Pages

Minggu, Maret 30, 2014

`Psywar`, TNI AD Tempatkan Helikopter Apache Di Natuna


JAKARTA-(IDB) : Untuk melengkapi kekuatannya, TNI Angkatan Darat membeli 8 helikopter canggih, Apache AH-64 E dari Amerika Serikat. Kepala Staff Angkatan Darat, Jenderal Budiman mengatakan, salah satu penempatannya adalah di Natuna.

Umumnya, penggunaan Apache sering dilakukan di lokasi darat. Lalu, apa fungsinya di Kepulauan seperti Natuna?

Menurut situs www.army-technology.com, Helikopter Apache AH-64 E menggunakan Small Tactical Terminal (STT) KOR-24 yang menghasilkan terminal radio frekuensi sangat tinggi (VHF/UHF). Selain itu dengan sensor elektro-optik dan inframerah (EO/IR) pilot Apache bisa menghadapi atau melakukan serangan terhadap kapal kecil.

“AH-64E memiliki kemampuan diagnostik mandiri,  instrumen data Link-16, dan radar  Longbow yang diperbarui,” demikian tulis www.militaryaerospace.com, Minggu (30/3/2014). Heli itu juga punya kemampuan menyerang.

Saat dihubungi, Kadispen TNI AD, Brigjen Andika Perkasa mengatakan, penempatan helikopter canggih ini fungsinya untuk menjadi deterrent effect terhadap gangguan kedaulatan NKRI. Untuk jumlah yang akan ditempatkan di Natuna ditentukan sebelum Apache tiba di tanah air.
“Kenapa Natuna? Karena lebih untuk deterrent effect atau efek penangkalan. Jadi  seperti psywar atau perang psikologis. Untuk jumlah, jadi tidak perlu dikhawatirkan mungkin 2016 baru fix-lah keputusan pimpinan di mana akan ditempatkan berapa unit yang jelas tidak mungkin ditempatkan di satu lokasi semuanya,” imbuhnya.
Ditambahkan Jenderal bintang satu ini, tahun ini para penerbang TNI AD (penerbad) akan dikirim ke Amerika Serikat untuk belajar mengoperasikan Apache. Ke depan, para penerbang  yang belajar di Fasilitas Boeing Mesa, Arizona Amerika Serikat ini akan menjadi instruktur di dalam negeri.

“Mereka yang dilatih sekarang akan dijadikan pelatih. Dan mereka akan melatih penerbang-penerbang muda kita berikutnya yang akan terus datang setiap tahun,” tutupnya.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu 16 Februari 2014, Jenderal Budiman mengatakan pihaknya membeli Helikopter Apache AH-64 E baru dari Amerika Serikat. Helikopter canggih ini akan datang pada akhir tahun 2017.

“Nanti akan dibeli lagi baru yaitu helikopter jenis Apache sebanyak 8 unit yang akan datang akhir tahun 2017 dengan kemampuan bisa over dengan ketinggian tertentu dengan radar Longbow, sasaran 50 kilometer terdeteksi sekaligus mengunci 20 sasaran serta bisa langsung kena sasaran secara bersamaan hanya dengan 1 tekan tombol,” ucap Budiman.

Untuk mengoperasikan 8 unit Apache, TNI AD menyiapkan 24 penerbang dan 59 teknisi. Kehadirannya diharapkan membantu menjaga pertahanan dan kedaulatan NKRI. 




Sumber : JKGR

Potret : I Love You, Natuna..!!

JKGR-(IDB) : I Love You, Natuna..! Seandainya kisah pembuangan seorang tokoh berpengaruh di suatu negara masih ada hingga ke saat ini, maka saya memimpikan untuk menjadi tokoh itu yang dibuang ke Natuna. Hehehe..! Its my legend island..! Tepat 25 tahun yang lalu, untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di pulau emas ini.

Maaf, saya menyebutnya sebagai pulau emas, untuk menggambarkan betapa besarnya potensi ekonomi yang dimiliki pulau ini. Natuna tiba-tiba menjadi sesuatu yang sangat grand dalam hidup saya, ketika suatu saat saya diminta kepala sekolah saya untuk mewawancarai tokoh terkemuka, budayawan Riau, sekaligus pencetus ide Riau Merdeka, yakni Prof. Dr. Tabrani Rab. Waktu itu saya baru pindah sekolah di salah satu SMAN paling terkenal di Pekanbaru. Hehehe..! 

