Pages

Kamis, Maret 06, 2014

PT Global Difens Mandiri Presentasi Surveillence Radar Produk CEIEC Cina

JAKARTA-(IDB) : Balitbang  Kemhan menyelenggarakan paparan mengenai Surveillence Radar  yang diadakan di Ruang Rapat Utama lantai V gedung Ir. Juanda pada tanggal 04-03-2014. Acara  dipimpin oleh Kabalitbang Kemhan dan dihadiri oleh para Kapuslitbang, para Kabid, Kabag, Pejabat Dislitbang AD, AL, AU, Peneliti Balitbang Kemhan, Ditjen Renhan dan Ditjen Strahan.

Paparan dari PT. Global Difens Mandiri  diawali oleh Bapak Gatot Hario Santoso, dilanjutkan oleh Mr. Lee dari CEIEC, sebuah perusahaan negara bidang pertahanan dari Cina. Mr. Lee memaparkan 3 jenis radar yaitu SLR-66 OTH Radar yang memiliki kemampuan operasi mode aktif dengan kemampuan daya pantau 280 km. dan mode passif dengan kemampuan 500 km. Peralatan ini dibangun secara tetap (Stationary Station) dan bergerak (Mobile Station). Disamping SLR-66 OTH ada pula alat pemantau udara (UAV with SAR and PAYLOAD) dan pemantau dibawah air (Underwater Detection).


Dalam sambutannya Kabalitbang Kemhan menegaskan bahwa penyelenggaraan presentasi merupakan kegiatan untuk mengetahui Company Profile, Spesifikasi Teknik (Spektek), Populasi, Kemampuan dan Keandalan Materiil yang ditawarkan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan pimpinan dalam upaya memenuhi kebutuhan operasional TNI. Dalam hal ini kemungkinan kerjasama RI – Cina di bidang pertahanan. Presentasi ini akan dapat membuka wawasan di bidang teknologi radar.


Acara paparan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab berkaitan dengan kemampuan peralatan, bentuk kerjasama, penyediaan suku cadang, kemungkinan penggunaan suku cadang dalam negeri dll. Selanjutnya acara ditutup dengan ramah tamah.




Sumber : Balitbang

Anggaran Pemeliharaan Alutsista TNI Minim

JAKARTA-(IDB) : Ledakan keras terjadi di gudang amunisi Komando Pasukan Katak (Kopaska) Pondok dayung, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (5/2/2014).

Ledakan gudang amunisi di pangkalan Utama TNI Angkatan Laut ini, merupakan persoalan serius karena menyangkut sistem keamanan senjata milik TNI.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, TNI AL mempunyai standar pengamanan khusus untuk menyimpan persenjataan miliknya.

"Sesuai prosedur untuk penyimpanan senjata telah diatur. Misalnya untuk letak gudang penyimpanan, itu jaraknya minimal harus 1 km dari pemukiman warga. Temperatur dan penerangan gudang juga harus diatur sesuai dengan senjata yang disimpan. Gudang penyimpanan senjata harus memiliki pengamanan ketat dan penjagaan berlapis," papar Tedjo Edhy.

Mantan Komandan di KRI Teluk Semangka ini menjelaskan, persoalan yang harus dicermati dengan adanya peristiwa ini adalah mengenai kecilnya anggaran untuk penyimpanan dan pemeliharaan senjata.

"Anggaran kita sangat kecil untuk penyimpanan dan pemeliharaan senjata. Itu kalau dibandingkan dengan Amerika Serikat yang anggarannya mencapai 1.500 triliun setiap tahun," imbuh mantan Komandan KRI Teluk Lampung ini.

Tedjo Edhy menambahkan, anggaran untuk TNI tahun 2014 sebesar Rp 83 triliun, yang 60 persennya dialokasikan untuk gaji serdadu TNI AD, AL, AU, Mabes TNI, dan Kementerian Pertahanan.

Sedangkan 40 persennya untuk penyimpanan senjata, pemeliharaan gedung, kendaraan, dan fasilitas lainnya.




Sumber : Tribunnews

KSAD : Helikopter Apache Akan Perkuat Natuna

JAKARTA–(IDB) : TNI terus meningkatkan kewaspadaannya atas kian meningkatnya eskalasi konflik di Laut China Selatan (LCS). Salah satu kewaspadaan dilakukan dengan melakukan penguatan militer di Natuna, wilayah yang berbatasan langsung dengan LCS.

Penguatan dilakukan di semua matra, yakni darat, laut, dan udara. Untuk TNI Angkatan Darat (AD), TNI bakal menambah satu batalion infanteri di Natuna. “Apache kita juga akan kita tempatkan di sana,” ungkap Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Budiman saat kunjungan ke MNC Group Jakarta kemarin. TNI AD membeli helikopter serbu versi AH-64E tersebut dari Amerika Serikat sebanyak 8 unit.

Dijadwalkan helikopter datang secara bertahap mulai tahun depan. Menurut Budiman, 2 Apache yang datang tahun depan hanya untuk latihan. “Penambahan satu batalion infanteri di Natuna juga karena pertimbangan sekarang ini penduduk di pulau tersebut sudah semakin banyak. Kekayaannya juga banyak,” urainya.

Sebelumnya, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko menegaskan, TNI akan melakukan penguatan TNI AD di Natuna dengan penambahan satu batalion, TNI Angkatan Laut (AL) dengan penguatan pangkalan angkatan laut (lanal), dan TNI Angkatan Udara (AU) dengan peningkatan pangkalan angkatan udara (lanud). “Sangat perlu ditempatkan pesawat tempur,” ujar dia.

Mantan KSAD itu menegaskan, TNI harus melihat perkembangan di LCS dengan penuh kewaspadaan. Menurut dia, apabila terjadi sesuatu di LCS, akan terjadi perembesan pengaruh itu terhadap wilayah Indonesia. Selainitu, posisigeografisNatuna yang strategis bisa dijadikan pangkalan oleh musuh sebelum masuk ke wilayah RI. Karena itu penambahan dan penempatan kekuatan yang proporsional di Natuna perlu dilakukan sebagai sistem peringatan dini bagi Indonesia dan TNI.

