Pages

Rabu, April 02, 2014

Kelebihan Pesawat Baru "Racikan" Habibie

JAKARTA-(IDB) : Presiden ke-3 Republik Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie atau yang akrab disapa BJ Habibie meluncurkan buku barunya yang berjudul Tak Boleh Lelah dan Kalah.

Peluncuran buku tersebut dilakukan di Gedung Bank Indonesia, Thamrin, Jakarta. Dalam sambutannya, BJ Habibie menyebutkan bahwa buku berjudul Tak Boleh Lelah dan Kalah mengacu pada pengalaman hidupnya.

Salah satunya adalah curahan hati saat PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang selanjutnya berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia (PTDI) harus ditutup pada 2002.

Meski begitu, BJ Habibie menekankan bahwa dirinya akan melanjutkan keberlangsungan PTDI, yang telah mendapatkan momen kebangkitan pada awal 2012 lalu.

"PTDI akan saya lanjutkan dengan produksi pesawat yang lebih canggih dari N250. Saya dengan tim sedang merekayasa sebuah pesawat bernama R-80 yang dalam satu tahun lagi akan kami persiapkan supaya bisa mengudara pada 2017," ujar Habibie di Gedung BI, Jakarta, Selasa (1/4/2014).

Pesawat R-80 ini memiliki makna R dari kata Regional dan 80 adalah jumlah penumpang pesawat tersebut. Kelebihan pesawat dengan teknologi anyar ini adalah memiliki baling-baling yang dapat menentukan antara angin yang dingin dan angin panas yang berasal dari engine atau mesin.

Gunanya adalah terjadi campuran angin dingin dan angin panas sehingga bisa mendapatkan kecepatan yang lebih tinggi. Campuran angin dingin dan angin panas itu disebut bypass ratio. Semakin tinggi bypass ratio yang dimiliki, energi bahan bakar yang digunakan semakin irit.

"Airbus atau Boeing punya bypass ratio 12, semakin sedikit bypass ratio, maka makin sedikit tingkat efisiensi bahan bakarnya. R-80 memiliki bypass ratio 40, sasarannya kurang lebih 30 persen konsumsi bahan bakarnya lebih irit, lebih efisien," ujar Habibie.

Produksi pesawat terbang R-80 akan dilakukan oleh PT Dirgantara Indonesia. Produksi proyek pesawat ini diharapkan akan mampu mendongkrak nasionalisme rakyat Indonesia, berjalan lancar. "Saat ini saya sedang mempersiapkan ini bisa terbang tahun 2017. Yang bikin nanti Dirgantara Indonesia," kata Habibie.




Sumber : Detik

PT. DI Dalam Proses Pengembangan IFX Project

BANDUNG-(IDB) : Industri strategis nasional bersama Kementerian Pertahanan sedang mengembangkan pesawat tempur tipe KFX/IFX. Dalam pengembangan dan produksi pesawat tempur ini Indonesia menggandeng Kementerian Pertahanan Korea Selatan.

KFX/IFX sendiri merupakan varian jet tempur generasi 4,5. Pesaing pesawat ini adalah F18 buatan Amerika Serikat dan Dessault Rafale buatan Prancis. Produksi tipe IFX di dalam negeri menghemat pengeluaran anggaran karena harga jual lebih murah.

"Harga jauh lebih murah. Kedua ini target kita produsen juga. Hitungannya jauh lebih murah daripada beli. Yang paling utama. Pajak pembelian, pajak keuntungan, pajak lain-lain balik ke Indonesia yakni sebanyak 30% karena dibeli di dalam negeri," kata Kepala Bidang Perencanaan Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Said Didu di Kementerian Pertahanan, Jakarta, Rabu (2/4/2014).

Said menjelaskan pengembangan pesawat tempur karya putra-putri Indonesia terus berjalan meskipun terjadi pergantian pemerintahan atau presiden.

"Kemarin Korea sudah putuskan ini akan dilanjutkan. Meski terhenti 2 tahun. Itu sudah jalan. Kemarin dia pilih seri 4,5," sebutnya.

Pesawat untuk varian Indonesia yakni IFX akan diproduksi di markas PT Dirgantara Indonesia (PTDI) di Bandung, Jawa Barat. Di tempat yang sama, Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisyahbana menjelaskan jet tempur KFX mulai diproduksi secara massal pada tahun 2020.

