Pages

Selasa, April 01, 2014

Potret : Natuna Dan Pelajaran Berharga Konflik LCS

Pangkalan "nelayan" China di perairan sengketa LCS. (AP Photo)
Pangkalan “nelayan” China di sengketa LCS.
JKGR-(IDB) : Sekilas  Natuna. Penduduk Kabupaten Natuna pada tahun 2012 berjumlah 76.305 jiwa, dan tercatat 19.039 rumah tangga. Dengan luas daratan 2.631 kilometer persegi, kepadatan penduduk Kabupaten Natuna tahun 2012 sebesar 38,13 jiwa per km2 atau dalam wilayah seluas 1 km2 terdapat penduduk sekitar 38 jiwa. Pulau-pulau di kawasan Kabupaten Natuna sangat kaya dengan berbagai objek wisata yang potensial, namun sayang sarana dan prasarana yang diperlukan untuk memperkenalkan pariwisata di daerah ini kepada para wisatawan belum cukup memadai. Mengingat Natuna memiliki banyak pantai yang menarik dan eksotis maka sebagian besar pengunjung wisata adalah wisatawan bahari/pantai.  Pada tahun 2012 jumlah wisatawan mencapai sekitar 176.960 orang.
 
Natuna saat ini banyak disebut dalam pemberitaan yang berhubungan dengan kegiatan militer. Selain menjadi tuan rumah Latma Komodo 2014 juga mengenai berbagai rencana pembangunan kekuatan militer di pulau tersebut. Pulau terletak wilayah luar Indonesia dan berhadapan langsung dengan LCS (Laut China Selatan) yang sedang dilanda konflik klaim yang tumpang tindih dari berbagai negara, antara lain Malaysia, Pilipina dan China. Bahkan dari peta 9 dash line China, ada kemungkinan wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) Indonesia di utara Natuna ikut termasuk wilayah yang diklaim oleh China.

Walau bisa dibilang termasuk lamban, namun keputusan pemerintah dan TNI untuk memperkuat kehadiran militer di Natuna adalah keputusan yang sangat tepat yang patut diapresiasi. Kita harus melihat contoh negara-negara lain yang saat ini sedang bersengketa wilayah dengan China untuk dapat menilai betapa tingginya nilai Natuna dalam konteks kedaulatan wilayah negara.

Kebanyakan wilayah laut di daerah sengketa ini adalah coral dan karang, sebagian malah terendam di bawah permukaan air laut. Tapi hal itu tidak menghentikan upaya China untuk menancapkan klaim mereka. China menempatkan tanda batas wilayah mereka di berbagai tempat yang memungkinkan, bahkan memasang dudukan beton dan membangun pangkalan di atas koral. China menyebutnya pangkalan bagi nelayan mereka, tapi beberapa pihak yakin itu adalah bangunan militer atau setidaknya pemerintah China menempatkan pasukan marinir untuk menjaganya. Bahkan di James Shoal sekitar 70 km Serawak, China menanamkan plat logam pada koral 20 meter di bawah permukaan air laut sebagai penanda batas wilayah mereka.

Memang tidak terdengar reaksi frontal dari Malaysia, namun tanpa berkonfrontasi langsung dengan China, Malaysia berencana membangun kesatuan Marinir dengan batuan dari USMC (United States Marine Corps). Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Tun Hussein mengatakan tahun lalu, bahwa Malaysia akan membangun kesatuan Marinir yang akan bertempat di Bintulu, tidak jauh dari Wilayah yang disengketakan.

Pilipina adalah salah satu claimant LCS yang paling lantang menentang klaim China. Hal ini cukup wajar, mengingat klaim China yang didukung ancaman kekuatan militer ini bisa memberikan kerugian ekonomi dan kedaulatan yang luar biasa bagi Pilipina. Selain berbagai potensi migas, perikanan juga adalah salah satu sektor ekonomi andalan Pilipina. Dan saat ini, nelayan “asing” dilarang masuk ke wilayah LCS yang diklaim China sebagai wilayahnya. Membuat nelayan Pilipina kehilangan mata pencaharian sementara nelayan China bebas melaut sampai jauh ke Timur dan Selatan LCS. seakan belum cukup, China juga sudah mulai merencanakan penerapan ADIZ di wilayah udara LCS tersebut.

Alasan mengapa China begitu leluasa mencaplok wilayah Pilipina adalah karena superioritas kekuatan militer mereka. Saat ini Pilipina melakukan berbagai cara ‘melawan’ agresifitas China, mulai dari upaya memasang tanda batas mereka sendiri, membawa sengketa wilayah ke PBB, melakukan modernisasi militer, membangun pangkalan Marinir baru yang berdekatan dengan wilayah sengketa, mencari dukungan AS dan bahkan potensi mengadakan aliansi militer dengan Vietnam. Tapi apapun dilakukan, upaya itu sudah terlambat, karena secara de facto China lah yang saat ini mengontrol wilayah sengketa.
Upaya balasan lemah pihak Pilipina
Upaya balasan lemah pihak Pilipina.

Kelihatannya Malaysia, Pilipina dan juga Indonesia melupakan sejarah pahit Vietnam yang kehilangan kontrol atas Kepulauan Paracel pada China sekitar 40 tahun yang lalu. Malaysia terlihat canggung dan terkaget-kaget dengan bentuk ancaman yang mereka hadapi, Pilipina mengabaikan pembangunan militer dan terlalu mengandalkan diri sebagai sekutu AS di kawasan dan Indonesia lama terpuruk ekonomi dan sibuk dengan ancaman dalam negeri, sebelum kemudian baru-baru ini saja ketika ancaman dari dalam mereda, TNI mulai memperhatikan bentuk ancaman keamanan dari luar.

