Pages

Kamis, April 03, 2014

KASAL Resmi Tutup MNEK 2014

ANAMBAS-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio menutup latihan dengan nama sandi  Latihan bersama Multilateral Komodo 2014 di lapangan bola  Tarempa Kabupaten Kepulauan Anambas Propinsi Kepulauan Riau, Kamis  (3/4).

Dalam kesempatan tersebut  Kasal Laksamana TNI Dr Marsetio mengatakan latihan bersama dengan sandi Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 yang kita laksanakan saat ini mengambil tema “cooperation for stability” dengan menitikberatkan materi latihan pada aspek non warfighting dan fokus latihan pada disaster relief.

Lebih lanjut, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) mengatakan  tujuan dan sasaran pelaksanaan latihan bersama xMultilateral  Komodo 2014 mempunyai dimensi kepentingan nasional, regional dan internasional antara lain  meningkatkan hubungan antar negara-negara Asean pada khususnya dan negara non Asean pada umumnya serta meningkatkan stabilitas keamanan maritim kawasan.

Selain itu meningkatkan kemampuan (capacity building) tim penanggulangan bencana Indonesia terutama TNI Angkatan Laut, dalam konteks operasi secara multilateral. Lebih lanjut dapat memberikan rekomendasi dan masukan strategis bagi kerja sama asean regional forum (arf) dalam penanggulangan bencana di wilayah regional dan menfasilitasi keselarasan berbagai protokol nasional, regional dan internasional dalam penanggulangan bencana. Selain itu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi sosial internasional dan kerja sama prajurit TNI Angkatan Laut dengan negara Asean dan Asean plus.

Kegiatan latihan bersama Multilateral Komodo 2014 telah dilaksanakan dengan berbagai rangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan bersama,  baik di Batam pada saat harbor phase 29 - 30 maret 2014 maupun sea phase dan civic mission di Anambas dan Natuna.

Kegiatan yang telah dilaksanakan pada saat harbor phase meliputi  table top exercise (ttx), command post exercise (cpx) meliputi presail brief dan tactical floor game (tfg). Pada saat yang sama, dalam rangka mempererat persahabatan dan persaudaraan antar Angkatan Laut, dilaksanakan kegiatan xxpendamping/maritime hospitality berupa kegiatan sport, triathlon, fun bike, panggung prajurit, battle chefs dan maritime festival.

Sedangkan pada tahap sea phase atau field training exercise (ftx) tanggal 31 Maret – 1 April 2014 di wilayah perairan yurisdiksi Indonesia Kepulauan Anambas dan Natuna, termasuk di 1 lokasi Platform Anoa telah dilaksanakan  berbagai serial latihan oleh kapal-kapal dan personel negara peserta.

Lebih lanjut Kasal menyampaikan pada tahapan terakhir berupa civic mission telah dilaksanakan KegiatanxxEngineering Civic Action Project (ENCAP) dan Medical Civic Action Project (MEDCAP) yang diselenggarakan di daerah Jemaja, Tarempa dan Sabang Mawang.


Kasal Laksamana TNI Dr Marsetio menyampaikan semua tahapan kegiatan tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancar, untuk itu atas nama negara, pemimpin TNI dan TNI Angkatan Laut saya menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh peserta latihan khususnya saudara-saudara   kita peserta dari negara-negara sahabat atas segala partisipasinya dalam latihan bersama ini.

Selain itu, menyampaikan ucapan terima kasih juga kepada pejabat pemerintah daerah kota Batam, kepulauan Anambas, kepulauan Natuna, aparat TNI/Polri, dan seluruh masyarakat serta pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan secara moril maupun materiil sehingga latihan ini dapat berjalan dengan aman, lancar dan sukses.

Dalam acara penutupan tersebut ditandatangani prasasti Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 ENCAP dan MENCAP Anambas oleh Kasal Laksamana  TNI Dr Marsetio dan Prasasti kedua Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 ENCAP dan MENCAP Anambas yang ditandatangani oleh perwakilan dari Angkatan Laut  Singapura, India, Singapura, Korea selatan, Thailand, USA  dan Bupati kepulauan Anambas Drs T Mokhtaruddin di Tarempa.