Maaf saya harus menyebut almamater saya ini sebagai sebuah institusi pendidikan menengah favorit atau paling terkenal di Pekanbaru, supaya bisa mendeskripsikan seacara real tentang kondisi Riau di masa itu. Riau 25 tahun yang lalu adalah sebuah wilayah kepulauan yang maha besar di belahan Timur pulau Sumatera. Riau adalah daerah yang pernah memberikan andil besar dalam perekonomian nasional.

Di masa jayanya, ketika PT Caltex Pacific Indonesia mulai menemukan cadangan minyak terbesar di Indonesia, yakni 2 miliar barel, yang terdapat dalam perut bumi wilayah Duri, Riau mampu menyumbang sebesar 65% dari seluruh lifting minyak nasional Indonesia. Angka yang sangat fantastis..! Dari sini kita akan mengetahui alasan mengapa di Pekanbaru terdapat skuadron pesawat tempur yang diperhitungkan. Oil and Gas Factor..! Bahkan konflik PRRI Permesta di Sumatera harus berawal dan berakhir di daerah ini.

Adalah LB Moerdani yang dalam misi melumpuhkan konflik tersebut baru untuk pertama kalinya melakukan terjun payung, telah menjadi saksi dan sekaligus mampu memprediksi masa depan gemilang daerah ini. 

Di wilayah provinsi Riau pada masa itu sudah menjadi pemandangan keseharian bila kita menyaksikan sumur-sumur minyak, pipa-pipa minyak sebesar perut kerbau di sebelah kiri dan kanan bahu jalan, anjungan minyak lepas pantai, atau kawasan-kawasan eksklusif yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan minyak, baik lokal maupun asing. Dari mulai Dumai, Duri, Minas, Rumbai, Pekanbaru, Siak, Selat Panjang, Sei Pakning, Bengkalis, terus memanjang jauh hingga ke Natuna, aura minyak tidak akan pernah lepas dari pandangan mata kita.

Menelusuri jalur minyak Riau, itulah yang saya lakukan 25 tahun lalu bersama Prof. Tabrani, dalam rangka memperkaya materi yang akan saya pakai dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja tingkat Nasional di Jakarta. Dengan ketekunan penuh bak seorang ayah, dia menceritakan rentetan kisah dan sejarah kejayaan kerajaan-kerajaan di Riau, seperti kerajaan Siak Sri Inderapura maupun kerajaan Seri Bintan di pulau Bintan, Kepri. 

Meskipun dengan andil minyak yang mencapai 65% dari total minyak nasional, tapi ekonomi Riau saat itu tidak terlalu istimewa, hanya sedikit lebih baik dari Bengkulu dan Jambi. Jalan-jalan perkotaan yang sempit, jalan provinsi yang lebih banyak memanfaatkan infrastruktur jalan milik perusahaan minyak, yang selalu berdebu di saat musim kemarau, atau sangat licin di saat musim hujan. Hampir tidak ada sesuatu yang membanggakan. Bahkan di Pekanbaru sendiri sebagai ibukota provinsi Riau pada saat itu, kondisinya tidak lebih baik dari ibu kota kabupaten yang ada di pulau Jawa.

Ketika kita belum familiar dengan istilah Mall, dan lebih memilih kata Plaza untuk menyebut pusat perdagangan modern, maka waktu itu di Pekanbaru hanya ada terdapat satu plaza, yakni Suzuya Plaza, yang terletak di Jalan Soedirman. Tempat ini menjelma menjadi pusat hiburan masyarakat urban Pekanbaru, dan menjadi tujuan utama seluruh masyarakat Riau yang bertandang ke Pekanbaru. 

Kota kedua terbesar di Riau adalah Tanjung Pinang, yang notabene adalah bekas ibukota provinsi Riau, yang letaknya berada di wilayah Kepri. Dengan sistem transportasi udara yang masih sangat minim, moda angkutan laut menjadi satu-satunya alternatif untuk bisa menjangkau seluruh pelosok daerah Riau. Tanjung Pinang dianggap sudah sampai sepertiga perjalanan kita dari Pekanbaru menuju pulau Natuna. 

