Pages

Rabu, Februari 26, 2014

Analisis : Mengantisipasi Cuaca Ekstrim Konflik Kawasan

ANALISIS-(IDB) : Persamaan el nino dan el ce es, sama-sama bicara tentang kehangatan laut, sama-sama tentang perubahan iklim, sama-sama memerlukan perhatian.  Bedanya, el nino menyangkut perubahan iklim bumi yang kontras sedangkan el ce es berkaitan dengan perubahan iklim militer yang menghangatkan perairan Laut Cina Selatan (LCS).  Banyak negara meributkan cuaca ekstrim sampai-sampai banjir besar yang melanda Inggris baru-baru ini ikut menyalahkan Indonesia sebagai penyebabnya karena rusaknya hutan tropis. 



Sejalan dengan itu banyak negara juga sedang menyimak perkembangan iklim militer di LCS dan mengantisipasinya jika harus berhadapan dengan cuaca ekstrim militer di kawasan ini.  Di ruang ini banyak negara menantikan peran sentral Indonesia sebagai pemilik pagar teritori yang berbatasan dengan klaim tumpang tindih di LCS. Tentu banyak negara mengharapkan peran diplomatik Indonesia yang sampai saat ini berada di posisi berkawan dengan semua pesengketa LCS.  Indonesia berkawan baik negara ASEAN, dengan Cina, AS dan Rusia tetapi agak risih dengan tetangga selatan herdernya AS.

Jendral Moeldoko berkunjung ke Cina


Baru-baru ini rombongan Menhan berkunjung ke beberapa negara Eropa untuk memastikan dan menambah order alutsista, misalnya penambahan 7 pesawat angkut militer CN295 di Spanyol.   
Order pertama kita pesan 9 unit lalu tambah lagi sehingga menjadi 16 unit. Sambil pesan juga melirik alutsista lain di markas Airbus Military di Sevilla Spanyol seperti jet tempur Eurofighter Typhoon dan pesawat angkut berat A400M.   
Sementara di Belanda rombongan Menhan disambut hangat oleh rekannya Menhan Jeanine Hennis Plasschaert dan menandatangani kerjasama pertahanan.  Dalam kunjungan itu bisa saja 2 kapal perang Indonesia jenis perusak kawal rudal yang sedang dibuat di Belanda akan bertambah lagi dengan opsi sampai 10 unit termasuk tawaran alutsista untuk TNI AD.



Sementara itu Panglima TNI Jenderal Moeldoko awal pekan ini mengadakan kunjungan ke markas besar tentara Cina dan bertemu dengan orang nomor satu di PLA dan Menhan Cina. Tentu saja kunjungan petinggi militer RI membawa sejumlah agenda militer, kerjasama militer kedua negara dan belanja alutsista.  Yang menarik kunjungan ini dilakukan setelah 3 kapal perang Cina unjuk kekuatan di selatan Jawa di pagar halaman laut Christmas Australia. Tentu Cina bersedia menjelaskan meski tidak untuk konsumsi publik. Maka salah satu persepsinya bisa jadi begini: Gini lo sahabat, supaya Australia jangan over acting sama sampeyan.

Alutsista TD2000B buatan Cina di Batalyon Rudal Aceh


Pertengahan pekan ini Deputi Perdana Menteri Rusia Dmitry O Rogozin ke Indonesia untuk memimpin langsung Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-9 antara RI dan Rusia bidang kerjasama perdagangan, ekonomi dan teknik di Jakarta.   
Bawaan yang tak kalah berat adalah melanjutkan tahapan order alutsista seperti kapal selam Kilo dan jet tempur Sukhoi SU35 BM.  Untuk kapal selam Kilo delegasi Indonesia sudah berkunjung ke sana untuk melihat barangnya dan oke.  Sementara Sukhoi SU35 BM sudah menuju titik terang. Definisinya jelas, Indonesia masih memerlukan tambahan minimal 1 skuadron jet tempur kelas berat dan 2 skuadron jet tempur kelas menengah untuk kekuatan udara Kogabwilhan yang akan dibentuk tahun ini.



Makna dari beberapa kunjungan yang dilakukan dalam waktu berdekatan itu tentu berkait dengan upaya Indonesia mengantisipasi cuaca ekstrim berkadar militer di sekitar halamannya.  Indonesia ingin kesetaraan dalam perolehan alutsista berteknologi dengan negara di sekitarnya.  Bahkan Presiden SBY pernah berucap agar militer RI harus lebih tangguh dari negara sekitar. Kita  harus bersiap dengan kondisi cuaca ekstrim yang diprediksi bisa terjadi dalam perjalanan lima tahun ke depan. Makanya agar tidak ikut terserang demam atau bahkan diserang oleh salah satu virus klaim mengklaim itu Indonesia harus memperbanyak pil alutsista berkualifikasi anti biotik, anti septik dan anti piretik dengan menguatkan isian daya tahan militernya terhadap semua kemungkinan terburuk itu.



