Pages

Sabtu, Maret 29, 2014

MNEK 2014 : Menkopolhukam Buka Latihan Bersama 18 Negara

BATAM-(IDB) : Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto secara resmi membuka pelaksanaan latihan bersama yang diikuti 18 negara, di Ball Room, Swiss Belhotel, Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Sabtu  (29/3).
 

Pembukaan latihan bersama (latma) bertajuk Multilateral Naval Exercise Komodo 2014  ini  ditandai dengan pemukulan gong oleh Menkopolhukam, dihadiri Menteri Pertahanan (Menhan) Prof. Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.A., M.Sc., Ph.D., Panglima TNI Jenderal TNI Dr. Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio, para Kasal negara-negara peserta lainnya, para Duta Besar negara-negara peserta, para Kepala Delegasi dan Atase Pertahanan negara-negara peserta, para pejabat Mabes TNI, TNI AL, TNI AU, dan Polri, para Komandan Kapal negara-negara peserta, Gubernur Kepulauan Riau H. Muhammad Sani, serta undangan lainnya.
 

Sedikitnya 4.885 personel terdiri dari 3.000 personel TNI AL yang diperkuat TNI AD, TNI AU, dan Polri, serta 1.885 personel Angkatan Laut dari 17 negara-negara ASEAN dan negara-negara sahabat terlibat dalam latma yang berlangsung di Batam, Anambas, dan Laut Natuna, Kepulauan Riau.
 

Selain Indonesia, 17 negara peserta lainnya adalah: Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Laos, India, Jepang, Korea Selatan, Selandia Baru, Amerika Serikat, China, Rusia, dan Australia. Selain itu, tak ketinggalan pula 25 personel PBB, Uni Eropa, Belanda, Spanyol dan ASEAN sebagai observer.
 

Latma Komodo 2014 merupakan latihan multilateral pada  aspek nonwarfighting yaitu penangulangan bencana alam (Disaster relief) dan bakti sosial (Humanitarian Civic action), diikuti 18 negara yang berasal dari anggota ASEAN dan ASEAN Plus, dengan menghadirkan kapal-kapal perang di Batam, Anambas dan Natuna.
 

Dalam latma ini, TNI Angkatan Laut mengerahkan 24 kapal perang, 6 pesawat udara yang terdiri dari dua fixed wing dan empat rotary wing, termasuk terlibat pula unsur-unsur dari Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Departemen Perhubungan (Dephub) sebanyak dua kapal, dan satu kapal dari SKK Migas. Sedangkan dari negara-negara asing mengerahkan 14 kapal perang, empat helikopter. Lokasi latihan  dilaksanakan di perairan yurisdiksi nasional Indonesia di Laut Natuna dan Kepulauan Anambas. Adapun kegiatan civic mission dilaksanakan secara serentak di tujuh lokasi yang berada di wilayah kerja Lanal Ranai (Laut Natuna) dan Lanal Tarempa (Kepulauan Anambas).
 

Latma ini sebagai tindak lanjut dari ASEAN Agreement on Dissaster Management and Emergency Response sesuai agenda kerja sama pada  ASEAN Defence Minister’s Meeting (ADMM). Sehingga latma Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 menitikberatkan materi latihan pada aspek nonwarfighting, yaitu mengorganisir dan kerja sama antarnegara terhadap berbagai bentuk ancaman keamanan maritim, dengan memfokuskan pada materi latihan meliputi: Humanitarian Assistance (HA) dan Humanitarian Civic Action (HCA), Disaster Relief (DR), menghadapi Transnational Organized Crimes (TOC), dan Peace Keeping Operation (PKO).
 

Pada latma Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 dengan tema “ASEAN Navy: Cooperation For Stability” ini diselenggarakan pula kegiatan Maritime Hospitality yang dikemas dalam bentuk Indonesia Maritime Festival 2014, dengan acara antara lain kegiatan pameran maritim; meliputi transportasi maritim, pariwisata, dan ekonomi kerakyatan & kreatif, produk-produk kemaritiman; kegiatan olahraga; yakni triathlon, fun bike, lomba perahu naga, sepak bola gembira, dan bola basket; serta kegiatan hiburan; yakni jazz festival, konser band, kirab kota, serta lomba masak.
 

