ANALISIS-(IDB) : Persamaan el nino dan el ce es, sama-sama bicara tentang
kehangatan laut, sama-sama tentang perubahan iklim, sama-sama memerlukan
perhatian. Bedanya, el nino menyangkut
perubahan iklim bumi yang kontras sedangkan el ce es berkaitan dengan perubahan
iklim militer yang menghangatkan perairan Laut Cina Selatan (LCS). Banyak negara meributkan cuaca ekstrim
sampai-sampai banjir besar yang melanda Inggris baru-baru ini ikut menyalahkan
Indonesia sebagai penyebabnya karena rusaknya hutan tropis.
Sejalan dengan itu banyak negara juga sedang menyimak
perkembangan iklim militer di LCS dan mengantisipasinya jika harus berhadapan
dengan cuaca ekstrim militer di kawasan ini.
Di ruang ini banyak negara menantikan peran sentral Indonesia sebagai
pemilik pagar teritori yang berbatasan dengan klaim tumpang tindih di LCS. Tentu
banyak negara mengharapkan peran diplomatik Indonesia yang sampai saat ini
berada di posisi berkawan dengan semua pesengketa LCS. Indonesia berkawan baik negara ASEAN, dengan
Cina, AS dan Rusia tetapi agak risih dengan tetangga selatan herdernya AS.
Jendral Moeldoko berkunjung ke Cina |
Baru-baru ini rombongan Menhan berkunjung ke beberapa
negara Eropa untuk memastikan dan menambah order alutsista, misalnya penambahan
7 pesawat angkut militer CN295 di Spanyol.
Order pertama kita pesan 9 unit lalu tambah lagi sehingga menjadi 16
unit. Sambil pesan juga melirik alutsista lain di markas Airbus Military di
Sevilla Spanyol seperti jet tempur Eurofighter Typhoon dan pesawat angkut berat
A400M.
Sementara di Belanda rombongan
Menhan disambut hangat oleh rekannya Menhan Jeanine Hennis Plasschaert dan menandatangani kerjasama pertahanan.
Dalam kunjungan itu bisa saja 2 kapal perang Indonesia jenis perusak
kawal rudal yang sedang dibuat di Belanda akan bertambah lagi dengan opsi
sampai 10 unit termasuk tawaran alutsista untuk TNI AD.
Sementara itu Panglima TNI Jenderal Moeldoko awal pekan
ini mengadakan kunjungan ke markas besar tentara Cina dan bertemu dengan orang
nomor satu di PLA dan Menhan Cina. Tentu saja kunjungan petinggi militer RI membawa
sejumlah agenda militer, kerjasama militer kedua negara dan belanja alutsista. Yang menarik kunjungan ini dilakukan setelah
3 kapal perang Cina unjuk kekuatan di selatan Jawa di pagar halaman laut
Christmas Australia. Tentu Cina bersedia menjelaskan meski tidak untuk konsumsi
publik. Maka salah satu persepsinya bisa jadi begini: Gini lo sahabat, supaya Australia
jangan over acting sama sampeyan.
Alutsista TD2000B buatan Cina di Batalyon Rudal Aceh |
Pertengahan
pekan ini Deputi
Perdana Menteri Rusia Dmitry
O Rogozin ke Indonesia untuk memimpin
langsung Sidang Komisi Bersama (SKB) ke-9 antara RI dan Rusia bidang kerjasama perdagangan, ekonomi dan teknik di Jakarta.
Bawaan yang tak kalah berat adalah
melanjutkan tahapan order alutsista seperti kapal selam Kilo dan jet tempur
Sukhoi SU35 BM. Untuk kapal selam Kilo
delegasi Indonesia sudah berkunjung ke sana untuk melihat barangnya dan oke. Sementara Sukhoi SU35 BM sudah menuju titik
terang. Definisinya jelas, Indonesia masih memerlukan tambahan minimal 1
skuadron jet tempur kelas berat dan 2 skuadron jet tempur kelas menengah untuk
kekuatan udara Kogabwilhan yang akan dibentuk tahun ini.
Makna dari beberapa kunjungan yang dilakukan dalam waktu
berdekatan itu tentu berkait dengan upaya Indonesia mengantisipasi cuaca
ekstrim berkadar militer di sekitar halamannya.
Indonesia ingin kesetaraan dalam perolehan alutsista berteknologi dengan
negara di sekitarnya. Bahkan Presiden
SBY pernah berucap agar militer RI harus lebih tangguh dari negara sekitar. Kita
harus bersiap dengan kondisi cuaca ekstrim
yang diprediksi bisa terjadi dalam perjalanan lima tahun ke depan. Makanya agar
tidak ikut terserang demam atau bahkan diserang oleh salah satu virus klaim
mengklaim itu Indonesia harus memperbanyak pil alutsista berkualifikasi anti
biotik, anti septik dan anti piretik dengan menguatkan isian daya tahan
militernya terhadap semua kemungkinan terburuk itu.
Jangan menganggap enteng dengan perubahan iklim militer
yang cenderung ekstrim ini. AS sudah menyatakan akan memindahkan dominasi
kekuatan armadanya ke Asia Pasifik termasuk hot spot LCS. Darwin, Christmas dan Cocos menjadi pangkalan
militer sekutu sepupu AS–Australia mengantisipasi terbukanya front pertempuran
LCS menghadapi Cina yang makin perkasa. Tentu dari selatan jalan menuju front
itu akan melewati jantung Indonesia pulau Jawa. Siapkah pulau Jawa dengan
perubahan ekstrim militer ini. Kita harus mempersiapkan sebagus dan secepatnya.
Peta jalan Kogabwilhan yang mau diimplementasikan itu menempatkan pulau Jawa
dan Bali dalam satu perlindungan khusus dengan payung skuadron tempur, armada
laut dan divisi angkatan darat yang terintegrasi.
Barisan Tank BMP3F Rusia untuk Marinir Indonesia |
Perlindungan militer terhadap jantung Indonesia
memerlukan perhatian ekstra ketat karena kekuatan di selatan Jawa itu merupakan
kolaborasi sekutu sepupu yang lakonnya tentu berdasarkan kepentingannya.
Saat
ini mereka menganggap kita sebagai teman bumper alias teman garis depan untuk
berhadapan dengan Cina. Tetapi posisi
Indonesia yang netral boleh jadi menimbulkan kekecewaan sekutu sepupu itu suatu
saat apalagi jika menyangkut strategi militer menjelang konflik terbuka
LCS. Indonesia berada dalam posisi sulit
jika konflik LCS berubah menjadi perang terbuka karena posisi konflik dan jalur
militer untuk mencapainya pasti akan mengacak-acak teritori RI.
Jadi memang dalam lima tahun ke depan kita wajib melanjutkan
pekerjaan untuk memperkuat persenjataan militer kita. Tentu bukan sekedar untuk
persiapan menghadapi cuaca ekstrim tetapi juga sebagai kekuatan tawar dalam
kecerdasan diplomatik RI. Siapa tahu kan dengan kecerdasan diplomatik RI yang berbaju kekuatan militer setara konflik LCS
bisa diselesaikan di meja perundingan. Itu juga bagian dari mengantisipasi
cuaca ekstrim militer di kawasan ini.
Sumber : Analisis