Jangan menganggap enteng dengan perubahan iklim militer yang cenderung ekstrim ini. AS sudah menyatakan akan memindahkan dominasi kekuatan armadanya ke Asia Pasifik termasuk hot spot LCS.  Darwin, Christmas dan Cocos menjadi pangkalan militer sekutu sepupu AS–Australia mengantisipasi terbukanya front pertempuran LCS menghadapi Cina yang makin perkasa. Tentu dari selatan jalan menuju front itu akan melewati jantung Indonesia pulau Jawa. Siapkah pulau Jawa dengan perubahan ekstrim militer ini. Kita harus mempersiapkan sebagus dan secepatnya. Peta jalan Kogabwilhan yang mau diimplementasikan itu menempatkan pulau Jawa dan Bali dalam satu perlindungan khusus dengan payung skuadron tempur, armada laut dan divisi angkatan darat yang terintegrasi.

Barisan Tank BMP3F Rusia untuk Marinir Indonesia


Perlindungan militer terhadap jantung Indonesia memerlukan perhatian ekstra ketat karena kekuatan di selatan Jawa itu merupakan kolaborasi sekutu sepupu yang lakonnya tentu berdasarkan kepentingannya. 
Saat ini mereka menganggap kita sebagai teman bumper alias teman garis depan untuk berhadapan dengan Cina.  Tetapi posisi Indonesia yang netral boleh jadi menimbulkan kekecewaan sekutu sepupu itu suatu saat apalagi jika menyangkut strategi militer menjelang konflik terbuka LCS.  Indonesia berada dalam posisi sulit jika konflik LCS berubah menjadi perang terbuka karena posisi konflik dan jalur militer untuk mencapainya pasti akan mengacak-acak teritori RI. 



Jadi memang dalam lima tahun ke depan kita wajib melanjutkan pekerjaan untuk memperkuat persenjataan militer kita. Tentu bukan sekedar untuk persiapan menghadapi cuaca ekstrim tetapi juga sebagai kekuatan tawar dalam kecerdasan diplomatik RI. Siapa tahu kan dengan kecerdasan diplomatik RI  yang berbaju kekuatan militer setara konflik LCS bisa diselesaikan di meja perundingan. Itu juga bagian dari mengantisipasi cuaca ekstrim militer di kawasan ini.
Sumber : Analisis

Presiden SBY Akan Bertemu Raja Yordania Bahas Perdagangan

JAKARTA-(IDB) : Raja Yordania, Abdullah Bin Al-Hussein akan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini, Rabu 26 Februari 2014. Ini merupakan kunjungan kedua Raja Abdullah II ke Indonesia selama masa pemerintahan Presiden SBY.
 

Menurut Staf Khusus Presiden Bidang Luar Negeri, Teuku Faizasyah, dalam siaran persnya, dalam pertemuan tersebut, kedua kepala negara akan membahas upaya peningkatan kerjasama bilateral Indonesia-Yordania di berbagai bidang, antara lain terkait perdagangan, investasi, pertahanan, dan sosial budaya.

 

"Kunjungan kedua kalinya Raja Yordania ke Indonesia mencerminkan kesungguhan komitmen untuk semakin mempererat hubungan kedua negara, yang sejatinya selama ini telah terjalin dengan baik," ujar Faizasyah.

 

Selain itu, akan membahas juga perkembangan terkini di masing-masing kawasan, utamanya di Timur Tengah. Pertukaran pikiran antara kedua kepala negara mengenai isu-isu kawasan tersebut juga sangat penting sebab Yordania saat ini menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB.

 

Berdasarkan informasi dari biro pers kepresidenan, Raja Abdullah II dijadwalkan datang pada pukul 10.50 WIB dan disambut Presiden di Istana Merdeka.

 
Kemudian, pada pukul 11.25 WIB dilanjutkan pertemuan bilateral antara kedua pimpinan negara itu. 




Sumber : Irib

Berita Video : Video Pesawat Tempur Misterius Dipindahkan Dalam Keadaan Terbalik

BAE Replica

LONDON-(IDB) : Video berikut diambil pada 18 Februari 2014, di dekat fasilitas BAE Systems di Warton, Lancashire, Inggris.



Pesawat yang dipindahkan di dalam video mungkin adalah ukuran full dari BAE Replica, sebuah model pesawat siluman yang dikembangkan oleh BAE Inggris pada 1990-an dan digunakan untuk pengujian radar dalam Program Future Offensive Air System (FOAS). Program ini sendiri dibatalkan pada tahun 2005.



Progam FOAS merupakan sebuah studi yang bertujuan untuk menghasilkan pesawat tempur canggih untuk menggantikan pesawat tempur Tornado GR4 Angkatan Udara Inggris (RAF). Setelah dibatalkan, progam FOAS digantikan dengan program Deep and Persistent Offensive Capability (DPOC) yang juga lagi-lagi dibatalkan pada 2010 lalu.



Setelah kedua program dibatalkan, muncullah Taranis UCAV (Unmanned Combat Air Vehicle), pesawat tanpa awak semi otonom yang mampu terbang lintas benua, dan mampu membawa berbagai macam senjata, termasuk PGM (Precision Guided Munition) dan rudal udara ke udara.



Meski program FOAS dibatalkan dan tanpa pesawat yang dihasilkan, yang namanya eksperimen tetap saja bermanfaat. Pengalaman yang diperoleh BAE Inggris dari pesawat BAE Replica diyakini juga digunakan untuk pengembangan F-35, yang akan menjadi pengganti sesungguhnya untuk Tornado GR4.