Saat ini tenaga ahli PTDI sedang mempersiapkan rancangan pesawat tempur generasi 4,5 tersebut.

"Diproduksi baru masuk tahun 2020. Persiapan banyak kita lakukan. Rancangan bangun dikembangkannya KFX/IFX. Kita rancang sesuai dengan kebutuhan TNI," kata Andi. 




Sumber : Detik

PT. PAL Menunggu Pencairan Anggaran ToT Kapal Selam Korsel

SURABAYA-(IDB) : Pemerintah Indonesia telah menandatangani kontrak pembelian tiga kapal selam dari Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME) Korea Selatan. Dua di antaranya diproduksi di Korsel dan satu kapal akan dibuat tanah air. Oleh karena itu, PT PAL Indonesia mengirim tim teknisi belajar ke negeri ginseng tersebut untuk Transfer of Technology (ToT).

Ketua Tim Pelaksana Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Sumarjono, menampik tudingan sejumlah kalangan bahwa mereka tak siap untuk transfer teknologi itu.

"Sekarang dalam proses menyiapkan infrastruktur untuk transfer teknologi. Kami juga masih menginventarisasi keperluan-keperluan itu," ujarnya usai Lokakarya Tentang Penyusunan Rencana Induk Pemenuhan Alpalhankam (Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan) di Kementerian Pertahanan, Jakarta.

Sumarjono menegaskan, PT PAL menunggu kucuran dana dari APBN guna menyiapkan inrastruktur untuk transfer teknologi pembuatan kapal selam tersebut.

"Anggarannya sudah ada keputusan dari Pemerintah dan DPR. Sekarang kami menunggu kepastiaan turunnya dana tersebut," katanya.

Menurut Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Rachmad Lubis, tidak banyak negara-negara di dunia yang memiliki teknologi kapal selam. Sebagai negara kepulauan dengan wilayah laut terluas, Indonesia harus memperkuat pertahanan laut dengan kapal selam.

"Selama ini kita belum pernah memproduksi kapal selam, bahkan untuk merawatnya juga belum ahli, maka kita harus menguasaai teknologi kapal selam tersebut," jelasnya.

Rachmad menambahkan, untuk memiliki tiga unit kapal selam dari Korsel tersebut, negara membayar sebesar US$ 1,08 miliar atau sekitar Rp 10,8 Triliun. Kedepan Indonesia menargetkan memiliki 12 kapal selam pada 2024-2029.

"Pembuatan tiga kapal selam itu memakan waktu semuanya tujuh tahun; jadi diharapkan pada 2019 nanti sudah kelar," pungkasnya.




Sumber : Vivanews

Ajang MNEK 2014 Momentum Buat Indonesia

NATUNA-(IDB) : Pengamat kajian strategis dari Universitas Pertahanan Indonesia, Anton Ali Abbas, menilai latihan militer bertajuk Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 yang dilaksanakan sejak hari ini hingga Jumat (04/04) mendatang di perairan Anambas dan Natuna merupakan momentum bagi Indonesia untuk mengukuhkan kedaulatan wilayah.

"Belum lama ini pemerintah Indonesia mempersoalkan Cina yang mencaplok Natuna. Pihak TNI Angkatan Laut rencananya akan menerbitkan peta wilayah, terutama Natuna. Harapannya adalah menunjukkan kedaulatan bahwa ini wilayah Indonesia. Tinggal kita lihat bagaimana tanggapan Cina," kata Anton.

Bulan lalu, Asisten Deputi I, Bidang Dokrin Strategi Pertahanan, Kemenko Polhukam, Marsekal Muda TNI Fahru Zaini mengatakan Cina memasukkan sebagian wilayah perairan laut Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, ke dalam peta wilayah mereka.

Simulasi

 Selanjutnya, Anton menyoroti motivasi sejumlah negara yang mengikuti latihan gabungan. "Sisi positifnya, latihan itu bisa mengurangi ketegangan di Laut Cina Selatan. Namun, dari sisi negatif, latihan itu dapat dipakai masing-masing negara untuk menunjukkan kesiapan mereka."

Saat dihubungi terpisah, Kepala Dinas Penerangan Komando Armada Barat Angkatan Laut RI Letnan Kolonel Agus Cahyono, menyatakan latihan gabungan bertujuan menyusun protokol kerja sama antarnegara dalam penanggulangan bencana, terutama yang terjadi di wilayah perairan.