Sebelumnya, guna kelancaran pelaksanaan Latma Multilateral Naval Exercise Komodo 2014, telah digelar Initial Planning Conference (IPC), yang berlangsung 22-23  Agustus 2013, Mid Planning Conference (MPC)  berlangsung 13/11/2013 di Hotel Borobudur, Jakarta, serta Final Planning Conference (FPC) yang digelar 16-17 Januari 2013 di Swiss-Belhotel, Batam, Kepulauan Riau.
 

Bertindak sebagai Direktur Latihan (Dirlat) Latma Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 Laksamana Pertama TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., D.E.S.D., yang sehari-hari menjabat Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlaarmabar).
 

Secara umum Multilateral Naval Exercise Komodo 2014  bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme dan kesiapsiagaan dalam bentuk kerja sama menangani bencana alam. Selain itu, kegiatan ini juga bertujuan untuk confidence building measure dalam rangka meningkatkan stabilitas keamanan maritim. Lebih dari itu latma Multilateral Naval Exercise Komodo 2014 mempunyai dimensi kepentingan nasional sekaligus regional/internasional sebagai berikut: meningkatkan hubungan antarnegara ASEAN pada khususnya, dan negara non-ASEAN pada umumnya, meningkatkan stabilitas keamanan maritim kawasan, meningkatkan kemampuan (capacity building) tim penanggulangan bencana Indonesia terutama TNI Angkatan Laut, dalam konteks operasi secara multilateral, memberikan rekomendasi dan masukan strategis bagi kerja sama ASEAN Regional Forum (ARF) dalam penanggulangan bencana di wilayah regional, memfasilitasi keselarasan berbagai protokol nasional, regional, dan internasional dalam penanggulangan bencana, serta untuk meningkatkan kemampuan komunikasi sosial internasional dan kerja sama prajurit TNI Angkatan Laut antarnegara ASEAN dan non-ASEAN.




Sumber : Koarmabar

MNEK 2014 Resmi Dibuka, 18 Negara Ambil Bagian

BATAM-(IDB) : Tamu negara asing yang bergabung dalam Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) 2014 di Batam, Natuna dan Anambas tiba di Batam. Pagi ini, Sabtu (29/3) acara latihan militer penanggulangan bencana alam itu dibuka langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan(Menkopolhukam) Djoko Suyanto di Swiss Bell Hotel, Harborbay, Batuampar, Batam.

Ribuan peserta MNEK berkumpul dan mengikuti acara pembukaan. Hadir dalam acara Kepala staf TNI AL (Kasal) Laksama Marsetio, Menteri pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldopo, Kapolri Jendral Sutarman, Gubernur Kepri HM Sani dan segenap pejabat negara, pemerintah daerah, petinggi TNI, Polri dan perwakilan pejabat negara dari negara-negara peserta MNEK.

Acara pembukaan berlangsung singkat dan didahulu dengan laporan kegiatan dari Komandan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlaarmabar) Laksamana Pertama TNI Amarulla Octavian. Dalam laporannya latihan militer dalam penanggulangan dan bantuan paskabencana alam itu, akan dilaksanakan ditiga tempat yang berbeda, yakni di Batam, Natuna dan Anambas. Kegiatan meliputi simulasi penanggulangan bencana alam, Maritim ekspo, hiburan, olahraga dan beberapa kegiatan sosial lainnya.

Total negara yang terlibat dalam latihan koordinasi militer ini ada 18 negara Asean Plus.

Djoko Suyanto mengatakan, acara MNEK ini merupakan ajang meningkatkan hubungan baik antar sesama negara peserata MNEK. Dia berharap dengan kegiatan MNEK ini, semua peserta mampu berkerja sama untuk latihan menanggulangi bencana alam agar agar saling membantu satu sama lain jika terjadi bencana alam dikemudian hari.

