Pages

Selasa, Februari 18, 2014

Penginderaan TNI AL Dikuasai Singapura Dan China

JAKARTA-(IDB) : Sistem kelautan Indonesia memang tergantung dengan negara lain. Saat ini, sistem penginderaan TNI AL di wilayah barat dikendalikan sepenuhnya oleh Singapura. “Jadi, kalau TNI AL dalam hal ini Komando Armada Barat ingin tahu kapal apa saja yang mau lewat atau masuk ke alki barat, harus menunggu data dari Changi, Singapura,” kata pengajar intelejen S1 UI Andi Widjojanto Phd dalam Paska Sarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia Rabu (12/6).

Sedangkan, alur laut di wilayah tengah dan timur masih jadi rebutan. “Ada kemungkinan Beijing yang dapat. Jadi, nanti kapal kapal perang kita traficnya tidak dipantau dari Surabaya tapi dari Beijing,” katanya.
   
Dari sisi sumber daya alutsista, Indonesia juga sangat terbatas. Indonesia tidak mempunyai kapasitas kapal perang canggih yang bisa mengimbangi negara-negara besar. “Kita tidak bisa melakukan blokade laut di wilayah kita sendiri. Kalau AS atau China mau lewat, tidak bisa dibendung,” katanya.
   
Dia mencontohkan, dalam latihan gabungan TNI Mei lalu, seharusnya alur laut kepulauan Indonesia dinyatakan tertutup bagi negara lain karena sedang ada kapal-kapal perang yang berlatih. “Tapi, pada praktiknya tidak,” katanya.
   
Andi menambahkan, dari sisi teknologi, pertahanan laut Indonesia terancam sangat tertinggal. Dia mencontohkan, Amerika Serikat sedang merancang sebuah kapal selam stealth (siluman) yang bisa terbang tanpa terdeteksi radar. “Itu artinya, jika tiba-tiba ada kapal itu masuk ke Tanjung Priok, lalu terbang dan Monas hancur dibom, kita tak bisa apa-apa,” katanya. Teknologi lanjut Andi, akan selesai tahun 2030. “Semoga Indonesia segera berbenah dan tidak hanya ribut soal sapi atau jengkol yang harganya naik,” katanya disambut tawa sekitar 200 peserta diskusi yang hadir di Gedung Paskasarjana UI.
   
Melda Kamil, Phd  menantang pemerintah untuk berani melakukan langkah ekstrem dalam menegakkan kedaulatan di laut. “Tapi, apakah kita berani ? Misalnya dengan Cina, seperti dulu saat tahun 1965 kita berani putuskan hubungan. Di soal laut ini apa kita punya keberanian ? Saya kok tidak yakin,” kata pakar hukum laut Internasional itu.
   
Melda menjelaskan, banyak aturan-aturan hukum di laut yang merugikan kedaulatan Indonesia. Cina misalnya, menetapkan dua titik di Natuna sebagai batas wilayah mereka. Kapal-kapal berbendera asing pun dengan santai dan rileks melintas di alur laut Indonesia tanpa sanksi yang tegas.
   
“Bagaimana jika kapal itu menaruh barang berbahaya saat melintas. Kita sebenarnya sangat terancam,” kata Melda. Indonesia juga tidak bisa menerapkan suatu aturan yang berlaku internasional yang disebut hot pursuit.

Hot pursuit adalah sebuah mekanisme pengejaran oleh sebuah negara berdaulat ketika ada kapal asing yang melanggar batas tanpa izin dan melakukan pelanggaran hukum. “Aturannya membolehkan bisa sampai ke laut bebas bahkan zona ekonomi ekslusif negara lain, tapi syaratnya harus kapal perang (war ship), yang selama ini tidak kita lakukan,” katanya.




Sumber : JPNN

Pos AL Berau Minim Fasilitas

TANJUNG REDEB-(IDB) : Luas wilayah kerja yang tidak berbanding dengan sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor tidak maksimalnya pengawasan perairan di Berau oleh pos TNI AL Berau yang berada di Kecamatan Sambaliung. Pos ini mengawasi wilayah perairan dari wilayah Tanjung Redeb hingga Kecamatan Talisayan. Seperti disampaikan Komandan Pos Angkatan Laut (Danpos AL) Sambaliung, Lettu (p) Incek Ali Kasim, Senin (17/2) kemarin.

Keterbatasan sarana menurutnya menjadi kendala utama belum optimalnya kinerja Pos AL dalam mengamankan sejumlah aktifitas yang dinilai perlu perngawasan guna menghindari terjadinya pelanggaran diperairan Berau tersebut. Setelah 5 tahun, sampai saat ini seluruh armada yang digunakan di Pos AL Sambaliung belum satupun yang diganti dalam program peremajaan. Kondisi ini yang merupakan salah satu kendala dalam aktifitas keseharian utamanya dalam melakukan pengawasan berupa patroli rutin maupun penertiban saat diperlukan. "Yah kalau mau dibilang itu masalahnya ya bisa juga, namun memang kita akui, sarana dan prasarana kami yang ada sekarang sudah kurang memadai, tidak hanya 70 persen bisa dikatakan sisa 40 persen saja kondisi peralatan kita," ungkapnya, Senin kemarin.

