Pages

Sabtu, Februari 08, 2014

Kapal Patroli KN Kuda Laut 4803 Resmi Perkuat Bakorkamla

BATAM-(IDB) : Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto yang juga Ketua Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) meresmikan Kapal Negara (KN) Kuda Laut 4803 di Dermaga Satuan Tugas, Setoko, Batam, Sabtu (8/2/2014).

KN Kuda Laut 4803 merupakan kapal ukuran 48 meter ketiga milik Bakorkamla. Dua kapal lain Masing-masing KN Bintang Laut 4801 dan KN Singa Laut 4802 sudah terlebih dulu diresmikan. KN Kuda Laut 4803 memiliki mesin penggerak 3x1.400 HP (marine diesel) dan telah dilakukan uji Hidrodinamik di Laboratorium Hidrodinamik BPPT di kompleks ITS Surabaya pada awal Februari 2013 lalu

Kapal-kapal patroli tersebut akan ditempatkan di Wilayah Barat (Satgas I Tim Korkamla Batam), Wilayah Tengah (Satgas II Tim Korkamla Manado) dan Wilayah Timur (Satgas III Tim Korkamla Ambon. Menkopolhukam juga mengatakan, bahwa tuntutan tugas Bakorkamla sangat dinamis, berbagai pelanggaran diperairan Indonesia juga terus terjadi sehingga memebutuhkan kapal-kapal yang tangguh.
 
"Kapal patroli memiliki peran penting untuk menunjang tugas Bakorkamla dalam rangka pengamanan wilayah perairan Indonesia yang luas," ungkap Menkopolhukam.


Beliau mengatakan, pembentukan Bakorkamla beberapa tahun lalu merupakan salah satu jawaban untuk pengamanan perairan Indonesia yang sangat luas dan rawan pelanggaran.


Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut (Kalakhar Bakorkamla) Laksamana Madya TNI Bambang Suwarto mengatakan proses pembangunan kapal dilaksanakan 250 hari kalender mulai dari 25 April 2013 sampai 31 Desember 2013 di PT Batam Expresindo Shipyard, Tanjunguncang.


Menurut Kalakhar pembangunan kapal patroli Bakorkamla sudah disesuaikan dengan RPJM dan Rencana Strategis (Renstra) Bakorkamla RI 2010 sampai 2014, khususnya untuk mencapai amanat turunnya illegal activities sebanyak 70 persen dan peningkatan ketertiban di laut sebanyak 80 persen dalam rentang waktu tersebut.


"Hingga akhir 2014, kami akan memiliki enam kapal serupa. Dua akan ditempatkan di perairan barat, dua di tengah dan dua lain di timur Indonesia. Ini sesuai dengan rencana strategis pengamanan perairan Indonesia," ungkap Kalakhar.



Sumber : Bakorkamla

TNI TDRM Patroli Patok Perbatasan

NUNUKAN-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dari Batalyon Infanteri 100/Raider Kodam II Bukit Barisan bersama Tentara Diraja Malaysia (TDRM) segera menggelar kembali patroli gabungan untuk meninjau kondisi patok perbatasan kedua negara.

Komandan Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Yonif 100/Raider, Letkol Inf Safta Feriansyah di Nunukan, Sabtu, menerangkan patroli gabungan tersebut akan mulai dilaksanakan Februari hingga Maret 2014.

"Masalah waktunya kita masih melihat situasi yang tepat, tetapi yang pastinya akan kita gelar pada Februari atau Maret tahun ini," katanya.

Mengenai rute pelaksanaan patroli patok perbatasan yang akan dilaksanakan bersama dengan TDRM tersebut, ia mengemukakan, belum diketahui rute patroli itu.

Patroli patok perbatasan Indonesia-Malaysia yang menjadi tanggungjawab Satgas Pamtas Yonif 100/Raider yang ditugaskan menjaga wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Provinsi Kalimantan Utara telah rutin dilaksanakan selama ini.

"Kita rutin melaksanakan patroli patok perbatasan itu berdasarkan wilayah tanggung jawab yang diberikan oleh negara," ucap Safta Feriansyah.

Patroli patok perbatasan Indonesia-Malaysia dilaksanakan setiap tahun dan mulai diberangkatkan dari pos perbatasan gabungan TNI AD-TDRM yang berada di Kecamatan Seimenggaris Kabupaten Nunukan.