Dari negara-negara ini tampaknya Vietnam paling serius membangun kemampuan militernya. Diantara claimants, kemampuan militer mereka yang saat ini paling bisa membuat China berpikir ulang dan berhitung kembali sebelum bertindak semena-mena. Dan hal ini tidak lepas dari pengalaman pahit Vietnam dalam berhadapan dengan China dan pengalaman berharga dari perang Kepulauan Paracel.
Kepulauan Paracel
Pelajaran berharga dari sejarah Vietnam kehilangan kepulauan Paracel. Pada tanggal 16 Januari 1974, Angkatan Laut Vietnam (RVN) menjumpai kehadiran Angkatan Laut China (PLAN) di Kepulauan Paracel Barat yang saat itu dibawah kontrol Vietnam Selatan. Selama dua hari berikutnya, angkatan laut adu otot satu sama lain di sekitar kepulauan. Pertempuran kemudian meletus dan semakin meningkat dengan datangnya overwhelming bala bantuan pasukan Cina ke zona pertempuran, termasuk dukungan udara dari Pulau Hainan dan kapal patroli rudal Hainan-class.

Pertempuran Kepulauan Paracel tercatat dalam sejarah sejarah sebagai pertempuran pertama dalam upaya untuk kontrol atas kepulauan di Laut Cina Selatan. Pertempuran Kepulauan Paracel pada tahun 1974 memberikan pelajaran penting, tidak saja bagi Vietnam, tapi bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan di LCS, termasuk juga Indonesia.

Jalur diplomasi adalah upaya utama,  tapi bukan satu-satunya

Tidak ada perjanjian internasional dan regional yang mampu memberikan perlindungan sempurna terhadap tindakan sepihak, termasuk ancaman atau penggunaan kekerasan. Artinya, walau diplomasi didahulukan dan hubungan sedang baik namun kekuatan militer tetap harus diperkuat dan disiagakan. Seperti kutipan terkenal Carl von Clausewitz: “war is the continuation of politics by other means”, perang adalah kelanjutan/bentuk lain dari politik.

Bantuan dari luar tidak selalu tersedia, ataupun (jika ada) akan bersedia membantu. 

Tidak ada kekuatan regional telah mengambil sikap tegas dan memihak  di sengketa LCS,  tapi lebih ke fokus hanya pada kebebasan navigasi. Artinya, meskipun AS atau Jepang memiliki alasan yang sah untuk melakukan intervensi jika LCS terancam konflik bersenjata,  namun tindakan nyata tidak bisa dipastikan. Bahkan jika misalnya Komando Pasifik AS suatu saat  mendeteksi pergerakan mencurigakan militer China di LCS, tapi mereka mungkin tidak dapat bereaksi tepat pada waktunya.

Bagi negara-negara dengan kerjasama pertahanan atau aliansi militer sekalipun bantuan mungkin datang terlambat. Opsi terbaik adalah mengandalkan kekuatan sendiri. Dan bagi Indonesia yang merupakan negara netral tanpa memiliki aliansi militer, kemandirian pertahanan ini merupakan kebutuhan mutlak.

Kebutuhan akan (setidaknya) kemampuan terbatas kontrol wilayah perairan.


Ancaman terbesar negara-negara Asia Tenggara yang berhadapan dengan LCS adalah China. Dan walau ASEAN bersatu dalam aliansi militer, namun secara kuantitatif tidak bisa menandingi kekuatan militer China. Karena itu perlombaan senjata melawan China bukanlah opsi yang bisa dilakukan negara2 di kawasan ini, bahkan termasuk juga Indonesia yang dari ukuran jumlah penduduk dan ekonomi merupakan yang terbesar di antara negara ASEAN. Namun tidak berarti tidak ada yang bisa dilakukan oleh negara-negara ini dalam menghadapi ancaman kekuatan militer yang superior.

Pertempuran Paracel memberikan pelajaran akan kebutuhan tidak hanya mencegah musuh dari memblokade akses laut, tapi juga kebutuhan untuk mengamankan akses militer pada kepulauan terdepan yang terbuka dan rentan. Kemampuan  peringatan dini dan air/sea denial permanen pada lokasi-lokasi wilayah terluar hingga wilayah terluar ZEE diperlukan untuk tetap menjaga status quo.

Kesimpulan. 

Berbagai negara dalam adu klaim di LCS berusaha dengan berbagai cara bahkan membangun pulau buatan atau sekedar menancapkan bendera di atas koral, jangan sampai kita kehilangan lagi kepulauan luar yang sangat berharga dan merupakan batas untuk wilayah kedaulatan.

Control China terhadap LCS diperkirakan akan meningkatkan keuntungan strategis dan pada akhirnya daya tawar politik mereka, sementara Indonesia dari dulu sudah memiliki potensi besar ini namun belum memanfaatkannya.  Ketika China sudah mulai dengan wacana  menerapkan ADIZ di LCS, Indonesia justru masih numpang pada Singapura karena mereka mereka yang mengatur Air Traffic Services (ATS) lantaran Indonesia dinilai belum mampu untuk mengatur penerbangan internasional yang sangat padat di wilayah udara sekitar.
peta ZEE2
Penguasaan Kepulauan Riau hingga Natuna juga berdampak besar dalam strategi luas jika Malaysia yang ada dalam scenario. Secara harfiah Kepulauan, wilayah perairan dan udara Indonesia di Kepulauan Riau hingga Natuna memisahkan Federasi Malaysia antara Semenanjung dan Malaysia Timur.

Lokasi Kepulauan Natuna sangat strategis untuk berbagai scenario di masa depan.  Natuna memang bukan satu-satunya wilayah depan Indonesia, tapi dengan dijadikannya Kepulauan Natuna sebagai wajah baru strategi kemanan Indonesia, mudah-mudahan hotspots baik perbatasan darat atau laut lainnya juga segera mendapat perhatian serius dari pemerintah dan TNI.
 
Keterangan:
 
ADIZ (Air Defense Identification Zone) : Zona Identifikasi  udara, Luas wilayah udara atas tanah atau air, memperluas ke atas dari permukaan, di mana identifikasi siap, lokasi, dan kontrol pesawat yang diperlukan dalam kepentingan keamanan nasional.
 