Kegiatan rangkaian penutupan latihan bersama Multilateral Komodo 2014 yang digelar di Natuna secara bersamaan ditutup  oleh Pangarmabar Laksamana Muda TNI Arief Rudianto,S.E dan di Pulau Jemaja ditutup oleh Komandan Guskamlaarmabar Laksamana Pertama TNI Harjo Susmoro, S.Sos.,M.H.,

Dalam kegiatan penutupan tersebut dihadiri Bupati Anambas Drs T Mukhtaruddin dan pejabat Muspida Kabupaten Kepulauan Anambas . Selain itu dihadiri perwakilan delegasi yang mengikuti upacara penutupan Latma Multilateral Komodo 2014 di kepulauan Anambas antara lain perwakilan Angkatan Laut Singapura dari RSS Resolusion, India  INS Sukanya, Philipina BRP  Greorio Del Pilar, Thailand HTMS Narathwat dan Brunei Darussalam  KDB  Darulehsan.




Sumber : Koarmabar

TNI Worries Over Asia Arms Race, Territorial Tensions

JAKARTA-(IDB) : Indonesia’s military (TNI) is concerned that a rebalancing of power in the Asia-Pacific is driving an arms race in the region and that increasingly touchy territorial disputes could trigger conflict, the armed forces chief said.

In an interview with Reuters, military commander Moeldoko did not single out China for criticism, but his comments are the latest from regional officials that suggest there are growing fears over China’s assertiveness and military modernization.


“We are definitely worried because there is a trend happening in the region right now and that is an arms race, between ASEAN [the Association of Southeast Asian Nations] countries themselves and between major powers,” he said late on Wednesday.


According to IHS Jane’s, a defense publisher, the Asia-Pacific region is the only part of the world to see military spending grow steadily since 2008.


China is believed to have more than quadrupled its military spending since 2000 and by 2015 is expected to be outspending Britain, France and Germany combined. Even with Chinese spending stripped out, the rest of the Asia-Pacific region is seen overtaking the whole of Western Europe by the same date.


Moeldoko said it was important that what he called a rebalancing of power in Asia as well as efforts by the United States to step up its military presence in the region did not create “provocations.”


He also said the Indonesian military was constantly assessing the risk to the country’s oil- and gas-rich Natuna Islands close to an area of the South China Sea claimed by Beijing but insisted that Jakarta remained neutral in the conflicting claims over sovereignty in the region.


“We always need to evaluate the forces that are deployed in and around the Natuna region. We have to consider any spillover that emerges which we will have to deal with,” he said.


The Natuna Islands lie close to China’s so-called nine-dash-line, which Beijing uses on its official maps to display its claim to 90 percent of the South China Sea. The Philippines, Vietnam, Malaysia, Brunei and Taiwan also claim parts of the potentially resource rich waters.


Indonesia has long played a neutral role and sought to mediate in the disputes, although it has openly criticized China’s hard-nosed approach for inflaming regional tension.


China’s Foreign Ministry issued a statement on Wednesday saying Beijing had no dispute with Jakarta over the Natuna Islands in response to some reports that a row might be brewing.


Crystal Clear


That was a view backed by Indonesian Foreign Minister Marty Natalegawa.


“It must be made crystal clear that between Indonesia and China there are no outstanding or overlapping maritime territorial disputes,” he told Reuters on Thursday.


However, Indonesia has been asking for clarification through the United Nations since 2010 of the legal basis for China’s nine-dash line, a set of dashes on Chinese maps that stretch deep into the heart of maritime Southeast Asia.


Natalegawa said Indonesia had “inferred” from China that the line did not cross Indonesian territory.


The 56-year-old Moeldoko, named armed forces chief last August, went to Beijing in February for talks with China’s military.


“We’re not focused particularly on China’s developments but we see there is a dispute in that region. And from that dispute we should anticipate or look at the future prospects in the region, and that is a part of our calculations.


“I explained [to my Chinese counterpart] that we are a sovereign country, we will protect our territory, and we will do whatever is necessary to protect our sovereignty. They understand that,” he said.




Source : JakartaGlobe

Komodo 2014 Naval Exercises Prove Beneficial For Russia

NATUNA-(IDB) : The 2014 Komodo multilateral naval exercises of 17 countries that are drawing to a close in Indonesian waters have been very useful to Russia, Mikhail Galuzin, the country’s envoy to Indonesia told RIA Novosti on Wednesday.

“The exercise not only allowed Russia to practice cooperation with other participants but, just as important, contributed to a better mutual understanding between sailors from different countries,” Galuzin said.

Russia brought the largest squadron of naval ships to the exercises, including the Marshal Shaposhnikov, Irkut tanker and Alatau service ship.