Sumber : Antara

Indonesian Army And Navy Expand Fleets

JAKARTA-(IDB) : After years of neglect, the Indonesian Army Aviation (TNI-AD) is now set for some radical modernization in a bid to stem the country’s increasing threats. A deal for eight AH-64E Guardian helicopters worth around $500 million was announced in August 2013, but it is not clear if a contract has been signed. The original DSCA (Defense Security Cooperation Agency) notification quoted a figure of $1.42 billion to cover all the associated weapons (including 32 Hellfire missile launchers and 140 Hellfire AGM-114R3 missiles), support and other associated equipment. 

According to the U.S. government, “The AH-64Es will defend borders, conduct counterterrorism and counter-piracy operations, and control the free flow of shipping through the Strait of Malacca.” They will be purchased via the U.S. Army through the Foreign Military Sale process.

There was speculation in late 2012/early 2013 the TNI-AD was going to buy up to 20 UH-60Ms but nothing has materialized. However, AIN has been informed that Eurocopter has been contracted to deliver 12 AS550/355s, one AS350B3, six AS355NPs and five AS550C3 Armed Scouts to the TNI-AD, although deliveries are not expected to begin until 2015 at the earliest.

Given these additional purchases and the need to train more than 100 additional rotary-wing pilots over the next few years, the TNI-AD is acquiring six Schweizer S-300C helicopters. Sikorsky Aircraft confirmed on April 16, 2012, it had sold two S-300Cs, with an option on four more.

Seven Mil Mi-35Ps are now with the TNI-AL, the final pair arriving on March 20, 2013. They are operated by Skadron Udara Angkatan Darat 31, based at Achmad Yani Airport, Samerang, which also operates 12 Kazan Mi-17-V5s, though one was lost on November 9 last year, with the 13 people on board being killed. Another six Mi-17-V5s are on order. Three Mi-17s are being used by the United Nations for its UN Mission in South Sudan (UNMISS).

In December 2013, PTDI handed over six brand-new NB412EPs to the TNI-AD, as part of an order for 24 announced in early December 2010.

Most of the helicopters are based at Achmad Yani or Pondok Cabe, Jakarta, where a sole DHC-5 Buffalo is used for VIP purposes.

Meanwhile, three Airbus Military CN235MPAs, on order since 2009, should now have been delivered to the Indonesian Navy (TNI-AL) with the Thales AMASCOS 200 maritime system, housing the more powerful Oceanmaster 400 radar. According to PTDI, there are two more CN 235MPAs on order but they are likely to be fitted with the Elta EL/M2022 radar in a configuration similar to the four CN 235s delivered to the Korean Coast Guard in 2012. 

These aircraft will see the Nomad maritime patrol aircraft being phased out. The TNI-AL should also be on the verge of receiving one of the last CASA NC212-200s before PTDI concentrates its production on the newer NC212-400 launched at the LIMA Show in March 2013. All the TNI-AL aircraft are based at Surabaya, Indonesia’s second largest city.




Source : AINO

KRI Banjarmasin 592 Angkut Tujuh Alutsista Buatan Banyuwangi

BANYUWANGI-(IDB) : KRI Banjarmasin 592 bersandar di Dermaga Tanjung Wangi, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi. Kapal kebanggaan produksi dalam negeri itu selama di Banyuwangi adalah untuk mengangkut 4 unit kapal jenis Combat Boat Catamaran dan 3 unit speed boat yang dipesan TNI AL melalui PT Lundin Industry Invest di Banyuwangi.

Tujuh alat utama sistem senjata (alutsista) itu akan didistribusikan ke sejumlah perairan di wilayah barat Indonesia.

Perwira Pelaksana (Palaksa) KRI Banjarmasin 592 Mayor (P) Mohammad Nizarudin saat ditemui detikcom, Jumat (7/2/2014) sore di geladak E (bridge deck) menguraikan, ke 7 alutsista tersebut diantaranya akan dikirim ke Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tanjung Balai Asahan di Sumatera Utara, Lanal Ranai di Kepulauan Riau, kepulauan Natuna dan Lanal Tarempa di Batam dan sejumlah perairan di Kepulauan Natuna.

"Untuk didistribusikan ke pulau pulau luar bagian barat, memperkuat keamanan wilayah laut," jelas Nizarudin.

Setelah menyelesaikan tugas mendistribusikan alutsista, sambung Mayor Nizar, KRI Banjarmasin 592 dengan ABK 145 orang itu juga mempunyai misi lain. Yaitu untuk mengikuti Komodo Multilateral Exercise di perairan Kepulauan Riau yang digelar Maret hingga April 2014 mendatang.