Claimant : Peserta/pihak yang punya klaim
 
Air/Sea Denial : Kemampuan mencegah ancaman laut dan udara
 
Status Quo : ”kondisi yang ada” atau “keadaan hal itu”
 
Hotspot : (politik) Lokasi dimana berpotensi terjadi kerusuhan/konflik
 
De Facto : ”pada kenyataannya” atau “pada praktiknya” walau bertentangan dengan aturan/hukum/kesepakatan
 
ZEE (Zona Ekonmi Eksklusif) : zona wilayah seluas 200 mil laut dari garis dasar pantai, yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di dalamnya
 
 
 
 
Sumber : JKGR

AMX-13 Retrofit Pindad Test Drive

BANDUNG-(IDB) : Setelah ditinjau langsung oleh Wakil Menteri Pertahanan, Pindad tak membuang waktu. Perusaan senjata asal Bandung ini segera menggelar uji coba tank AMX-13 hasil Retrofit mereka. Mulai hari ini, 1 april 2014, Tank ringan itu akan diujikan berjalan ke kawasan Sukabumi dan Cianjur untuk melihat olah gerak hasil retrofit. Selain olah gerak, nantinya juga akan dilakukan uji tembak dalam waktu dekat.



Proyek retrofit AMX-13 ini mulai berjalan sejak akhir  2011 lalu. Seharusnya di Tahun 2013 ini Pindad telah melakukan produksi Retrofit AMX. Namun dalam perjalanannya, sejuta rintangan menghambat. Dan akhirnya, pada awal 2014, sebuah prototype bisa diselesaikan.


AMX-13 hasil retofit ini memiliki tampang yang sedikit berbeda dengan slinya. Untuk hull misalnya, terpaksa ditambah panjang sekitar 20cm untuk mengakomodir mesin anyar. Mesinnya sendiri memakai produk Navistar dari Amerika Serikat dengan daya sebesar 400HP. 


Sementara pada bagian persenjataan, terpasang meriam 105mm. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan tempur, akan dipasang pula Fire Control System yang kabarnya bikinan Belgia. Selain itu turut dipasang pula Laser Range Finder serta kamera Thermal.





Sumber : ARC

Leopard Dibutuhkan Untuk Keseimbangan Kawasan

JAKARTA-(IDB) : Kehadiran tank Leopard tetap dibutuhkan Indonesia guna perimbangan kekuatan, kata analis Universitas Pertahanan Indonesia Dr Rajab Ritonga.

"Intinya, pembelian seperti Leopard tersebut sudah tepat, karena tank sejenis sudah dimiliki Singapura, Malaysia. Hanya Indonesia, Filipina, dan Timor Leste yang tidak punya Main Battle Tank (MBT), Australia dan marinir AS di Darwin pun menggunakan," katanya di Jakarta, Selasa.

Dosen Universitas Pertahanan (Unhan) Indonesia itu mengemukakan bahwa perlu tidak perlu, harus mempertimbangkan konstelasi perimbangan teknologi persenjataan.

"Jadi, memang kita harus punya, dan itu juga menjadi kebanggaan, karena prajurit kavaleri TNI (sebelum ada Leopard, red.) tidak sebanding dengan negara tetangga," katanya.

Ia menilai kehadiran tank Leopard penting, seperti di Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia, di mana sebelumnya MBT Malaysia bukan tandingan tank yang dimiliki TNI.

"Sebelum ada tank Leoprad, kita cuma punya tank Scorpion, yang beratnya cuma 15 ton, dibanding MBT tank Leopard yang memiliki berat 60 ton, jadi ada bandingannya," kata Rajab Ritonga yang alumnus Master of Science (MSi) Kajian Ketahanan Nasional dari UI pada 2001 itu.

Menurut dia, kekuatan Indonesia menjadi signifikan dengan alat utama sistem persenjataan (alutsista) itu.

"Karena bagaimanapun juga bisa membuat efek penggentar bagi negara-negara lain yang tidak berniat baik dengan Republik Indonesia," katanya.

Ia mengatakan jika dibeli sesuai anggaran, jumlahnya hanya bisa mencapai sekitar 40 tank.

Namun, katanya, karena Kepala Staf TNI-AD saat itu, Jenderal Pramono Edhi Wibowo, memiliki kebijakan dengan "G to G" (antarpemerintah), maka jumlahnya bertambah menjadi hampir 150 tank Leopard.

"Jadi, pada masa Kasad dijabat Pramono Edhi Wibowo, kebiasaan melalui 'broker' dipangkas sehingga menjadi efisien," katanya.

Oleh karena itu, Rajab melibat bahwa pernyataan mantan Presiden B.J. Habibie yang mengkritik keputusan Kementerian Pertahanan membeli tank Leopard karena tidak cocok sebagai alutsista Indonesia, bukan untuk dibantah.

Habibie menilai bahwa tank Leoprad hanya untuk negara padang pasir, dan bukan negara maritim, termasuk beratnya yang mencapai 60 ton bisa merusak jembatan yang dilalui.

"Barangkali Pak Habibie belum mendapat informasi yang pas," katanya.

Mengenai jalan-jalan kota besar yang rusak jika dilalui tank Leoprad, ia menyatakan bahwa fungsi tank itu bukan hanya di padang pasir, tapi juga bisa dipakai di daratan dan hutan.

Ia mengatakan bahwa hal itu sudah dibuktikan pada parade HUT TNI di Halim Perdana Kusuma yang tidak rusak dan juga pada pameran alutsista di Monas.




Sumber : Republika

MNEK 2014 : 30 Kapal Perang Bergerak Menuju Natuna

Sebelum dilepas untuk bertolak ke Anambas dan Natuna, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio melakukan inspeksi akhir pada kapal-kapal tersebut," ujar Kepala Dinas Penerangan Koarmabar Letkol Laut KH Agus Cahyono

BATAM-(IDB) : Sekitar 30 kapal perang dari 18 negara berangkat dari Batam menuju Anambas dan Natuna, Kepulauan Riau.

Peserta berangkat pada pukul 08.00 WIB untuk mengikuti latihan Bersama Multilateral Naval Exercice Komodo (Latma MNEK) 2014 pada 2-4 April.

"Sebelum dilepas untuk bertolak ke Anambas dan Natuna, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio melakukan inspeksi akhir pada kapal-kapal tersebut," ujar Kepala Dinas Penerangan Koarmabar Letkol Laut KH Agus Cahyono di Batam, beberapa hari yang lalu. Para peserta akan melakukan simulasi penanganan bencana yang diskenariokan berupa ledakan rig pengeboran minyak lepas pantai sehingga mencemari lautan.