Untuk menjaga kelestarian sarana yang dimiliki, setiap kali usai melakukan operasi, pihaknya melakukan perawatan. Wilayah operasi yang luas hingga mencapai perairan di Kecamatan Talisayan, selain memerlukan cost operasional yang cukup tinggi juga membutuhkan fasilitas yang prima. "Namun dengan keterbatasan ini kita tetap komitmen melaksanakan tugas dengan baik, melakukan pengawasan pada semua aktifitas perairan yang ada, ini yang menjadi komitmen kami bersama anggota juga,"lanjut Ali.

Mengakali keterbatasan yang ada, Pos AL disebutkan meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait lain termasuk pos AL lain yang ada di Maratua dan Derawan. "Kita saling koordinasi, minta informasi akurat untuk pengawasan kapal yang akan berangkat atau menuju ke sini (Tanjung Redeb)," jelasnya.

Ditanya mengenai kerawanan pelanggaran diperairan wilayah kerjanya, Ali Kasim menyebutkan sejauh ini masih dalam kategori aman. Selama bertugas di Berau, Ali mengaku tidak mengalami masalah serius  dalam menjalankan tugasnya, termasuk tingkat pelanggaran seperti penyeludupan dan kegiatan illegal lain yang tergolong rendah.

Potensi kerawanan yang kemungkinan terjadi? "Ya pencurian telur penyu, illegal logging, dan adalah yang lainnya, hanya saja tingkatannya masih rendah, akalu ada yang lolos, ya mungkin memang karena itu tadi keterbatasan difasilitas kami dan juga informasi yang tidak akurat," tandasnya.




Sumber : Sapos

TNI AL Libatkan 18 Unsur KRI Dan Batalyon Marinir Di Batam

JAKARTA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda (Laksda) TNI Arief Rudianto, S.E., menegaskan kepada seluruh prajurit  yang bertugas di staf Mako Koarmabar, pengawak Unsur KRI, dan personel yang bertugas di Pangkalan Utama Angkatan laut (Lantamal) dan Pangkalan Angkatan laut (Lanal) jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat agar mendukung kegiatan secara maksimal kesiapan dan pelaksanaan Latma Multilateral Komodo 2014 yang akan diselenggarakan di Batam, Kabupaten Natuna dan Kabupaten Anambas propinsi Kepulauan Riau.

Demikian disampaikan  Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto, S.E., kepada para pejabat Koarmabar, Irarmabar, Asisten Pangarmabar, Kepala Dinas dan Komandan-komandan satuan jajaran Koarmabar pada saat rapat staf di Mako Koarmabar, baru-baru ini.

Latma Multilateral Komodo 2014 yang dilaksanakan dengan kegiatan ENCAP (Engineering Civic Action Project), MEDCAP (Medical Civic Action Project) dan latihan bersama pasca penanggulangan bencana alam, dan berbagai kegiatan Festival Maritim merupakan   tanggung jawab Komando Armada RI Kawasan Barat yang telah ditunjuk oleh Komando Atas sebagai penyelenggara kegiatan yang direncanakan melibatkan peserta dari negara Asean dan Asean Plus dengan menghadirkan kapal perang dan delegasi  di wilayah kepulauan Riau dengan pusat kegiatan di Batam dan dilanjutkan di Natuna dan Anambas.

TNI AL dalam kegiatan Latma Multilateral Komodo 2014 melibatkan sedikitnya 18  kapal perang alut sista terbaru dengan melibatkan unsur-unsur KRI dari Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar), Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) dan Komando Lintas laut Militer (Kolinlamil). Selain itu melibatkan Pesawat udara dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Pusnerbal ) dan kekuatan Pasukan Marinir dengan kekuatan setingkat 2 Batalyon, serta setingkat 2 kompi pasukan Katak dan  setingkat kompi Pomal serta drum band Taruna Akademi Angkatan Laut dalam gelar berbagai kegiatan di Kota Batam.

Kapal perang yang dilibatkan termasuk jenis Korvet kelas Sigma KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan KRI Sultan Hasanuddin-366  dan  jenis Perusak Kawal KRI Yos Sudarso-653. Selain itu jenis Parchim diantaranya KRI Imam Bonjol-383 dan KRI Teuku Umar-385.  Sedangkan  jenis kapal angkut tipe Froch diantaranya KRI Teluk Hading-538, KRI  Teluk Parigi-539, dan KRI Teluk Cirebon-543.

Untuk Angkut kendaraan operasional dan 12  sea reader dilibatkan kapal perang Jenis LPD (Landing Platform Dock) KRI Makassar -590 dan kapal rumah sakit KRI Soeharso- 990 dan jenis Landing Ship Tank (LST) KRI Teluk Banten-516  yang dilengkapi dengan peralatan kontainer medis dan kapal patroli jenis kapal cepat rudal (KCR) dan kapal cepat PC -43 produksi dalam negeri.

Kegiatan Latma Multilateral Komodo 2014 yang saat ini secara bertahap mulai dilaksanakan kegiatan pendahuluan dengan  kegiatan pembangunan/rehabilitasi di wilayah kerja Lanal Ranai dan Lanal Tarempa bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dengan didukung personel dari TNI AD dari batalyon 134 Kompi C satuan setempat  dan persone dari Paskhas  465 dan Lanud TNI AU dan instansi terkait lainnya.

Unsur-unsur KRI dan sejumlah kapal perang negara peserta Latma Multilateral Komodo 2014   direncanakan akan berkumpul  di perairan Batam  dalam rangka Acara Pembukaan yang akan dihadiri para  Kepala Staf Angkatan Laut, Athan dan delegasi negara peserta  dan kegiatan festival maritim dan olah raga kebaharian  dengan pusat kegiatan  di kota Batam pada akhir bulan Maret 2014.