Yang jelas, proses pemindahan pesawat ini dilakukan di tempat terbuka, dalam keadaan terbalik dan tidak dibungkus. Artinya bisa dipastikan tidak ada yang dirahasiakan oleh BAE Systems disini. 

Berikut videonya : 







Sumber : Artileri

Indonesia Siapkan Rudal Pertahanan Udara Produksi Dalam Negeri

JAKARTA-(IDB) : Perang di era modern tak lagi saling berhadapan. Tapi melibatkan persenjataan canggih, termasuk rudal. Sekali tembak, nyawa ribuan orang di posisi target, yang jauhnya ratusan hingga ribuan kilometer, niscaya terancam. 

Maka dari itu, rudal penangkal sebagai sistem pertahanan alternatif, menjadi wajib dimiliki. Saat ini, TNI Angkatan Udara, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), dan PT Dahana, sedang mengembangkan rudal Penangkis Serangan Udara (PSU) jarak sedang. Senjata anti-rudal ini akan dikembangkan dari roket-roket yang telah berhasil dibuat Lapan.

Lapan telah berhasil meluncurkan beberapa tipe roket seperti RX-420 yang memiliki daya jangkau di atas 100 km. Lapan juga sedang mengembangkan roket berdaya jangkau 200 km lebih yaitu RX-550.

"Iya dari pengembangan roket Lapan sebelumnya. Mereka sudah berhasil, peluncurannya sudah lurus. Cuman isiannya, pendorongnya itu masih dikembangkan terus," ucap Kadispen TNI AU Marsekal Pertama (Marsma) Hadi Tjahjanto saat dihubungi, Jakarta, Selasa (25/02/2014).

Hadi menambahkan, saat ini permasalahan untuk rudal penangkis udara terjadi pada propelannya. Rencananya beberapa tahun ke depan propelan ini sudah bisa diperbaiki dan dilakukan uji coba kembali.

"2 atau 3 tahun ke depan isiannya atau propelannya itu sudah ditemukan akan dibuat uji coba lagi. Kalau memang bagus akan ditawarkan pada BUMN atau Bumnis (Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis)," imbuh pria berkumis ini.

Apakah pengembangan ini untuk rudal jarak sedang atau jauh? "Nanti kalau propelannya itu sudah teruji tinggal isiannya mau dibuat jarak sedang atau jauh. Kalau nama rudal nunggu sudah jadi baru dari BUMN dengan Kemenhan yang nanti ngasih nama rudalnya," jawab Hadi.

Saat ini TNI AU hanya memiliki PSU yang aktif dari kelas jarak pendek seperti Oerlikon, Starstrek, VL Mica dan lain-lain. Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menuturkan saat ini pihaknya sedang menjajaki PSU untuk jarak sedang. Rencana ini akan disusun di Minimum Esential Force (MEF) rentra kedua (2015-2019).

"Untuk 10 sampai 100 km itu perlu kendali jarak sedang, sekarang kita lagi diproses. Mudah-mudahan segera melengkapi sistem pertahanan kita," kata Putu saat menerima 16 unit pesawat T-50i dari Korea Aerospace Industry (KAI) di Lanud Halim Perdakusuma, Jakarta Timur, Kamis 13 Februari 2014. 




 Sumber : SCTV

Rusia Akan Bawa Sukhoi Ekspansi Ke Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Pagi tadi, Selasa (25/2), di Jakarta, Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry O. Rogozin menemui Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. Pertemuan tertutup ini dijalankan sebelum Rogozin menghadiri Sidang Komite Bersama ke-9 yang lebih banyak membahas aspek kerja sama ekonomi di Hotel Ritz Carlton, Kuningan. 

Tangan kanan Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev ini membenarkan kalau dia sempat membahas potensi kerja sama bidang militer dengan Purnomo. Cuma dia enggan merinci apa saja detail pembicaraan yang dibahas kedua pihak.

"Memang kita mengadakan pertemuan dengan Menhan Purnomo, tapi tentu saja kerja sama militer bukan suatu isu yang mudah diumumkan kepada masyarakat," ujarnya saat jumpa pers.

Kendati tak mau merinci apa saja penjajakan konkret kerja sama militer antara Rusia-Indonesia, Rogozin mengungkapkan pihaknya jelas punya keunggulan dalam aspek teknologi alat utama sistem pertahanan negara (alutsista).

Dia tidak menampik bila perusahaan penerbangan unggulan Rusia, Sukhoi, hendak berekspansi lebih jauh di Tanah Air. Selain lini pesawat tempur, pabrikan pesawat itu sudah mengekspor angkutan penumpang juga lewat seri Superjet.

Rogozin berjanji, Sukhoi dan pabrikan lain akan menanamkan modal di Indonesia, bukan sekadar berjualan.

"Di bidang industri penerbangan kita siap mendirikan pusat pelayanan pesawat terbang bersama, juga siap bekerja sama dengan perusahaan nasional dalam hal produksi suku cadang," tegasnya.

Negara yang dulu bernama Uni Soviet ini membuka peluang untuk penjualan senjata ataupun alat tempur. Tapi, teknologi militer Rusia, diklaimnya bisa digunakan buat kepentingan sipil.