“This indicates Russia’s particular interest in questions concerning the development of multilateral cooperation in the Pacific Rim, aimed at the promotion of security and stability in the region,” Galuzin said.

Other participants in the joint exercises include Australia, Brunei, Vietnam, India, Cambodia, China, Laos, Malaysia, Myanmar, New Zealand, Singapore, Thailand, Philippines, South Korea and Japan.

The excercises part of Komodo 2014 simulate disaster-relief maneuvers. They mark the first time all major Asia-Pacific countries have gathered together in an effort to enhance cooperation. The exercise kicked off in Indonesia on March 28 and will last until April 3.

Ships from the 17 countries took part in search and rescue operations, practiced first aid measures and the evacuation of people from disaster areas.

The Komodo 2014 closing ceremony is due to take place on Natuna Island on Thursday.




Source : Defencetalk

Dua Kapal RS Terlibat Latma Di Natuna Dan Anambas

NATUNA-(IDB) : Dua kapal rumah sakit dilibatkan dalam latihan bersama Latma Multilateral Komodo 2014 yang berlangsung mulai tanggal 29 Maret 2014 dalam  kegiatan Medcap di Natuna dan Anambas.

Untuk kegiatan pelayanan kesehatan, TNI AL mengerahkan   kapal rumah sakit KRI Suharso-990 telah berada di lokasi sasaran pelayanan kesehatan dan kapal Landing Ship tank (LST)  KRI  Teluk Banten-516 yang mengangkut 2 Kontainer medis saat ini sudah bergiat di Natuna dan Anambas.

Kapal rumah sakit dari negara peserta Latma Multilateral Komodo 2014 berasal dari Vietnam yaitu kapal perang Khanh Hoa HQ 561 diawaki 100 personel.

Dalam kegiatan pelayanan kesehatan akan bergabung dengan Satuan Tugas medcap dengan jumah personel kurang lebih 400 personel paramedis dan tenaga medis.Dalam pelaksanaan Satgas Medcap tersebut dilibatkan tenaga medis dan paramedis lebih dari 400 personel yang terdiri dari personel TNI AL 324 personel, 5 personel TNI AD dan TNI AU 5 personel dan tenaga medis dari luar sebanyak 17 orang dan siswa Akper hangtuah sebanyak 22 siswa.
 

Personel satgas Medcap tersebut tersebar di kabupaten Anambas dengan kegiatan di Tarempa, Matak, Jemaja dan Memperuk. Selain itu melaksanakan pelayanan kesehatan di kabupaten Natuna diantaranya di  Pulau Laut, Sedanau, Sebang Mawang dan Bunguran Besar.

Dalam kegiatan ini personel dari kapal perang negara peserta yang akan terlibat di Pulau Jemaja diantaranya dari Thailand 5 personel, India 5 personel, Brunai Darussslam 5 personel, Singapura 12 personel dan 3 personel dari Amerika, Sedangkan di Matak dilibatkan 3 personel dari Amerika, dan 30 personel dari kapal perang China dan Malaysia sejumlah 14 personel.




Untuk kegiatan di Ranai dilibatkan Philipina sejumlah 3 personel, Rusia 3 personel dan Vietnam 10 personel dalam kegiatan satuan tugas di gelar di Anambas dan Natuna.

Kegiatan Medcap selain dilaksanakan posko pelayanan kesehatan yang di buka di darat, untuk kegiatan yang memerlukan tindakan medis operasi dan pelayanan inap akan dilaksanakan di kontainer medis dan KRI Soeharso-990.




Sumber : Poskota

TNI Akan Beli Radar Udara Baru

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan berencana akan membeli sejumlah radar udara militer untuk menambah alat utama sistem persenjataan yang sudah dimiliki Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara saat ini. "Iya kami berencana beli 'ground control interceptor radar'," kata Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Rachmad Lubis, kepada wartawan di kantor Kementerian Pertahanan, jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Rabu, 2 April 2014.
 

Rachmad bersama beberapa pejabat yaitu Asisten Perencanaan Panglima TNI, Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Darat, Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Laut, Asisten Perencanaan Kepala Staf Angkatan Udara, dan Asisten Perencanaan Kapolri membahas penyusunan rencana induk pembelian alat utama sistem persenjataan TNI dan Polri untuk tahun 2015-2029. Turut hadir, pada direktur utama perusahaan alat utama sisten persenjataan (alutsista) dalam negeri seperti PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, PT PAL, PT LEN, dan lainnya.
 