"Kemudia seluruh kapal akan saling membantu menanggulangi akibat dari pencemaran termasuk dampaknya bagi masyarakat," terangnya. Latma MNEK 2014 diikuti seluruh negara ASEAN, serta India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, Tiongkok, Rusia, dan Australia (peninjau), dibuka resmi oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, di Batam, seperti ditulis (31/3/2014).




Sumber :PelitaOnline

Seputar Kegiatan KASAL DI MNEK 2014 Batam

Lepas 1000 Funbikers Dari 18 Negara

Dalam rangka memeriahkan latihan bersama (Latma) 18 negara yang bertajuk Multilateral Naval Exercise Komodo 2014, TNI Angkatan Laut bekerjasama dengan pemerintah kota Batam menggelar fun bike yang  yang diikuti sedikitnya 1.000 orang dari Negara-negara peserta Latma, di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Minggu (30/3).
Peserta fun bike yang dilepas Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio ini berangkat dari Harbour Bay menuju Polsek Batuampar melalui terowongan memutar ke Polsek Lubuk Baja, Penuin, Planet Holiday, hingga kembali ke Harbour Bay. Setelah sampai di finish, kepada para peserta dibagikan aneka doorprize bernilai puluhan juta rupiah.

Sesaat setelah melepas para pecandu fun bike dari manca negara, giliran Kasal beserta sejumlah pejabat militer maupun pejabat sipil yang hadir, untuk turut menggoes sepeda yang dilepas Wali Kota Batam Drs. H. Ahmad Dahlan, M.H.

Sementara itu, masih dalam rangka memeriahkan latihan bersama 18 negara bertajuk Multilateral Naval Exercise Komodo 2014, digelar pula berbagai kegiatan unik lainnya, antara lain: marching band, sea eagle boat race. Selain itu, telah dilaksanakan  shoping day dan Batam night life sebagai bentuk lain dari Batam great sale, serta futsal dan bola basket untuk menjalin keakraban antar sesama peserta Latma maupun dengan masyarakat.

Latihan bersama yang akan berlangsung hingga 3 April mendatang, melibatkan 18 negara yang terdiri dari: Indonesia sebagai tuan rumah sekaligus sebagai penyelenggara, diikuti 17 negara peserta lainnya: Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, China, Rusia, dan Australia. Selain itu, tak ketinggalan pula 25 personel PBB, Uni Eropa, Belanda, Spanyol dan ASEAN sebagai observer.

Tinjau Festival Maritim 

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio meninjau pameran expo, Cullinarry experience & multilateral cheefs Battle (festival kuliner), serta Carnaval and cultural parade (Kirab kota), di Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Minggu (30/3).
Acara tersebut merupakan bagian dari Indonesian Maritime Festival (Festival Maritim Indonesia), yang digelar  dalam rangka memeriahkan latihan bersama (Latma) yang melibatkan 18 negara bernama Multilateral Naval Exercise Komodo 2014.

Kegiatan festival maritim lainnya antara lain meliputi:  seni dan budaya,  sport (olahraga), lomba Triathlon, multilataeral naval dragon boat race (lomba perahu naga), band performance (panggung prajurit),  dan festifal jazz, dll.

Pada pameran/expo yang digelar di Planet Holiday. Batam, Dinas Potensi Maritim (Dispotmar) Angkatan Laut menampilkan prototype sea gost project (kapal intai) bernama Makena-2 buatan tahun 2012 yang merupakan hasil kerja sama antara TNI AL, UI, ITB, dan UPN. Selain itu, Dispotmar juga menyuguhkan maket kapal produk pramuka Saka Bahari, serta leaflet dan booklet tentang aneka kegiatan yang pernah dilakukan Dispotmar.

Sementara Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmabar juga tak ketinggalan dengan menampilkan berbagai peralatan canggihnya.

Pelaksanaan kegiatan festival maritim ini bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Kreatif (Kemenparekraf), Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau, dan Pemkot Batam, Anambas, dan Natuna,  serta masyarakat maritim, dengan tujuan untuk memperkenalkan daerah Batam, Anambas, serta Natuna  dan sekitarnya bisa menjadi salah satu tempat favorit destination/kunjungan pariwisata Indonesia khususnya wisata bahari dan dapat memajukan nilai perekonomian masyarakat Batam dan sekitarnya.

Sementara itu pada acara kirab kota, panitia telah menyuguhkan  Marching Band Band Gita Jala Taruna Akademi Angkatan Laut (AAL), terjun payung oleh 27 penerjun pilihan TNI Angkatan Laut, fly pass 2 pesawat terbang milik TNI AL, serta partisipasi masyarakat Batam, antara lain: barongsai, tarian nusantara (adat daerah dari Sabang sampai Merauke).

Sedangkan kirab kota yang mampu menyedot ribuan pengunjung itu diikuti sejumlah negara sahabat, antara lain: Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Jepang, Korea Selatan, China, dan Rusia. Selain itu, kirab kota juga diikuti sejumlah perwakilan prajurit dari TNI AD, TNI AL, TNI AU, Polri, pelajar, pramuka Saka Bahari, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Batam.

Seluruh kegiatan dalam festival maritim ini tak  hanya diikuti oleh para prajurit Angkatan Laut peserta Latma Multilateral Komodo 2014 saja, tetapi juga melibatkan partisipasi seluruh masyarakat yang ada di propinsi Kepulauan Riau. Selain itu, beberapa jenis lomba juga diikuti atlet nasional maupun masyarakat international yang ikut berpartisipasi dalam meramaikan festival ini, antara lain  fun bike.

Turut hadir pada acara kirab kota ini antara lain: Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal Laksamana Muda TNI Ir. I Putu Yuli Adnyana, M.H., Asisten Operasi (Asops) Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, M.PA., M.B.A., para Panglima Komando Utama (Pangkotama) TNI Angkatan Laut, Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksamana Muda TNI Suyitno, S.Pi., M.M., Komandan Korem 033 /WP Brigjen TNI Zuirman,Kapolda Kepri Brigjen Pol Drs. Endjang Sudrajat, dan pejabat pemerintah daerah setempat, serta undangan lainnya.