"Selepas pendistribusian alutsista selesai, kami mengikuti pelatihan komodo juga," tutupnya.

Sementara itu, Pendiri PT Lundin Industry Invest Lizza Lundin saat dikonfirmasi detikcom menolak memberikan keterangan lebih lanjut perihal pemesanan alutsista TNI AL tersebut. Kepada detikcom, Lizza hanya meninggalkan pesan singkat yang menunjukkan bahwa dirinya sedang berada di luar kota untuk kepentingan bisnisnya

"Maaf, saya lagi di Jakarta ada rapat, lewat sms saja," pesannya.

Saat detikcom bertandang ke lokasi perusahaannya yang berlokasi di Jalan Lundin 1, Kelurahan Sukowidi, Kecamatan Kalipuro, detikcom juga belum berhasil mendapatkan keterangan.

Namun, informasi yang berhasil di himpun di lapangan, saat ini PT Lundin memiliki 16 produk kapal dengan kategori kapal militer, komersial, rekreasi dan kepentingan SAR. Perusahaan yang telah memiliki cabang di Singapura ini memberi nama North Sea Boats pada semua produk buatannya.

Hasil produksi kapal yang didirikan pada 2011 lalu itu ternyata banyak diminati di luar negeri. Semisal kapal rekreasi yang dikirim ke Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong, Australia, Dubai, hingga Eropa.

Selain bermitra dengan TNI AL, PT Lundin yang telah mengantongi ISO 9001-2008 itu juga telah menjalin kerjasama dengan Badan Koordinasi Keamanan Laut, Badan SAR Nasional, serta berbagai organisasi konservasi. Selain pasar dalam negeri, kapal militer buatan PT Lundin juga dipercaya memperkuat alutsista Australia, Belanda, Hongkong, Kamboja, Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam, Swedia, dan Arab Saudi.




Sumber : Detik

TNI AL Ikut Cyber Defence Competition 2014

SURABAYA-(IDB) : TNI Angkatan Laut membentuk dua tim untuk mengikuti Cyber Defence Competition pada 11--27 Februari 2014.

Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama TNI Untung Suropati di Jakarta, Jumat, mengatakan pada kompetisi tahun ini, TNI Angkatan Laut menerjunkan delapan personel yang dibagi menjadi dua tim cyber.

"Delapan personel TNI Angkatan Laut tersebut terdiri dari enam Perwira TNI Angkatan Laut dan dua Bintara TNI Angkatan Laut yang berasal dari berbagai kesatuan antara lain, Markas Besar Angkatan laut (Mabesal) Jakarta, Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Surabaya, Komando Pengembangan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), dan Akademi Angkatan Laut (AAL)," katanya.

Cyber Defence Competition diharapkan dapat membina potensi dan melatih keahlian pertahanan cyber serta menyalurkan kreatifitas melalui ajang kompetisi "cyber" yang positif.

Kompetisi yang dibuka untuk umum tersebut dibagi dalam dua kategori, yaitu kategori umum dan kategori pelajar. Pelaksanaan kompetisi akan dibagi dua, secara Online pada 11 sampai dengan 15 Februari 2014, dan babak final yang merupakan kompetisi offline pada 23 hingga 27 Februari 2014 di Akademi Angkatan Laut (AAL), Bumi Moro, Surabaya. 




Sumber : Antara

Indonesian Air Force Draws Up Shopping List

JAKARTA-(IDB) : Boasting one of the fastest growing economies in the world is allowing Indonesia to invest much-needed funds in its military. After years of stagnation caused by the 1997 financial crisis, leading to most of Indonesia’s military acquisition programs being cancelled, the situation deteriorated further when the U.S. imposed an arms embargo in 1999 that lasted until 2005.

The Indonesian Air Force (TNI-AU) entered into only one major acquisition program during that period, procuring Su-27 and Su-30 Flankers from Russia to bolster its aging fighter fleet. The TNI-AU had never ordered Russian aircraft after the failed communist coup in 1965 but it was left with no option after Western companies stuck to the arms embargo.

This deal led to a pair of Su-27SKs and two Su-30MKs being delivered to SkU 11 [Skadron Udara (SkU)–air squadron] at Hasanuddin, Sulawesi, in August/September 2003, followed by three Su-30MK2s in late-2008/early-2009 and a trio of Su-27SKM variants in 2010.