Berbagai kegiatan  dalam rangkaian kegiatan Latma Multilateral Komodo 2014 tersebut diantaranya  pembukaan Latma Multilateral, kegiatan lomba sea eagle boat, Lomba boat, Triatlon, Fun Bike, olah raga dan  panggung prajurit dengan artis-artis ibukota dan kirap kota dengan melibatkan personel sekitar 3000 peserta dari TNI, Polri, sekolah dan pemerintah daerah serta instansi terkait serta segenap komponen masyarakat Batam.

Sementara itu Direktur latihan  Laksma TNI Dr. Amarulla Octavian, S.T., M.Sc., D.E.S.D  yang sehari hari menjabat Komandan Gugus Tempur Laut Komando  Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlaarmabar) diwakili oleh Asisten Operasi Guspurlaarmabar Kolonel laut (P) Achmad Wibisono menyampaikan bahwa secara tehnis kegiatan Latma Multilateral Komodo 2014 secara intensif  telah dikoordinasikan kepada delegasi  negara-negara peserta dan keterlibatan dalam pelaksanaan  ENCAP (Engineering Civic Action Project), MEDCAP (Medical Civic Action Project) dan serial latihan bersama  telah dikonfirmasikan secara  tehnis keterlibatan selama kegiatan di Batam, Natuna dan Anambas.


Sumber : TNI AL

Apa Hebatnya Gripen NG Swedia...???

SINGAPORE-(IDB) : Indonesia tengah menimbang pembelian pesawat tempur baru pengganti F-5E/F Tiger II TNI-AU. Satu nominator penjaga langit nusantara adalah Gripen NG, buatan SAAB Groups Swedia. Apa kehebatannya?

Wakil Presiden SAAB untuk Indonesia, Peter Carlqvist saat ditemui di sela acara pameran dirgantara Singapore Air Show, di Bandara Changi, pekan lalu, mengatakan Gripen memiliki sederet kemampuan canggih. Di antaranya  daya jangkau dan kemampuan avionik dikendalikan perangkat lunak dan material modern. Desain pesawat yang digunakan untuk misi intersepsi, serangan darat, dan pengintaian dibuat efisien dengan desain kanard yang tak stabil sehingga memungkinkan pesawat terbang lebih cepat.

Gripen berbekal rudal AIM-120 AMRAAM, AIM-9 Sidewinder, rudal antikapal SAAB Dynamics RBS 15, dan rudal serang permukaan Maverick. Keunggulan lainnya adalah Gripen bisa take off dari landasan pacu sepanjang 800 meter, dan sanggup mendarat pada jalanan umum. Saat mendarat, pesawat berkecepatan 2.470 kilometer per jam dengan radius tempur 800 kilometer ini bisa diisi bahan bakar dan dipersenjatai lagi dalam sepuluh menit oleh lima kru saja, untuk kemudian terbang lagi.

Tak hanya itu, jenis pesawat ini juga memiliki standar biaya operasional atau pemeliharaan yang murah. "Industri pesawat kini makin canggih tapi juga sekaligus makin mahal. Kami memutus tren dengan menekan ongkos perawatan operasional." ujar Clarqvist.

SAAB, Carlqvist menyebutkan, juga membuka kemungkinan negara yang membeli armada dengan mereka mendapat fasilitas transfer teknologi. Dengan Brazil, yang baru saja membeli 36 unit Gripen NG, misalnya, SAAB melakukan 100 persen transfer teknologi. Kondisi tu bisa terjadi karena perusahaan dirgantara Brasil mumpuni menerima transfer teknologi dari SAAB.

"Kami ingin industri lokal bisa melakukan sendiri perbaikan pesawat mereka. Jadi Andalah yang bertanggung jawab terhadap aset Anda, bukan kami. Andalah yang memegang kendali," ujar Clarqvist. "Jika pun terjadi embargo, Anda tak akan peduli, karena Anda sudah mandiri dan punya kompetensi pemeliharaan sendiri."

Sejumlah negara sudah menjadi pelanggan SAAB, di antaranya Afrika Selatan, Brazil, Swiss, Denmark, Ceko, dan Hungaria. Kini mereka tengah berambisi melebarkan sayap ke Asia Tenggara dengan mendirikan kantor perusahaan di Indonesia, menyusul Thailand yang angkatan udaranya baru saja mengimpor Gripen NG.




Sumber : Tempo

Polemik ToT Saab Gripen NG

Saab Gripen NG Swedia
Saab Gripen NG Swedia


JKGR-(IDB) : Transfer of Technology (ToT) hanya bisa terjadi dengan jalan joint development dan/atau mendatangkan tenaga ahli dengan jumlah yang memadai. ToT “100%” seperti yang ditawarkan Saab Swedia untuk pesawat tempur Gripen NG  hakekatnya hanya karoseri. ToT karoseri ini tidak akan membikin kita bisa mengembangkan pesawat sendiri nantinya, namun paling banter hanya akan menambah lapangan pekerjaan. Dan penambahan pekerja pun nggak seberapa dibanding cost yang akan dikeluarkan, alias MUBAZIR.


ToT Gripen hanya akan menimbulkan bencana bagi kapasitas produksi untuk IFX. Pemerintah tidak mungkin invest membuat 2 jalur produksi untuk IFX dan Gripen. Invest 2 jenis man power juga mahal yang hanya akan menciptakan jebakan over supply man power di masa mendatang karena produksi kedua jenis pesawat ini hanya sedikit. Jangankan 2 jalur produksi, saya belum yakin apakah IFX akan dirakit akhir di PT DI Bandung, mengingat panjang landasan udara Husein sepertinya pas-pasan untuk fighter sekelas IFX (need correction).