Moeldoko yang baru saja mengunjungi Panglima Angkatan Bersenjata China (PLA) di Beijing menambahkan, China menginginkan Indonesia ikut berkontribusi dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah LCS. “TNI akan memberikan kontribusi yang sangat positif dan Pemerintah China memberikan apresiasi yang sangat tinggi,” tuturnya.

Anggota Komisi I DPR Susaningtyas Kertopati mengakui saat ini terjadi peningkatan eskalasi konflik di LCS. Namun dia berharap, semua langkah yang dilakukan berdasarkan kajian yang matang. “Tapi apakah Angkatan Darat sudah perlu untuk ikut serta deployment pasukan, itu saya rasa butuh kajian mengingat biaya tentu tidak kecil,” sebutnya.

Politikus Hanura yang bersapaan akrab Nuning itu justru melihat penguatan TNI AL penting di Natuna. Dia menyoroti perlunya presiden segera menyetujui pembentukan Kohanla (Komando Pertahanan Laut) mengingat saat ini dari 17.499 pulau yang dimiliki Indonesia, terdapat 92 pulau terluar dan 12 pulau di antaranya merupakan pulau-pulau strategis di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga.




Sumber : Sindo

Nomad N-24 TNI AL Pecah Ban Di Bandara Juanda

SURABAYA-(IDB) : Penerbangan komersil di Bandara Juanda, Surabaya sempat terganggu pagi tadi. Penyebabnya, ada pesawat milik TNI AL yang mengalami pecah ban saat hendak take off di landasan.

Kepala Otoritas Bandara Wilayah III Juanda, M Alwi, mengatakan, kejadian ini berlangsung pagi tadi. Pesawat tersebut hendak terbang membentuk formasi tiga pesawat.

"Pecah ban pas mau take off," kata Alwi, Kamis (6/3/2014).

Menurut Alwi, penerbangan komersil sempat terganggu selama 5-10 menit. Pesawat pun langsung dievakuasi ke hanggar.

"Sekarang pukul 11.30 WIB sudah normal," ungkapnya.




Sumber : Detik

Seputar Ledakan Gudang Amunisi Kopaska (5)

Gudang Amunisi Dengan Persyaratan Ketat

JAKARTA-(IDB) : Gudang senjata dan amunisi di Markas Komando Pasukan Katak TNI AL kawasan barat meledak, Rabu pagi, dengan korban jiwa seorang personel TNI AL dan 86 yang lain luka-luka.

Markas pasukan khusus itu ada di "pulau" Pondok Dayung, sejarak sekitar 100 meter dari daratan Pelabuhan Tanjungpriok.

TNI AL menyatakan, gudang senjata di Markas Komando Pasukan Katak TNI AL itu berisikan senjata dan amunisi ringan, bukan untuk keperluan pertempuran yang "berat". Satu peluru mortir kaliber 60 milimeter diketahui melesat keluar hingga keluar kompleks markas militer itu.

Sebetulnya, bagaimana persyaratan teknis dan pengelolaan serta standar keamanan gudang senjata dan amunisi? TNI AL dan matra-matra lain TNI memiliki aturan dan instansi yang khusus dan terkait menangani hal itu, di antaranya Dinas Pengamanan TNI AL.

Secara teknis, amunisi adalah bahan peledak yang dipergunakan untuk keperluan militer; ada senyawa kimia peledak dan pendorong proyektil jika itu menyangkut peluru dalam berbagai kaliber. Atau semata-mata bahan peledak dengan detonator sebagai pemicunya.

Dalam nomenklatur pengamanan gudang bahan peledak, pemerintah telah menetapkan persyaratan fisik bangunan gudang itu, di antaranya lolos persyaratan administratif (perizinan, gambar teknis dan lingkungan, dan lokasi), pencantuman jenis dan tipe bahan peledak, dan buku panduan serta pelatihan tata cara penanganan bahan peledak.

Kapasitas tampung gudang senjata juga harus dipaparkan secara tegas karena jumlah, tipe, dan jenis bahan peledak memerlukan penanganan yang berbeda-beda. Bahan peledak dari berbagai tipe, di antaranya TNT (umum mengenal sebagai dinamit), C4, hingga RDX, harus diimbuhi detonator sebagai pemicu ledakan.

Tanpa detonator, bahan-bahan peledak itu tidak akan meledak dan menimbulkan efek sebagaimana diinginkan operator (militer). Tentang detonator ini, aturan pemerintah mensyaratkan lokasi penyimpanan yang berbeda antara detonator dan bahan peledaknya.

Dari itu semua, di dalam gudang bahan peledak dan amunisi, pengelola harus menyediakan indikator temperatur, tanda-tanda yang jelas tentang larangan merokok, komunikasi dengan telefon genggam, menimbulkan api atau percikan listrik, dan jalur keluar-masuk serta evakuasi.

Tidak kalah penting sarana pemadaman kebakaran dan pencegahan kebakaran serta penanggulangan efek ledakan. Semua ini menjadi hal-hal pokok yang diperiksa inspektur penanganan gudang senjata/amunisi.

Penjagaan secara fisik, juga persyaratan lain yang penting dan harus ada buku panduan khusus tentang ini, dan penjaga ditempatkan di bangunan lain di luar gudang senjata dan amunisi itu.

Mengingat bahan peledak merupakan senyawa kimia dengan sifat kimia yang labil, maka hal-hal yang mendorong perubahan sifat kimia itu harus dinihilkan. Itulah sebabnya, lampu penerangan genggam dan permanen harus bebas percikan listrik atau api.

Peraturan tentang ini ada yang khusus, di antaranya bahan peledak berbahan dasar amonium nitrat dan ANFO, bahwa gudang bahan peledak dengan kapasitas di atas 5.000 kilogram harus dilengkapi alat pemadam api otomatis yang diinstalasi di luar ruangan dengan sumber air bertekanan.