"Dalam hal kerja sama militer memang ada prospek sangat cerah, dalam alih teknologi terutama yang punya makna berganda. Artinya bisa dimanfaatkan baik untuk tujuan militer maupun sipil," kata Rogozin.

Rusia menyatakan, beberapa tahun terakhir gencar memproduksi persenjataan buat matra Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Dari dua bidang itu, terbuka peluang bila TNI ingin membeli produksi alutsista Rusia.

"Alutsista yang kami pakai sekarang canggih. Mutunya jauh lebih unggul, dibandingkan negara-negara Barat lainnya," kata Rogozin.

Selain alat tempur, Rusia juga punya sistem pertahanan lain, mulai dari teknologi mikorelektronik, detektor bawah air, sampai wahana antariksa. Semuanya siap dikembangkan bersama, bila memang pemerintah Indonesia tertarik.




Sumber : Merdeka

Rusia Tawarkan Reaktor Nuklir Dan Industri Pesawat Terbang

skb-rusia-2

JAKARTA-(IDB) : Delegasi Federasi Rusia berkunjung ke Indonesia menghadiri Sidang Komisi Bersama ke-9, untuk penguatan kerja sama bilateral di lima sektor. 

Beberapa proyek unggulan yang jadi pembahasan utama: Pembangunan smelter bauksit, Kereta batu bara, Pengembangan industri pesawat terbang, hingga proposal proyek pembangkit nuklir.


Pemimpin delegasi Rusia Wakil Perdana Menteri Dmitry O. Rogozin menilai, pengusaha  negerinya  sangat antusias menanamkan modal di Indonesia. Kerja sama bisa dikembangkan ke sektor teknologi tinggi, karena persahabatan kedua negara sangat erat.


“Tidak ada persaingan di bidang apapun antara Rusia-Indonesia, kita bukan merupakan lawan dalam perkembangan geopolitik di Asia Pasifik,” ujarnya dalam jumpa pers usai sidang komisi di Jakarta, Selasa (25/2/2014).


Atas dasar itu, Rusia tidak keberatan bila diminta menanamkan modal di sektor yang butuh alih teknologi. Rogozin mengingatkan, Rusia bersedia mengalihkan sebagian industri strategis mereka di Indonesia, seperti alat navigasi hingga tak terkecuali pengembangan instalasi nuklir untuk energi.

“Federasi Rusia memiliki teknologi aman di bidang energi nuklir. Artinya pihak kami bersedia menawarkan sejauh pihak Indonesia menerima usulan-usulan kami,” kata Rogozin.

Rogozin juga  mengundang investor Indonesia untuk menanamkan modal di negaranya.  “Pemerintah kami membuka bagian timur Rusia untuk kerja sama dari negara-negara Asia Pasifik. Di kawasan industri itu, bisa dikembangkan bisnis agro maupun manufaktur,” tandasnya.


Sementara dalam pertemuannya dengan Kementerian Keuangan, delegasi Rusia  membicarakan kemungkinan dilakukan pertukaran cadangan devisa (bilateral swap).


pabrik Aluminium Rusal (photo by drugoi.livejournal.com)

Rusia ke Kalimantan
 
Pemerintah Kalimantan Timur akan bekerja sama dengan perusahaan Russian Railways untuk membangun jalur transportasi kereta api di Kalimantan. 

 “Pada prinsipnya proyek kereta api yang kami bangun dari PT Kalimantan Railways itu sudah kami persiapkan dengan baik sepanjang 191 kilometer,” ujar  Gubernur Kalimantan Timur Awang Farouk Ishak di Jakarta, Selasa (25/2/2014).


Jalur kereta akan dibangun mulai dari Kutai Barat melintasi Balikpapan hingga Penajam Pasir Utara. Kereta api itu untuk mengangkut batu bara.

“Tetapi saya juga sedang meminta bisa untuk mengangkut minyak sawit, komoditas hutan tanaman produksi, karet, ataupun hasil bumi lain,” kata Awang.

Transportasi kereta api diharapkan  dapat memperlancar pengiriman barang logistik ke daerah pedalaman. “Kami sudah menandatangani nota kesepahaman dengan Russian Railways dan Kalimantan Railways,” papar Awang.


Pengusaha Rusia juga berinvestasi di Kalimantan Barat dengan membuka pengolahan tambang (smelter) untuk bauksit. Kehadiran Russian Alumina, akan meningkatkan nilai tambah bagi komoditas bauksit menjadi alumina. Nilai investasinya diperkirakan sebesar 2,5 miliar dollar AS.


Tahun lalu, perdagangan kedua negara baru mencapai nominal USD 3,34 miliar. Kedua delegasi sepakat menggenjot volume perdagangan agar mencapai USD 5 miliar pada 2015.


sukhoi super jet 100(3)

 Industri Pesawat Terbang
 
Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry O. Rogozin juga menemui Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, sebelum Rogozin menghadiri Sidang Komite Bersama ke-9 Indonesia – Rusia.

Dmitry O. Rogozin membenarkan dia sempat membahas potensi kerja sama bidang militer dengan Menhan, namun enggan merinci apa saja detail pembicaraan yang dibahas kedua pihak.