Dengan budget yang kecil, pengadaan pesawat yang cukup berwarna hanya akan meningkatkan biaya perawatan. AS mulai meninggalkan sekian jenis pesawat yg sangat berwarna menjadi pesawat tunggal yang bisa menjawab banyak tuntutan dengan melahirkan keluarga F-35.


Gripen kemampuannya rata-rata, kelasnya setara FA-50 Korea. Lebih tepat di kelas 12 ton pemerintah pakai terus keluarga T-50 dan FA-50 Golden Eagle. Di kelas 20-an ton pakai F-16 kemudian beralih ke IFX. Kelas 35 ton-an pakai keluarga Flanker/Fullback. ToT dengan joint development di kelas 20-an ton (KFX/IFX) sangat strategis, karena berada di tengah-tengah antara kelas 12-an ton dengan 30-an ton, sehingga future RI punya fleksibilitas untuk mengembangkan fighter sendiri di kelas 12-an ton dan 30-an ton.


Penggunaan Eurofighter Typhoon, meskipun ini pesawat bagus tapi mahal, juga tidak banyak manfaatnya. Typhoon hanya bermanfaat jika RI punya gesekan dalam hubungan dengan China. Inggris cs tentu saja tidak akan support jika Typhoon dipakai untuk menyerang sekutunya: Australia, Singapore, Malaysia, dann lain-lainl. Sekali dua kali Typhoon bisa gelut dengan F-35 tetangga, tapi tidak dijamin untuk perang berkepanjangan sekian ronde. Typhoon hanya akan menyandera Indonesia, agar budget militer besar hanya untuk barang pajangan.


Gripen NG
Gripen NG

Tawaran ToT Gripen hanya omomg kosong, sebagai pemanis agar pesawatnya laku. Skema ini tidak jelek, tapi cocoknya untuk negara yang industri pesawatnya masih pemula. Contohnya Malaysia, biar menyerap tenaga kerja. Bagi RI fase ToT semacam ini sudah lewat. Real ToT pesawat untuk makin mandiri buat pesawat adalah di joint development di IFX/KFX. Tahun 80-an RI sudah ToT membuat heli BO105, Super Puma, hingga torpedo SUT, termasuk airframe nya dibubut di Bandung. Dan sekarang tetap saja kita kesulitan mengembangkan sendiri benda-benda ini, karena ToT memang tidak mungkin mentransfer kemampuan agar bisa mengembangkan sendiri.


Gripen adalah light fighter berteknologi jadul (lama) yang tidak bakal dipakai untuk future medium weight stealth fighter IFX/KFX. Korea kebingungan dengan teknologi ToT jadul ini? Lah pesawat sekelasnya yang lebih baru, FA-50, isinya apa? Kalau tidak dipakai di KFX IFX, buat apa bela-belain keluar miliaran US$ utk ToT Gripen ini? Misal benar mengajarkan engineer sampai mandiri, Indonesia mau pakai di mana? Belum keluar maintenance cost sepanjang masa hanya untuk light fighter yang kelasnya duplikasi dengan Golden Eagle. Jangan KEMARUK, tapi lihat implikasi cost dan benefit untuk kemandirian.


Bagi Swedia, ini terakhir kesempatan obral ToT Gripen ke RI. Saat ini resource RI baik itu cost dan engineer terserap ke IFX. Sekalinya pesawat IFX operasional, RI tiba tiba akan langsung naik kelas di kancah industri pesawat tempur canggih dunia. Teknologi Gripen pun terlibas dan tinggal menjadi masa lalu. RI kalau kemudian akan mengembangkan pesawat baru minimal berbasis IFX, sementara Gripen hanya sekedar literatur pustaka. Dengan IFX/KFX, RI dan Korsel akan mengisi segment pasar yg saat ini juga diincar Swedia. Apa kata dunia, RI sudah bisa buat IFX yang canggih kok masih ToT karoseri Gripen yang lebih light dan jadul. Bad image for RI, but good image for Sweden.


Tahukah anda, tak lama N250 berhasil first flight 1995an kemudian saham Fokker anjlok hingga pabrik ini tutup 1997-an?

Kini begitu PT DI akan menyelesaikan N219, Airbus memindahkan seluruh produksi NC212 nya ke PT DI. Perlu disadari, N219 pesaing langsung 212 dan Airbus tidak ingin kehilangan pasar di Asia Pasifik. Bagi RI, keuntungan dari lisensi (ToT) 212 kecil, tapi cukup penting di masa sulit sekarang. Kalau mau untung besar ya develop pesawat sendiri, bukan sekedar karoseri ToT. Good luck N219, IFX, New N250 dan sebagainya. 




Sumber : JKGR

TNI AU Jajaki Sistem Pertahanan Jarak Sedang / Jauh

JKGR-(IDB) : Mungkin kabar singkat ini bisa menjadi informasi buat teman-teman di warjag. Semoga info ini bisa bermanfaat buat teman-teman.


Ceritanya hasil pertemuan saya dengan pimpinan TNI AU saat  ada kegiatan di daerah Jakarta pada beberapa hari lalu. Saat itu saya iseng bertanya soal penangkis udara pertahanan negara kita. Untuk penangkis udara jarak pendek kan kita sudah punya seperti Oerlikon, Starstrek, VL Mica, dan lain-lain.