With military budgets set every five years, the armed forces are now drawing up a shopping list for 2015-19. Local industry, particularly PT Dirgantara Indonesia (PTDI), will play a major part in how this money is spent. The past 15 years has not been kind to the company; it was hit massively by the 1997 crisis. However, in July 2011, EADS-Airbus Military signed a strategic collaboration with PTDI to assist with revitalizing Indonesia’s national aerospace industry, mainly by growing PTDI’s manufacturing output. The two companies enjoy a long-standing manufacturing relationship, which goes back to the days of CASA and PTDI’s predecessor: IPTN.

While PTDI is an important supplier of the C212 and CN 235 light/medium transport and surveillance aircraft to Airbus Military, it also works closely with another EADS company, Eurocopter. In July 2011, Eurocopter signed a new teaming agreement with PTDI consisting of industrial cooperation as well as marketing Eurocopter products to the Indonesian government for use in the domestic market. The partnership between the two companies began 35 years ago, and has seen some 130 BO-105s, 11 SA330s and 20 AS332 Super Pumas built under license production at Bandung. An assembly line was set up for the Super Puma in 2008, integrating PTDI into Eurocopter’s global supply chain.

Some believe PTDI does not provide the military value for money, but nonetheless it will become a major benefactor from the 2015-19 budgets, even if the fighters will take much of the money as they did in the previous five years.

Fighters

After the initial acquisition of nine Flankers, the Indonesian MOD signed a $470 million contract with JSC Rosoboronexport on Dec. 29, 2011, for six more Su-30MK2s, delivered in February, May and September 2013. A close source has told AIN that the Russian aircraft have been “troublesome,” with usual issues concerning spares.

After the OV-10 Broncos were withdrawn from use several years ago, the TNI-AU (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara–Indonesian Air Force) was left with no close-air-support aircraft until eight Embraer Super Tucanos were ordered in November 2010. The first four were handed over to SkU 21 at Abdulrachmen Saleh (Mulang) during the third quarter of 2012 following a ceremony in Brazil on Aug. 6, 2012. A contract for a second batch of eight aircraft was announced on July 10, 2012, with deliveries expected in 2014.

In May 2011, the TNI-AU ordered 16 Korean Aerospace Industries (KAI) T-50Is in a $400 million deal, with the first two being delivered on Sept. 11, 2013. All 16 were to have been delivered by the end of 2013, but delays meant that only 10 had been delivered by then and the rest should have arrived before the Singapore show started. The T-50Is, fitted with gun and weapons pylons, will eventually replace the Hawk Mk 53s of SkU 15. Six have been delivered in the colors of Elang Biru, the TNI-AU’s jet aerobatic team.

A $750 million FMS deal to acquire 24 upgraded F-16 Block 32IDs was agreed with the U.S. government in November 2011. The contract comprises 19 single-seaters and five dual-seaters, with the first four aircraft due in mid-2014, followed by four every three months. Work on the jets is under way at Ogden Air Logistics Center, Utah, where a TNI-AU Project Office comprising six people has been set up. The aircraft will be delivered initially to SkU 16, based at Madiun-Iswahyudi, until the infrastructure at Pekanbaru is ready. Their arrival will allow the aging fleet of six F-16As and three F-16B Block 15s to go through a Falcon Up upgrade. The F-16s have suffered spares shortages in recent years, but these issues have not been limited to F-16s.

The fleet of 33 multi-role Hawk 109/209s delivered to SkU 1 at Pontiniak and SkU 12 at Pekanbaru in the mid-’90s has been hit particularly hard, especially with issues stemming from the Adour Mk 871 engines.

The fleet of 11 F-5s that was upgraded by SABCA (now Belgian Aerospace) in the late-1990s was grounded twice during 2013. Even if spares problems are resolved, the veteran fighter will soldier on only until 2018, so funds are likely to be earmarked for a replacement in the 2015-19 budget. One solution was the new K-FX (Korean fighter) program the Indonesians were jointly developing with Korea. However, in late 2012 the South Korean government put an 18-month hold on this $8 billion project that should have led to 50 K-FXs being delivered to the TNI-AU and 200 to the ROKAF. A first batch of five was scheduled for delivery to Indonesia in 2020, but the project is more likely to be cancelled. As a result, the money is being spent overhauling nine C-130Hs acquired free of charge from the Royal Australian Air Force and buying six CASA 295s for a special-mission fit.