Masih ada pengaturan khusus tentang bahan peledak peka detonator, secara fisik bangunan harus berbasis bahan tidak mudah terbakar, atap seringan mungkin, dinding pejal, lubang ventilasi memadai, dipasangi alat penangkal petir dengan kabel resistensi lebih kecil dari 5 Ohm, dan tanpa ekspose besi terbuka.

Jika itu tentang bahan peledak yang harus disimpan dalam wadah logam khusus, maka wadah logam tertutup itu harus terbuat dari plat baja setebal paling tidak tiga milimeter, dilengkapi ventilasi, dilapisi kayu di bagian dalam, dan kedap air. Juga dihubungkan dengan alat penangkal petir.

Seorang personel militer Indonesia yang kerap berurusan dengan bahan peledak, menyatakan, gudang-gudang senjata dan amunisi buatan Belanda sangat ideal. Hampir semuanya dibangun di bawah tanah lebih dalam dari tiga meter.

Di atas bangunan gudang amunisi itu, disamarkan dengan pepohonan dan dibangun juga tanggul-tanggul penangkal "lompatan" amunisi yang diperkirakan bisa terjadi jika mereka meledak. Gudang-gudang senjata dan amunisi warisan Belanda itu juga bertemperatur stabil dingin dan tidak lembab.

Bahkan untuk penerangan, mereka tidak memakai pancaran bola lampu listrik; melainkan pantulan cermin-cermin yang sudutnya diatur sedemikian rupa sehingga memecah-mecah arah pancaran cahaya matahari sedemikian rupa pada saat pintu dibuka.

Jaman berubah, keperluan akan gudang-gudang senjata dan amunisi itu berubah dan bertambah banyak. Apapun itu, standar keamanan dan pengamanan harus semakin ditingkatkan karena karakteristik bahan peledak dan amunisi masa kini kian canggih dan sensitif.

"Pulau" Pondok Dayung di mana Markas Komando Pasukan Katak TNI AL kawasan barat sebetulnya sudah cukup jauh dari lingkungan sekitarnya. Bangunan-bangunan eks penjajahan Belanda juga masih dimanfaatkan sebagai sarana perkantoran, asrama, dan gudang-gudang instalasi TNI AL.

Namun rupanya, derap pembangunan fisik di lingkungan Pelabuhan Tanjungpriok lebih cepat ketimbang kondisi pengamanan yang telah diperhitungkan Belanda pada masa itu. Jadilah kawasan Pondok Dayung dan sekitarnya menjadi lebih padat (pekerja) sekaligus meningkatkan resiko.

TNI AL telah menempatkan pasukan khususnya di sana sejak dulu, di "habitat" yang sangat sesuai dengan keperluan operasi tempur dan perang mereka. Azazi personel Komando Pasukan Katak TNI AL adalah operasi oleh unit-unit kecil dengan kemampuan tempur dan bertahan hidup luar biasa.

Mirip dengan Navy SEAL-nya Angkatan Laut Amerika Serikat, mereka harus berlatih banyak hal, mulai dari terjun payung militer, intelijen, insersi lewat lubang tabung torpedo kapal selam, merakit dan menjinakkan bahan peledak, hingga demolisi bawah air, dan banyak lagi.

Pondok Dayung Sangat Strategis Untuk Pangkalan

Setelah mengunjungi lokasi ledakan gudang amunisi di Markas Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL, Pondok Dayung, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Komisi I DPR RI setuju jika Pemerintah membangun kembali gudang penyimpanan yang telah hancur itu.

Sedangkan anggaran pembangunan itu akan dialokasikan dari APBNP 2014. "Kami setuju Pemerintah merekonstruksi bangunan-bangunan yang sudah hancur, termasuk di dalamnya ada mesjid untuk para prajurit," kata TB Hasanuddin, Wakil Ketua Komisi I DPR RI usai berkunjung ke lokasi, hari ini.
 

Menurut Hasanuddin, pembangunan tempat penyimpanan amunisi itu tetap didirikan di lokasi yang sama, sebab letaknya strategis sebagai pangkalan pertahanan angkatan laut.
 

"Dalam kacamata taktik dan strategis, letaknya paling strategis. Jadi harus dipertahankan," ujarnya.
 

Selain itu, pemerintah juga akan mereklamasi sekitar kawasan markas pasukan katak tersebut. Hal itu tengah direncanakan.
 

"Kami juga setuju rencana reklamasi (Kawasan Gedung Amunisi). Dalam waktu dekat akan dibahas, berapa jumlah biayanya dan bagaimana kemampuan negara," imbuhnya.
 

Hasanuddin mengklaim semua fraksi di Komisi I telah sepakat untuk mendukung pemerintah merealisasikan rencana tersebut. Sehingga TNI AL, khususnya Armada Barat lebih optimal melakukan tugas dan fungsinya.
 

"Kami setuju reklamasi, sehingga angkatan laut memiliki akses yang tidak bercampur dengan Dermaga sipil. Senin pekan depan, Pak KASAL akan membuat alternatif-alternatif," katanya.

Berikut video CCTV detik-detik ledakan gudang amunisi : 





Sumber : Antara

Seputar Ledakan Gudang Amunisi Kopaska (4)

Pondok Dayung Dan Kopaska TNI AL

JAKARTA-(IDB) : Ledakan terjadi di gudang amunisi dan senjata Komando Pasukan Katak TNI AL, Pondok Dayung, Jakarta Utara, sekitar pukul 10.25 WIB tadi. Lokasi ledakan ada di satu "pulau" kecil di dekat jalur pelayaran kawasan Pelabuhan Tanjungpriok. 

Gudang senjata itu selama ini diperuntukkan bagi Komando Pasukan Katak TNI AL kawasan barat. Satuan pasukan elit TNI AL ini memiliki kemampuan setara dengan satuan elit sejenis di dunia, di antaranya Navy SEAL dari Amerika Serikat. 