Kita langsung pada jarak sedang. Untuk Jarak sedang direncanakan pada rentra kedua. Di Mef 2 ini, TNI AU akan fokus kepada penangkis udara jarak sedang, untuk mengganti Rudal S-75/SA-2 guidelines.  Saya pun bertanyaa, berikut cuplikan wawancara saya:

Saya : Pak kalau Buk-M2E masuk list?

Jenderal Bintang 3 : “Ya termasuk, namun tunggu menteri baru di tahun 2015. Listnya sudah kita berikan, terima atau tidak itu keputusan kemenhan,”


Sedangkan bos-nya TNI Angkatan udara ngomong gini : “Untuk 10  sampai 100 kilometer itu, perlu untuk kendali jarak sedang. Sekarang lagi diproses mudah-mudahan segera melengkapi sistem pertahanan kita,”


Nah, ini yang ditunggu-tunggu, iseng saya tanya ketertarikan TNI AU dengan Rudal permukaan ke udara jarak jauh, S-300 bapak yang kalem ini (Marsekal Putu) mengatakan :


“Apabila sasaran berada di luar seratus kilometer, maka pesawat masih efektif untuk mengejar. Karena waktu sasaran sampai titik pertahanan pesawat akan mengejar untuk pertahanan itu. TNI AU sudah siap dengan pesawat tempurnya dengan rudal yang sudah dibeli saat ini’.


Nah tipe pesawat ini saya tidak dikasih kisi-kisi, tapi pastinya dari keluarga Flanker. Apakah pesawat Su-27, 30 atau SU-35. Untuk rudal TNI AU punya R-77 (AA-12 Adder), Vympel R-27 (AA-10 Alamo), dan lain-lain. Ada juga rencana untuk membeli rudal jarak jauh, tapi tidak dikasih bocoran juga.

Setelah selesai ngobrol, Pejabat di Kemenhan berinisial RL mengatakan : “Mungkin dipikirkan untuk renstra kedua, tidak untuk pertama. Sekarang dalam pembangunan, dalam renstra kedua, untuk dalam proses pembangunan kementrian pertahanan sudah memikirkan secara holistik ”.





Sumber : JKGR

Hong Kong Setuju Ada Pelabuhan Militer Cina

SHANGHAI-(IDB) : Dewan Tata Kota Hong Kong akhirnya menyetujui pembangunan pelabuhan militer untuk Tentara Pembebasan Rakyat Cina (PLA) di dekat Pelabuhan Victoria. Pembangunan pelabuhan militer kontroversial ini disetujui di tengah kegelisahan tentang peran Cina di wilayah bekas koloni Inggris ini.

Seperti dilansir Telegraph, Senin, 17 Februari 2014, stasiun berita resmi Cina, CCTV, mengumumkan bahwa pelabuhan militer tersebut disahkan "dengan suara bulat" oleh Dewan Tata Kota Hong Kong. Pelabuhan yang akan menjadi PLA pertama di Hong Kong ini pertama kali dibahas pada 1994 sebagai bagian dari pembicaraan pra-serah-terima Hong Kong dari pemerintah Inggris ke Cina.

Media Hong Kong, South China Morning Post, menyebutkan lebih dari 19 ribu warga Hong Kong telah menyampaikan komentar publik mereka kepada Dewan Tata Kota. Hanya 20 komentar, atau 0,1 persen dari keseluruhan komentar yang mendukung pembangunan pelabuhan militer.

Desember lalu, ada empat aktivis pro-kemerdekaan menerobos masuk ke pusat barak PLA di Hong Kong dengan mengibarkan bendera kolonial dan meminta proyek pelabuhan dibatalkan.

Kemudian PLA menggelar latihan militer besar-besaran di Pelabuhan Victoria yang melibatkan dua kapal fregat dan helikopter. Langkah ini ditafsirkan sebagai upaya untuk mengingatkan bahwa Beijing memegang otoritas tertinggi atas Hong Kong.

Sebagian besar masyarakat yang menentang pembangunan pelabuhan yang akan berdiri di atas lahan seluas 31.969 kaki atau 9.744 meter ini bukanlah tidak mengemukakan alasan politik. Para penentang ini justru mengkhawatirkan keadaan tata kota Hong Kong kelak jika pelabuhan dibangun di daerah mereka.

"Ini bukan pertanyaan tentang ideologi. Ini adalah masalah tentang hak-hak kami sebagai warga negara," kata Kenneth Chan, anggota legislatif, kepada media South China Morning Post.

Namun pihak yang setuju dengan pembangunan pelabuhan militer ini justru berpendapat lain. Mereka mengatakan konsultasi publik telah dilakukan. "Pembangunan pelabuhan PLA di distrik pusat kota adalah wajar dan sejalan dengan kepentingan keseluruhan Hong Kong," kata Regina Ip, anggota legislatif Hong Kong yang pro-Beijing.

Para pejabat pemerintahan telah berusaha meyakinkan masyarakat tentang keberadaan PLA. Pada Januari, Menteri Keamanan Hong Kong ditugaskan untuk meredakan protes. Akhir Mei tahun lalu, pemerintah mengatakan pelabuhan itu dibangun sebagai sarana latihan militer, tempat berlabuh kapal militer dan kegiatan seremonial, serta untuk membantu pemeliharaan dermaga.

Sejak berpisah dengan koloni Inggris, Hong Kong dijanjikan otonomi penuh oleh Cina Daratan, yang dikenal dengan kebijakan "satu negara dua sistem".  Model kebijakan itu diperkenalkan pada 1997 setelah penyerahan Hong Kong kepada Cina. Namun warga Hong Kong mempertanyakan otonomi tersebut.