Dalam salah satu simulasi, Agus mencontohkan, kapal-kapal dari berbagai negara berupaya menggelar operasi pencarian dan penyelamatan setelah sebuah anjungan pengeboran minyak lepas pantai di perairan Anambas dan Natuna meledak.

"Berdasarkan simulasi itu, dilakukan latihan evakuasi medis. Kemudian, latihan landing (pendaratan) helikopter antarkapal perang. Ini murni latihan bersama, multilateral, membentuk suatu protokol kemanusiaan sehingga kita bisa menanggulangi bersama suatu bencana jika suatu saat terjadi," kata Agus kepada BBC Indonesia.

Latihan itu diikuti sejumlah negara Asia Pasifik, semisal Indonesia, Cina, India, Singapura, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, dan Australia. Meski demikian, Rusia dan Amerika Serikat juga turut berpartisipasi dengan mengirimkan beberapa kapal perang.




Sumber : BBC

'Komodo' Joint Exercise Enters Phase Of Actual-Troop Drill

BEIJING-(IDB) : The amphibious dock landing ship Changbaishan under the South China Sea Fleet of the Navy of the Chinese People’s Liberation Army (PLAN) is on its way to the assembly area of the joint maritime exercise. At 07:00 on March 31, 2014, 24 warships from 17 countries participating in the “Komodo” multilateral humanitarian rescue and disaster reduction exercise hosted by the Indonesian Navy weighed anchors from their respective anchorages and sailed in specially-mixed formations to the designated assembly area to kick off the maritime drill of the “Komodo” exercise involving actual troops.(PLA Daily/Song Xin)

The light guided missile frigate “Hasanuddin” of the Indonesian Navy is on its way to the assembly area. At 07:00 on March 31, 2014, 24 warships from 17 countries participating in the “Komodo” multilateral humanitarian rescue and disaster reduction exercise hosted by the Indonesian Navy weighed anchors from their respective anchorages and sailed in specially-mixed formations to the designated assembly area to kick off the maritime drill of the “Komodo” exercise involving actual troops.(PLA Daily/Song Xin)

A ship-borne helicopter of the light guided missile frigate Hasanuddin of the Indonesian Navy flies back to Hasanuddin after accomplishing the take-off-and-landing training on the Chinese naval ship Changbaishan. At 07:00 on March 31, 2014, 24 warships from 17 countries participating in the “Komodo” multilateral humanitarian rescue and disaster reduction exercise hosted by the Indonesian Navy weighed anchors from their respective anchorages and sailed in specially-mixed formations to the designated assembly area to kick off the maritime drill of the “Komodo” exercise involving actual troops.(PLA Daily/Song Xin)

The light guided missile frigate “Hasanuddin” of the Indonesian Navy is ready for the Chinese ship-borne helicopter to land. At 07:00 on March 31, 2014, 24 warships from 17 countries participating in the “Komodo” multilateral humanitarian rescue and disaster reduction exercise hosted by the Indonesian Navy weighed anchors from their respective anchorages and sailed in specially-mixed formations to the designated assembly area to kick off the maritime drill of the “Komodo” exercise involving actual troops.(PLA Daily/Song Xin)

Seen in the picture is the Chinese naval amphibious dock landing ship Changbaishan in the “Komodo” exercise. At 07:00 on March 31, 2014, 24 warships from 17 countries participating in the “Komodo” multilateral humanitarian rescue and disaster reduction exercise hosted by the Indonesian Navy weighed anchors from their respective anchorages and sailed in specially-mixed formations to the designated assembly area to kick off the maritime drill of the “Komodo” exercise involving actual troops.(PLA Daily/Song Xin)

A WZ-9 ship-borne helicopter lands on the Chinese naval amphibious dock landing ship Changbaishan after accomplishing the take-off-and-landing training on the Indonesian Navy’s light guided missile frigate Hasanuddin. At 07:00 on March 31, 2014, 24 warships from 17 countries participating in the “Komodo” multilateral humanitarian rescue and disaster reduction exercise hosted by the Indonesian Navy weighed anchors from their respective anchorages and sailed in specially-mixed formations to the designated assembly area to kick off the maritime drill of the “Komodo” exercise involving actual troops.