“Memang kita mengadakan pertemuan dengan Menhan Purnomo, tapi tentu saja kerja sama militer bukan suatu isu yang mudah diumumkan kepada masyarakat,” ujarnya saat jumpa pers.

“Di bidang industri penerbangan kita siap mendirikan pusat pelayanan pesawat terbang bersama, juga siap bekerja sama dengan perusahaan nasional dalam hal produksi suku cadang. Dalam hal kerja sama militer memang ada prospek sangat cerah, dalam alih teknologi terutama yang punya makna berganda. Artinya bisa dimanfaatkan baik untuk tujuan militer maupun sipil,” kata Rogozin.

Selain alat tempur, Rusia juga punya sistem pertahanan lain, mulai dari teknologi mikorelektronik, detektor bawah air, sampai wahana antariksa. Semuanya siap dikembangkan bersama, bila memang pemerintah Indonesia tertarik.




Sumber : JKGR

Rusia Tawarkan Kapal Selam Tanpa Awak Kepada Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Kerja sama Indonesia-Rusia khususnya di bidang militer, telah lama terjalin. Beberapa kerja sama yang terjalin dalam beberapa tahun terakhir salah satunya adalah program alutsista atau alat utama sistem persenjataan.

Deputi Perdana Menteri Rusia Dimitry O Rogozin dalam kesempatan Sidang Komisi Bersama ke-9 meyakinkan pemerintah Indonesia bahwa teknologi alutsista Rusia merupakan teknologi yang canggih, bahkan lebih canggih dibandingkan teknologi negara-negara barat.

"Di negara kami, pemerintah sedang membangun teknologi alusista untuk angkatan darat Rusia. Dan teknologi ini mutunya lebih canggih daripada negara-negara barat," tutur Dimitry, di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (25/2/2014).

Dia menegaskan, hubungan kerja sama militer kedua negara bukanlah sebuah cerita yang singkat. Sejarah kerja sama yang panjang itu, menurut Dimitry, selama ini telah berjalan sukses dan akan sukses ke depannya.

Salah satu bagian dari teknologi alutsista yang ditawarkan bagi Indonesia, tuturnya, adalah sistem kapal selam tanpa awak. Menurut dia, keseluruhan kerja sama di bidang militer antara kedua negara masih memiliki prospek yang besar ke depannya.

"Ini merupakan prospek yang cerah apalagi transfer teknologi dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kekuatan pertahanan di Indonesia," imbuhnya. 




Sumber : Okezone

Rusia Jajaki Kerja Sama Militer Dengan Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Deputi Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin menyatakan bahwa negaranya sedang melakukan penjakakan kerja sama militer dengan Indonesia, termasuk transfer teknologi yang berkaitan dengan peralatan militer.

"Rusia dan Indonesia mempunyai sejarah panjang dalam kerja sama militer dan kami yakin masa depan kooperasi di bidang tersebut akan sangat cerah," kata Rogozin dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

Rogozin pada Selasa pagi bertemu dengan Menteri Pertahanan Indonesia Purnomo Yusgiantoro namun dia menolak memaparkan secara spesifik bentuk kerja sama militer yang akan dilakukan antara kedua negara.

"Kerja sama militer adalah isu yang sensitif dan kami belum siap untuk membuka hal ini ke publik," kata Rogozin.

Di sisi lain, Rogozin menyatakan bahwa negaranya kerja sama militer yang sedang dijajaki tersebut mencakup pengalihan teknologi alat utama sistem pertahanan.

"Kami saat ini sedang melakukan modernisasi sistem persenjataan sehingga jauh lebih unggul dari negara-negara Eropa lain. Dengan demikian, kerja sama militer ini akan semakin memperkuat pertahanan Indonesia," kata Rogozin.

Rogozin menyatakan bahwa penguatan kerja sama dengan Indonesia adalah bagian dari strategi besar dalam reorientasi politik luar negeri Rusia ke arah Asia Pasifik.

"Agenda politik luar negeri Rusia akan diprioritaskan di Asia Pasifik karena di kawasan inilah masa depan dunia akan ditentukan," kata dia.

Selain bertemu dengan Purnomo Yusgiantoro, Rogozin juga bertemu dengan sejumlah pejabat dan kelompok bisnis di Indonesia di antaranya Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Radjasa dan perwakilan Kantor Dagang dan Industri untuk membahas peningkatan kerjasama di bidang infrastruktur, perdagangan, serta investasi.

Kedua belah pihak merasa perlu untuk memperkuat kerja sama ekonomi karena total nilai perdagangan antara Indonesia dan Rusia--yang pada 2013 lalu mencapai lima milyar dolar AS--dinilai tidak mencerminkan potensi yang sesungguhnya.

Sebagai bentuk dari besarnya potensi kerja sama ekonomi antara kedua negara, pihak PT. Garuda Indonesia pada kuartal keempat 2014 ini akan membuka penerbangan langsung Jakarta-Moskow.

Selain itu, Rusia pada tahun ini juga akan mengerjakan sejumlah proyek besar di Indonesia, di antaranya pembangunan jaringan kereta api di pulau Kalimantan untuk mengangkut batu bara di wilayah tersebut.