Sesudah Tanjung Pinang, kita masih harus melewati Tanjung Balai Karimun, sebelum akhirnya kita akan melakukan perjalanan menegangkan, karena disepanjang laut yang kita lewati, hantaman ombak senantiasa datang silih berganti, bahkan jika badai sedang tiba, perjalanan laut dari Pekanbaru ke Natuna bisa menjadi perjalanan maut yang harus ditempuh berhari-hari, atau seringkali Natuna menjadi The Forbidden Island, yang dilarang untuk dikunjungi melalui laut karena ganasnya ombak sangat mengancam keselamatan.

Jadi jangan bayangkan Natuna seperti kota kecamatan lainnya yang ada di pulau Jawa. Jumlah kendaraan roda empat masih sangat jarang, karena bisa dimaklumi, jalan raya disana lebih layak disebut sebagai gang daripada sebatang jalan. Sempit dan alakadarnya. Sepeda dan motor menjadi pilihan utama, bahkan untuk memiliki motor, kita gak perlu sibuk ngurus STNK dan BPKB, motor bodong pun masih bisa kita pake, jangan takut dengan polantas, karena polisi mana yang mau ditugaskan di Natuna, bahkan markas TNI AL pun kondisinya tidak lebih baik dari gubuk warung tuak, yang berlantai tanah dan berdinding serta beratapkan seng. Yang membedakan cuma kibaran bendera Merah Putih yang terpancang gagah di atas sebatang kayu bakau. Sungguh sangat menyedihkan..!

Tapi itu dulu, sekarang kondisinya sudah berubah total. Tidak perlu lagi merasa minder beridentitaskan warga Natuna. Ketika kandungan minyak dalam perut bumi di Riau daratan sudah jauh berkurang, Natuna kini menjelma menjadi pulau harapan dan primadona Indonesia di masa depan. Perhatian dunia tidak pernah terlepas dari titik hitam peta dunia yang menjadi wilayah terluar teritori NKRI.

Kandungan minyak dan gasnya yang sangat melimpah, dan konon menjadi salah satu cadangan migas terbesar dunia, serta posisi netralnya yang sangat setrategis dalam konteks konflik LCS, menjadikan pulau permai ini tidak pernah berhenti menebar seduction effect pada negara-negara yang terlibat langsung dalam kemelut LCS atau pun negara-negara penjarah sumber daya alam dunia. Adalah sebuah keputusan tepat yang sangat menyenangkan, sekaligus menenangkan ketika pemerintah memberikan fokus pada pengembangan pulau ini dari sisi militer.

Combat radius Sukhoi dari Natuna
Combat radius Sukhoi dari Natuna

Jangan berhenti hanya sampai pembentukan pangkalan utama TNI AL, nyatanya Natuna bukanlah sebuah pulau kerdil yang tidak memiliki karakter agraria. Natuna jauh lebih besar dari S’pore dan Batam, yang bahkan masih bisa dikembangkan menjadi sentra industri gula dan garam terbesar di Asia. 

Natuna bukanlah secuil wilayah datar, yang konon tidak cocok ditempati oleh skuadron heli Apache, dan Natuna bukanlah semata-mata tentang laut dan pantai. Natuna adalah segalanya, yang memiliki kelayakan dan nilai yang sangat strategis baik yang dimiliki oleh daratannya, laut, maupun wilayah udaranya. Bahkan jika pemerintah lebih serius, pembentukan sebuah Kodam di Natuna akan sama pentingnya dengan pengerahan pasukan kita di TimTim dulu.

Bisa dibayangkan jika pulau-pulau seperti Natuna, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pinang, Selat Panjang, sampai Pekanbaru dilengkapi piranti arhanud medium range, maka gugusan wilayah ini akan menjelma menjadi sosok seekor naga dengan bola dan lidah apinya yang menjulur, menyambut sahabat yang berniat baik, dan akan siap membakar dan menghanguskan siapun yang datang untuk menebar ancaman. Selamat datang TNI, selamat berbenah Natuna. Doa kami akan senantiasa ada untukmu. Jayalah NKRI...!!!




Sumber : JKGR

Penjelasan TNI AD Seputar Tank Leopard


Rekan - rekan Media,

JAKARTA-(IDB) : Ada beberapa hal yang perlu kami jelaskan sbg respon dari pendapat Bapak B.J. Habibie tentang Tank Leopard TNI AD Rabu (26 Maret) kemarin.