There is speculation the TNI-AU could now acquire former USAF F-15s to replace the F-5s, while RFIs have also been sent to Saab (Gripen), Dassault (Rafale) and Eurofighter.

Surveillance

With some 17,000 islands making up the world’s largest archipelago, Indonesia needs to maintain a modern airborne maritime surveillance fleet in a bid to confront increasing threats from pirates, smugglers and terrorists. This led the TNI-AU to order another much needed CASA CN 235 maritime patrol aircraft (MPA) in 2012, with a Telephonics system and Star Safire HDI FLIR turret. Delivery is expected in 2015. The order comes six years after the first and only MPA was delivered to SkU 5 at Madassar.

An initial requirement for three MPAs led to a contract being signed with Thales in 1996, but a single aircraft was delivered, with an AMASCOS 200 system, and the other two remained as basic transport aircraft with SkU 5. With obsolescence now creeping in, PTDI has been contracted to replace the Thales Oceanmaster radar with Telephonics’ AN/APS 143C3 maritime radar.

There is also an urgent requirement for a SIGINT platform, which could be purchased during the next five-year budget plan, in 2015-19. It is likely one of the CASA 212s serving the TNI-AU will be upgraded with new systems. The three aging Boeing 737-200 Surveiller Side-Looking Airborne Modular Multi-mission Radar (SLAMMR) aircraft are in desperate need of replacement, and speculation is the TNI-AU will go for an increased number of CN 235-220s with SIGINT systems on board to replace them.

Transports

The TNI-AU relies predominantly on PTDI for its medium-to-small airlift needs. Five CN 235s operate with SkU 2 at Halim, replacing five Fokker 27s grounded in 2012 after a fatal accident. They work alongside three CASA 295s of 10 on order. There is a keen interest in acquiring special-mission systems for an additional six CASA 295s, with Texas-based ATK offering their palletized gunship system.

There are currently two tactical airlift squadrons in the TNI-AU: SkU 31 at Halim-Perdanakusuma operates a mix of C-130H-30s, L100-30s and C-130H; while SKU 32 at Abdulrachman Saleh flies 10 C-130B/Hs, including two KC-130Bs tankers that represent the TNI-AU’s sole air-to-air refueling capability. With close links to Airbus Military it is likely they will be replaced by two A330MRTT hose/drogue and boom aircraft.

As a result of acquiring the nine ex-RAAF C-130s, a third C-130 unit, SkU 33 will stand up at Makassar. There is a real need to provide support to the Sukhois and this should be the solution, with tactical needs in the region also being covered. It is not clear whether the new C-130s will actually be SkU 32 assets, or if they will be split among all the units.

Helicopters

Helicopter training takes place at Kalijati with SkU 7 on 50-year-old Bell 47G Soloys. These stalwarts are used by newly qualified pilots fresh from Yogyakarta for basic helicopter training. Their short-term future is secure because the unit’s EC120 Colibris are also being used to cover SAR detachments. Longer term, 12 EC135s on order will replace the operational role of the EC120, allowing it to revert to the training role for which it was acquired, and easing the Soloys into retirement.

SkU 6 at Atang Senjaya near Bogor flies four of 18 Super Pumas ordered in 2000. Another three NAS332L1s with SkU 45 at Halim are being used in the VIP role alongside two Eurocopter-built AS332L2s. Also based at Atang Senjaya is SkU 8, which flies a handful of NSA330 Pumas. Six EC725s have been ordered for the Special Forces role and should be delivered in 2014-15 to a new unit, SkU 9 at Kalijati. It is not clear if they are taking up the slack that the Super Pumas failed to deliver.

Pilot Training 

Pilot training is carried out at Yogyakarta with SkU 101, instructing students on the AS202 Bravos, flying 120 hours on elementary training. However, the Bravo’s days are expected to end within the next few years, as the TNI-AU ordered 18 Grob G120TPs in 2012. The first batch of 10 aircraft was delivered in 2013, and a further batch of eight are to arrive in 2014. Modernization of the Flying Training Academy got under way in 2003 when SkU 102 took delivery of 16 KT-1T Woongbees for instructor training. Longer term there is also a need for a basic trainer replacement.

The next five-year budget, for 2015-2019, will be set in mid-2014 and projects such as airborne early warning and control (AEW&C), tankers, new fighters, SIGINT aircraft as well as new weaponry are all under review. It is unlikely the Russians will figure highly in any future acquisition.