Sumber : Antara

Fakta Pesawat C 130 Hercules TNI AU

 Pesawat C-130 Hercules TNI AU
JAKARTA-(IDB) : Indonesia tercatat sebagai negara pertama di luar Amerika Serikat yang mengoperasikan C-130 Hercules.

Latar belakangnya adalah Allan Pope, pilot swasta Amerika Serikat yang bisa ditembak jatuh dan ditangkap seturut PRRI/Permesta pada 1958.

Skuadron Udara 31 Hercules Sang Penjelajah terbitan TNI AU, menuturkan, bermula dari kunjungan Presiden Soekarno kepada koleganya, Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy, akhir 1959. 

Kennedy berterima kasih atas kesediaan Indonesia melepas Pope, pilot CIA berstatus sipil itu yang memperkuat AUREV-Permesta, yang ditembak jatuh Kapten Udara Penerbang Dewanto, dalam pertempuran udara.

Ini juga satu-satunya dog fight bersenjata dan menang oleh penerbang tempur TNI AU hingga kini.  Kennedy menawarkan "pengganti" Pope kepada Soekarno, dan berdasarkan "keperluan" dari Panglima AU, Laksamana Madya Udara Suryadarma, AURI memerlukan pengganti pesawat transportasi de Havilland Canada DHC-4 Caribou. 

Pilihan kemudian C-130B Hercules, dalam kunjungan Soekarno ke pabriknya, Lockheed (belum bergabung dengan Martin).

Akhirnya 10 C-130B bisa diterbangkan secara ferry ke Tanah Air; yang membanggakan, penerbangan-penerbangan itu dilakukan langsung oleh pilot dan awak AURI. 

Saat itu, delapan C-130B kargo dan 2 C-130B tanker bisa dibawa ke Pelabuhan Udara Kemayoran, Jakarta.

"Itu menunjukkan bangsa Indonesia disegani dan memiliki posisi tawar yang kuat di mata Amerika Serikat," kata Mersekal Pertama TNI Teguh David, dalam buku itu. 
 Pesawat C-130 Hercules TNI AU
Fakta menyatakan, pendaratan pertama C-130B Hercules ke Tanah Air dilakukan Mayor Udara Penerbang S Tjokroadiredjo, Letnan Muda Udara II A Cargua, Sersan Mayor Udara S Wijono, dan Kapten Udara Navigator The Hing Ho.

Juga Sersan Mayor Udara M Smith, Kapten Udara Penerbang Pribadi, Letnan Muda Udara II Alex Telelepta, Sersan Mayor Udara Ali Nursjamsu, Letnan Muda Udara I Basjir, Letnan Muda Udara I Sukarno, Letnan Muda Udara I Arifin Sarodja, dan Kapten Muda Udara Sasmito Notokusumo.


Fakta selanjutnya, itulah pertama kalinya terjadi penerbangan ferry terjauh untuk semua jenis pesawat terbang, C-130B AURI terbang sejauh 13.000 mil laut melintasi tiga samudera dari pabrikan ke negara operatornya.

Itu juga penerbangan internasional pertama yang 100 persen diawaki personel aktif AURI, dan belum pernah terjadi pada militer lain di dunia saat itu.

Fakta pada penerbangan 18 Maret 1960 itu menjadikan Indonesia operator terbanyak C-130 Hercules di belahan selatan dunia di kemudian hari.

Saat itu, 10 C-130B dimasukkan ke dalam Skuadron Udara Angkut Berat AURI mendampingi Skuadron Udara 2 berintikan C-47 Dakota/Skytrain.

C-130B saat itu menjadi pesawat multiengine perdana di Tanah Air berteknologi turboprop, suatu lompatan teknologi penting dan besar yang ternyata bisa cepat dikuasai putera-putera bangsa.

 Pesawat C-130 Hercules TNI AU
Hal ini dipuji secara khusus oleh Menteri Keamanan Nasional, Jenderal AH Nasution, dan beberapa petinggi Lockheed.

Dikarenakan jumlahnya cukup banyak, maka pada 19 Februari 1962, didirikanlah Skuadron Udara 31 angkut berat, disusul Skuadron Udara 32 pada 29 Desember 1965. Yang unik, C-130B saat itu kemudian berdampingan dengan Antonov An-12 buatan Uni Soviet di Skuadron Udara 31.

Fakta saat itu, kedua skuadron udara itu (31 dan 32) berpangkalan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Kemudian Skuadon Udara 32 dipindahkan ke Pangkalan Udara Utama 32 Abdulrahman Saleh, Malang, Jawa Timur, pada 1976.

Skuadron Udara 32 sempat dinonaktifkan sejalan penonaktifan Antonov An-12 pada 11 Mei 1965; kemudian diaktifkan lagi pada 11 Juli 1981, yang keseluruhannya berisikan C-130B.

Saat itu, pembagian kekuatan udara di antara kedua skuadron udara adalah enam C-130HS (nomor registrasi A-1317, A-1318, A-1319, A-1320, dan A-1324 plus C-130H/A-1323) untuk Skuadron Udara 31.

Skuadron Udara 32 mendapat dua C-130B (A-1301-A-1313), dua C-130H (A-1315 dan A-1316), dan dua C-130KC (tanker udara, A-1309 dan A-1310).