Source : Chinamil

Peserta MNEK 2014 Latihan SAR Di Natuna

NATUNA-(IDB) : Sejumlah unsur kapal perang (KRI) yang tergabung dalam unsur tugas divisi Natuna Latma Multilateral Naval Exercise Komodo 2014, melaksanakan perjalanan lintas laut menuju Natuna, Kepulauan Riau, Senin (31/3/2014). Konvoi kapal perang terdiri dari tiga unsur kapal perang perang TNI AL dan lima kapal perang dari negara peserta sahabat.

Kadispen Armatim Letkol Laut (KH) Yayan Sugiana dalam siaran persnya, Kamis, (2/4/2014) mengatakan KRI TNI AL yang termasuk dalam divisi Natuna antara lain KRI Yos Sudarso-353, dan KRI Imam Bonjol-384. Sedang kapal perang dari negara asing yakni kapal perang Rusia Marshal Shaposhnikov (BPK 543), HMAS Lounceston dari Australia, kapal perang jenis rumah sakit Vietnam Khanh Hoa HQ- 561561dan kapal perang Jepang JDS Akebono-108.
 

Dalam pelayaran menuju kepulauan Natuna dilaksanakan serial latihan pencarian dan pertolongan korban di laut Search and Rescue (SAR) Exercise melibatkan satu helikopter TNI AL yang berada di KRI Yos Sudarso-353. Helikopter tersebut melaksanakan SAR terhadap korban di Laut.

Selanjutnya dilaksanakan Serial Latihan Cros Deck Landing atau pertukaran kegiatan. Serial latihan Cros Deck Landing melibatkan tiga helikopter yakni satu helikopter milik TNI AL yang berada di KRI Yos Sudarso-353, kemudian satu helikopter yang berada di kapal perang Rusia Marshal Shaaposshnikov (BPK 543), dan satu helikopter yang berada di kapal perang Jepang JDS Akebono-108.

Sedangkan Unsur Tugas Anambas membentuk formasi terdiri dari tiga unsur kapal perang TNI AL yaitu KRI Sultan Hasanuddin-366, KRI Teluk Celukan Bawang-532 dan KRI Teluk Hading-539. Sedangkan dari negara sahabat yaitu kapal perang Malaysia KD Mahawangsa- 1504 dan kapal perang Cina jenis LPD Mount Cangbai.




Sumber : Jurnas

PT. LEN Investasi Ratusan Miliar Untuk Integrasi System Arhanud

BANDUNG-(IDB) : Berinvestasi menjadi salah satu opsi untuk terus mendongkrak kinerja dan performa perusahaan. Adalah PT Len Industri (Persero) yang siap berinvestasi besar pada tahun ini.


“Benar. Tahun ini, kami siap berinvestasi. Nilainya, Rp 176 miliar. Investasi itu untuk membangun instalasi yang terintegrasi dengan sistem pertahanan peluru kendali Star Streak. Ini berkaitan dengan adanya kerjasama dengan industri pertahanan Prancis, Thales,” ujar Direktur Utama PT Len Industri, Abraham Mose, pada sela-sela Transformasi Bisnis PT Len Industri di Hotel Harris Bandung, Jumat (28/2/2014).


Abraham mengutarakan, pembangunan instalasi itu berlokasi di Subang pada areal seluas 10 hektar. Menurutnya, kehadiran instalasi yang bertajuk LEN Techno Park tersebut juga memiliki manfaat lain, yaitu meningkatkan kapasitas produksi solar modul, yang merupakan sumber energi terbarukan. “Kapasitasnya naik menjadi 30 MWP. Sebelumnya, 10 MWP,” kata dia.


Selain di Subang, ungkap dia, pihaknya pun berinvestasi besar di Kupang, Nusa Tenggara. Di Kupang, tambah Abraham, pihaknya berinvestasi sekitar Rp 130 miliar. Investasi itu untuk memproduksi tenaga surya sebagai sumber energi. Di provinsi tersebut, PT Len telah menjalin kontrak jangka panjang, selama 20 tahun. “Yaitu sebagai operator tenaga surya,” tuturnya.


Andra Y Agussalam, Direktur Keuangan PT Len Industri, menambahkan, pembangunan itu juga dapat menopang rencana dan proyeksi bisnis lembaga BUMN tersebut. Pada 2013, sebut dia, pihaknya mencatat pendapatan sebelum audit senilai Rp 2,06 triliun. Angka itu, jelasnya, bersumber pada penjualan beberapa produk.