Inspeksi Kapal Perang Manca Negara Di Perairan Batam

Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio menginspeksi puluhan kapal perang dari manca negara yang tergabung dalam Latihan Bersama (Latma) Multilateral Naval Exercise Komodo 2014, di perairan Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Senin (31/3).

Hal tersebut dilakukan guna mengetahui secara langsung  keberadaan dan kekuatan unsur-unsur TNI AL maupun kapal perang negara-negara peserta lainnya, agar latihan yang  bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dan kesiapsiagaan dalam bentuk kerja sama menangani bencana alam itu dapat berjalan dengan lancar.

Kasal melakukan inspeksi dengan menggunakan Kapal Angkatan Laut (KAL) Yudistira., didampingi Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal Laksamana Muda TNI Ir. I Putu Yuli Adnyana, M.H., Asisten Operasi (Asops) Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, M.PA., M.B.A., Asisten Logistik (Aslog) Kasal Laksamana Muda TNI Suyitno, S.Pi., M.M., para Panglima Komando Utama (Pangkotama) TNI Angkatan Laut, Komandan Korem 033 /WP Brigjen TNI Zuirman, serta para pejabat lainnya.

Inspeksi laut  diawali dengan berlayarnya KAL Yudistira yang dikomandani Lettu Laut (P) Antoni Tigor P. Siahaan dari Dermaga Lanal Batam  bergerak ke arah barat memasuki perairan Teluk Jodoh, Batam,  dengan menginspeksi jajaran  KRI dari berbagai jenis yang tengah sandar  di dermaga-dermaga Koarmatim, kemudian  berputar  menuju unsur-unsur KRI maupun kapal perang negara peserta lainnya yang tengah lego jangkar di Alur Perairan Batam,  antara lain: KRI Teluk Hading (THG-538), KRI Sultan Hasanuddin (SHN-366), KRI Teluk Celukan Bawang (TCB-532), KRI Oswald Siahaan (OWA-354), KRI Sultan Iskandar Muda (SIM-367), KRI Patiunus (PTS-384), KRI Makassar (MKS-590), KRI Arun-903, KRI Yos Sudarso (YOS-353), KRI Teluk Parigi (TGI-539), KRI Imam Bonjol (IBL-383), dll.

Sementara kapal-kapal perang dari negara peserta Latma lainnya antara lain: VPN Khan Hoa, BRP Ramon Alcharaz, JDS Akebono, HMAS Launceston, 1 BS Rusia, 2 TKR Rusia,  3 TB Rusia, INS Sukanya, RSS Resolution, KD Mahawangsa, Mount Changbai, KDB Darulehsan, HTMS Narathiwat, dan USNS Cesar Chaves.

Gelar unsur yang turut dalam Inspeksi Laut kali ini melibatkan ribuan ABK kapal perang dari berbagai tipe dan jenis  yang tengah berada di perairan Batam.

Setiap KAL Yudistira yang ditumpangi Kasal dan rombongan melewati kapal perang yang sedang lego jangkar,  terdengar bunyi peluit  disusul dengan penghormatan para ABK yang  melakukan penghormatan lambung dengan berbaris di reling kapal sambil  serentak meneriakkan  ’Jalesveva Jayamahe’  secara berulang-ulang. Dengan sikap sempurna  Kasal beserta rombonganpun segera membalas penghormatan tersebut.
 

 

Sumber : Koarmabar

Latihan Peningkatan Profesionalisme Prajurit Satuan Koarmabar Ditutup

JAKARTA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI Arief Rudianto, S.E., diwakili Aspers Pangarmabar Kolonel Laut (P) Budi Jatmiko menutup Latihan Peningkatan Profesionalisme Prajurit Satuan Koarmabar dalam suatu upacara di Lapangan Arafuru Markas Komando (Mako) Koarmabar Jalan Gunung Sahari Raya No.67 Jakarta Pusat, Jumat (28/3).

Dalam amanat Pangarmabar yang dibacakan Aspers Pangarmabar menyampaikan, dengan selesainya latihan ini diharapkan seluruh peserta latihan agar pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dapat menambah bekal untuk diaplikasikan di penugasan guna tercapainya kesiapsiagaan satuan-satuan koarmabar dalam melaksanakan tugas.

 

Lebih lanjut Pangarmabar menyampaikan, hasil dari pelaksanaan latihan tersebut baik dalam penerapan prosedur, kerja sama teknis dan taktis maupun efektivitas komando serta pengendalian, hendaknya dikaji ulang untuk dijadikan sebagai bahan penyempurnaan latihan yang akan datang.
 

Latihan yang dimulai dari tanggal 26 sampai dengan 28 Maret 2014 melibatkan seluruh personel  satuan-satuan Koarmabar dengan materi latihan yaitu penyegaran dan praktek lapangan tentang aturan Penyelamatan Kapal (PEK) serta prosedur latihan komunikasi yang dilaksanakan di Kolat Koarmabar dan Diskomlek Koarmabar.
 

Hadir dalam acara tersebut, para Pejabat Teras Koarmabar, Komandan Kolatarmabar, para Komandan Satuan jajaran Koarmabar, dan para Kadis/Kasatker Koarmabar.




Sumber : Koarmabar

Satgas Maritime Task Force TNI Konga XXVII-F Tiba Di Salalah Oman

SALALAH-(IDB) : Satuan Tugas (Satgas) Maritime Task Force (MTF) TNI Kontingen Garuda XXVIII – F setelah melaksanakan pelayaran selama empat hari dari Colombo, Srilanka, akhirnya KRI Frans Kaisiepo – 368 tiba di pelabuhan Salalah, Oman. Sabtu, 29 Maret 2014.

Dengan menempuh jarak sejauh 1638.0 nautical miles. KRI Frans Kaisiepo – 368 disambut oleh Asisten Atase Pertahanan RI di Riyadh, Arab Saudi Mayor Laut (P) Dafris Datuk Syahfruddin dan Consellor/HOC Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Arab Saudi Bpk. Arifin. Pada persinggahan ketiga setelah Belawan dan Srilanka, Komandan Satgas MTF TNI Konga XXVIII-F Letkol Laut (P) Ade Nanno Suwardi mengucapkan rasa syukur serta terus memotivasi para prajurit yang telah melewati pelayaran ini dengan lancar dan aman.