Sebetulnya, masih ada beberapa varian C-130 Hercules yang dioperasikan TNI AU (kemudian), yaitu satu versi sipil C-130 Hercules, L-100-30, yang lalu dikonversi ke militer (A-1314) dan C-130HS (A-1341) yang didedikasikan pada Skuadron Udara 17 VIP.

A-1314 dan A-1341 dinomori di luar kelaziman, karena jika dijumlah, baik angka 1314 dan 1341 akan menghasilkan angka 9; ini sesuai pemberian langsung dari Menhankam/Panglima ABRI (saat itu), Jenderal TNI M Yusuf.

Pesawat C-130 Hercules TNI AU
Fakta menunjukkan, Skuadron Udara 17 VIP merupakan satu-satunya skuadron udara militer di dunia yang mengoperasikan C-130 dan variannya sebagai pesawat terbang VIP kenegaraan resmi.

Skuadron Udara 5 pernah mendapat satu C-130MPH bernomor registrasi A-1322 sebagai pesawat intai maritim yang dijejali sensor elektronika penjejak. 

Fakta berikutnya adalah tambahan 12 unit C-130H series yang dibeli pada dasawarsa '80-an, yaitu tiga C-130H (A-1315, A-1316, dan A-1323), satu unit C-130MPH (A-1322), tujuh unit C-130HS (A-1317, A-1318, A-1319, A-1320, A-1321, A-1324, dan A-1341), satu unit L-100-30 (A-1314). 

Fakta lain, penambahan pesawat terbang transport berat ini terjadi pada 1995, yaitu dua L-100-30 hibah dari PT Merpati Nusantara Airlines (A-1325 dan A-1326) dan tiga unit L-100-30 dari PT Pelita Air Service  (A-1327, A-1328, dan A-1329). 

Sampai saat ini, TNI AU mengoperasikan hingga 28 unit C-130 Hercules dari berbagai varian, terbanyak di belahan selatan dunia.

Jika hibah sembilan unit C-130H Hercules dari Australia telah tiba semuanya, maka akan semakin banyak lagi "koleksi" C-130 Hercules kita, terdaftar hingga 37 unit.




Sumber : Antara

Prototype Tank Medium Nasional Selesai 2016

Salah satu desain Tank Pindad
Salah satu desain Tank Pindad

JAKARTA-(IDB) : PT Pindad dan FNSS Turki rencananya akan menyelesaikan pengembangan prototipe tank medium nasional, pada awal tahun 2016. 

Pengembangan design tank ini tidak mengacu pada ACV-300 atau tank-tank buatan Turki lainnya seperti yang disampaikan Kadispen TNI AD Brigjen Andika Perkasa.

“Sedangkan design-nya tidak merujuk ke tipe ACV-300 tapi di design sendiri oleh PT Pindad dengan mempertimbangkan kebutuhan user (TNI AD),”

Pindad dan FNSS akan merampungkannya dalam Forum Intergrated Planing Team Meeting. Dari situ juga akan dilakukan riset dengan TNI AD agar bisa digunakan sesuai dengan kondisi geografis negara Indonesia.

Prototype Tank Pindad hull-nya mirip BMP2
Prototype Tank Pindad hull-nya mirip BMP2


Berat tank medium ini akan berada di kelas 20-25 ton. Kanon yang digunakan berkaliber 105 mm bukan 120 mm. Dalam road map yang dibuat, chasis tank ini untuk kavaleri dengan silhouette maximum 2.5 meter.

Light Tank Anders 105 mm
Light Tank Anders Polandia dengan turret CT CV 105 mm Belgia

Chasisnya untuk tank ini, termasuk tinggi turret dan kanonnya. Nah, yang menarik chasis tank ini dapat dikembangkan menjadi amphibious, sehingga bisa dipakai oleh marinir Indonesia.


disain-tank-pindad
Desain artistik Tank Pindad/ Nasional

Untuk kerjasama dengan Jerman dalam Transfer of Technology tank, hingga kini pemerintah masih melakukan pembicaraan. Rencana kerjasama dengan Jerman akan berkaitan dengan kontrak pengadaan Tank Marder yang dibuat bersamaan dengan kontrak tank Leopard oleh Kementrian Pertahanan.



Sumber : JKGR

Kunjungan Wakil PM Timor Leste Perkukuh Hubungan Indonesia Timor Leste

JAKARTA-(IDB) : Serbagai negara bertetangga, hubungan kerja sama Indonesia dan Timor Leste semakin erat yang ditandai dengan kunjungan PM sekaligus merangkap Menhankam Xanana Gusmao ke Indonesia beberapa waktu lalu. Hari ini Selasa (25/2) kedekatan kedua negara semakin dikukuhkan dengan kunjungan Wakil PM Timor Leste H.E. Mr. Fernando Lasama de Araujo beserta rombongan kepada Menhan Purnomo Yusgiantoro.  
 
Adapun kunjungan Wakil PM Timor Leste kepada Menhan kali ini diantaranya adalah untuk mendiskusikan mengenai traditional border yang kerap melanda negara bertetangga. Selain traditional border, masalah cross border juga seringkali muncul antara negara bertetangga karena adanya keluhan dari masyarakat di wilayah perbatasan. 