Sesuai permintaan Angkatan Udara, Kementerian Pertahanan akan membeli empat sampai enam buah radar udara. Namun, Rachmad masih merahasiakan betul detail radar tersebut seperti harga dan spesifikasi kemampuan. "Kapan belinya pun juga masih dalam proses panjang," kata Rachmad.
 

Rachmad berharap kehadiran radar-radar baru tersebut bisa meningkatkan pemantauan wilayah udara nasional. Menurut dia, saat ini kemampuan pemantauan radar udara sudah cukup baik. Sebab, TNI Angkatan Udara telah berkoordinasi dengan radar udara sipil dari beberapa bandar udara. "Tetapi akan lebih baik kalau radarnya ditambah," kata dia.
 

Saat disinggung soal produsen radar tersebut, Rachmad belum mau menjawab. Menurut dia, TNI AU sebagai pihak pemohon penambahan radar tak menunjuk produsen tertentu. "Yang penting, mereka sudah sampaikan kemampuan jangkauan radarnya," kata dia.
 

Namun, berdasar Undang-Undang nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Strategis, harus ada perusahaan dalam negeri yang dilibatkan dalam pembuatan alutsista yang hendak dibeli. Tapi,  untuk radar berkualitas tinggi, produsen industri pertahanan lokal belum bisa berbuat banyak. Walhasil. hampir bisa dipastikan radar baru untuk TNI AU bakal dipesan dari produsen luar negeri.
 

"Tapi, kami minta PT LEN (sebagai perwakilan BUMN) dan PT CMI (sebagai perwakilan swasta) harus berkoordinasi untuk proses belajar dan alih teknologi," kata Rachmad.



Sumber : Tempo

Myanmar Quietly Finishing 2nd Stealth Frigate

MYANMAR-(IDB) : The information of Myanmar is part of confidential, but recent Chinese press has officially announced the first photo related to building projects frigate hull number F-14 of Myanmar Navy with active support from the Chinese.

CNJ newspaper said, the frigate was placed No. F-14 is being finalized and the final finishing stage before being officially launched.

The newspaper also said that China, the frigate F-14 is made with technology equivalent of the F-12 Kyansittha was launched in late 2012.

Accordingly, this ship is applied the stealth technology in its design, the superstructure of the ship and helicopter hangar behind.





On the strength of power, the vessels equipped with super rapid gun Oto Melara 76mm of French, four 30mm cannon with a rapid-fire, and anti-ship missile C-802 produced by China.

Pictures of the F-14 is being completed building at the shipyard Sinmalaike.

Chinamil of China said that with the emergence of this class frigate, the strength of the Myanmar navy will significantly improve and become a new force in Southeast Asia.

It is expected that the vessel will be officially launched next month.




After has been launched, the F-12 Kyansittha was deployed  with radar installations, weapons and completing a testing process.
 
Chinese media focusing especially on the cooperation of defense technology with Myanmar and confirms the partnership will help ensure that Myanmar could produce the modern military weaponry to meet the current requirements.




Sumber : Baomoi

Dua Satelit 100% Made In Indonesia Diluncurkan Tahun 2015

JAKARTA-(IDB) : Indonesia selama ini belum mampu membuat dan meluncurkan satelit sendiri. Satelit di Indonesia masih dibuat negara lain. Tahun depan, Indonesia berambisi meluncurkan 2 satelit buatan anak bangsa sendiri.

"Kita harus membangun satelit kita sendiri dan tidak tergantung dengan teknologi luar, ini yang harus kita lalui lewat percepatan teknologi satelit, agar kita bisa mengoperasikan satelit yang kita bangun sendiri," kata Sekretaris Kemenristek Hari Purwanto, di Gedung BPPT, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (2/4/2014).

Menanggapi permasalahan tersebut, Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) berusaha mandiri, dengan berupaya membangun sinergi antara seluruh komponen pengguna dan penyedia teknologi sistem satelit penginderaan jarak jauh (inderaja) melalui konsorsium nasional melalui tiga Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK). 3 LPNK itu yakni Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Informasi Geospasial (BIG).

Sementara Kepala Lapan Thomas Djamaluddin menjelaskan dalam UU no 21 tahun 2013 diamanatkan untuk membuat rencana induk keantariksaan selama 25 tahun dan hal itu tengah disusun. Salah satu impiannya yaitu, memiliki satelit komunikasi dan penginderaan jauh sendiri di luar satelit yang ada saat ini.