Kedubes RI untuk Oman Bpk. Sukamto beserta staf dalam waktu yang berbeda  ikut mengunjungi KRI Frans Kaisiepo – 368. Dan dalam kesempatan tatap muka bersama para prajurit satgas MTF UNIFIL 2014, Bpk. Sukamto menyampaikan pesan.  “Melihat wajah – wajah penuh semangat dengan kapal yang membanggakan bangsa Indonesia, teruslah berkiprah di dunia Internasional sesuai dengan mandat UUD 1945. Laksanakan tugas dengan penuh dedikasi dan profesionalisme, serta jaga nama baik Indonesia dan bangun hubungan diplomasi dengan Negara lain dan buktikan bahwa inilah Tentara Nasional Indonesia”,ujarnya.

Selanjutnya Komandan KRI Frans Kaisiepo – 368 menyerahkan plakat simbol KRI dan penyerahan topi KRI sebagai kenang – kenangan Satgas MTF TNI Konga XXVIII – F kepada KBRI di Oman. Pada hari Senin, 31 Maret 2014 direncanakan KRI Frans Kaisiepo – 368 akan melanjutkan perjalanan menuju Port Said, Mesir.




Sumber : Koarmatim

2014-2019 DPR Usulkan Anggaran Militer Rp. 200 Triliun

JAKARTA-(IDB) : Ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq mengatakan Indonesia belum memodernisasi peralatan radar militer pantai dan udara. Sebab menurutnya Indonesia masih berfokus pada pengadaan alutsista utama (senjata dan kendaraan tempur).

“Untuk Angkatan Udara alutsista pendukungnya masih radar lama dan belum semua pangkalan udara militer dilengkapi radar,” kata Mahfudz Siddiq ketika dihubungi Republika, Senin (31/3).

Mahfudz mengatakan sebagian besar radar militer Indonesia sudah tidak berfungsi optimal. Ini karena radar yang digunakan sudah tidak moderen. Menurut Mahfudz anggaran alutsista sebesar Rp 120 triliun selama 2009 sampai 2014 tidak  memadai.

“Memang diakui dalam rencana strategi (renstra) 2014 belum bisa biayai radar militer,” ujarnya.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera ini mengusulkan agar ada peningkatan anggaran alutsista periode 2014 – 2019. Mahfudz mengatakan modernisasi radar militer udara dan pantai sudah tidak bisa ditunda. Pasalnya lalulintas udara dan perairan Indonesia sudah semakin padat.

“Saya usulkan belanja alutsista periode berikut Rp 200 triliun,” katanya.

Mahfudz menolak belanja alutsista TNI tidak tepat guna. Dia menjelaskan fungsi alutsista tidak optimal karena belanja alutsista tidak dilakukan dalam paket menyeluruh. Mahfudz mencontohkan, saat membeli pesawat Sukhoi, Indonesia tidak sekaligus membeli persenjataan Sukhoi. “Pembeliannya bertahap karena keterbatasan anggaran,” ujarnya.



Sumber : Republika

KRI Banjarmasin 592 Bersiap Layar Internasional

SURABAYA-(IDB) : Kepala Staf Komando Lintas Laut Militer (Kaskolinlamil) Laksamana Pertama TNI Karma Suta, S.E., melaksanakan peninjauan ke KRI Banjarmasin-592, di Dermaga, Ujung Surabaya. KRI Banjarmasin-592, yang dipersiapan guna pelayaran Kartika Jala Krida (KJK) luar negeri, rencananya akan diberangkatkan  pada 7 April  2014.

Selanjutnya KRI BJM-592, akan melaksanakan pelayaran ke China, Korea Selatan, Jepang, Philipina, Bitung, dengan perkiraan waktu pelayaran sekitar 40 hari dan membawa 89 Taruna AAL, 132 Anak Buah Kapal (ABK) serta personil pendukung. Selama di China KRI Banjarmasin-592 akan mengikuti kegiatan Multilateral Maritime Exercise In The Non Traditional Security Field serta International Fleet Review di Qingdao (China).

Kaskolinlamil pada peninjauannya juga berkesempatan memberikan pembekalan kepada seluruh AKB KRI Banjarmasin-592 antara lain menyampaikan penekanan, untuk selalu menjaga citra Indonesia dan TNI AL pada khususnya, selama mengikuti KJK maupun kegiatan Multilateral Maritim Exercise. Selain itu Kaskolinlamil juga menekankan pentingnya menjaga keselamatan dan kesehatan personil selama pelayaran dilaksanakan.

Sebelumnya KRI Banjarmasin-592 yang berada di jajaran Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) di bawah binaan Satuan Lintas Laut Militer (Satlinlamil) Surabaya, melalui komandan KRI Banjarmasin-592 Letkol Laut (P) Jalesyamca Jayamahe, telah menyampaikan paparan kesiapannya di hadapan Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) Laksda TNI S.M. Darojatim, dan dilanjutkan kepada pejabat TNI AL di Mabesal.




Sumber : Poskota

TNI AU Tunggu Pesawat Tempur Generasi 4,5

YOGYAKARTA-(IDB) : Peremajaan dan modernisasi arsenal perang TNI AU terus dilakukan, di antaranya pesawat tempur pengganti F-5E/F Tiger II yang sekarang tergabung di Skuadron Udara 14, yang berasal dari generasi 4,5 atau 4,5++.

Di antara kontestan yang telah masuk ke dalam daftar pasti pengajuan adalah Sukhoi Su-35 Flanker E (Rusia), JAS-39 Gripen (Swedia), Dassault F1 Rafale (Prancis), dan Boeing-McDonnel Douglas F/A-18E/F Super Hornet (Amerika Serikat). Pengadaan arsenal baru TNI AU itu sesuai Perencanaan Strategis Pertahanan Indonesia Tahap III.

"Kami masih menunggu evaluasi dari Kementerian Pertahanan dan Markas Besar TNI. Jika ditanya, kami menginginkan generasi 4,5," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto, di Yogyakarta, Minggu.

F-5E/F Tiger II didatangkan langsung dari pabriknya di Amerika Serikat pada awal dasawarsa '80-an, dengan skema pembelian foreign military sales.