“Yang tertinggi adalah railway transportation. Penjualannya senilai Rp 1,34 triliun. Lalu, Navigation senilai Rp 434,9 miliar. Kemudian renewable energy, sebesar Rp 263,7 miliar. Selanjutnya, Information and Communication Technology sejumlah Rp 123.9 miliar,” paparnya.

Tahun ini, ucap Andra, pihaknya memproyeksikan pertumbuhan laba bersih sebesar 15 persen. Selama 2013, sambungnya, PT Len meraup keuntungan bersih sebesar Rp 71 miliar. Angka itu, terang dia, lebih tinggi 8 persen daripada realisasi 2012.

“Target kita tahun ini Rp 2,3 triliun  dengan pencapaian laba bersih Rp 78 miliar sampai Rp 79 miliar,” tandas Andra.




Sumber : JabarToday

Rusia Beri Lampu Hijau Untuk Ekspor S-400 Ke China

MOSCOW-(IDB) : Presiden Rusia, Vladimir Putin, memberikan lampu hijau untuk penjualan sistem pertahanan udara Rusia terbaru S-400 ke China, surat kabar Kommersant mengutip seorang sumber yang dekat dengan Kremlin. Kommersant mengklaim bahwa sistem pertahanan udara S-400 akan memberikan keunggulan besar bagi Beijing atas wilayah udara di Selat Taiwan dan pulau-pulau lainnya di Laut China Timur.



Di saat yang sama, direktur dari Federal Service for Military-Technical Cooperation Rusia, Alexander Fomin mengatakan bahwa negosiasi untuk penjualan S-400 ke China masih berlangsung. Keputusan untuk menjual S-400 ini dibuat pada awal 2014 lalu. Negoisasi masih membahas mengenai berapa banyak S-400 yang akan China beli beserta harganya. Namun, meskipun kesepakatan akan ditandatangani kedua belah pihak dalam waktu dekat, China baru akan mendapatkan S-400 mereka setelah tahun 2016, yaitu setelah Rusia memenuhi pasokan S-400 untuk dalam negeri.



Sejak 2011 lalu, China menunjukkan niatnya untuk mendapatkan sistem pertahanan udara S-400. Dua tahun lalu, Rusia juga berbicara dengan beberapa negara yang tertarik membeli sistem rudal tersebut, namun negosiasi terpaksa ditunda karena Rusia harus memenuhi terlebih dahulu pasokan S-400 dalam negerinya. Hal ini dikatakan oleh seorang pejabat di agen ekspor pertahanan Rusia "Rosoboronexport" kepada surat kabar Kommersant pada Januari lalu, sembari menegaskan bahwa ekspor S-400 belum bisa dilakukan hingga tahun 2016.




Berbicara mengenai kesepakatan penjualan S-400 dengan China, pejabat-pejabat keamanan Rusia mengkhawatirkan penjualan tersebut tidak hanya akan mengganggu pasokan S-400 dalam negeri Rusia, tetapi yang lebih parah, China juga bisa mencuri teknologi S-400 untuk mereka kembangkan sendiri. Namun produsen S-400 Almaz-Antey membantahnya dengan mengatakan bahwa pasokan S-400 dalam negeri Rusia tidak akan terganggu. Pada bulan Januari lalu, Moskow juga mengumumkan akan membangun tiga parik baru untuk membangun lebih banyak sistem pertahanan udara S-400 dan sistem rudal lainnya.



Meskipun belum jelas berapa banyak S-400 yang akan diperoleh China, sumber Kommersant mengatakan bahwa China ingin membeli S-400 untuk mencukupi kebutuhan 2 hingga 4 batalyon. Angkatan Darat Tentara Pembebasan Rakyat sebelumnya telah mendapatkan sistem pertahanan udara lainnya dari Rusia dan sistem pertahanan udara yang mereka buat sendiri yang mereka kerahkan untuk membela Beijing dan Shanghai, yang menurut kalkulasi di atas kertas, jika Beijing sudah dilengkapi dengan S-400 maka Beijing akan mampu mengontrol wilayah udara Taiwan dan pulau Diaoyutai yang disengketakan dengan Jepang.