Menhan menjelaskan mengenai wilayah perbatasan sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan seperti halnya perbatasan di wilayah Kalimantan sejauh tidak ada keluhan dari masyarakat di sekitar perbatasan. Untuk itu patroli bersama antar kedua negara perlu ditingkatkan untuk menghindari masalah di wilayah perbatasan.

Turut hadir dalam pertemuan singkat tersebut yaitu Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Sonny E.S. Prasetyo, M.A, Kabadan Ranahan Kemhan Laksda TNI Ir. Rachmad Lubis, Kapuskom Publik Brigjen TNI Sisriadi dan Karo TU Brigjen TNI Bambang Hartawan.




Sumber : DMC

Pembelian Helikopter Apache Teramcam Tertunda

JAKARTA-(IDB) : Rencana Indonesia membeli alat tempur canggih seperti Helikopter Apache, Heli Serbu dan F16 kandas sudah. Hal ini dikarenakan kondisi keuangan pemerintah sedang mengalami kerugian.

Wakil Ketua Komisi I DPR TB Hasanuddin menjelaskan, pembelian tersebut sudah dibuat menjadi Keputusan Presiden (Kepres) dengan nilai Rp 50 triliun. Namun pemerintah baru mampu mencairkan dana sebesar Rp 23 triliun dengan cara dicicil.

"Sampai sekarang pembelian Alutsista itu hanya Rp 23 triliun, kemudian Rp 27 triliun sisanya itu tidak bisa dibayarkan. Dengan alasan keuangan pemerintah tidak diuntungkan," kata TB Hasanuddin di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (25/2).

Tak hanya rugi karena tidak dapat beli alutsista, Hasanuddin pun menyesalkan uang cicilan sebesar Rp 1,1 triliun yang jatuh tempo pada April ini, dari uang muka Rp 23 triliun tidak dapat dilunasi.

"Yang paling sangat disesalkan, dari Rp 23 triliun itu ternyata Rp 1,1 triliun yang seharusnya diprogramkan tahun ini juga tidak bisa terbayar," tutur dia.

Sehingga, lanjut Hasanuddin, kendala pembayaran itu secara otomatis merugikan Indonesia. Sebab, pemerintah terpaksa belum bisa mendapat alutsista yang sudah dipesan dari Amerika dan Rusia itu.

"Kita tidak bisa melanjutkan kontrak Apache, kita tidak bisa melanjutkan kontrak Heli serbu, dan kita juga tidak bisa melanjutkan kontrak F16," jelas Hasanuddin.

Dia menilai ada kesalahan manajemen dalam pembelian alutsista pertahanan tersebut. Sehingga, Indonesia belum bisa mendapatkan alat perang tersebut.

"Apache belum kita terima, Heli Serbu belum kita terima, F16 belum kita terima. Saya melihat ada miss manajemen pemerintah," pungkasnya.




Sumber : Merdeka

Skuadron Nomad TNI AL Akan Digantikan N-219

JAKARTA-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia (PT KAI) bersama Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menargetkan pesawat N 219 mengudara pada 2016. Itu artinya, pesawat buatan anak negeri tersebut ditargetkan lolos sertifikasi paling lambat tahun tersebut.

Kepala Program N 219 Lapan Agus Aribowo mengatakan walau masih dalam tahap pengembangan, pesawat tersebut sudah banyak di pesan. Pemesannya beragam, mulai dari maskapai penerbangan, pemerintah daerah, hingga negara tetangga.


Menurut Agus, Lion Air telah berkomitmen memesan 100 pesawat, Nusantara Buana Air (NBA) sebanyak 30 pesawat. Lalu, pemda Papua dan Papua Barat sebanyak 15 pesawat.


"Pemda Aceh dalam negosiasi ada 6 pesawat, Sulawesi (6), Riau (4). Thailand (Nomad) itu pengawas pantai (18 plus cadangan 2), serta TNI AL (Nomad) 1 skuadron 9-15 pesawat," kata Agus di Lapan, Jakarta, Selasa (25/2)


Direktur Pengembangan Teknologi PT DI Andi Alisjahbana menambahkan, Merpati Nusantara Airlines (MNA) juga memesan 20 pesawat. "Tapi ini sudah 8 bulan yang lalu," katanya.


Khusus pemda pembeli pesawat, menurut Andi, pihaknya masih mencari cara agar mereka mendapat Air Operation Certificate (AOC). Salah satu opsinya, pemda bisa bekerja sama dengan maskapai penerbangan yang sudah memiliki izin terbang.


"Nanti mungkin Pemda yang memiliki, kita kerjasamakan dengan operator yang memiliki AOC, mereka menyediakan pilot, teknisi, operasi menggunakan perusahaan daerah," tegasnya.


Selain itu, Pemda juga diusulkan menggunakan dana non-APBD untuk membeli, mengoperasikan, dan merawat pesawat tersebut.


"Menggunakan perusahaan financing mungkin bank daerah dan nanti kita cari jalan. Sekarang kita coba kerjasama dengan Kementerian Perhubungan untuk cari jadi satu solusi."




Sumber : Merdeka