"Dengan memiliki satelit sendiri, kita bisa menjadi negara yang mandiri dan punya daya saing, banyak aspek kalau tetap bergantung dengan bangsa luar, seolah-olah kita ditelanjangi." jelas Thomas.

Thomas menekankan, pada dasarnya Indonesia sudah bisa membuat satelit sendiri yaitu satelit mikro, contohnya satelit Lapan A1 yang telah beroperasi selama 7 tahun. Satelit itu dibuat oleh tangan-tangan putra Indonesia namun dirakit dan di bawah pengawasan ahli di Jerman.

"Satelit Lapan A1 itu buatan Indonesia, termasuk semua alat-alatnya tapi dirakit di Jerman. Orang-orang kita diarahkan membuat satelit, dilatih dan diarahkan membuat satelit dengan buaya Indonesia, pelatihnya juga dibayar," tutur Thomas.

Satelit Lapan A1 itu diluncurkan dari Pusat Stasiun Luar Angkasa Sriharikota, India tahun 2007 dan kini telah mengorbit di ketinggian 630 km dari permukaan Bumi. Posisi orbitnya di dekat kutub selatan.

"Lapan A1 merupakan satelit eksperimen pemantauan Bumi dengan keistimewaan menggunakan video yang bisa dikendalikan. Bila kita mengarahkan satu obyek di Bumi, bisa mengendalikan satelit itu," papar Thomas.

Karena masa ekonomis satelit Lapan A1 sudah habis, Lapan didukung Kemenristek akan meluncurkan dua satelit lagi tahun 2015. Tak seperti Lapan A1 yang dirakit putra bangsa di Jerman di bawah pengawasan ahli dari negeri yang dipimpin kanselir Angela Merkel itu, dua satelit ini murni dibuat tangan putra bangsa plus dirakit di Indonesia sendiri.

Satelit itu dinamakan Lapan A2 dan Lapan A3. Lapan A2, diberi muatan transmitter radio amatir, kerjasama Lapan dengan Organisasi Radio Amatir Indonesia (Orari) dan dimaksudkan untuk membantu penanganan daerah bencana. Sedangkan Lapan A3 adalah kerjasama Lapan dengan IPB, dimaksudkan untuk memantau potensi-potensi pertanian.

"Lapan A2 sekarang sedang disimpan di Ranca Bungur Bogor, Pusat Teknologi Satelit, yang kita targetkan meluncur pertengahan tahun depan. Kita juga membuat Lapan A3, sekarang dalam tahap pengujian dan pengintegrasian. Lapan A3 diharapkan juga tahun depan diluncurkan," kata dia.

Kedua satelit itu, Lapan A2 dan Lapan A3, seperti 'saudara tua'nya diluncurkan dari Pusat Stasiun Luar Angkasa Sriharikota, India. Kali ini, kedua satelit akan diorbitkan mendekati garis ekuator. Kedua satelit itu beratnya 54 kg.

"Lapan A2, sama buatan Indonesia dengan Lapan A1 tapi beda orbit. Kalau Lapan A2 orbitnya mendekati ekuator, kalau Lapan A1 orbitnya mendekati orbit polar (kutub). Satelit Lapan A2 sudah siap, tinggal menunggu diluncurkan," jelas Thomas.

Buat Dua Satelit 100% Indonesia, Kemenristek Rogoh Kocek Rp 3 T

Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) serta tiga Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) hendak meluncurkan dua satelit yang murni buatan Indonesia. Total biaya yang dikeluarkan untuk perjuangan mewujudkan satelit sendiri itu mencapai Rp 3 triliun.

"Sulit untuk memperkirakan berapa biaya pembuatannya (satelit), namun diperkirakan biaya mencapai hingga Rp 2-3 triliun. Dana tersebut belum fasilitas pendukung," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, di Gedung BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (2/4/2014).

Thomas menjelaskan dana pembuatan satelit itu berasal dari APBN dengan sistem tahun jamak (multiyears). Ada pula dana pihak swasta.

"Ya tentu ada juga masuk dalam dana APBN, ini bukan program 1 sampai 2 tahun, tapi jangka panjang dan dianggarkan setiap tahun sesuai tahapan-tahapannya," jelasnya.

Deputi TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Ridwan Djamaluddin membenarkan kisaran biaya pembuatan satelit yang mencapai Rp 2-3 triliun. "Biaya itu masih gambaran umum, kalau kita membuat sendiri, lebih dari itu," jelas Ridwan.