S-400 Triumph SA-21 adalah sistem rudal permukaan ke udara jarak jauh yang diproduksi oleh Almaz-Antey, Rusia. S-400 ditujukan untuk mencegat serangan dari udara mulai dari pesawat, helikopter, rudal balistik, UAV dan lain-lain dengan jangkauan maksium 400 km dan di ketinggian hingga 30 km.
Sumber : Artileri

AD Thailand Impor Sistem Peluncur Roket China

BANGKOK-(IDB) : Angkatan Darat Kerajaan Thailand akan membeli dua sistem peluncur roket jenis baru dari China, Kanwa Defense Weekly yang berbasis di Kanada melaporkan. Menurut sumber China, Thailand segera akan mengimpor sistem peluncur roket WS-1B dan WS-32 dari China, yang masing-masing namanya akan diganti dengan DTI-1 dan DTI-1G.



Selain rencana pembelian sistem peluncur roket, menurut laporan tersebut, Thailand juga telah menandatangani kontrak dengan China untuk pengintegrasian sistem peluncur roket DTI-1G dengan Sistem Navigasi Satelit Beidou China. Pengintegrasian dengan sistem satelit akan lebih meningkatkan akurasi DTI-1G terhadap target.



Thailand awalnya berencana untuk merakit sendiri sistem peluncur roket DTI-1G di dalam negeri di bawah lisensi dari Beijing. Namun sekarang tampaknya Angkatan Darat Thailand akan membeli terlebih dahulu 1 unit DTI-1G langsung dari China, baru kemudian merakit yang lainnya di dalam negeri.



WS-1B adalah MLRS (Multiple Launch Rocket System) 302 mm buatan China yang dirancang dan diproduksi oleh China National Precision Machinery Corporation (CPMIEC), yang berbasis di Beijing, China. WS-1B merupakan versi upgrade dari WS-1 yang jangkauannya telah ditingkatkan sejauh 80 km (WS-1: 100 km, WS-1B: 180 km).



WS-32 adalah MLRS 300 mm buatan China yang menggabungkan teknologi sistem bimbingan dan kontrol yang canggih demi meningkatkan akurasinya. Sistem peluncur roket ini dipasang pada chasis belakang truk 6x6 dengan empat tabung dalam dua baris. W-32 memiliki jangkauan efektif antara 60-150 km.
Sumber : Artileri

Pasmar 2 Gelar Apel Kesiapan Pengamanan Pemilu 2014




JAKARTA-(IDB) : Komandan Pasmar-2 Brigjen TNI (Mar) Denny Kurniadi S.Mn., yang diwakili Perwira Staf Operasi (Pasops) Brigif-2 Mar Letkol Marinir Reza Suud memimpin apel kesiapan Satuan Setingkat Kompi (SSK) Pasmar-2 dalam rangka Pengamanan Pemilu Legislatif tahun 2014, di lapangan apel Brigif-2 Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (01/04/2014).





Dalam arahannya, Pasops Brigif-2 Mar menyampaikan beberapa penekanan kepada segenap prajurit, antara lain agar setiap anggota memahami betul tugas pokoknya. Menyiapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan pada saat melaksanakan pengamanan, baik perlengkapan perorangan maupun kelengkapan di SSK. Selalu mengikuti perkembangan situasi diluar melalui media cetak maupun elektronik. Dan dalam menghadapi pengujuk rasa diharapkan mengutamakan pendekatan secara persuasif (tidak dengan emosi), serta berlaku netral terhadap semua Kontestan peserta pemilu.

 


Apel gelar kali ini diikuti 8 SSK, yang masing-masing SSK berkekuatan 100 personel. Pasmar-2 menyiapkan 4 SSK inti diantaranya SSK-1 dari Yonif-4 Mar dipimpin Kapten Marinir Ahmad Yani, SSK-2 dari Yonif-6 Mar dipimpin Lettu Marinir Nurdin, SSK-3 dari Menart-2 Mar dipimpin Kapten Marinir Prasojo Aji, serta SSK-4 gabungan Menkav-2 dan Menbanpur-2 Marinir dipimpin Kapten Marinir Totok yang akan bergabung dengan Polda Metro Jaya. Sedangkan 4 SSK Cadangan akan Stanbay di Cilandak.