Komando Pasukan Katak TNI AL berdiri pada 1962 sejalan pengumandangan Komando Trikora dari Presiden Soekarno untuk merebut kembali Irian Barat dari kekuasaan Belanda. Dalam perjalanan sejarahnya, satuan pasukan elit dengan kemampuan trimatra dan peledakan/sabotase bawah laut ini terdiri dari dua grup, yaitu untuk kawasan barat dan kawasan timur, di Dermaga Ujung, Komando Armada Indonesia Kawasan Timur TNI AL. 

Mengapa Komando Pasukan Katak TNI AL untuk kawasan barat ini bermarkas di Pondok Dayung? Tidak lepas dari peran sejarah eksistensi Angkatan Laut Belanda pada masa penjajahan mereka di Indonesia. Pondok Dayung merupakan "pulau" kecil yang strategis letaknya. 

Dilihat dari udara, dia "memagari" jalur pelayaran utama dari Pelabuhan Tanjungpriok, terutama jalur pelayaran (kini) ke Medan, Makassar, dan Surabaya; tiga kota maritim pokok Indonesia selain Jakarta. Untuk bisa ke Pondok Dayung, pengunjung harus melewati Pintu I, III, atau Pintu IX pelabuhan terbesar itu. 

Dari Jalan Pelni, pengunjung bisa mengarah ke kiri dan akan sampai di "terminal" penyeberangan menuju Pondok Dayung. Pulau kecil itu bisa jelas dilihat memakai mata telanjang karena jaraknya sekitar 200 meter saja, dipisahkan jalur pelayaran penting yang juga menjadi lokasi galangan kapal di sisi baratnya. 

Untuk menginjakkan kaki ke Pondok Dayung di mana Komando Pasukan Katak TNI AL kawasan barat bermarkas, tidak bisa tidak, harus memakai kapal penyeberangan selama sekitar 15 menit saja. Di dermaga penyeberangan inilah aktivitas pekerjaan personel militer dan sipil terkait terjadi. 

Pekerja sipil yang dipekerjakan untuk berbagai aktivitas perawatan dan pemeliharaan bangunan dan fasilitas lain juga berangkat dan pulang kerja dari dermaga itu. Ada juga fasilitas pemeliharaan dan perawatan TNI AL di Pondok Dayung itu. 

Begitu sampai, pos dan gerbang penjagaan Komando Pasukan Katak TNI AL kawasan barat itu akan "menyambut" pengunjung. Perlu ijin khusus untuk bisa bertamu ke sana bagi kalangan sipil, dan mereka harus menunjukkan identitas jelas pun keperluannya. 

Mengarah ke utara pulau itu, terdapat sejenis suar kecil dan sampai di situ saja kalangan sipil bisa melihat-lihat secara bebas, karena kompleks militer berbangunan warisan penjajahan Belanda yang masih sangat terawat itu sangat dijaga keamanannya. 

Gudang senjata itu sendiri tidak pernah diungkap secara sejas keberadaannya kepada umum. Begitupun jenis, tipe, dan jumlah persenjaraan dan amunisi yang disimpan di dalamnya. Yang jelas, personel Komando Pasukan Katak TNI AL memiliki kemampuan renang tempur, peledakan bawah air, penjinakan peledak bawah air, hingga sabotase bawah air. 

Misalnya, mereka harus mampu memasang ranjau laut langsung ke titik yang ditentukan di badan kapal sasaran. Mereka juga harus mampu bertempur di bawah air dan mengoperasikan alat transportasi bawah air bermesin. 

Sumber di TNI AL menyatakan, pola rekrutmen dan latihan mereka tidak lazim diketahui umum. "Yang jelas, mereka harus mampu mengoperasikan berbagai jenis senjata, misalnya Heckler & Koch MP5K dan punya kemampuan intelijen," kata sumber itu. 

Latihan meledakkan bahan peledak hasil "racikan" ataupun paket pabrikan, kerap mereka lakukan di lokasi yang telah ditentukan; baik di atas permukaan laut ataupun bawah permukaan laut. Beberapa jenis bahan peledak yang lazim dipergunakan adalah TNT dan C4 serupa pasta.

Fasilitas Gudang Amunisi Kurang Memadai

Ketua Komisi I DPR RI, Mahfudz Siddiq, menegaskan Dewan akan meminta TNI untuk memperbaiki atau merenovasi seluruh gudang senjata dan amunisi milik semua angkatan di TNI karena sudah terlalu tua (lapuk).

"Faktanya gudang persenjataan milik TNI usianya sudah sangat tua dan tidak kondusif lagi untuk penyimpanan amunisi," kata Mahfudz di gedung DPR RI Jakarta, Kamis (6/3/2014).

Sebelumnya Rabu (6/3/2014), puluhan orang terluka dan seorang meninggal akibat ledakan gudang amunisi Komando Pasukan Katak (Kopaska), milik TNI-AL di Pondok Dayung, Jakarta Utara.

Menurut Mahfudz gudang persenjataan milik TNI yang sudah berusia tua tidak sebanding dengan modernisasi persenjataan TNI.

"Banyak persenjataan baru butuh pemeliharaan dan perawatan khusus yang tidak memungkinkan disimpan di gudang-gudang tua," kata Mahfudz.

Politisi PKS ini mengusulkan pergudangan senjata milik TNI direlokasi ke tempat yang aman dan jauh dari perumahan penduduk.

"Kita pikirkan menambah anggaran untuk itu," kata dia.

Cegah Ledakan Susulan, Gudang Amunisi Direndam Air

Ledakan gudang amunisi Pasukan Katak di Pondok Dayung, Jakarta Utara, membuat satu prajurit tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Apa langkah TNI Angkatan Laut agar tak ada ledakan susulan?

"Salah satunya kita adakan perendaman, titik di mana terjadi ledakan kita genangi air, penggenangan memastikan situasi ini akan mendingin," kata Kadispen TNI AL Laksamana Pertama Untung Surapati saat dihubungi via telepon, Kamis (6/3/2014).

Total ada 10 bangunan di markas Korps Pasukan Katak Pondok Dayung yang rusak. Semua terkena dampak ledakan yang hebat karena di dalam gudang ada bahan peledak berupa TNT hingga amunisi peluru dan senjata.