1. Ada 140 negara pengguna MBT diseluruh dunia, dengan 65 jenis MBT yang berbeda.
  1. Khusus Tank Leopard digunakan oleh 20 negara besar (14.3 % dari total MBT), mulai dari Australia, Austria, Brazil, Canada, Chili, Denmark, Finlandia, Jerman, Yunani, Indonesia, Italy, Lebanon, Norwegia, Polandia, Portugal, Singapura, Spanyol, Swedia, Swiss, sampai Turki.
  2. Dari 20 negara tsb, HANYA 3 (15 %) yang memiliki Padang Pasir. 85 % dari negara2 tsb TIDAK MEMILIKI Padang Pasir.
2. Berat Tank Leopard dihadapkan jalan & jembatan di Indonesia.
  1. Sekalipun berat Tank Leopard +/- 60 Ton, TEKANAN JEJAK pada tanah hanya 0.8 kg/cm2 atau 8.9 Ton/m2. TEKANAN JEJAK ini relatif sama dng Tank AMX-13 (Berat 14.5 Ton) & Scorpion (Berat 8 Ton).
  2. Dengan TEKANAN JEJAK 8.9 Ton/m2, Tank Leopard SANGAT MEMENUHI syarat gunakan Jalan Kelas 1 & 2 di Indonesia (Perda : MUATAN SUMBU TERBERAT di jalan Kelas ini bisa lebih dari 8 Ton/m2).
  3. BEBAN TERBAGI RATA Tank Leopard (q = 2.38 kNm2) masih lebih kecil dari Jembatan Kelas A & B (q = 4.46 kNm2) di Indonesia (lebar 6m, panjang 40m).
  4. Tank Leopard mampu manuver off road, di permukaan berlumpur, di sungai dng kedalaman < 4m.
3. Untuk penempatan 103 unit Tank Leopard TNI AD :
  1. Batalyon Kavaleri 1 Kostrad, Cijantung (total 41).
    * 13 Leopard 2A4.
    * 28 Leopard 2 RI.
  2. Batalyon Kavaleri 8 Kostrad, Pasuruan (total 41).
    * 28 Leopard 2A4.
    * 13 Leopard 2 RI.
  3. Pusat Pendidikan Kavaleri, Padalarang (total 4).
    * 3 Leopard 2 RI.
    * 1 Leopard 2A4.
  4. Kompi Kavaleri CAMB, Sentul.
    * 13 Leopard 2 RI.
  5. Kompi Kavaleri Pusat Latihan Pertempuran, Baturaja (total 4).
    * 4 Leopard 2 RI.
Dari kebutuhan 103 garasi Tank Leopard, 82 diantara-nya (79.6 %) sudah selesai dibangun di berbagai lokasi tsb. Sisa-nya akan diselesaikan tahun 2014.

Brigjen TNI Andika Perkasa
Kepala Dinas Penerangan TNI AD




Sumber : JKGR

MNEK 2014 Di Wilayah Hotspot

BATAM-(IDB) : Setidaknya ada 18 negara dan 40 kapal yang akan mengikuti Latma Komodo 2014 di wilayah Batam, Natuna dan Anambas. Indonesia sendiri akan mengerahkan unsur TNI AL, TNI AU, Polri, kesatuan penjagaan pantai (KPLP) departemen perhubungan dan satu kapal dari SKK Migas dengan jumlah persomil total 3000. TNI AL dalam kegiatan ini melibatkan 19 kapal perang antara lain jenis Sigma dan fregat serta jenis Parcim dan landing platform dock (LPD), froch. 

Ke 18 negara peserta adalah 10 negara ASEAN plus 8 peserta undangan: India, Jepang, Korea, Australia, New Zealand, USA, China, dan Russia.  Latihan bersama latma Multilateral Komodo dengan tema diselenggarakan pula dengan kegiatan Maritime Hospitality yang dikemas dalam bentuk Indonesia Maritime festival 2014 di mulai 28 Maret 2014.