“Bencana Tsunami, banjir dan lainn sebagainya sudah kerap terjadi, selama ini masih simpang siur soal penangangan bencana alam. Dengan latihan ini diharapkan penanggulangan bencana militer bisa terorganisir dengan baik,” ujar Djoko.




Sumber : BatamPos

Potret : Krisis Crimea

Putin : Obama Angkat Senjatamu Kita Perang
 
CRIMEA-(IDB) : Langkah NATO yang melakukan penyebaran pasukan di sepanjang perbatasan Rusia-Ukraina, direaksi keras Presiden Rusia, Vladimir Putin, dengan sebuah tantangan perang.

Ini menyusul sikap mendua Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, yang menolak penggunaan kekuatan militer untuk mengembalikan Crimea ke Ukraina, namun di satu sisi memerintahkan pengerahan kekuatan militer besar di perbatasan Belarus.


“Jika anda (obama) adalah pemimpin, jangan ragu saat mengerahkan pasukan. Angkat senjata anda dan lawan kami. Jangan menjadi badut yang menjual ancaman tapi tidak melakukannya,” tegas Putin, dilansir Inter-fax, Kamis (27/03/2014) di Kremlin, Moskow.


Putin juga mewanti-wanti NATO untuk tidak mengirimkan pasukan ke Ukraina khususnya ke Transnistria di Moldova, dengan alasan untuk mencegah serangan Rusia propinsi itu.


“Jangan pernah mengarang cerita menyeramkan. Rakyat di wilayah itu masih ingat 1000 orang meninggal karena serangan NATO. Tidak ada jejak darah Rusia di sana, jangan mencoba menjadi orang suci padahal tangan kalian berlumuran darah,” lanjut Putin.


Pernyataan paling keras Putin itu menimpali pernyataan Presiden AS Barack Obama yang memastikan Washington tidak akan menggunakan kekuatan militer terhadap Rusia untuk mengembalikan Republik Otonomi Crimea kepada Ukraina.


Bahkan Obama berjanji bahwa AS akan menggunakan kekuatan militer untuk membela negara NATO manapun dan mengirim peringatan ke Rusia, salah satunya pengerahan kekuatan militer NATO di dekat perbatasan Rusia-Ukraina.


“Namun untuk kasus di Crimea, saya pikir kekuatan militer tidak akan digunakan untuk mengembalikan Crimea ke Ukraina, yang bukan anggota NATO dan tak ada harapan Crimea bisa dilepaskan dengan cara kekerasan,” dalih Obama, seperti dilansir CBS News.

Obama secara terbuka mengakui bahwa AS dan sekutunya hanya memiliki pilihan sangat terbatas untuk menekan Rusia.

Putin Perintahkan Rudal Nuklir Bulava “On Fire”

Urusan gertak menggertak dengan todongan senjata ternyata bukan hanya didominasi Amerika Serikat (AS) saja.

Pasca PBB menjatuhkan resolusi yang menyebut referendum dan penggabungan Crimea ke Rusia adalah ilegal, lewat perintah rahasia Moskow dikabarkan menyiagakan Pasukan Rudal Strategis (SMF).

Tak tanggung-tanggung, kapal selam Yuri Dolgoruky, yang membawa rudal nuklir Bulava, seperti dilaporkan Inter-fax, Jumat (28/03/2014) juga diperintahkan meninggalkan pangkalannya di Severodvinsk di utara Rusia.


Dilaporkan, perintah rahasia kepada Departemen Pertahanan itu langsung datang dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun pihak Kremlin tidak bersedia berkomentar tentang perintah rahasia itu.


Ada dugaan, pergerakkan Pasukan Rudal Strategis dan dilayarkannya kapal selam Yuri Dolgoruky adalah untuk menggertak AS dan Eropa, menyusul sikap Barat yang kini terang-terangan menunjukkan permusuhannya dengan Rusia.


Yang menarik, dari sekian kapal selam pengangkut rudal nuklir milik Rusia, Departemen Pertahanan hanya memerintahkan kapal selam Yuri Dolgoruky.