Sumber : Tempo

Kemhan Tetap Ajukan Rp 300 M Untuk Amankan Pemilu

JAKARTA-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebut anggaran pengamanan pemilu untuk TNI sebesar Rp 300 miliar. Namun anggaran tersebut belum disetujui sepenuhnya oleh DPR RI.

"Kita anggarkan Rp 300 miliar buat TNI mengamankan pemilu. Kita sedang minta itu, tapi baru dikasih Rp 100 miliar," ujar Purnomo di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (17/2/2014).

Purnomo mengatakan kementeriannya akan terus mengajukan anggaran hingga terpenuhi angka yang diajukan. Menurut dia, nilai tersebut sebanding dengan upaya pengamanan pemilu.

"Ibaratnya gini, ngasih 100 dari 300 kok minta selamat?" pungkas dia.

Namun menurut Wakil Ketua Komisi I TB Hasanudin, dana Rp 100 miliar sudah dianggap cukup. Bahkan Panglima TNI Jenderal Moeldoko telah menyanggupi untuk mengamankan pemilu.

"Panglima saja waktu itu sudah sanggup kok dengan Rp 100 miliar. Jadi tidak perlu ditambah lagi," kata Hasanudin saat diwawancarai terpisah.

"TNI itu kan sifatnya hanya membantu Polri soal pengamanan Pemilu. Jadi TNI itu sebagai cadangan, dan kita cadangkan anggaran Rp 100 miliar itu untuk TNI," lanjut dia.




Sumber : Detik

Singapore Airshow 2014 : Sepi Tapi Bisnis Meningkat


SINGAPURA-(IDB) : Dibanding penyelenggaraan sebelumnya, Pameran Kedirgantaraan Singapura 2014 tampak lebih sepi. Tak sedikit hadirin yang mengaku kecewa dengan menurunkan jumlah pesawat yang unjuk kebolehan di udara. Tim aerobatik Jupiter dari Indonesia hanya unjuk kebolehan di hari pertama, sementara pada hari berikutnya slot diisi bergiliran The Black Eagles dari Korea dan The Black Knights dari Singapura. Atraksi dibalut beberapa solo flight.



Angkasa yang meliput sejak trade day hari pertama (11 Februari) masih berharap ada keajaiban berupa penambahan atraksi yang mungkin saja terjadi pada public day 15-16 Februari. Begitu pun, Ketua Penyelenggara Jimmy Lau menepis anggapan bahwa pameran dua tahunan ini telah kehilangan daya tariknya. Pihaknya meyakini, meski jumlah pesawat yang unjuk kebolehan di udara menurun, kesepakatan bisnis yang dicapai lebih besar dari yang terjadi pada 2012.



“Kesepakatan bisnis pada 2012 mencapai 31 miliar dollar AS atau tiga kali lipat dibanding yang tercatat pada 2010, kali ini rekor  itu pasti akan pecah lagi. Saya meyakini karena pameran kedirgantaraan di Singapura masih menjadi pintu bagi para pengambil keputusan bebagai perusahaan penerbangan, baik lokal maupun global,” ungkap Jimmy Lau.





Dalam pameran yang masih akan berlangsung antar 11 hingga 16 Februari ini, panitia memperkirakan lebih dari 900 eksibitor, ratusan delegasi dan tak kurang dari 45.000 pebisnis hadir memenuhi ruang pameran seluas 40.000 meter persegi. Perusahaan besar seperti Boeing, Airbus, Bell, Sikorsky, Rolls Royce, Lockheed Martin, Sukhoi, bagaimana pun masih berharap banyak pada pameran  terbesar di wiayah Asia Pasifik ini.


Jika kesepakatan bisnis padqa pameran sebelumnya lebih banyak pada pembelian pesawat badan lebar, kali ini – menarik untuk disimak – cenderung bergeser pada pembelian pesawat komersial  regional, perawatan pesawat dan fasilitas pendukung operasional penerbangan. Kalau pun ada pembelian dalam jumlah yang fantastis, seperti dikatakan Editor Asian Airlines & Airports, Jeremy Torr, hal ini terjadi karena di wilayah Asia marak bermunculan perusahaan penerbangan berbiaya rendah.




Sumber : Angkasa

Kemhan : Murah, Dengan Rp 10,8 Triliun Dapat 3 Kapal Selam

JAKARTA-(IDB) : Indonesia sudah menandatangani kontrak pembelian 3 kapal selam dengan Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME) asal Korea Selatan (Korsel). Harga 3 kapal selam Korsel kelas Changbogo tersebut mencapai US$ 1,08 miliar atau kurang lebih Rp 10,8 triliun.

Menurut Kepala Badan Sarana Pertahanan (Ka Baranahan) Kementerian Pertahanan Rachmad Lubis pemilihan kapal selam Korsel karena lebih murah daripada produk kapal selam lain, namun kualitasnya baik.

Rachmad mengatakan harga kapal selam dari negara lain mencapai US$ 450 juta-US$ 500 juta per unit atau kurang lebih Rp 4,5 triliun sampai Rp 5 triliun per unit.