Seorang pengguna akun twitter sempat memajang foto-foto dari pulau tersebut. Gambar diambil dari bangunan yang berjarak 100 meter dari gudang amunisi. Dia mengaku mendapat foto dari rekannya di TNI AL.

Tampak kerusakan cukup parah di beberapa bangunan. Ada yang bagian kacanya hancur hingga plafon yang runtuh. Hingga kini, TNI AL masih menutup akses ke lokasi kejadian, termasuk tempat ledakan.




Sumber : Antara

Seputar Ledakan Gudang Amunisi Kopaska (3)

Penyebab Banyaknya Jatuh Korban

JAKARTA-(IDB) : Setidaknya, 87 korban jatuh dalam insiden meledaknya gudang amunisi Tentara Nasional Indonesia (TNI AL) di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu 5 Maret 2014.
Bahkan, satu di antaranya, anggota Satuan Fasilitas perbaikan dan pemeliharaan (Fasharkan) dari Subnit Lantamal 3 Jakarta yaitu Sertu Imam Syafei tewas dalam peristiwa tersebut.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengungkapkan alasan banyaknya korban yang jatuh.
Menurut Untung, dampak langsung ledakan itu berjarak antara 50-100 meter. Padahal, dalam radius tersebut banyak anggota yang tengah beraktivitas.

"Korban-korban ini, ada yang kena efek ledakan secara langsung dan tidak langsung. Tidak langsung itu seperti sedang bekerja di kantor, di kantin, dan bengkel," kata Untung dalam konfrensi pers di lokasi.

Untung mencatat, mayoritas korban berasal dari lingkungan TNI AL. Di luar itu adalah satu orang dari pihak kepolisian.

"Korban ada di lima rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Mintoharjo, Suka Mulia 26 korban, Port Medical Center (PMC) 35 korban, luka berat dan termasuk yang meninggal itu di RS Angkatan Laut Mintohario berjumlah 20 korban. Di Diskeskulinlamil tiga dan RS Koja ada dua korban," tutur Untung.

Data Korban Ledakan

Puluhan korban ledakan gudang amunisi milik Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI Angkatan Laut di Pondok Dayung, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, masih menjalani perawatan di Rumah Sakit AL Mintoharjo, Jakarta Pusat.

Kebanyakan korban yang telah mendapat penanganan mengalami luka akibat terkena serpihan benda  hancur akibat ledakan. Tapi tidak sedikit korban yang mengalami patah tulang.

Satu korban meninggal bernama Sersan Satu Imam Safei, sudah dibawa pulang keluarganya. Iman adalah personel dari kesatuan Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal-Kapal, Lantamal III.

Menurut dokter RS Mintoharjo, dr Syarief Hidayat, Imam meninggal dunia karena mengalami luka di bagian dalam dan luka bakar di bagian leher.

Meski demikian, Syarief mengatakan, tim dokter belum menemukan penyebab pasti meninggalnya Imam.

"Semua itu akan diketahui kalau sudah ada hasil visum," katanya.

Selain Imam, ada pula salah satu korban yang saat ini dalam keadaan kritis dan masih mendapatkan penanganan di Unit Gawat Darurat RS Mintoharjo. Korban adalah Sersan Kepala Midi yang juga dari Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal-Kapal, Lantamal III.


Berikut nama korban yang ada di Rumah Sakit Mintoharjo:

  1. Mayor Laut Ahmad Suharsono
  2. Mayor Fahrul Z
  3. Kapten Agung
  4. Letda Indra
  5. Letda Laut M Alfa D
  6. Pelda Suhari
  7. Serma Asep Setiawan
  8. Serma Tejo W
  9. Serka Kom Endro C
  10. Serka Midi
  11. Serka Suatmaji
  12. Serka Afiriadi
  13. Serka Sarmidi
  14. Sertu Laurence
  15. Sertu Heriyanto
  16. Koptu Kodri
  17. Kopda Khotib
  18. Kopda Sunarjo
  19. KLK Suratno
  20. KLS Deni Prasetyo
  21. KLS Indra W
  22. PNS golongan II D Dwi Risnanto
  23. PNS golongan II D Sarmun
  24. Koptu Kardani
  25. Koptu Carhadi
  26. Sertu Imam Syafei (korban tewas)




Sumber : Vivanews

Seputar Ledakan Gudang Amunisi Kopaska (2)

Gudang Amunisi Kopaska Meledak

JAKARTA-(IDB) : Markas Besar TNI mengirim tim ke lokasi ledakan di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Hingga kini belum diketahui secara pasti apakah yang meledak itu gudang amunisi milik TNI Angkatan Laut atau bukan.

"Informasinya masih simpang siur, kami kirim tim ke lokasi untuk memastikan sumber ledakan," kata Kepala Pusat Penerangan Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Rabu (5/3/2014).

Iskandar menambahkan, saat ini Mabes TNI masih menunggu laporan dari lapangan. Apakah ledakan itu berasal dari instalasi milik TNI. "Kami masih menunggu laporan. Kami juga belum tahu apakah ada korban atau tidak," tambah adik kandung politisi Demokrat Ruhut Sitompul ini.

Kapolres Pelabuhan Tanjung Priok AKBP Asep Adi Saputra sebelumnya mengatakan ledakan berasal dari gudang amunisi. Namun dia mengaku belum tahu gudang amunisi itu punya kesatuan mana.

Ledakan itu terdengar keras. Saking kerasnya dentuman terdengar hingga radius 3 kilometer. Suara ledakan terasa hingga radius 3 kilometer. Sementara, getaran dirasakan sampai radius sekitar 1 kilometer.

Gudang Berisi Senjata Laras Panjang, Pistol Dan 300 Bom TNT

Detail isi gudang amunisi yang meledak di Pondok Dayung masih belum diketahui. Namun KSAL Laksamana Marsetyo mengatakan gudang tidak berisi bahan peledak berkekuatan besar.