TNI AU saat itu adalah pengguna perdana Tiger II di ASEAN dengan kekuatan satu skuadron udara penuh (16 unit).

Angkatan Udara Kerajaan Thailand menjadi negara kedua, yang malah membeli lebih banyak lagi Tiger II itu, dan mengembangkan kemampuan pesawat tempur kelas interseptor itu.

TNI AU sebetulnya bukan tidak mengembangkan kemampuan dan usia pakai F-5EF Tiger II itu, karena sempat ada Program MACAN yang diluncurkan pada akhir dasawarsa '90-an.

Selain Thailand, Angkatan Udara Iran secara sempurna bisa mengembangkan Tiger II mereka.

Dassault F1 Rafale merupakan pesawat terbang tempur bermesin ganda dengan rancangan unik di dunia, berkelas multi peran --Prancis menyebut ini sebagai omnirole capability-- termasuk reconnaissance dan surveillance hingga kemampuan meluncurkan bom nuklir.

Dikembangkan dalam hanya tiga varian (B,C, dan M), komonalitas dan kompatibilitas serta kemudahan perawatan plus pengoperasian menjadi nilai tambah pesawat tempur bersayap delta dengan sayap kanard di depan bawah kokpit.

Sistem avionika dan penginderaan serta persenjataannya memakai teknologi kelas paling canggih di kelasnya, di antaranya integrasi sistem dengan pusat pengendali dan sesama penempur di udara.

Adapun JAS-39 Gripen bersayap delta buatan SAAB Swedia, diketahui memiliki kemampuan tempur multiguna-interseptor berkecepatan di atas 2 Mach, dengan teknologi terkini dan menjadi salah satu arsenal andalan NATO.

JAS-39 Gripen merupakan penyempurnaan JAS-35 Vigen dan JAS-37-Drakken, dan bisa menjadi pamungkas dalam superioritas udara dari Swedia yang dikenal dengan produk-produk berkualitas tinggi itu.

Angkatan Udara Kerajaan Thailand menjadi pengguna perdana JAS-39 Gripen ini di ASEAN, sementara di dunia telah dipergunakan Angkatan Udara Kerajaan Swedia, Angkatan Udara Afrika Selatan, dan Angkatan Udara Hungaria.

Sementara Boeing F/A-18E/F Super Hornet adalah pesawat tempur bermesin ganda yang didedikasikan untuk bertempur secara multiperan.

Dia juga dipergunakan di Angkatan Udara Singapura, yang diimbuhi teknologi lebih canggih ketimbang versi ekspor lain dari pabrikannya.

Sukhoi Su-35 Flanker E buatan  Komsomolsk-on-Amur Aircraft Production Association adalah pengembangan dari Su-27 Flanker yang ditingkatkan manuverabilitasnya dari kokpit berkursi tunggalnya dan bermesin jauh lebih kuat dari pendahulunya.

Pertama kali mengudara pada 1988, Angkatan Udara Rusia memakai Su-35 Flanker E (semula dikenal sebagai Su-27M) tim aerobatik mereka, Vityyasii Ruskiyii (Ksatria Rusia), menggantikan MiG-29.

TNI AU sudah sangat akrab dengan sistem Su-27 Flanker ini karena telah memiliki satu skuadron udara berisikan mereka, yaitu Skuadron Udara 11, yang berpangkalan di Pangkalan Udara Utama Hasanuddin, Makasssar. 




Sumber : Antara

Kopassus Dan TNI AD Segera Operasikan Bushmaster

JAKARTA-(IDB) : Sebuah Kapabilitas baru TNI-AD sudah siap dioperasikan usai Bushmaster Driver and Technician Training 24-28 February 2014. Menyusul pembelian tiga unit ranpur beroda empat buatan Thales Australia oleh TNI-AD, ‘Bushmaster’ Protected Mobility Vehicle (PMV) pada akhir tahun 2013, latihan teknis dan pendidikan untuk 25 orang pengendali dan teknisi dari KOPASSUS dan Korps Perlengkapan TNI-AD diselenggarakan di Mako Kopassus Cipatat dan PMPP, Sentul. Dibantu dengan tiga juru bicara, terdapat tiga pelatih Australia dari Combined Arms Training Centre (CATC), Puckapunyal, dikirim dari Australia untuk memberikan pelatihan agar dapat membantu KOPASSUS dan Korps Peralatan TNI-AD untuk dapat memanfaatkan fasilitas baru Bushmaster PMV secara maksimal.
 


Latihan tersebut walau berformat singkat sempat mencakup seluruh aspek pengoperasian dan perawatan ranpur Bushmaster, mulai dari pengenalan karakteristik kendaraan, pemeliharaan harian, sistem elektronik, bahan bakar dan pendinginan mesin. Peserta juga diberikan pelatihan cara untuk mengandeng secara aman kendaraan yang mogok dan juga cara untuk mengendarai ranpur Bushmaster dengan kecepatan tinggi secara aman.

Para peserta pelatihan terkesan dengan kapabilitas Bushmaster PMV. “Bushmaster lebih tangkas daripada ranpur Casspir yang dimiliki oleh Satuan saya saat ini” ujar SERDA Supriyanto dari Satuan 81 KOPASSUS. “Mesin Bushmaster jauh lebih kuat dan sistem kendali operasi terasa sangat lebih ringan. Bushmaster ini juga sudah dilengkapi dengan AC dan joknya jauh lebih enak untuk diduduki” tambahnya.

Pada Upacara Penutupan pada Jumat, 28 Februari di Mako KOPASSUS Cijantung, Atase Darat Australia, Kolonel Justin Roocke, membantu inspektur upacara, Waaslog Kopassus, Letkol Octavianus Oscar. E, untuk pemasangan pin Bushmaster Driver and Technician Training pada 24 lulusan pelatihan tersebut. “Sangat membanggakan bagi saya bahwa dalam waktu yang singkat, yaitu hanya dalam lima hari saja, seluruh pelajaran yang diberikan oleh para instruktur dapat diserap secara keseluruhan oleh kalian semua” ujar Kolonel Justin pada pidatonya dihadapan para lulusan yang berkumpul pada ucara penutupan tersebut. 