Karena selain membawa rudal Bulava, senjata nuklir terkuat di dunia saat ini, kapal selam Yuri Dolgoruky ini adalah kapal selam yang paling ditakuti AS dan NATO karena pergerakkannya sulit dideteksi radar.


NATO menjuluki kapal selam Yuri Dolgoruky ini sebagai “The Silent Killer”, karena kecanggihannya hilang dari pantauan radar militer musuh dan dapat meluncurkan rudal Bulava berdaya jangkau 10 ribu kilometer dari perairan manapun di dunia.


Bulava mampu membawa 6 hingga 10 hulu ledak nuklir yang masing-masing berkekuatan 100-150 kiloton. Sebagai perbandingan, bom “Fat Man” yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima hanya berkekuatan 22 kiloton.


Bulava menggunakan bahan bakar padat untuk dua tahap pertama penerbangannya dan kemudian bahan bakar cair untuk tahap ketiga.

Rudal ini didesain untuk mampu bertahan dari ledakan nuklir dikisaran 500 meter dengan spesifikasi panjang 11,5 meter (tanpa hulu ledak), diameter 2 meter, berat 36.800 kg.

100 Ribu Pasukan Rusia Tunggu Perintah Perang Putin

Meski sudah dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, Rusia tetap cuek dan terus menunjukkan kekuatannya sebagai negara adidaya militer.

Kini, sebanyak 100 ribu pasukan Rusia di perbatasan Ukraina tinggal menunggu perintah Presiden Vladimir Putin untuk melakukan serangan ke dalam wilayah Ukraina.

Ketua dewan keamanan nasional Ukraina, Andriy Parubly, dilansir VOA, Jumat (28/03/20140)) dalam teleconference jarak jauh dengan Presiden Barack Obama dan pejabat tinggi di Washington, mengatakan, Rusia telah menempatkan 100 ribu tentara di perbatasan Ukraina di utara, selatan, dan timur.


“Pasukan Rusia saat ini dalam kesiagaan penuh untuk menyerang, tinggal menunggu perintah Putin dan mereka akan menyerang masuk ke negara kami,” ujar Parubly.


Dalam menjawab penjelasan itu, Presiden Obama mengatakan, info dari Departemen Pertahanan AS menyebutm Rusia memang terus memperkuat pasukannya di tiga wilayah perbatasan itu, namun hingga kini maksud penempatan pasukan itu masih tidak jelas.


“Kami belum bisa memastikan apakah pasukan besar itu akan menyerang atau tidak. Semuanya masih teka-teki dan kita menunggu serta mengamati apa yang terjadi di sana,” timpal Obama.

Pemerintah Rusia sendiri, pasca Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan pasukan itu hanya melakukan “latihan musim semi” minggu lalu, hingga kini sudah tak memberikan penjelasan terbaru mengenai meningkatnya jumlah pasukan di perbatasan Ukraina.



Sumber : Jurnal3

TNI Segera Bangun Shelter Sukhoi Di Natuna

NATUNA-(IDB) : Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Ranai, Letkol (Pnb) Andri Gandy, mengatakan pangkalan Udara TNI AU Ranai akan segera diliengkapi dengan jet tempur cangih, Sukhoi. Untuk itu di pangkalan ini akan segera dibangun shelter Sukhoi di hanggar barat Lanud Ranai. 

“Pembangunan Shelter Sukhoi ini sebagai pangkalan pendukung operasi TNI AU di Natuna,” sebut Andri Gandy di Ranai, Kamis (27/3).

Shelter ini, kata Gandy, untuk memungkinkan pergelaran pesawat tempur dan dijadikan home base di Lanud Ranai. Sehingga pesawat Sukhoi tetap berada di Lanud Ranai, jika setiap saat diperlukan.

Saat ini Lanud Ranai sendiri sudah dilengkapi beberapa fasilitas seperti lampu runway, lampu taxiway, emergency, radio TNI AU primary dan secondary hingga lampu tower. Jika sebelumnya bandara ini belum bisa beroperasi di malam hari, tetapi saat ini sudah bisa dioperasikan dan sudah dilengkapi radar yang terintegrasi.