"Salah satunya lebih murah, 3 kapal selam dari Korsel itu harganya US$ 1.080 juta (US$ 1,08 miliar). Dengan angka itu nggak mungkin dapat dari Eropa. (Negara) yang lain itu sekitar US$ 450-500 juta untuk satu kapalnya," ungkap Rachmad usai rapat dengan Komisi I DPR di Jakarta (17/2/2014)

Selain itu, Rachmad mengungkapkan pertimbangan dipilihnya Korsel sebagai mitra adalah karena dari segi kualitas yang dianggapnya mumpuni, dan memiliki kemampuan cepat.

"Setiap kita beli itu selalu yang murah, bagus, cepat dan kalau rusak bisa diperbaiki," katanya.

Ia juga mengatakan faktor pelayanan lebih baik juga menjadi alasan dipilihnya Korsel. Pertimbangan lainnya yang sangat penting adalah, pihak Daewoo Korsek mau membagi ilmu atau transfer of technology (ToT). Proses ToT dilakukan dengan membimbing PT PAL Indonesia untuk membuat kapal selam sendiri di Surabaya.


"Pelayanan lebih baik, membagi ilmunya juga mau, mereka mau datang ramai ke sini untuk membimbing PAL," ucapnya.

Secara kualitas, ia mengaku kapal selam Korsel ini cukup canggih setara dengan kapal selam sejenis. Misalnya kapal dengan berat 1.600 ton ini memiliki senjata terpedo.

"Kecanggihan diesel elektrik relatif sama dengan yang lain harus senyap tahan lama, senjata harus standard dengan kapal," pungkas.

Sebelumnya, satu dari tiga kapal selam kelas Changbogo yang dipesan Indonesia dari Korea Selatan (Korsel) mulai diproduksi tahun ini di Korsel. Rencananya satu unit lagi kapal selam akan dibuat di Korsel dengan melibatkan BUMN PT PAL.

Sedangkan sisanya akan dibuat di Indonesia sebagai bagian dari program transfer of technology (ToT) untuk Indonesia di galangan PT PAL, Surabaya.

Seperti diketahui Kementerian Pertahanan pada akhir Desember 2011 lalu menandatangani kontrak pengadaan 3 unit kapal selam dengan perusahaan galangan kapal asal Korea Selatan, Daewoo Shipbuilding Marine Enginerering (DSME). Tiga kapal selam ini akan segera melengkapi armada tempur TNI Angkatan Laut.




 Sumber : Detik

Pasang Surut Perjalanan PT. DI, Industri Pesawat Terbang Indonesia

Dari Buntung Sampai Untung

BANDUNG-(IDB) : BUMN produsen pesawat dan helikopter yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah memasuki masa kebangkitan. Setelah mengalami masa sulit pasca badai krisis ekonomi tahun 1998. Angin segar pun datang pada BUMN yang bermarkas di Bandung Jawa Barat ini.

Kebangkitan PTDI bermula saat perseroan memperoleh suntikan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,075 triliun, serta pasca menjalani program restrukturisasi dan revitalisasi pada tahun 2011. Apalagi PTDI didukung oleh kebijakan pemerintah melalui Perpres 42/2010 tentang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), sehingga praktis PTDI menjadi prioritas dalam memasok pesawat dan helikopter untuk TNI.

"Dari 2012, pasca restrukturisasi itu pejualan, aset dan ekuitas di PTDI naik," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh di Kantor Pusat PTDI di Bandung saat ditemui akhir pekan lalu (14/2/2014).

Padahal di 2007, PTDI pernah dinyatakan pailit, namun kemudian putusan pailit dibatalkan di 2008. Selain itu, di 2010, modal (ekuitas) PTDI masih negatif senilai Rp 442 miliar. Namun semenjak menjalani program restrukturisasi dan revitalisasi, keuangan PTDI dari yang dulunya berdarah-darah menjadi positif.

Lalu di 2013, perseroan tercatat memperoleh laba bersih senilai Rp 10,27 miliar dan pejualan Rp 3,51 triliun. Sedangkan total kontrak baru dan lama yang diperoleh hingga akhir 2013 senilai Rp 10,83 triliun.

Sedangkan di 2014, dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), PTDI menargetkan memperoleh laba bersih senilai Rp 66,54 miliar atau naik 548% dari pencapaian 2013. Sementara, perseroan menargetkan penjualan Rp 4,85 triliun dan kontrak sebesar Rp 12,65 triliun.

Kontrak dan penjualan tersebut datang dari lini bisnis penjualan helikopter dan pesawat, jasa pembuatan komponen pesawat dan helikopter (aerostructure), jasa perawatan pesawat (aircraft services), serta teknologi dan pengembangan.

Ke depan, PTDI fokus melakukan jasa engineering dan pengembangan program pesawat jet tempur KFX/IFX dan pesawat N219. Serta melakukan pengembangan pesawat lama yakni CN235 Next Generation (N245) dan pesawat NC212i.

Mitra Kunci Bisnis Pesawat Airbus

BUMN produsen pesawat terbang PT Dirgantara Indonesia (PTDI) telah menjadi mitra strategis perusahaan pesawat dan helikopter dunia seperti Airbus.

Melalui tender internasional, PTDI berhasil menjadi pemasok utama atau tunggal untuk pembuatan komponen vital pesawat super jumbo Airbus 380. PTDI membuat salah satu komponen sayap yang bernama Outer Fixed Leading Edge.

Komponen ini masuk kategori tersulit dan vital dalam sebuah pesawat terbang. Maka ketika PTDI tidak atau terlambat memproduksi komponen ini, maka produksi A380 akan terganggu.

"Kalau PTDI ditutup, mereka menjerit. Karena kita single distributor. Bahkan Menteri Keuangan Prancis bertemu Presiden SBY, minta jangan pailitkan PTDI. Karena kalau kita setop, mereka setop,” kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh di Kantor Pusat PTDI di Bandung, akhir pekan lalu.