"Untuk senjata ringan, di sana kan ada lapangan tembak, amunisi pistol, laras panjang, hanya terbatas jumlahnya," kata Marsetyo usai menghadiri kegiatan Presiden SBY di Pelabuhan Merak, Banten, Rabu (5/3/2014).

Marsetyo mengaku masih belum mengetahui penyebab ledakan itu. Walau berisi amunisi, tugas TNI AL mengamankan NKRI tidak akan terganggu.

"Nggak, nggak (mengganggu-red). Itu hanya sebagian amunisi di gudang sana," tuturnya.

Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) III Jakarta, Brigadir Jenderal TNI Marinir Ikin Sodikin, Kamis 6 Maret 2014, mengungkapkan terdapat ratusan bom jenis TNT atau Trinitrotoluene di gudang amunisi Markas Komando Pasukan Katak TNI AL yang meledak, Rabu kemarin.

Bom-bom TNT itulah yang diduga memicu ledakan dahsyat di tempat penyimpanan amunisi pasukan elit TNI AL dan bangunan lain yang terletak di Pondok Dayung, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara itu.

"Ada sekitar 300 TNT (bom), amunisi kecil, ada pistol, M16 dan lainnya," kata Ikin saat ditemui VIVanews di lokasi.

Ikin menjelaskan, bom jenis TNT itu memiliki daya ledak yang besar. Bahkan, kekuatannya bisa menghancurkan bangunan. "Saat latihan, dua buah TNT saja bisa meledakkan sebuah bangunan. Sedangkan ini ada 300-an, memang parah," ungkapnya.

Jenderal bintang satu ini menegaskan, penyebab meledaknya tempat menyimpanan amunisi pasukan elit itu disebabkan konsleting arus pendek listrik, sehingga memicu amunisi di gudang itu meledak.

"Terjadi konsleting arus pendek, lalu kebakaran hingga mengeluarkan asap tebal. Ketika dipadamkan sudah tak teratasi," katanya.

Ledakan yang terjadi Rabu pagi itu tidak hanya merusak bangunan, tapi juga membuat satu orang personel TNI AL meninggal dunia dan 86 lainnya terluka.

25 Prajurit Kopaska Terluka

Gudang amunisi TNI meledak di Pondok Dayung, Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada Rabu (5/3) siang. Kapuspen TNI Laksamana Iskandar Sitompul membenarkan peristiwa ini.

Gudang Amunisi TNI AL Meledak, 25 Anggota Kopaska Terluka

''Sekitar pukul 10.30 WIB,'' kata dia, Rabu (5/3).

Ledakan tersebut terjadi di Gudang Amunisi Satuan Komando Pasukan Katak, Kawasan Armada Barat. Iskandar belum mengetahui pemicu ledakan tersebut.

Menurut dia, di sana memang ada gudang amunisi. ''Korban 25 RS AL,'' kata dia. Iskandar belum ingin berkomentar banyak dan masih akan melakukan investigasi.

Kepala Pusan Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Laksamana Muda TNI Iskandar Sitompul membenarkan jika gudang amunisi milik pasukan katak TNI AL di Pondok Dayung, Tanjung Priok meledak, bahkan 25 orang anggota Kopaska mengalami luka-luka.

"Korban luka berasal dari anggota prajurit TNI AL, dan tidak ada warga sipil. Saat ini korban di bawa ke rumah sakit TNI AL di Benhil," kata Kapuspen ketika dikonfirmasi di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, para korban itu terluka bukan karena amunisi tetapi disebabkan ada genteng yang pecah, kayu dan kaca akibat ledakan gudang amunisi itu.

Iskandar menyebutkan, lokasi ledakan berada jauh dari permukiman warga, dan lokasi ledakan merupakan tempat terisolasi yang sering digunakan untuk latihan TNI AL. "Kebetulan lokasi terisolir di Pondok Dayung seperti danau kecil. Di danau kecil itu, orang masuk susah, dan ada kapal angkut kecil untuk menyeberang.

TNI menyeberang menggunakan 'speed boat' (Kapal cepat), sehingga korban adalah petugas," ujarnya. Menurut Iskandar, setiap harinya di lokasi tersebut ada sekitar 200 hingga 250 personel TNI AL. Saat ini lokasi tersebut sudah disterilkan. "Lokasi persis di tengah-tengah di pasukan katak," ujarnya.

Iskandar mengatakan, pihaknya belum mengetahui penyebab ledakan amunisi tersebut, namun demikian pihaknya akan melakukan investigasi atas peristiwa itu. Situasi saat ini, tambah dia, untuk sementara masih konsolidasi ke dalam guna cek dan ricek, agar tidak menimbulkan korban dan ledakan selanjutnya.

Sebelumnya dilaporkan, sebuah ledakan terjadi di gudang amunisi Pasukan Katak Armada Ri Kawasan Barat (Armabar) sekitar Pondok Dayung Tanjung Priok Jakarta Utara, sekitar pukul 10.00 WIB. "Sekarang sedang diinventalisir penyebabnya," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Rikwanto di Jakarta Rabu.

Rikwanto mengatakan pihak TNI Angkatan Laut (AL) menginventalisasi penyebab ledakan, termasuk jumlah korban dan kerusakan yang ditimbulkan. Rikwanto menambahkan aparat kepolisian membantu pihak TNI AL memblokade dan mensterilkan kawasan agar masyarakat tidak masuk lokasi ledakan. Di lokasi sudah ada dari kepolisian perairan dan DVI untuk membantu korban, ujar Rikwanto.

Penyebab Ledakan Masih Selidiki

 
Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Marsetio mengatakan sudah mendapatkan laporan tentang adanya ledakan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Ia membenarkan ledakan tersebut berasal dari gudang amunisi milik TNI Angkatan Laut. Ia mengatakan jajarannya akan langsung melakukan penyelidikan mengenai pennyebab ledakan tersebut. "Masih kita selidiki ya ya. Baru dapat laporan," katanya saat ditemui dalam acara HUT Basarnas di Merak, Banten, Rabu (5/3).