"Setidaknya dalam kurun waktu dekat, bandara Lanud Ranai bisa sekelas Batam. Walau panjang landasan saat ini masih 2,5 kilometer, sementara Batam sudah tiga kilometer,” ujarnya.

Sebelumnya Asisten Deputi I Bidang Pertahanan Negera Kemenko Polhukam, Fajru Zaini, mengatakan pembangunan shelter pesawat tempur Sukhoi di Lanud Ranai sudah dianggap sebagai langkah memenuhi standar minimum pertahanan negara.

Fajru mengakui, Shelter Sukhoi salah satu penunjang pengembangan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) pada rencana strategis (Renstra) ke depannya. Sehingga kelak pesawat yang melakukan operasi lebih mudah parkir di pangkalan terdepan, salah satunya seperti di Natuna.

"Memang kita harus siapkan sarana untuk alat tempur seperti pesawat tempur Sukhoi. Pembangunan shelter itu dalam menunjang minimum essential force. Dimanapun pangkalan terdepan kita harus sediakan shelter,” ungkapnya saat di Ranai, pekan lalu.

Menurutnya, kelengkapan fasilitas di pangkalan udara terdepan akan memungkinkan pesawat melakukan operasi dengan optimal. Namun pihaknya berupaya melengkapi standar di bandara Lanud Ranai untuk operasi pesawat-pesawat seperti Sukhoi. “Perlu persiapan dulu mulai dari suplai listrik, ground pendaratan yang standar sesuai lebar dan panjang landasannya,” ujarnya. 




Sumber : BatamPos

Pesanan Pesawat Tempur F-35 Australia Ditunda

WASHINGTON-(IDB) : Belanja terbesar pertahanan Australia untuk menghadirkan satuan Joint Strike Fighter (JSF) sebanyak 14 buah jet tempur F-35, saat ini dikategorikan "tak terjangkau" disebabkan faktor ketersediaan.

Demikian terungkap dalam sidang komite di Kongres AS, Rabu (26/3/2014) malam waktu setempat. Komite ini mendengar keterangan bahwa pesawat F-35 "tak terjangkau" untuk saat ini.

Australia sebelumnya telah memesan sebanyak 14 buah pesawat F-35 kepada AS, dan dua di antaranya diharapkan akan dikirim ke Australia tahun ini.

Harga sebuah pesawat F-35 berkisar 130 juta dollar.

Pesawat F-35 disebut-sebut sebagai pesawat tempur paling canggih di dunia, yang didesain untuk menyerang dari udara dan dari darat tanpa terdeteksi radar musuh.

Komite Pertahanan Pemerintah Australia sebelumnya diperkirakan akan mengajukan tambahan permintaan F-35 sebanyak 58 buah bulan depan.

Kepala Program JSF dari AS Letjen Chris Bogdan, mengunjungi Australia dua pekan lalu dan menyatakan, ketersediaan dan pemeliharaan pesawat-pesawat ini "belum cukup baik".

Menurut keterangan yang terungkap dalam komite Kongres AS disebutkan, masalah software bisa menyebabkan penundaan produksi.

"Kami juga mempertimbangkan masalah kelayakan, masih sangat berisiko," kata Michael Sullivan.

Anggota Kongres AS dari Partai Democrat Loretta Sanchez menyatakan tiga versi pesawat F-35 ini berada di bawah standar kelayakan yang direncanakan.

Disebutkan, Australia berisiko membayar lebih mahal atas pesawat pesanannya karena negara seperti Italia, Turki dan Kanada menunda pembelian mereka.

Saat ini pesawat F-35 sudah diproduksi namun masih terus mengalami penyempurnaan.

Angkatan Udara Amerika sendiri saat ini mengoperasi 58 buah pesawat F-35.

Pabrikan pesawat Lockheed Martin diperkirakan memproduksi 35 buah F-35 tahun ini.




