCS, company officials told IHS Jane's on 11 April.

The company describes its equipment, the IRCS LPI Radar, as a stealthy sea-based X-band (SBX) radar with frequency modulated continuous wave technology.

"It has a maximum power output of only 10 W, making it quiet and virtually invisible to radar warning receivers on enemy vessels", said Prihatno Susanto, Technical Advisor for the company. "This allows our warships to detect hostile surface combatants without being discovered".

The IRCS LPI Radar has an effective range of 24 n miles and is equipped with tracking software known as Maritime Tracking Aid that allows for automatic radar plotting aid functionality. The system's antenna rotates at 20 rpm and has a gain of about 30dB.

The radar is available as a stand-alone system but can also be integrated with a vessel's electronic chart display and information system (IRCS) and combat management system.

The vessels now equipped with the radar are the guided missile frigates KRI Ahmad Yani and KRI Abdul Halim Perdanakusuma. Both began upgrade works in December 2013. Undergoing the equipment fixture currently are similar vessels in class KRI Yos Sudarso, KRI Oswald Siahaan and the Kapitan Pattimura-class corvette KRI Sultan Taha.

Besides LPI naval radars, the company has also won a contract to equip Oswald Siahaan and Yos Sudarso with naval electronic support measures (ESM) systems that can detect electromagnetic emissions from electronic devices on enemy ships such as radar, communications equipment, jammers and missile targeting systems."

The IRCS ESM has electronic intelligence (ELINT) capabilities that can pick up signals emitted by hostile warships from up to 90 n miles away via a passive radar", said Susanto. "Once these electromagnetic emissions are detected, a computer software that comes with the system will be able to identify, classify and pin-point the exact location of the source for commanders to take action."

The company has indicated that it is currently embarking on an effort to market both systems internationally.




Source : Jane's

DSA 2014 : Details Of Indonesia's New Stealthy Missile Patrol Craft Revealed

KUALA LUMPUR-(IDB) : The Indonesian Navy's (TNI-AL's) new 63 m Klewang-class missile patrol craft will feature radar with wider coverage, missiles with longer range and a hull made from a new composite material.

The information was revealed by Peter Carlqvist, head of Saab Indonesia, in an interview with IHS Jane's at the DSA 2014 exhibition on 15 April. The company recently secured an exclusive agreement with Indonesian shipbuilder PT Lundin (North Sea Boats) to jointly build a replacement for the first-of-class KRI Klewang , which was destroyed in a September 2012 fire.

The wave-piercing trimaran will feature Saab's new Sea Giraffe 1X 3D compact radar that will be installed higher on the vessel's mast to increase coverage.




Source : Jane's

Su 24 Russia Terbang Rendah Di Atas USS Donald Cook

LAUT HITAM-(IDB) : Pesawat yang dilaporkan adalah Sukhoi Su-24 Fencer Angkatan Udara Rusia, terbang berulang selama 90 menit pada jarak sekitar 900 meter dari kapal perusak USS Donald Cook Angkatan Laut AS yang saat ini bertugas di Laut Hitam. Menurut AP, Fencer yang terbang dengan ketinggian sekitar 150 meter diatas permukaan laut dengan melewati USS Donald Cook pada hari Sabtu tersebut merupakan tindakan provokatif dan menunjukkan ketidakkonsistenan Rusia dengan perjanjian internasional.

USS Donald Cook, yang juga membawa helikopter itu telah bertugas di Laut Hitam sejak 10 April lalu, melakukan beberapa panggilan radio dan memberi peringatan kepada Fencer, yang diketahui tidak membawa senjata atau tidak mendatangkan bahaya bagi kapal perusak AS tersebut.

Yang juga perlu diperhatikan, kapal perang AS ini juga terus dibayangi oleh kapal perang Angkatan Laut Rusia, meskipun sebenarnya ini hanya operasi rutin yang dilakukan di perairan internasional timur dari Rumania.

Pertemuan yang dekat antara armada AS dan Rusia seperti ini juga sering terjadi berbagai laut di dunia. Beberapa tahun lalu, sepasang pesawat pembom Tu-95 Bear Rusia terbang cukup dekat dengan kapal induk AS USS Nimitz di Pasifik. Namun kejadian kali berbeda karena terjadi di Laut Hitam dan di tengah meningkatnya ketegangan setelah invasi Rusia di Krimea, tentu saja banyak analis yang mengasumsikannya berbeda.

Sukhoi Su-24 Fencer sendiri adalah pesawat serang berkecepatan supersonik yang dikembangkan pada era Uni Soviet. Sejak diproduksi mulai tahun tahun 1967 hingga tahun 1993, sudah sekitar 1.400 unit Su-24 Fencer yang dibuat. Saat ini Su-24 Fencer masih digunakan oleh beberapa negara seperti Aljazair, Iran, Kazakhstan, Syria, Ukraina, Sudan dan Rusia. Negara-negara yang tercatat pernah menggunakannya antara lain Angola, Azerbaijan, Irak, Libya, Belarus, Uzbekistan dan Uni Soviet. Pada tahun 2008, jumlah Fencer yang dimiliki Rusia adalah sebanyak 415 unit dan kemungkinan saat ini jumlah tersebut terus merosot mengingat usia pesawat ini sudah tidak lagi muda dan karena tergantikan oleh jet-jet tempur Sukhoi yang lebih modern.




Sumber : Artileri