Acara ini merupakan lanjutan acara sebelumnya yang  berlangsung di  Nusa Tenggara Timur pada 14 September 2013. Sail Komodo 2014 sendiri merupakan Sail ke-6 kalinya sejak 2009. Event internasional ini dimulai dengan penyelenggaraan Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi – Belitong 2011, dan Sail Morotai 2012.
Pemilihan Lokasi.
Menarik melihat pemilihan lokasi Latma Komodo 2014 kali ini yang akan dilaksanakan di Batam, Natuna dan Anambas. Sebelumnya rencana Sail Komodo 2014 akan dilakukan di Raja Ampat, Papua,  yang adalah juga merupakan lokasi wisata unggulan. Dan pilihan mengadakan Sail Komodo di lokasi-lokasi wisata unggulan adalah wajar mengingat acara ini selalu mempunyai dampak positif peningkatan ekonomi dari sektor wisata bagi daerah dimana pagelaran ini dilangsungkan.

Ketika kemudian lokasi diganti menjadi Kepulauan Riau di hadapan Laut China Selatan bisa diartikan pemerintah dan TNI mengejar nilai politis dan strategis selain nilai ekonominya. Cukup mengherankan ketika terdengan kabar bahwa Presiden SBY tidak akan menghadiri  acara Latma Komodo 2014 yang sangat bernilai strategis tinggi dan luas ini.

Anambas adalah kepulauan di barat pulau Natuna yang pernah didaulat sebagai kepulauan yang paling indah se-Asia Tenggara. Merupakan destinasi wisata alam dan bahari yang kurang dikenal kebanyakan wisatawan dalam negeri namun merupakan surga bagi penggemar wisata bahari mancanegara. Kebanyakan paket wisata ke daerah ini malah dikuasai agen wisata dari Singapura dan Malaysia. 

 Pagelaran latihan multilateral ini akan merupakan promosi tidak langsung bagi potensi wisata Anambas dan pada akhirnya akan meningkatkan kunjungan wisatawan. Hal ini bisa memancing industri lain masuk dan semakin ‘menghidupkan’ wilayah luar Indonesia ini. Dan hal tersebut juga merupakan nilai strategis bagi kepulauan luar mengingat sedang panasnya adu klaim beberapa negara di utara wilayah tersebut.

Seperti motto Latma Komodo kali ini “Cooperation For Stability”, memang itulah tujuan utama dari acara tersebut. Dengan ikutnya berbagai negara yang punya konflik kepentingan bahkan sengketa wilayah di dalamnya diharapkan akan bisa diselesaikan dengan mempertimbangkan kepentingan bersama, yaitu keamanan regional. Indonesia sendiri sering menjadi penengah dalam berbagai konflik negara-negara tetangga. Kehadiran tamu undangan dari berbagai kubu merupakan pengakuan terhadap potensi Indonesia sebagai penengah/penyeimbang di kawasan.

Menarik juga jika dihubungkan dengan rencana pembangunan pangkalan militer di Pulau Natuna. Setelah rencana pembangunan pangkalan Angkatan Laut juga diumumkan pembangunan shelter pesawat tempur di Natuna. Komandan Pangkalan Udara Ranai, Letkol (Pnb) Andri Gandy, mengatakan pangkalan Udara TNI AU Ranai akan segera diliengkapi dengan jet tempur canggih Sukhoi. Untuk itu di pangkalan ini akan segera dibangun shelter Sukhoi di hanggar barat Lanud Ranai. 

Lanud Ranai sendiri terletak di timur pulau Natuna besar dan berhadapan dengan LCS. Dan berita tersebut menambah sinyal menjadikan Natuna sebagai titik kekuatan TNI setelah sebelumnya KASAD mengatakan Apache akan ditempatkan di Natuna. Berita-berita tersebut muncul bersamaan dengan persiapan penyelenggaraan LATMA KOMODO 2014 ini.

Apakah ada strategi baru dari strategi pertahanan TNI? Apakah Sukhoi dan AH-64 E Guardian akan permanen berbasis di Natuna? Apakah TNI mulai flexing its muscle jauh ke luar wilayah pertahanan sendiri? Karena dari titik lokasi baru pangkalan pespur sekelas Sukhoi  terlihat lebih ‘mengancam’ ke luar daripada deterrence dan pertahanan wilayah.