Hadir pada acara ini para Paban Ops Kolak dan Satlak Pasmar-2.



 
Sumber : Kormar

Alutsista Strategis Produksi Dalam Negeri

merah_putih_v16 copy
Alutsista kebanggaan buatan dalam negeri
Alutsista kebanggaan buatan dalam negeri
JAKARTA-(IDB) : Percepatan Minimum Essential Force (MEF) yang dibangun Kemenhan tidak hanya fokus impor dari luar negeri, tapi juga dengan produsen-produsen dalam negeri. Keseriusan Kemenhan bisa dilihat dnegan penandatangan nota kesepahaman (MoU) dengan sejumlah industri alutsista dalam negeri yang dilakukan pada Maret 2012 silam.

“Jumlah kontraknya mencapai Rp 1,3 triliun,” ujar Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro saat itu.

Perusahaan yang dilakukan MoU adalah PT Dirgantara Indonesia, PT Palindo Marine, PT Pindad, PT Infra RCS Indonesia dan PT Sari Bahari. Selama ini kita telah mengetahui pengembangan BUMN Industri strategis seperti PT DI melalui kerjasama pembuatan alat militer bersama pihak produsen luar negeri seperti pesawat CN-295, CN-235, Helikopter Bell 412, Cougar EC-725, Fennec AS-555, dll.

Lalu ada PT Pindad dengan berbagai macam senjata ringan hingga ke kendaraan lapis baja roda biasa seperti Anoa, Komodo, Rantis 4×4 maupun roda rantai seperti rencana membuat MBT dan tank kelas ringan/sedang yang mampu menjadi andalan dalam kondisi geografis kita. Dalam MoU itu juga ada beberapa alutsista strategis seperti pembuatan Rocket FFAR, Radar/ECDIS, serta pembuatan peluru kendali.

Pembuatan FFAR atau Fin Folding Aerial Rocket ini buatan PT DI hasil Transfer of Technology (ToT) dari produsen asal Eropa, Lesca dengan bersandar lisensi dari Belgia. Ada dua tipe yang dikembangan PT DI yaitu RD 701 berbasis FFAR MK 4 dan RD 7010 berbasis MK 40. Saat ini untuk pengembangan sudah hampir 100%. Sedangkan hulu ledaknya sudah 100 persen buatan lokal dibantu Lapan dengan sistem Doublebase atau basis ganda, sehingga FFAR buatan dalam negeri bisa setara dengan produk-produk luar.
Rocket FFAR buatan dalam negeri - Hulu ledak 100% komponen lokal
Rocket FFAR buatan dalam negeri – Hulu ledak 100% komponen lokal
Spesifikasi

Diameter : 70 mm (2.75 inchi) Panjang : 120 cm Berat : 8.4 Kg Jarak efektif : 3,400 m Berat Warhead : 2.7 Kg

Untuk radar/ECDIS (Electronic Chart Display and Information System) atau sistem informasi navigasi laut sesuai dengan Organisasi Maritim Internasional (IMO) juga sudah dibuat oleh PT Infra RCS Indonesia. Untuk ECDIS ini murni hasil anggaran pengembangan dari PT Infra. Selain itu PT Infra juga telah mengembangkan Electronic Support Measures (ESM) dan rencana pengembangan bersama WECDIS dengan TNI AL.

INFRA
INFRA

Selain Infra, ada juga dari BUMNIS yaitu PT. LEN Industri seperti Radar Processing dan Display Console untuk teknologi Modern radar dan Legacy radar. Selain Radar/ECDIS PT LEN juga mengembangkan atau memproduksi Combat Management System (CMS), Transoder TPO TLM-01 (untuk kapal selam), Len Cryptosys (Modem Enkripsi asli buatan dalam negeri), peralatan komunikasi radio portable (Manpack)/Base Station/Vehicle, dll.
Surveillance & Reconnaissance
Surveillance & Reconnaissance Device

image002
Peralatan komunikasi radio portable

Sedangkan Peluru kendali, berdasarkan Rencana Strategis 2010-2014 Konsorsium Roket untuk TNI AD memerlukan RX-100 yang Alhamdulillah telah behasil yaitu R-Han 122 (a) tinggal uji tabel tembak, TNI AL RX-122 sama yaitu R-Han 122b dengan jarak dibawah 40 km-tinggal uji Tabel dan RX-320 pengembangan bersama litbang TNI AL dengan jarak 70 Km atau lebih.
sotong42
Sotong 42

Sotong 42-tail
Sotong.

