Pondok Dayung Dan Kopaska TNI AL
JAKARTA-(IDB) : Ledakan terjadi di
gudang amunisi dan senjata Komando Pasukan Katak TNI AL, Pondok Dayung,
Jakarta Utara, sekitar pukul 10.25 WIB tadi. Lokasi ledakan ada di satu
"pulau" kecil di dekat jalur pelayaran kawasan Pelabuhan Tanjungpriok.
Gudang
senjata itu selama ini diperuntukkan bagi Komando Pasukan Katak TNI AL
kawasan barat. Satuan pasukan elit TNI AL ini memiliki kemampuan setara
dengan satuan elit sejenis di dunia, di antaranya Navy SEAL dari Amerika
Serikat.
Komando Pasukan Katak TNI AL berdiri
pada 1962 sejalan pengumandangan Komando Trikora dari Presiden Soekarno
untuk merebut kembali Irian Barat dari kekuasaan Belanda. Dalam
perjalanan sejarahnya, satuan pasukan elit dengan kemampuan trimatra dan
peledakan/sabotase bawah laut ini terdiri dari dua grup, yaitu untuk
kawasan barat dan kawasan timur, di Dermaga Ujung, Komando Armada
Indonesia Kawasan Timur TNI AL.
Mengapa
Komando Pasukan Katak TNI AL untuk kawasan barat ini bermarkas di Pondok
Dayung? Tidak lepas dari peran sejarah eksistensi Angkatan Laut Belanda
pada masa penjajahan mereka di Indonesia. Pondok Dayung merupakan
"pulau" kecil yang strategis letaknya.
Dilihat
dari udara, dia "memagari" jalur pelayaran utama dari Pelabuhan
Tanjungpriok, terutama jalur pelayaran (kini) ke Medan, Makassar, dan
Surabaya; tiga kota maritim pokok Indonesia selain Jakarta. Untuk bisa
ke Pondok Dayung, pengunjung harus melewati Pintu I, III, atau Pintu IX
pelabuhan terbesar itu.
Dari Jalan Pelni,
pengunjung bisa mengarah ke kiri dan akan sampai di "terminal"
penyeberangan menuju Pondok Dayung. Pulau kecil itu bisa jelas dilihat
memakai mata telanjang karena jaraknya sekitar 200 meter saja,
dipisahkan jalur pelayaran penting yang juga menjadi lokasi galangan
kapal di sisi baratnya.
Untuk menginjakkan
kaki ke Pondok Dayung di mana Komando Pasukan Katak TNI AL kawasan barat
bermarkas, tidak bisa tidak, harus memakai kapal penyeberangan selama
sekitar 15 menit saja. Di dermaga penyeberangan inilah aktivitas
pekerjaan personel militer dan sipil terkait terjadi.
Pekerja
sipil yang dipekerjakan untuk berbagai aktivitas perawatan dan
pemeliharaan bangunan dan fasilitas lain juga berangkat dan pulang kerja
dari dermaga itu. Ada juga fasilitas pemeliharaan dan perawatan TNI AL
di Pondok Dayung itu.
Begitu sampai, pos dan
gerbang penjagaan Komando Pasukan Katak TNI AL kawasan barat itu akan
"menyambut" pengunjung. Perlu ijin khusus untuk bisa bertamu ke sana
bagi kalangan sipil, dan mereka harus menunjukkan identitas jelas pun
keperluannya.
Mengarah ke utara pulau itu,
terdapat sejenis suar kecil dan sampai di situ saja kalangan sipil bisa
melihat-lihat secara bebas, karena kompleks militer berbangunan warisan
penjajahan Belanda yang masih sangat terawat itu sangat dijaga
keamanannya.
Gudang senjata itu sendiri tidak
pernah diungkap secara sejas keberadaannya kepada umum. Begitupun jenis,
tipe, dan jumlah persenjaraan dan amunisi yang disimpan di dalamnya.
Yang jelas, personel Komando Pasukan Katak TNI AL memiliki kemampuan
renang tempur, peledakan bawah air, penjinakan peledak bawah air, hingga
sabotase bawah air.
Misalnya, mereka harus
mampu memasang ranjau laut langsung ke titik yang ditentukan di badan
kapal sasaran. Mereka juga harus mampu bertempur di bawah air dan
mengoperasikan alat transportasi bawah air bermesin.
Sumber
di TNI AL menyatakan, pola rekrutmen dan latihan mereka tidak lazim
diketahui umum. "Yang jelas, mereka harus mampu mengoperasikan berbagai
jenis senjata, misalnya Heckler & Koch MP5K dan punya kemampuan
intelijen," kata sumber itu.
Latihan
meledakkan bahan peledak hasil "racikan" ataupun paket pabrikan, kerap
mereka lakukan di lokasi yang telah ditentukan; baik di atas permukaan
laut ataupun bawah permukaan laut. Beberapa jenis bahan peledak yang
lazim dipergunakan adalah TNT dan C4 serupa pasta.
Fasilitas Gudang Amunisi Kurang Memadai
Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq, menegaskan Dewan akan meminta
TNI untuk memperbaiki atau merenovasi seluruh gudang senjata dan amunisi
milik semua angkatan di TNI karena sudah terlalu tua (lapuk).
"Faktanya gudang persenjataan milik TNI usianya sudah sangat tua dan
tidak kondusif lagi untuk penyimpanan amunisi," kata Mahfudz di gedung
DPR RI Jakarta, Kamis (6/3/2014).
Sebelumnya Rabu (6/3/2014), puluhan orang terluka dan seorang
meninggal akibat ledakan gudang amunisi Komando Pasukan Katak (Kopaska),
milik TNI-AL di Pondok Dayung, Jakarta Utara.
Menurut Mahfudz gudang persenjataan milik TNI yang sudah berusia tua tidak sebanding dengan modernisasi persenjataan TNI.
"Banyak persenjataan baru butuh pemeliharaan dan perawatan khusus
yang tidak memungkinkan disimpan di gudang-gudang tua," kata Mahfudz.
Politisi PKS ini mengusulkan pergudangan senjata milik TNI direlokasi ke tempat yang aman dan jauh dari perumahan penduduk.
"Kita pikirkan menambah anggaran untuk itu," kata dia.
Cegah Ledakan Susulan, Gudang Amunisi Direndam Air
Ledakan gudang amunisi Pasukan Katak di Pondok Dayung, Jakarta Utara,
membuat satu prajurit tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Apa langkah
TNI Angkatan Laut agar tak ada ledakan susulan?
"Salah satunya
kita adakan perendaman, titik di mana terjadi ledakan kita genangi air,
penggenangan memastikan situasi ini akan mendingin," kata Kadispen TNI
AL Laksamana Pertama Untung Surapati saat dihubungi via telepon, Kamis
(6/3/2014).
Total ada 10 bangunan di markas Korps Pasukan Katak
Pondok Dayung yang rusak. Semua terkena dampak ledakan yang hebat karena
di dalam gudang ada bahan peledak berupa TNT hingga amunisi peluru dan
senjata.
Seorang pengguna akun twitter sempat memajang foto-foto
dari pulau tersebut. Gambar diambil dari bangunan yang berjarak 100
meter dari gudang amunisi. Dia mengaku mendapat foto dari rekannya di
TNI AL.
Tampak kerusakan cukup parah di beberapa bangunan. Ada
yang bagian kacanya hancur hingga plafon yang runtuh. Hingga kini, TNI
AL masih menutup akses ke lokasi kejadian, termasuk tempat ledakan.