Ia mengatakan di gudang tersebut menyimpan senjata ringan, amunisi pistol, senjata laras panjang, serta adanya lapangan tembak. Ditegaskan KSAL, jumlahnya tak terlalu banyak sehingga tidak membahayakan. "Tidak akan mengganggu karena hanya sebagian amunisi yang ada di gudang itu," katanya.

Sebelumnya, terjadi ledakan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Ledakan tersebut terjadi pada Rabu (5/3) sekitar pukul 10.30. Ledakan terjadi di gudang amunisi milik Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut yang terletak di Pondok Dayung, pulau tersendiri yang berjarak 100 meter dari dermaga. Dikabarkan puluhan terluka yang didominasi oleh para prajurit TNI AL.

Bukan Sabotase

Kepala Pusat Penerangan TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul membantah ledakan yang terjadi di gudang amunisi milik Pasukan Katak, Armada Barat, TNI AL, di Pelabuhan Tanjung Priok terkait sabotase.

"Tidak ada, jangan terlalu jauh, tidak ada (sabotase)," kata Iskandar saat menjelaskan peristiwa itu kepada tvOne, Rabu 5 Maret 2014.

Bisa jadi, dia menambahkan, insiden ledakan terjadi akibat arus pendek, atau kemungkinan lain seperti masalah pada sistem penyimpanan.

"Kami masih menunggu hasil penyelidikan tim investigasi. Nanti akan kami sampaikan apa penyebab ledakan," kata Iskandar.

Peristiwa ledakan terjadi sekitar pukul 10.30. Menurut Iskandar, lokasi gudang amunisi ini cukup terisolir. Warga sipil juga tak bisa mengakses lokasi.

Akibat ledakan puluhan orang yang semuanya dari Angkatan Laut mengalami luka. Tidak ada korban jika dalam ledakan ini.




Sumber : SCTV

Seputar Ledakan Gudang Amunisi Kopaska (1)

Sekilas Tentang Kopaska
JAKARTA-(IDB) : Komando Pasukan Katak (Kopaska) adalah pasukan elite TNI Angkatan Laut yang memiliki kemampuan operasi militer di darat, laut dan udara. 

Tugas utama pasukan ini adalah menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, serta mempersiapkan operasi perebutan pantai dan pendaratan kekuatan amfibi.


Kopaska didirikan pada 31 Maret 1962 pada masa Presiden Sukarno dengan tujuan mendukung kampanye militer di Irian Jaya (sekarang Papua). 

Saat ini Kopaska terdiri atas dua grup, yakni wilayah Barat dan Timur. Koordinasi terhadap dua grup Kopaska dipegang Komando Armada RI masing-masing wilayah.

Masing-masing grup dipimpin oleh kolonel yang membawahi enam detasemen, yakni :
  • Detasemen 1 Sabotase/Anti-Sabotase (Teror). 
  • Detasemen 2 Operasi Khusus.
  • Detasemen 3 Combat SAR.
  • Detaseme 4 EOD dan Ranjau Laut.
  • Detasemen 5 Underwater Demolition.
  • Detasemen 6 Special Boat Units.

Operasi pasukan elite ini adalah:

Operasi Amphibi
: Beach Reconnaissance, Post  Reconnaissance, Beach Clearing, dan Surob (Surf Observation).

Operasi Khusus
: Sabotase / Anti-Sabotase (teror), Clandestine, Combat SAR, Mine Clearance, dan Send and Pick-Up Agent.

Operasi Tambahan
: PAM VIP VVIP & Vital Object, Underwater Survey, SAR, Underwater Salvage, dan Factual Information Gathering.

Setiap tahun Kopaska menggelar latihan bersama dengan pasukan elite Amerika Serikat US Navy Seal. Bahkan beberapa anggota Kopaska juga mengenakan brevet Navy Seal.

Sedangkan di dalam negeri, pasukan ini kerap berlatih bersama dengan Kopassus TNI AD, Kopaskhas TNI AU, dan Densus 88 dalam rangka penanggulangan teror

Aksi Operasi

Pasukan elite TNI AL yang dibentuk tahun 1962 ini telah menjalankan banyak misi di dalam dan luar negeri.

Salah satu operasi yang dijalankan Kopaska adalah misi Merah Putih untuk membebaskan ABK MV Sinar Kudus dari pembajak Somalia pada Maret-Mei 2011. Kopaska bergabung dalam pasukan khusus yang ditugaskan oleh Presiden SBY bersama dengan Marinir dan Kopassus.

Pembajakan MV Sinar Kudus, kapal milik PT Samudra Indonesia, terjadi di perairan Somalia pada 16 Maret 2011. Kapal itu dibajak perompak Somalia untuk digunakan sebagai kapal induk pembajak yang beroperasi ke utara sampai Teluk Oman.

Seusai menerima laporan tentang kejadian tersebut, Presiden SBY memberikan perintah langsung pembebasan pada tanggal 18 Maret 2011. Usai rapat di Kemenko Polhukam, pada pukul 19.00 disampaikan tiga tindakan.

Tindakan tersebut adalah membebaskan kapal dengan operasi khusus bila kapal Sinar Kudus di tengah laut, menyiapkan rencana cadangan bila kapal telah turun jangkar di wilayah Somalia dengan mempelajari perkembangan, serta mengirimkan 2 kapal fregat dan pasukan khusus.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono kemudian menerima persetujuan dari Presiden tentang kekuatan yang akan diturunkan yaitu 2 kapal fregat, 1 helikopter, serta pasukan khusus dari Marinir, Kopassus, dan Kopaska.

Pasukan lalu tiba di Somalia melalui Kolombo secara bertahap. Informasi terakhir kala itu adalah MV Sinar Kudus telah turun jangkar di perairan Somalia. Namun ada kemungkinan masih digunakan sebagai kapal induk pembajak.

Pada tanggal 4 April 2011, pasukan menerima info bahwa MV Sinar Kudus tak sendiri namun ada 8 kapal negara lain yang dibajak. Nasib ABK tidak diketahui secara jelas karena mereka sering dipindah dan jumlahnya di kapal berubah-ubah.