Sumber : RadioAustralia

Usai Operasi SAR MH370, KRI Oswald Langsung Ikuti Latma Komodo

BATAM-(IDB) : Usai ikut mencari pesawat Malaysian Airlines MH370, KRI Oswald Siahaan langsung mengikuti latihan bersama (latma) penanggulangan bencana "Multilateral Naval Exercise Komodo/MNEK 2014" di Perairan Kepulauan Riau.

Laksma TNI Amarullah Oktavian di Batam, Jumat, mengatakan awalnya KRI Oswald Siahaan memang diagendakan mengikuti Latma Komodo. Namun, di tengah waktu, kapal itu ditugaskan untuk ikut mencari pesawat MH370.

"KRI Armada Timur Oswald Siahaan dari awal ditugasi untuk komodo, tapi diminta mencari MH370, maka Siahaan mencari dulu. Dan sekarang sudah ditarik. Besok pagi, lego jangkar di Batam," katanya.

KRI Oswald Siahaan bergabung bersama 14 kapal milik angkatan laut negara lainnya yang mengikuti Latma Komodo di Perairan Kepri.

Malaysia tetap mengirimkan kapalnya untuk mengikuti Latma Komodo, meski tengah sibuk mencari pesawat yang hilang.

Menurut dia, kapal yang dikirimkan untuk Latma Komodo berbeda spesifikasi dengan kapal pencarian, sehingga Malaysia tidak membatalkan pengiriman kapalnya demi pencarian pesawat yang kabarnya jatuh di Samudra Hindia.

"Kalau untuk latma, kapalnya lebih pada kapal rumah sakit," ucap dia.

Negara-negara peserta lainnya juga tidak ada yang membatalkan pengiriman kapal, demi mencari pesawat yang mengangkut lebih dari 200 orang penumpang.

"Tapi, Filipina memang mengganti kapalnya," kata dia.

Dari 17 negara peserta latma, menurut dia, Kamboja, Myanmar, Laos dan Selandia Baru tidak mengirimkan kapal.

Latma Komodo diikuti 17 negara peserta dan satu negara pengamat, serta sekira 4.800 personel angkatan laut.

Latihan yang mengusung tema penanggulangan bencana itu mengambil tempat di Perairan Natuna, Anambas dan Batam, serta beberapa pulau di wilayah itu.

Dalam latihan itu disimulasikan bencana akibat meledaknya kilang minyak serta tsunami, sehingga dibutuhkan bantuan kemanusiaan dari berbagai negara. 




Sumber : Antara

MNEK 2014 : Susun Protokol Penanggulangan Bencana

BATAM-(IDB) : Latihan Multinasional Komodo (Multilateral Naval Exercise Komodo / MNEK) 2014 akan menyusun protokol kerjasama antar negara dalam penanggulangan bencana, terutama yang terjadi di wilayah perairan. 

Direktur Latihan Multinasional Komodo 2014, Laksamana Pertama TNI Amarullah Oktavian,  di Batam, Jumat,  menyatakan, "Pelatihan ini akan menetapkan standar penanggulangan bencana."

Satu kasus terkini yang menyita perhatian internasional tentang itu adalah pencarian MH370 Malaysia Airlines yang melibatkan 26 negara, puluhan kapal perang dan pesawat terbang intai militer, dan satelit. 

Angkatan laut dari berbagai negara menyiapkan kapalnya membantu mencari. Namun untuk izin memasuki wilayah Malaysia perlu izin khusus, yang dalam kondisi normal membutuhkan waktu. Hal itulah yang akan diatur kembali, agar tidak menghambat misi kemanusiaan.

Perlu aturan tetap mengenai cara berkoordinasi dan berkomunikasi antar angkatan laut dalam menanggulangi bencana, agar kehadiran kapal perang asing di suatu negara lain dipastikan hanya untuk misi kemanusiaan, tidak yang lainnya.

Selama ini, aturan yang berlaku masih bersifat insidentil, sehingga perlu dibuat standar operasional yang baku.

"Itu hanya insidentil. Seperti kapal Indonesia yang mencari pesawat Malaysian Airlines, minta izin memasuki wilayah Malaysia harus menunggu," kata dia.