Sumber : AINO

Pasukan Khusus Afrika Selatan Import Perlengkapan Tempur Dari Indonesia

DEPOK-(IDB) : AHRS terus memperkuat dirinya di industri roda dua Indonesia. Tidak hanya bermain bisnis apparel dalam negeri, AHRS kini mampu membuat jaket untuk keperluan pasukan khusus negara Swaziland dan Lesotho, Afsel.

Perusahaan yang berbasis di Depok, Jawa Barat ini terus meningkatkan kualitas produk dengan memanfaatkan bahan baku dalam negeri. Untuk tahap awal, AHRS sudah mengirim 800 item ke negara di Afrika Selatan itu.

"Sudah kirim 200 pasang sepatu, 200 jaket sesuai anti air dan untuk suhu dingin, 200 helm, dan 200 sarung tangan," kata GM Apparel AHRS, Mahali Soeriadiredja.

Menurut Mahali, AHRS sudah mengirim pesanan tersebut pada Desember 2013. Masing-masing jenis ini akan digunakan oleh pasukan khusus dan paspamres di negara tersebut.

Mahali menjelaskan, kualitas sepatu, jaket, helm dan sarung tangan yang digunakan prajurit Swaziland dan Lesotho nomor satu sesuai pesanan dan mengikuti standar kualitas yang digunakan di negara tersebut.

"Kualitas bahan nomor satu, dan sudah sesuai dengan standar bahan baku di sana. Kita tidak main-main karena ini menjaga kualitas buatan kita (AHRS).
Pengiriman Desember 2013," tukas Mahali yang menjelaskan projek ini menghabiskan dana Rp 700 - Rp 800 juta.

Mahali menjelaskan AHRS juga mendapat pesanan 200 pasang sepatu untuk polisi Swaziland. 100 pasang sepatu sudah sampai dan, 100 pasang sepatu sedang menuju ke negara tersebut.

Dengan pesanan tersebut, AHRS akan menjadi produk dalam negeri pertama yang memproduksi apparel untuk pasukan khusus dan paspamres di Afsel dengan total projek Rp 120 juta. Saat ini AHRS menargetkan untuk bisa masuk ke negara maju dan berkembang lain.

"Sekarang memenuhi pesanan sepatu polisi sebanyak 200 pasang. Sudah kirm 100 pasang dan on the way 100 pasang. Sekarang kita fokus ke Afsel dulu, harapan bisa masuk ke negara lain dengan tujuan yang sama," ucap Mahali.




Sumber : Detik

Rakor Pengamanan Pertahanan Udara Ibukota

JAKARTA-(IDB) : Komandan Kosekhanudnas I Marsekal Pertama TNI Tri Budi Satriyo, S.IP, M.M memimpin rapat koordinasi dalam rangka PAM Hanud Ibukota pada operasi tangkis sergap tahun 2014 di ruang rapat Suma 3, Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta Selasa (4/2/2014) kemarin.

Dalam sambutan singkatnya, Pangkosekhanudnas I berharap dengan adanya rapat koordinasi ini segala sesuatu yang menjadi permasalahan agar disampaikan dan dicarikan solusinya. "Optimalkan koordinasi ini sebaik mungkin sehingga dalam pelaksanaan nanti semua unsur mengetahui tugasnya masing-masing," tegasnya.

Disampaikan pula oleh Pangkosekhanudnas I kepada seluruh unsur yang terlibat dalam kegiatan tersebut agar mengutamakan keselamatan (Safety First) dengan tetap berpedoman pada prosedur dan ketetapan.

Operasi tangkis sergap merupakan salah satu tugas Kosekhanudnas I yang dilaksanakan sepanjang tahun di wilayah strategis operasionalnya, salah satunya pengamanan wilayah udara ibukota.

Unsur yang terlibat didalamnya tentunya satuan radar di jajaran Kosekhanudnas I, 1 Flight tempur sergap F-16 Fighting Falcon Skadron Udara 3 dan EC-120B Colibri Skadron Udara 7 sebagai SAR serta personel Paskhas. Selain itu rapat juga melibatkan personel ATC bandara Soekarno-Hatta maupun bandara Halim Perdanakusuma.



Sumber : PelitaOnline

Danlanud Iswahjudi Lepas T50i-GE Ke Jakarta

MAGETAN-(IDB) : Komandan Lanud Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., memimpin langsung keberangkatan pesawat T-50i Golden Eagle ke Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (7/2). 

Keberangkatan pesawat T-50i Golden Eagle tersebut dalam rangka kesiapan penyerahan ke-16 pesawat Golden Eagle ke pemerintah Indonesia dari pihak Korea yang direncanakan tanggal 13 Februari mendatang.