Seperti diketahui, PTDI sempat diputus pailit Pengadilan Niaga Jakarta Pusat pada tahun 2007. Namun putusan ini dibatalkan Mahkamah Agung (MA) pada tahun 2008. Jika PTDI berhasil dipailitkan maka proses produksi komponen A380 ikut terhenti.

Hingga saat ini, komponen outer fixed leading edge ini telah terpasang pada 165 pesawat jumbo A380. Selain komponen A380, PTDI juga membuat komponen pesawat jenis A320, A321, A340, A350 hingga Boeing 747.

“Airbus 320, 330, 340,350,380. Semua buat komponen di sayap,” jelasnya.

Selain membuat komponen pesawat, PTDI juga dipercaya Eurocopter memproduksi komponen helikopter. Seperti komponen tail boom dan fuselage dari Helikopter tipe EC725 dan EC225.

Untuk bisnis komponen pesawat atau aerostructure, PTDI pada tahun 2013, memperoleh kontrak baru senilai Rp 112 miliar dan senilai Rp 728 miliar akan diperoleh pada tahun 2014.

Kemandirian PT. DI

PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sedang mengembangkan pesawat terbang asli buatan sendiri, yaitu N219. Pesawat yang dirancang untuk penerbangan sipil dan militer ini sekarang masuk fase preliminary design. Ditargetkan pada awal 2015, pesawat N219 bisa diperkenalkan ke publik dan calon pembeli (roll out).

"N219 kita canangkan first roll out pada awal 2015. Dikeluarkan ke hangar, dipamerkan kepada konsumen dan media," kata Direktur Niaga dan Restrukturisasi PTDI Budiman Saleh di Kantor Pusat PTDI di Bandung saat ditemui akhir pekan lalu (14/2/2014).

Seperti diketahui, N219 merupakan pesawat baling-baling berkapasitas 19 penumpang. Pesawat ini dirancang untuk melayani penerbangan hingga pelosok negeri. Pesaing terberat N219 adalam pesawat generasi lama jenis Twin Otter.

Budiman menjelaskan, N219 dirancang menggunakan teknologi terbaru dari pesawat NC212i dan CN235. Diharapkan dengan perpaduan teknologi itu, N219 mampu menjadi pesawat canggih dengan harga terjangkau.

"Kita carikan best technology dan termurah. Landing gear kita cari untuk available to market," jelasnya.

Ketika berhasil diperkenalkan ke publik pada awal 2015 dan mulai diproduksi di 2016, N219 akan menjadi pesawat pertama PTDI yang dijual secara komersial. PTDI sempat merancang pesawat propeller N250 dan pesawat jet N2130, namun kedua pesawat itu, berhenti pengembangannya sebelum berhasil diproduksi secara massal karena perintah International Monetary Fund (IMF) pasca krisis ekonomi tahun 1998.

Pesawat N219 ini, telah memperoleh sambutan hangat dari industri penerbangan tanah air, meskipun belum diperkenalkan ke publik. Maskapai besar tanah air seperti Lion Air telah menyatakan niat membeli 100 unit N219.

"Customer pertama Lion akan membeli 100 unit, PT NBA membeli 20 unit, dan TNI," sebut Budi.




Sumber : Detik

Menlu Marty : Australia Harus Putuskan, RI Dianggap Sahabat Atau Musuh

JAKARTA-(IDB) : Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengaku tidak habis pikir dengan kegiatan intelijen yang dilakukan oleh Pemerintah Australia.

Isu penyadapan terbaru, agen ASD (Australia Security Defence), ikut menyadap pembicaraan terkait sengketa dagang soal udang dan tembakau. Kata Marty hal tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan isu keamanan nasional Negeri Kanguru.

Marty mengaku heran, sebagai negara tetangga, Australia justru malah menggunakan kemampuan teknologi intelijennya untuk memata-matai banyak kegiatan di Indonesia.

"Intinya, Australia harus memutuskan, Indonesia ini dianggap sebagai sahabat atau musuh. Sangat sederhana. Karena semua ini soal niat," ucap Marty.

Kata Marty, ketimbang memata-matai Indonesia, seharusnya Pemerintah Australia meminta dokumen sengketa dagang itu secara baik-baik.

"Apabila mereka bertanya kepada Pemerintah RI, dengan senang hati saya akan berikan semua dokumen yang mereka butuhkan. Tidak ada gunanya menyadap atau menggunakan cara-cara seperti itu," tuturnya.

Ditanya soal langkah antisipasi yang disiapkan Pemerintah RI untuk menghadapi kejutan bocoran dokumen milik mantan kontraktor NSA, Edward J. Snowden, Marty enggan mengatakannya.

Marty menilai, tidak bijak apabila langkah antisipasi yang telah diambil oleh Pemerintah Indonesia lantas diungkap ke publik. Namun, Menlu Marty yakin lembaga intelijen dan otoritas yang berwenang menangani urusan komunikasi telah mengambil langkah preventif.

Harian New York Times pada Minggu, 16 Februari 2014, menurunkan laporan soal agen intelijen DSD yang memata-matai komunikasi pejabat RI di Washington DC dengan pengacara yang disewa pemerintah untuk menangani sengketa dagang udang dan tembakau. Laporan tersebut bersumber dari dokumen mantan kontraktor NSA, Snowden pada Februari 2013. 




Sumber : Vivanews