Sumber : Ikahan

Jalur Tikus Salah Satu Faktor Sulitnya Pengamanan Daerah Perbatasan

KUPANG-(IDB) : Paspor menjadi surat yang wajib dibawa setiap penduduk untuk memasuki wilayah sebuah negara.

Tak terkecuali di Kalimantan, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Irian Jaya saat menyebrang ke negara Malaysia, Timor Leste, dan Papua Nugini.

Menilik ke jalur perbatasan Malaysia dan Kalimantan serta Irian Jaya dan Papua Nugini, terbilang tergolong sedikit permasalahan yang timbul. Berbeda halnya dengan perbatasan antara Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Timor Leste, di mana kendala-kendala masih kerap terjadi.

Kendala yang paling rentan ialah kurangnya penjagaan keamanan di setiap jalur perbatasan. Alhasil masih banyak warga Timor Leste dan NTT yang melewati batas negara tanpa melalui pos imigrasi. Selain itu sangat banyak 'jalur tikus' yang terdapat di sekitar batas kedua negara tersebut.

"Untuk bicara security sangat longgar sekali perbatasan antara NTT dan Timor Leste, wilayah sedemikian terbuka luas, siapa saja bisa melintas, bukanya petugas tidak mau menjaga tapi terbatasnya sumber daya manusia (SDM) dan sarana prasarana juga menjadi kendalanya," kata Kepala Kantor Imigrasi Atambua, Anggiat Napitupulu saat meninjau perbatasan di kawasan Turiskain, Atambua, NTT, Jumat (28/3/2014).

Tak dipungkiri, jalur tikus menjadi faktor utama banyaknya warga berlalu lalang melintasi batas negara. "Dari data intelijen TNI, data jalur tikus total mencapai 42 di setiap jalur perbatasan dan di sepanjang 148,7 Km," jelasnya.

Adapun karakteristik perbatasan barat di NTT berbeda dengan Kalimantan yang berbatasan dengan Malaysia Timur. "Tidak seperti umumnya sungai di wilayah Kalimantan, sungai di NTT cenderung kering sehingga mudah ditembus para penduduk lintas negara tanpa pemeriksaan imigrasi, bea cukai atau karantina. Bahkan sungai yang kering tersebut dapat dilalui dengan menggunakan motor ataupun mobil," ungkapnya.

Alhasil pada tahun 2013 banyak warga Timor Leste yang di deportasi oleh pihak Imigrasi Atambua. "Pada tahun 2013, dari bulan Januari hingga Desember ada 37 Orang Timor Leste yang saya deportasi, mereka semua masuk lewat jalan tikus," terangnya

Lanjutnya, dalam setiap perbatasan antara Atambua, NTT dan Timor Leste terdapat 8 titik pos pemeriksaan. Namun hanya 6 pos pemeriksaan yang masih beroperasi dan berada di antara 2 kabupaten yaitu Kabupaten Belu dan kabupaten Timor Tengah Utara.

"Sebenarnya ada sembilan titik sesuai nota kesepahaman antara Indonesia-Timor Leste yang dibuat tahun 2003, namun satu titik berada di wilayah Kupang, bukan Atambua," imbuhnya.

Dari 6 pos yang telah beroperasi hanya 2 pos yang telah menggunakan perlintasan internasional atau menggunakan paspor. Sisanya menggunakan perlintasan tradisional atau sebagai pengganti paspor menggunakan Pas Lintas Batas (PLB) yang hanya dapat digunakan oleh warga perbatasan negara.

Di antaranya 6 titik pemeriksaan di wilayah Imigrasi Atambua adalah tempat pemeriksaan Imigrasi (TPI) Mata'ain, TPI Metamauk, dan Pos Turiskain. Ketiganya berada di wilayah kabupaten Belu, 2 titik sudah pos Internasional, hanya Pos Turiskain yang masih pos tradisional.

Sementara tiga titik yang berada di Kabupaten Timor Tengah Utara yakni TPI Napan, pos Wini, pos Haumeni Ana. "Dari total enam titik pemeriksaaan, TPI Mata'ain yang paling ramai dan paling bagus serta pos Turiskain yang paling buruk, batas negara hanya dibatasi sungai," kata Anggiat.




Sumber : Detik

DPR : MH370 Tidak Terdeteksi Bukan Berarti Pertahanan Lemah

JAKARTA-(IDB) : Masyarakat diminta tidak skeptis dengan kekuatan pertahanan Indonesia. Meski radar militer TNI Angkatan Udara tidak mendeteksi keberadaan pesawat Malaysia Airlines MH370, tidak berarti alutsista pertahanan Indonesia lemah.

“Radar militer memang tidak selalu beroperasi selama 24 jam,” kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin ketika dihubungi Republika, Senin (31/3).

Dalam situasi damai radar militer memang sengaja tidak dioperasikan selama 24 jam. Ini agar masa kerja radar bisa bertahan lebih lama. Hasanuddin menjelaskan cara kerja radar militer tidak ubahnya mesin kendaraan. Butuh bahan bakar untuk menggerakan mesin motor dan perawatan berkala.

“Kalau 24 jam berputar tidak akan kuat. Ada jedanya. Setelah 16 jam misalnya berhenti didinginkan dahulu. Radar itukan mutar pakai mesin motor,” ujarnya.

Tidak mudah bagi radar militer mendeteksi gerakan pesawat komersial MH370. Ini karena peruntukan radar militer memang bukan untuk memantau gerakan pesawat komersial. Belum lagi, kata Hasanuddin, ada faktor-faktor yang membuat radar militer tidak bisa mendeteksi keberadaan benda-benda asing di udara.

Hasanuddin menjelaskan keberadaan benda asing di udara bisa tidak terdeteksi radar apabila benda asing terbang di antara bukit, pegunungan, dan terbang rendah. Atau, imbuh Hasanuddin, bisa saja pilot MH370 sengaja mematikan sinyal pesawat agar tidak terdeteksi.

Dia berharap kondisi ini bisa membuat semua pihak sadar dan tidak menyalahkan Indonesia. “Radar militer negara lain juga tidak mendeteksi kenapa Indonesia yang disalahkan?” katanya.




Sumber : Republika