Nantinya, standar yang akan dirumuskan dan ditetapkan dalam latihan multinasional inisiasi dari TNI AL ini, akan berlaku untuk angkatan laut dari sisi militer dan SAR.

"Protokol itu yang dicita-citakan Indonesia. Indonesia ingin memberikan kontribusi pada dunia," kata dia.

Latihan Multinasional Komodo 2014 diikuti 17 negara peserta. 10 negara ASEAN turut, ditambah Rusia, Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, China, India, dan Selandia Baru. Selain itu, juga negara pengamat, yaitu Australia, Uni Eropa, PBB, Belanda, dan Spanyol, serta diikuti sekitar 4.800 orang prajurit.

Ia mengatakan, selama ini belum ada kesepakatan antara negara untuk standar baku untuk penanganan bencana yang ditanggulangi banyak negara.

Protokol yang akan dibahas, terutama terkait tata cara komunikasi, frekuensi yang digunakan dan pemberian izin bagi kapal perang suatu negara memasuki wilayah negara lain yang terkena bencana.





Sumber : Antara

Batalyon 413 Akan Menjadi Batalyon Mekanis

SOLO-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budiman menyatakan, posisi Tentara Nasional Indonesia (TNI) di kawasan regional ASEAN maupun internasional sangat strategis. Sehingga, negara-negara super power merasa butuh berkawan dan menjalin kerjasama dengan Indonesia, karena di kawasan ASEAN kekuatan TNI sangat besar.

"Kasad Inggris secara khusus datang ke Indonesia dan saya sebagai Kasad dua kali diundang Kasad AS, karena mereka ingin berkawan dan menjalin kerjasama. Sekarang ini ada delapan negara besar yang menjalin kerjasama militer dengan Indonesia, yaitu Amerika Serikat, Australia, Rusia, Republik Rakyat Tiongkok, India, Korea Selatan, Jepang dan New Zealand. Inggris sendiri sejauh ini belum bekerjasama tetapi sudah berkawan," ujarnya kepada wartawan, seusai memberi pengarahan di depan 600-an prajurit Batalyon Infanteri (Yonif) 413 Bremoro, di markas Mojolaban, Solo, Jumat (28/3/2014) siang.

Dalam kaitan hubungan kerjasama militer tersebut, menurut Jenderal Budiman, sekarang bukan lagi zamannya negara super power mendikte Indonesia.

Dia menegaskan, dalam urusan pertahanan dan militer hanya negara miskin yang mau didikte negara lain. Indonesia tidak bisa didikte karena di kawasan Asia Tenggara TNI yang punya kekuatan sangat besar.

"Sekarang bukan masanya mendikte. No! Tidak ada yang mendikte Indonesia. Tapi negara super power itu butuh kawan untuk bekerjasama," tandasnya.

Menyinggung Batalyon Infanteri (Yonif) 413 Bremoro yang akan ditingkatkan menjadi batalyon infanteri mekanis dengan kelengkapan kendaraan lapis baja, Kasad menjelaskan, program itu terkait dengan pembelian alat utama sistem persenjataan (Alutsista) berupa tambahan 50 unit tank tempur Leopard.

Sebagian di antara kendaraan tempur infanteri yang disebut Infanteri Fighting Vehicle (IFV) itu, akan ditempatkan di Yonif 413 Bremoro Solo.

"Jadi fungsi Yonif 413 tetap hanya dilengkapi dengan fasilitas IFV sehingga menjadi batalyon infanteri mekanis. Sedang selain batalyon itu ada juga batalyon infanteri motoris dengan kendaraan tempur Anoa. Kendaraan lapis baja itu untuk melindungi prajurit karena nyawa orang itu mahal," jelasnya.

Saat ini, sambungnya, persiapan terus dilakukan di Yonif 413 sampai tank Leopard datang memperkuat jajaran TNI-AD pada Oktober 2014 mendatang.

Kasad memproyeksikan di tiap kota besar ada batalyon mekanis. Tapi saat ini dari 100 batalyon lebih di seluruh Indonesia, yang sudah ada batalyon mekanis baru enam kota, yakni Jakarta ditempatkan satu brigade, di Surabaya dan tahun ini di Solo satu batalyon.