Ridwan menekankan, kebutuhan satelit di Indonesia tidak perlu dipertanyakan lagi. Demi terciptanya ketahanan negara pengoperasian satelit buatan sendiri harus segera dilaksanakan.

"BPPT sudah siap dengan SDM-nya, kami siap melakukan dukungan teknologi, infrastruktur dan program-programnya. Kalau kita tidak menguasai (satelit) kita akan kehilangan akses terhadap apa yang kita miliki. Demi segi keamanan data dan komunikasi, kita harus membuat satelit sendiri dan jangan tergantung dengan satelit dari luar," tegas dia

Sebelumnya diberitakan bahwa Kemenristek bekerja sama dengan 3 Lembaga Pemerintah Non Kementrian (LPNK). 3 LPNK itu yakni Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Informasi Geospasial (BIG) akan meluncurkan dua satelit yang 100 persen buatan Indonesia tahun 2015.

Indonesia Bangun Bandara Antariksa Nasional

Selama ini peluncuran satelit milik Indonesia selalu dilakukan di stasiun luar angkasa negara lain. Kini selain membuat satelit sendiri, Indonesia ingin selangkah lebih maju: bermimpi memiliki stasiun luar angkasa sendiri. Di mana lokasinya?

"Untuk bandara antariksa, posisi Indonesia di khatulistiwa, peluncuran roket nantinya di wilayah ekuator karena cenderung lebih murah. Daerah yang sedekat-dekatnya dengan ekuator yaitu Biak dan Morotai," demikian diungkapkan Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, di Gedung BPPT, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu (2/4/2014).

Dari survei yang dilakukan, Biak dipertimbangkan karena tanahnya cukup lapang. Sedangkan Morotai dipertimbangkan karena tanahnya milik pemda setempat. Pemilihan lokasi untuk stasiun luar angkasa itu, imbuhnya, selain mempertimbangkan aspek teknis juga mempertimbangkan aspek sosial, budaya dan lingkungan di sekitar, termasuk warganya.

"Ini yang harus dikaji, termasuk kesiapan-kesiapan lainnya," imbuhnya.

Namun, Thomas mengisyaratkan bahwa untuk mewujudkan bandara antariksa ini masih jauh. "Tapi entah kapan diwujudkan. Kita bercita-cita Indonesia punya bandar antariksa, rencana ke depan," tandas dia.

Satelit yang akan diluncurkan tahun 2015, yakni Lapan A2 dan Lapan A3, rencananya diluncurkan di Stasiun Luar Angkasa Sriharikota, India.




Sumber : Detik

Selain Kapal Selam Changbogo, Indonesia Kembangkan Kapal Selam Mini

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan menilai, untuk membangun kekuatan minimum, TNI AL membutuhkan minimal 12 kapal selam. Saat ini TNI AL telah memesan 3 kapal selam Changbogo, termasuk kerja sama Transfer of Technology (ToT) bersama Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME) dengan PT PAL Indonesia.

Dalam kerja sama tersebut, 2 kapal selam dengan model DSME 209 itu akan dikerjakan di Korea Selatan dan yang terakhir dikerjakan di Indonesia. Kemenhan yakin tim yang diberangkatkan untuk berlajar di Korea Selatan akan berhasil menerapkannya di Tanah Air.

Kepala Badan Sarana dan Pertahanan Kementerian Pertahanan (Kabaranahan Kemhan) Laksamana Muda Rachmad Lubis berharap perekonomian di Indonesia semakin membaik. Diharapkan tahun 2029, kebutuhan minimum kekuatan bisa terpenuhi.

"Tahap pertama kita coba adakan 3 unit sekitar US$ 1,08 miliar, waktunya tak kurang ketiganya butuh 7 tahun. Kita harapkan di akhir 2024-2029 kalau ekonomi terus membaik. Diharapkan 12 kapal selam dipenuhi," ucap Rachmad usai mengikuti rapat Rencana Induk Pemenuhan Alpalhankam di Gedung Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (02/04/2014).

Selain itu, tambah Rachmad, melihat wilayah laut Indonesia yang 50 persen mempunyai kedalam rata-rata di bawah 100 meter, Indonesia juga memerlukan kapal selam kecil (midget). Untuk memenuhi kapal selam kecil, tim dari BPPT dan Dislitbang TNI AL telah mengembangkannya sejak 2007 silam.

"Midget itu kapal selam mini memang perlu. Tapi perairan kita konturnya macam-macam. Kalau laut dalam butuh besar, sedang ya sedang, kalau dangkal ya butuh midget," imbuh jenderal bintang dua ini.