Adapun keberangkatan empat pesawat T-50i Golden Eagle tersebut merupakan tahap kedua dari empat tahap yang direncanakan berturut-turut selama empat hari, dengan tail number T-5005 sampai dengan T-5008. 

Sementara Komandan Lanud Iswahjudi, Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., beserta Komandan Skadron Udara 15, Letkol Pnb Wastum menerbangkan Pesawat T-5005 Golden Eagle.



Sumber : TNI AU

Pesawat Tempur Misterius Terbang Rendah Di Langit Batam

BATAM-(IDB) : Suara berat lintasan pesawat tiba-tiba saja terdengar di langit Batam, Jumat (7/2/2014) sekitar pukul 14.30 WIB. Beberapa pewarta yang saat itu berada tak jauh dari Mapolsek Sekupang, Batam, seketika keluar mencari tahu asal suara. Hal serupa juga dilakukan seorang polisi di Mapolsek Sekupang.

Dari langit Batam, sebuah pesawat tempur Singapura yang diperkirakan jenis F-16 melintas dengan kecepatan sedang. Pesawat berwarna abu-abu kehitaman itu terbang rendah di langit Sekupang menuju Singapura. Saking rendahnya, sisi kanan dan kiri sayap pesawat itupun dapat jelas terlihat.

Selang beberapa detik berikutnya, pesawat serupa menyusul di bagian belakang. Suara beratnya masih sama. Nyaris memekakkan telinga. Sama seperti pesawat sebelumnya, sisi kanan dan kiri pesawat tampak kosong alias tak membawa peralatan tempur semisal bom.

"Sakit kali telinga dengar suaranya tadi. Waktu aku lihat ke atas sudah nggak ada lagi pesawatnya, tapi suaranya masih ada," ucap Aya, seorang warga Sekupang.

"Seperti itu aja suaranya udah buat takut orang. Bagaimana kalau benar-benar perang tadi," ucap warga lainnya menimpali.

Belum diketahui pasti apa tujuan pesawat perang asing itu melintas di langit Batam. Namun kehadiran pesawat perang ini sempat menjadi perbincangan di tengah hangatnya kemunculan kapal perang Indonesia yang diberi nama Usman Harun.

Usman merupakan nama seorang marinir asal Indonesia yang beberapa waktu lalu melakukan pengeboman di Singapura. Iapun mendapat hukuman mati atas tindakannya itu. Sementara di Indonesia, nama Usman diabadikan menjadi nama sebuah kapal perang Indonesia.

"Apa karena kapal perang Indonesia terbaru namanya Usman Harun, makanya Singapura mau menunjukkan kekuatannya ke kita, nggak tahu jugalah," ucap Adi, warga lainnya.

Otoritas Penerbangan Hang Nadim Akan Selidiki Pesawat Misterius

Pesawat tempur yang terbang rendah di wilayah Sekupang, Batam, Provinsi Kepri, Jumat (7/2/2014), sekitar pukul 14.30 WIB masih misterius. Pesawat yang belum teridentifikasi jenisnya ini akan diselidiki oleh otoritas penerbangan Bandara Internasional Hang Nadim Batam.

Demikian dikatakan Kepala Keselamatan Penerbangan Bandara Internasional Batam, Indah Irwansyah SSIT. Kepada Tribun, Indah mengaku sudah mendapat laporan ini. Namun, dia belum bisa memastikan apakah ini pesawat milik armada tempur Indonesia atau asing.

“Saya sudah dengar laporannya tadi. Belum tahu itu pesawat siapa karena radar kami tidak bisa mendeteksi. Besok saya tanyakan sama otoritas penerbangan Singapura,” ujar Indah Irwansyah SSIT ketika dihubungi Tribun, Jumat, malam.

Kendati demikian, ia mengaku dan tidak mengada-ada bahwa pesawat yang terbang rendah ini milik armada tempur Indonesia yang sedang patroli. Khususnya untuk mengawasi lalu lintas di sekitar Pulau Nipah, Kepri. Menurutnya, jika ada pesawat asing masuk wilayah NKRI pasti akan dikejar sampai dapat.

Di Indonesia, dua lokasi armada tempur disiagakan, yakni di Pekanbaru, Provinsi Riau dan Pontianak, Kalimantan Barat. Dua tempat ini memiliki radar khusus yang dapat memantau seluruh jenis pergerakan pesawat di dunia. Jika ada pesawat asing masuk wilayah udara Kepri, pesawat tempur dari Pekanbaru langsung mengejar.