Sumber : JKGR

Berita Foto : Teknologi Simulator Helikopter TNI AD

SEMARANG-(IDB) : Sejumlah petinggi TNI Angkatan Darat melihat simulator NBO 105 dan Bell 412 di markas Penerbangan Angkatan Darat, Semarang, Jawa Tengah (27/3). 
Sejumlah instalasi kaki yang bekerja secara hydrolik pada mesin simulator NBO 105 di markas Penerbangan Angkatan Darat, Semarang, Jawa Tengah (27/3). 
Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Budiman duduk di kursi copilot simulator Bell 412 di markas Penerbangan Angkatan Darat, Semarang, Jawa Tengah (27/3). Calon penerbang harus memiliki 20 jam terbang dengan simulator ini sebelum transisi copilot helikopter. 
Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Budiman menuruni tangga simulator Bell 412 di markas Penerbangan Angkatan Darat, Semarang, Jawa Tengah (27/3). 
Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal Budiman melihat instalasi simulator NBO 105 dan Bell 412 di markas Penerbangan Angkatan Darat, Semarang, Jawa Tengah (27/3).




Sumber : Tempo

Brigif 3 Apel Kesiapsiagaan Penanggulangan Terror

LAMPUNG-(IDB) : Segenap prajurit Brigade Infanteri-3 Marinir (Brigif-3 Mar) mengikuti apel kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Mako Brigif-3 Mar, Piabung Pesawaran, Lampung, Kamis (27/03/2014).

Apel kesiapsiagaan BNPT yang mengangkat tema “DENGAN APEL KESIAPSIAGAAN TNI – POLRI SIAP MENGAMANKAN TAHAPAN PEMILU DI WILAYAH LAMPUNG DARI ANCAMAN TINDAK PIDANA TERORISME”, melibatkan unsur TNI – Polri terdiri dari prajurit Brigif–3 Marinir, Batalyon 143 TNI AD dan SAT BRIMOBDA Lampung.


Tim BNPT yang dipimpin Brigjen Pol Dr. Petrus Reinhard Golose selaku Direktur Penindakan BNPT beserta rombongan, diterima langsung Komandan Brigade Infanteri-3 Mar Kolonel Marinir Suherlan, SE., di Kesatrian Kahpi Suriadireja.



Pada kesempatan ini, tim BNPT menjelaskan kepada seluruh peserta apel, tentang peta situasi serta jaringan dan pimpinan terorisme di daerah Lampung dan Indonesia. Dalam Kegiatan ini juga ditampilkan simulasi penanggulangan terorisme oleh para prajurit TNI– POLRI.


Usai kegiatan apel, rombongan tim BNPT melaksanakan menembak pistol bersama prajurit TNI-Polri Wilayah Lampung di lapangan tembak pistol “Jumaryo” Brigif-3 Mar.


Turut hadir dalam kegiatan tersebut Kapolda Lampung, Para pejabat dari Sat Brimobda Lampung, pejabat BNPT serta para Perwira Staf dan Komandan Satlak Brigif–3 Mar. 




Sumber : Kormar

Kasal Dan Panglima Armada 7 AS Lakukan Pertemuan Di Batam

BATAM-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Laut  (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio, melakukan pertemuan dengan Commander, U.S. 7th Fleet United States of America (Panglima Armada 7 Angkatan Laut Amerika Serikat) Vice Admiral (Laksamana Madya) Robert L. Thomas, J.R., di Ball Room, Swiss Bell Hotel, Batam, Kepolauan Riau, Jumat (28/3).

Turut hadir mendampingi Kasal dalam kesempatan tersebut, Asisten Pengamanan (Aspam) Kasal Laksamana Muda TNI Ir. I Putu Yuli Adnyana, M.H., Asisten Operasi (Asops) Kasal Laksamana Muda TNI Didit Herdiawan, M.PA., M.B.A.,  Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlabar) Laksamana Pertama TNI Dr. A. Oktavian, ST., M.Sc., D.E.S.D. selaku Direktur Latihan Latma Multilateral Komodo 2014, serta Pejabat terkait lainnya. 


Sementara Panglima Armada 7 Angkatan Laut Amerika Serikat didampingi sejumlah Perwira Stafnya, antara lain: Comander Michael Garrick, Liuetenant Andrew O., S.A. Chris, Liuetenant Zwierko, dan Ms. Kingsland.


Para Pejabat Tinggi Angkatan Laut dua Negara tersebut hadir di Batam dalam rangka menghadiri Latihan Bersama (Latma) Multilateral Komodo 2014 yang akan berlangsung 29 Maret hingga 3 April 2014 di Batam, Anambas, dan Natuna, Kepulauan Riau.