Ada dua tipe yang dikembangkan yaitu midget dengan panjang berbobot 133 ton dengan panjang 22 meter dan panjang 15 meter. Pengembangan masih dilakukan di Laboratorium Hidrodinamik di Surabaya, Jawa Timur, melalui program riset insentif nasional (Insinas).

"Itu tetap kita jaga pengembangan desain tapi belum masuk produksi (massal), baru desain," kata Rachmad.




Sumber : SCTV

Bagian Dari Agenda Latihan MNEK 2014

Tim Solvage Dari Korea Selatan Terlibat Latihan Multilateral Komodo 2014

Tim Solvage dari Korea Selatan saat beraksi melaksanakan latihan penyelaman dan penambalan dinding kapal perang TNI AL yang mengalami kebocoran di laut perairan Natuna dalam kegiatan latma Multilateral naval exercise Komodo 2014 di perairan Natuna (2/4).

Tim Nubika Dengan Heli HU 419 Medical Evakuasi di Platform Anoa Natuna

Tim Nubika dari kesatuan TNI AD yang tergabung dalam latihan bersama Multilateral  Naval Excercise Komodo 2014 diangkut dengan pesawat heli TNI AL HU 419 dari KRI Makasar-590 saat lintas laut kurang lebih 60 mil dari  pengeboran Minyak lepas pantai  platform Anoa di Perairan Natuna (2/4).
 
Latihan medical evakuasi tersebut dilaksanakan guna melakukan pertolongan terhadap korban yang berada di  pengeboran minyak lepas pantai  yang meledak dan menimbulkan kornban jiwa. Kecelakaan tersebut disimulasikan terjadi di pengeboran minyak lepas pantai platform Anoa yang berada di Natuna sebagai daerah manuver lapangan Latma Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 yang sedang melaksanakan tahap serial latihan medical evakuasi.
 
Latihan medical evakusi tersebut dilaksanakan dengan mengerahkan tim Nubika kompi Zeni dari TNI AD yang diangkut helli TNI AL HU 419 sebanyak 3  penerbangan untuk melaksanakan evakuasi medis terhadap korban.
 
Dalam pelaksanaan tim terbagi dalam 3 tugas meliputi personel penyelidik, evakuasi dan tim dekontiminasi (penetralisiran zat radiasi beracun) secara langsung melaksanakan dalam melaksanakan kegiatan.

Selanjutnya tim nubika  melaksanakan evakusi terhadap korban menggunakan helli TNI AL diangkut ke KRI  Makasar-590 untuk dilaksanakan tindakan penanganan medis oleh dokter dari kesehatan yang terlibat latihan.

Kapal Perang TNI AL Dan Kapal Perang Negara Peserta Latihan Peran Kebakaran

Manuver lapangan kapal perang TNI Angkatan Laut lebih dari 15  kapal perang dan 14 kapal perang negara peserta Latma  Multilateral Exercise Komodo 2014  terbagi dalam tiga unsur tugas Devisi platform, devisi Anambas dan devisi Natuna melaksanakan peran–peran diantaranya peran kebakaran di salah satu kapal peserta devisi platform di perairan Natuna (2/4).
 
Dalam latihan tersebut disimulasikan salah satu unsur KRI terjadi kebakaran dan ledakan di haluan kapal perang yang disimulasikan terjadi di KRI Makasar-590.

Peran kebakaran di KRI diaksi oleh tim PEK dengan melaksanakan pemadaman namun   tidak berhasil memadamkan kobaran api di kapal dan terjadi ledakan dengan api semakin membesar dan Tim PEK KRI Makasar-590 tidak berhasil memadamkan dan meminta bantuan kapal lainnya yang tergabung dalam latihan multilateral Naval Eksercise Komodo 2014.

Bantuan pemadaman dilaksanakan kapal  dari KPLP diantaranya KN Sarotama dan KN Jadayat  yang turut serta dalam latihan melaksanakan peran kebakaran.  Akibat adanya ledakan yang terjadi di lambung kapal, dan selanjutnya  terjadi kebocoran di kapal perang dilanjutkan dengan aksi penambalan yang dilakukan oleh tim Solvage dari personel Korea Selatan yang terlibat dalam latihan Multilateral.