Pasukan mengawasi lewat helikopter dan terlihat bahwa setiap kapal dijaga oleh pembajak. Ada 15-20 kelompok perompak yang terorganisir dan tak ada akses langsung untuk melaporkan perkembangan setiap saat.

Negosiasi pada 13 April 2011 mendapat titik terang yaitu penyesesuaian tebusan dengan tindakan.

Para ABK dijamin selamat dan setelah pembebasan akan dilakukan tindakan militer. Namun para perompak itu ternyata tak semudah itu melepaskan para ABK. Pada tanggal 28 April 2011 para perompak menaikkan nilai tebusan.

Pengawasan oleh semua elemen pasukan termasuk Kopaska terus dilakukan. Pengantaran uang tebusan akhirnya dilakukan pada tanggal 30 April 2011 menggunakan pesawat dispanser.

Tebusan dibawa ke MV Sinar Kudus untuk dicek asli atau tidak. Lalu dibagi ke perompak, investor, tokoh informal 10 persen, dan penjaga 10 persen. Perhitungan dilakukan di kapal selama 20 jam hingga malam. Berdasar informasi seorang pembajak kepada Reuters, uang tebusan dengan mata uang dollar itu itu jika dirupiahkan senilai Rp 38,7 miliar.

Paginya, perompak turun dari MV Sinar Kudus. Setelah tidak ada lagi perompak, baru dilakukan aksi tindakan militer pengamanan untuk melakukan pengejaran perompak. Karena perompak tahu tindakan itu, perompak ikut menyerang. Akhirnya baku tembak pun tak terelakkan.

Empat perompak yang terkena tembakan lalu jatuh ke laut. Mayat mereka tidak ditemukan dan hanya speedboatnya yang berhasil dibawa ke Indonesia. Setelah itu, TNI mengecek keamaan MV Sinar Kudus dan sterilisasi perompak dan bahan peledak. Setelah diketahui aman, kapal dibawa ke Oman dikawal dengan 2 fregat.

Operasi Lain

Selain di Somalia, Kopaska juga menyukseskan operasi meringkus sindikat perompak di perairan sebelah timur pulau Sumatera bagian utara. Seperti dikutip dari website TNI.mil.id, Satuan Pasukan Katak (Satpaska) Armabar bekerja sama dengan satuan gabungan Spam Mabes TNI Angkatan Laut dan Lantamal I Belawan meringkus 6 tersangka pada Juli 2006.

Para perompak tersebut sering menggunakan senjata api laras panjang dan pelontar granat dalam aksinya dan sering menyamar menjadi nelayan dari kapal ke kapal. Peringkusan sindikat terorganisasi itu sendiri berawal dari adanya perompakan KM Ulandari.

Mereka kemudian menyandera nakhoda kapal dan meninggalkan kapal beserta ABK-nya. Keesokan harinya, mereka ditemukan oleh aparat TNI Angkatan Laut. Para perompak kemudian meminta tebusan kepada pemilik kapal sebesar Rp 400 juta.

Dari hasil penyidikan dan penyelidikan, para perompak terus berusaha meminta paksa uang tebusan sehingga disepakati untuk membayar Rp 15 juta.

Pembayaran uang tebusan dilakukan melalui transfer di Bank Mandiri cabang Lhokseumawe, NAD. Pada saat itu, salah seorang tersangka perompak diringkus. Tersangka lainnya berhasil ikut diringkus dalam beberapa hari berikutnya.

Kopaska juga menjadi bagian dari tim pencari KM Senopati Nusantara yang hilang pada Januari 2007. Seperti dikutip dari website TNI, saat itu TNI AL mengerahkan pasukan elite dari Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan penyelam untuk mencari keberadaan KM Senopati Nusantara karena di lokasi yang diduga tempat karamnya kapal itu penuh dengan ranjau sisa perang dunia.

"Sinyal yang ditangkap kapal TNI AL ada di atas Lasem hingga Rembang, Jateng. Karena disitu banyak ranjau, maka perlu kehati-hatian dengan melibatkan pasukan khusus," kata Kadispen Koarmatim, Letkol laut (KH) Drs Toni di Surabaya, Selasa (9/1/2007).

Ia mengemukakan, sebanyak 12 anggota Kopaska, enam penyelam dan empat personel dari Dinas Hidros dan Oceanografi TNI AL itu, dibawa KRI Untung Suropati dari Surabaya menuju lokasi. Mereka menyelam secara manual.

Kopaska juga terlibat berbagai misi PBB di Irak, Darfur, Kongo, dan Libanon, serta perburuan perompak di berbagai wilayah di Indonesia. Pasukan berseragam merah marun ini juga melakukan pengamanan di blok Ambalat dan objek vital lainnya.

Pembentukan
 

Dikutip dari Wikipedia, Komando Pasukan Katak diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 31 Maret 1962 oleh Presiden Soekarno untuk mendukung kampanye militer di Irian Jaya. Tugas utama Kopaska adalah untuk menyerbu kapal dan pangkalan musuh, menghancurkan instalasi bawah air, serta penyiapan perebutan pantai dan operasi pendaratan kekuatan amfibi.

Kopaska terbagi menjadi dua satuan komando yaitu Armada Barat di Jakarta dan Armada Timur di Surabaya. Masing-masing satuan komando memiliki 6 detasemen.

Dalam menjalankan tugas operasi amfibi, pasukan yang memiliki motto Tan Hana Wighna Tan Sirna (Tidak Ada Rintangan yang Tak Dapat Diatasi) ini harus melakukan pengintaian pantai, pengintaian pos, sterilisasi pantai, serta observasi selancar.

Kopaska juga memiliki tugas khusus anti sabotase, pengiriman agen rahasia, serta save and rescue. Jika tidak bertugas dalam suatu operasi, tim Detasemen Paska dapat ditugaskan menjadi pengawal pribadi VIP seperti Presiden dan Wakil Presiden Indonesia.