Latma Komodo 2014 merupakan Latihan Multilateral pada  aspek nonwarfighting yaitu penangulangan bencana alam (Disaster Relief) dan bakti sosial (Humanitarian Civic Action), diikuti 18 Negara yang berasal dari anggota ASEAN dan ASEAN Plus, dengan menghadirkan kapal-kapal perang di Batam, Anambas dan Natuna.


Hajad akbar yang diikuti 18 Negara ini, TNI Angkatan Laut melibatkan 19 KRI, antara lain: Van Speijk, Sigma, LPD, ATF, PK dan  LST, sedangkan Alutsista Pesud TNI AL menyertakan 6 pesawat udara yang terdiri dari: 2 Fixed Wing dan 4 Rotari Wing.




Sumber : TNI

Antisipasi Konflik LCS, TNI Perkuat Natuna

JAKARTA-(IDB)  : Panglima TNI Jenderal Moeldoko berencana memperkuat kekuatan di Pulau Natuna, Kepulauan Riau untuk mengantisipasi hal-hal negatif akibat konflik Laut China Selatan. Moeldoko pun mengumpulkan seluruh Kepala Staf Angkatan untuk mencari solusi penguatan pulau strategis Indonesia yang berbatasan dengan Laut China Selatan tersebut.

"Bila terjadi sesuatu di sana akan merembes ke Indonesia," kata Moeldoko pada 3 Maret 2014 lalu.

Terkait rencana Jenderal Moeldoko, TNI Angkatan Udara akan melakukan perbaikan Lanud Ranai Pulau Natuna dan menempatkan skadron move atau bisa berpindah home base. Agar Lanud Ranai bisa menjadi hardened shelter pesawat tempur seperti Sukhoi, F-16, Golden Eagle dan jenis lainnya.

"Skadron move untuk hardened shelter sewaktu-waktu bisa dilaksanakan tergantung kebutuhan operasi," tulis Kadis Penerangan TNI AU Marsma Hadi Tjahjanto di Jakarta Minggu (30/3/2014).

Hadi menambahkan, untuk wewenang penggunaan kekuatan sepenuhnya di bawah Panglima TNI. Kemudian, kewenangan ini akan ditindakanjuti ke Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) atau Komando Operasi Angkatan Udara (Koopsau).

"Bisa Kohanudnas bisa Koopsau, tergantung jenis operasi. Karena doktrin kita masih seperti itu," tutup jenderal berkumis ini.

Sebelumnya, untuk mengantisipasi gangguan kedaulatan, TNI Angkatan Darat berencana menambah 1 batalyon dan menempatkan Helikopter Apache AH-64 di Pulau Natuna. Kehadiran helikopter buatan Amerika ini diharapkan bisa menjadi deterrent effect.

"Kenapa Natuna? Karena lebih untuk deterrent effect atau efek penangkalan. Jadi seperti psywar atau perang psikologis," ujar Kadispen TNI AD, Brigjen Andika Perkasa .

Selain itu, Mabes TNI juga akan meningkatkan status Pangkalan Angkatan Laut menjadi Pangkalan Utama Angkatan Laut. Alat utama sistem senjata (alutsista) canggih pun akan mengisi pulau terluar Indonesia tersebut.

Pulau Natuna dengan luas daratan 2.631 kilometer persegi, di utara berbatasan dengan perairan Vietnam, dan wilayah timurnya berbatasan dengan Malaysia Timur, Kalimantan Barat dan Brunei Darussalam. Sementara itu, di barat Pulau Natuna dengan luas lautan 262.156 kilometer persegi berbatasan dengan Semenanjung Malaysia Barat.

Sementara, meski mereda, permasalahan Laut China Selatan punya potensi 'kambuh'. China, Malaysia, Vietnam, dan Taiwan mengklaim wilayah laut yang diyakini memiliki cadangan minyak dan gas yang sangat banyak itu.

China mengklaim sekitar 90 persen dari 3,5 juta kilometer persegi Laut China Selatan, yang bersinggungan dengan Brunei, Malaysia, Filipina, Vietnam dan Taiwan. China juga berencana menetapkan Zona Indentifikasi Pertahahan Udara (ADIZ) di Laut China Selatan.




Sumber : SCTV