Selanjutnya tim Solvage Korea dengan menggunakan dua buah perahu karet yang diterjunkan dari kapal perang peserta latihan multilateral melaksanakan bantuan penambalan di dinding kapal dengan dilengkapi peralatan selam melaksanakan aksi  penambalan di dinding KRI Makasar-590.




Sumber : Koarmabar

Danguspurlatim Dampingi Pangarmatim Hadiri Acara IONS 2014

PERTH-(IDB) : Komandan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Timur (Danguspurlatim) Laksamana Pertama TNI Aan Kurnia, S.Sos., mendampingi Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum., menghadiri acara Indian Ocean Naval Symposium (IONS ) 2014 dan Conclave Of Chiefs di Perth, Western Australia, Jum’at (28/03).

Acara IONS 2014 diselenggarakan selama tiga hari mulai tanggal 25 sampai dengan 28 Maret 2014 di Perth Australia. Kegiatan ini dihadiri 36 negara. Dari jumlah tersebut  Chief of Navy yang hadir sebanyak 12 Negara, yaitu Australia, Bangladesh, Comoros, Mesir, Pakistan, Srilangka, Tanzania, United Arab Emirat, Brazil, Peru, Namibia dan Afrika Selatan.

Secara Garis besar kegiatan IONS 2014 ini dilaksanakan dalam beberapa kegiatan, antara lain : Seminar, Bilateral Meeting dan Rapat Tertutup (Conclave) anggota IONS. Pelaksanaan tanggal 25 - 28 Maret 2014. Tempat di Hotel Crown, Perth, West Australia

Upacara Pembukaan IONS 2014 dibuka oleh Honourable Darren Chester, Sekretaris Parlemen untuk Ministry of Defense kemudian dilanjutkan dengan penyampaian tugas dan pelaksanaan kegiatan IONS yang disampaikan oleh Outgoing Chair yaitu Kasal Afrika Selatan VADM MS. Hlongwane, SAN.

Pertemuan dilaksanakan dengan hangat dan bersahabat,  Pangarmatim menyampaikan permohonan maaf bahwa Kepala Staf TNI AL tidak dapat menghadiri kegiatan IONS, CN RAN juga menyampaikan bahwa beliau sepenuhnya memahami hal ini dan sangat senang dan sangat menghargai bahwa TNI AL mengirimkan delegasinya pada kegiatan IONS ini.

Dalam kesempatan tersebut, Pangarmatim juga menjelaskan tentang rencana pengembangan Organisasi Armada TNI AL ke depan serta pelaksanaan Multilateral Exercise Komodo yang juga diikuti oleh unsur RAN.




Sumber : Koarmatim

Asintel Guspurlatim Tinjau Posal Pulau Sebatik

SEBATIK-(IDB) : Asintel Gugus Tempur Laut Koarmatim (Guspurlatim) Kolonel Laut (P) Joni Sudianto didampingi Komandan KRI Karel Satsuitubun (KST) 356 Letkol Laut (P) Rudhi Aviantara dan perwira staf.  melaksanakan kunjungan ke Pos-Pos milik TNI AL yang berada di Perbatasan Pulau Sebatik. 

 Diantaranya Posal Sei Pancang, Satrad Sei Pancang, Patok Timur,  Pos Marinir Sei Pancang,  Pos Marinir Sei Bajo dan Pos Kotis Satgas Marinir  Ambalat. Kunjungan tersebut di sambut Komandan Kompi Satgas Marinir XVII Kapten (MAR) Achmad Fauzi,  Komandan Posal Sei Pancang Letda Laut (PM) Zaelani dan Komandan Posal Sei Nyamuk Letda Laut (E) Zanadi, Senin (1/4).

Dalam Kunjungan ini, Dankie Satgasmar XVII, Komandan Posal Sei Pancang dan Komandan Sei Nyamuk memberikan paparan terkait dengan Tugas Pokok dari masing-masing Posal, menjelaskan beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan serta menyampaikan masalah dan kendala-kendala yang dialami selama di lapangan. 

Setelah menerima paparan dan melaksanakan peninjauan.  Asintel Guspurlatim memberikan pengarahan kepada kepada seluruh prajurit, baik dari Satgasmar XVII maupun dari Posal agar senantiasa tetap bersemangat dalam melaksanakan penugasan didaerah perbatasan.

“Tingkatkan lagi kewaspadaan, jaga kekompakan dan segera melaporkan kepada komando atas apabila menemukan kejadian-kejadian yang menonjol dilapangan serta tetap menjaga situasi yang kondusif,”katanya.




Sumber : Koarmatim