Di depan para prajurit Yonif 413 itu, Kasad mengungkapkan, TNI AD diberi peralatan tempur luar biasa dengan kemampuan bertempur prajurit yang tidak dimiliki negara lain harus terus dipelihara dan dibangunn dengan latihan.

Dia mengingatkan, yang lebih penting dari peralatan canggih itu adalah jangan kehilangan kecintaan rakyat.

"Selama ini, yang ditakuti musuh dari TNI hanya dua hal, yaitu kemampuan bertempur dan kesatuan TNI dengan rakyat. Ditambah alutsista modern, tingkat kepandaian dan semangat tempur prajurit, menjadikan Indonesia menjadi negara yang dihormati," tuturnya. 




Sumber : PikiranRakyat

Korea Exports 12 FA-50s To Philippines

SEOUL-(IDB) : Korea Aerospace Industries (KAI) signed a $420 million (450 billion won) contract Friday to export a dozen FA-50 light attack aircraft to the Philippines.

In a signing ceremony, Defense Secretary Voltaire Gazmin and Korea Trade-Investment Promotion Agency (KOTRA) CEO Oh Young-ho inked the deal that will deliver the first batch of jets late next year. The delivery is expected to be completed by 2017.

As the transaction is signed under a government-to-government deal, KOTRA participated in the signing on behalf of KAI because the agency is in charge of the Korean government’s commercial transactions.

“The deal with the Philippines, following one with Iraq last year, is boosting confidence that Korea is competitive in the fighter market,” KAI CEO Ha Sung-yong said.

With the deal, KAI has put the second Southeast Asian country on its customer list.

It has sold 16 T-50 supersonic trainers to Indonesia, 40 KT-1 basic trainers to Turkey and 20 KT-1s to Peru. It also signed with Iraq to sell 24 FA-50s in December.

KAI believes a series of sales will contribute to the Sacheon, South Gyeongsang Province-based firm, establishing itself as a competitive presence in the market for lower-priced fighters.

“Traveling around the world to market our products, we have found the status of Korean aircraft going up,” the company head said. “We are now focusing on manufacturing high-performance planes (to continue the upturn).”

In the competition, the KAI product beat Swedish Saab JAS-39 Gripen, Israel Aircraft Industries’ Kfir and F-16 as well as BAE Systems’ Hawk-128, Russian Yakovlev’s Yak-130 and Czech aircraft producer Aero Vodochody’s L-159, according to the Korean firm.

The two sides were closing in on the deal last year after the Manila government signed a memorandum of understanding, but the decision was delayed after Typhoon Haiyan struck the Southeast Asian country in November.

However, President Park Geun-hye asked for cooperation from Philippine President Benigo Aquino III in October, when they agreed to expand cooperation in defense and economy in Seoul.

KAI is set to try to continue the winning vibe in its sales pitch for other countries including Botswana, the United Arab Emirates and eventually the United States.

In the U.S. Air Force’s trainer program, codenamed “T-X,” aimed at replacing its fleet of T-38s, the U.S. side plans to purchase 350 new aircraft worth billions of dollars.

In the U.S. competition, KAI, teaming up with U.S. aerospace giant Lockheed Martin, is expected to compete with a BAE Systems-Northrop Grumman consortium and one combining Boeing and Saab Group.

KAI and Lockheed jointly developed the T-50 supersonic trainer and the FA-50 is a light combat version of the T-50.

The FA-50 can carry a weapons load of up to 4.5 tons and can be armed with a wide range of weapon systems including AIM-9 sidewinder short-range air-to-air missiles, AGM-65 air-to-ground tactical missiles and GBU-38/B Joint Direct Attack Munitions (JDAM), which allows the aircraft to counter multiple threats. Its maximum speed is Mach 1.5.

The FA-50, first unveiled in January 2006, was developed in Korea as a possible replacement for the Air Force’s F-5E/F when the aging fighters are retired.




Source : KoreaTimes