Ranjau Laut
Ranjau Laut

Smart Bomb - Dislitbang
Smart Bomb – Dislitbang

RX-320 - sejenis Exocet dengan jarak 180 km
RX-320 – sejenis Exocet dengan jarak 180 km
Untuk RX-320 ini direncanakan untuk mengganti Exocet dan telah dilengkapi Infrared Seeker Head. Dan terakhir untuk TNI AU ada RX-70 dengan jangkauan 7.9 km dan ini juga sudah dikembangkan untuk dicantel di pesawat tempur kita.

Diharapkan Alutsista ringan maupun kelas berat ini bisa mengisi tiga matra TNI agar terciptanya MEF pertama bisa diwujudkan. Untuk MEF kedua ada rencana pengembangan dalam negeri juga seperti Tank Medium, APC Amphibious, RX-320 sejenis Exocet dengan jarak 180 km, PSU kelas sedang, Kapal Selam bersama DSME, Kapal Perang PKR/Frigate bersama DSNS Belanda, dll.

Cintailah produk-produk dalam negeri…
Salam 




Sumber : JKGR

Kemenhan : MEF Baru Tercapai 40 Persen

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan (Kemenhan) sangat optimistis dengan postur alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI. Itu setelah pencapaian minimum essential forces (MEF) tahap pertama pada 2014, melebihi target. Dari rencana strategis semula MEF hanya 32 persen, pada akhir tahun ini bisa mencapai 40 persen.

Kapuskom Publik Kemenhan Brigjen Sisriadi mengatakan, kekuatan minimum pokok alutsista TNI dapat terpenuhi pada renstra kedua pada 2015-2019. Menurut dia, semua pembelian alutsista sudah direncanakan secara matang.  


Semuanya dipenuhi Kemenhan berdasarkan permintaan dari pengguna, yakni Mabes TNI AD, AL, dan AU. Sebagai pemegang anggaran, institusinya akan mencarikan alutsista terbaik dengan menyesuaikan bujet yang tersedia. 


Sisriadi mengatakan, setidaknya 45 jenis alutsista akan memperkuat TNI sebelum pemerintahan Presiden SBY berakhir. Untuk TNI AD, sekitar 103 MBT Leopard, 50 Tank Marder, dan rudal sebanyak 36 MLRS Astross II Mk6 akan datang bertahap sepanjang 2014. 


Alutsista TNI AL yang datang antara lain, 37 Tank Amfibi BMP3F, 10 MLRS RM Grad, 11 Helikopter anti kapal selam Panther, dan empat Pesawat intai maritim CN235 MPA, serta tiga kapal perang jenis KCR (Kapal Cepat Rudal) 60 m. Khusus TNI AU, setidaknya 12 pesawat Super Tucano, 16 jet tempur Golden Eagle, delapan F-16 blok 52, enam Helicopter Cougar, serta empat Radar Thales. 


“Tahun ini saja, berdatangan beragam alutsista baru, yang terlalu banyak untuk dirinci secara detail. Hanya peluncur peluru kendali yang sepertinya tidak bisa datang tahun ini,” kata Sisriadi ketika dihubungi, Senin (31/3). 


Dia mengatakan, alokasi anggaran Kemenhan pada 2014 mencapai Rp 16,7 triliun. Namun, institusinya sempat meminta tambahan Rp 27 triliun untuk pembelian alutsista baru, meski belum disetujui Kementerian Keuangan. 


Sisriadi mengatakan, kontrak alutsista tidak bisa dinilai satu tahun. Pasalnya, proses pengadaan barang menggunakan sistem anggaran multy years. “Kontrak pengerjaannya lintas tahun. Selama lima tahun terakhir, laporannya sekitar Rp 57 triliun yang dibelanjakan untuk alutsista baru,” ujarnya. 


Dia berharap, peremajaan alutsista TNI dapat terus berjalan sesuai rencana. Kalau perlu, pemerintah bisa menambah alokasi anggaran agar target 100 persen MEF dapat dipercepat. Dengan begitu, kekuatan alutsitas TNI dalam menjaga NKRI semakin kuat dan tidak lagi diremehkan bangsa lain. 




Sumber : Republika