“Radar armada tempur khusus, kalau ada pesawat asing yang menyelinap pasti langsung dikejar sama pesawat tempur kita dari Pekanbaru atau Pontianak. Dua tempat ini selalu siaga 24 jam. Kalau dikejar pesawat tempur dari Pekanbaru ke Batam sebentar saja, sekitar 10 menit,” jelas Indah.

Selain bertanya kepada otoritas penerbangan Singapura, pihaknya juga akan bertanya dengan skuadron tempur di Pekanbaru. Sebab mereka memiliki radar khusus yang bisa mengecek spesifikasi pesawat tempur dan sejenisnya yang masuk wilayah udara NKRI.

“Besok saya kabari jika sudah ada kepastian pesawatnya apa,” jelas Indah menegaskan.




Sumber : Tribunnews

Skadron Udara 2 : Menggeliat dengan Tambahan CN295

Pada masa-masa sulit terkait suku cadang beberapa tahun lalu, Skadron Udara 2 hanya mengoperasikan satu atau dua pesawat paling banyak. Kini dengan tambahan tiga CN295 “Skadron Kuda Terbang” mulai menggeliat lagi.



JAKARTA-(IDB) : Masuknya tiga pesawat CN295 ke Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta pada 9 Februari lalu menambah kekuatan skadron pengangkut ringan TNI AU ini sehingga kegiatan latihan maupun operasi lebih terdukung. Dengan tambahan tiga pesawat tersebut, saat ini Skadron Udara 2 diperkuat lima CN295 dan dua CN235. Empat pesawat CN295 berikutnya rencananya akan kembali diterima tahun ini sehingga total Skadron Udara 2 memiliki sembilan CN295 dan dua CN235.



Komandan Skadron Udara 2 Letkol Pnb Destianto memaparkan, tiga pesawat baru pada tahap awal akan digunakan untuk mendukung kegiatan latihan penerbang. Seperti latihan profisiensi untuk meningkatkan skil penerbang, maupun konversi yaitu mencetak penerbang baru CN295 dari jenis pesawat lain.



Tiga batch penerbang masing-masing terdiri dari empat orang, telah dikirim ke Sevilla, Spanyol untuk melaksanakan ground school, latihan di simulator, serta penerbangan langsung di pesawatnya. Dua batch melakukan praktik terbang di Spanyol, sementara satu batch lagi melakukan praktik terbang di Indonesia. Akhir Januari lalu, batch keempat kembali dikirim ke Spanyol. Pendidikan penerbang CN295 dilaksanakan selama dua setengah bulan di Negeri Matador.



Praktik terbang di Spanyol menggunakan pesawat yang dibeli Indonesia, dilaksanakan sekitar 6-8 jam di sekitar aerodome Sevilla. Selain penerbang, TNI AU juga telah mengirimkan tim teknisi ke Spanyol sebanyak dua batch masing-masing berjumlah 20-an orang. Para teknisi diambil dari Skadron Udara 2, Skadron Teknik 021, dan Depohar 10. Semuanya melaksanakan pendidikan di Spanyol dan telah kembali ke Tanah Air.



Maret tahun ini, TNI AU juga akan mengirimkan penerbang Skadron Udara 2 untuk dididik menjadi instruktur. Batch pertama sebanyak empat orang akan menjalani pendidikan selama tiga minggu di Spanyol.  Penerbang yang dikirim minimal telah mengantongi 100 jam terbang di CN295. “Kisaran 100-300 jam. Pesawat CN295 sendiri saat ini sudah digunakan selama 600-an jam terbang di Skadron Udara 2,” papar Destianto, alumni AAU 1996 yang juga lulusan SMA Taruna Nusantara, Magelang ini.



Misi Yang Dilaksanakan


Bicara soal misi penerbangan selain latihan, Skadron Udara 2 mengemban tugas PAUM (Penerbangan Angkutan Udara Militer) sebanyak empat kali setiap sebulan. Yaitu ke wilayah Indonesia Barat, Tengah, dan Timur. Misi dilaksanakan hampir seminggu sekali dengan pelaksanaan 2-3 hari. Selain itu ada operasi Eyes in the Sky (EIS), yakni pemantauan Selat Malaka bekerja sama dengan Singapura, Malaysia, dan Thailand secara bergantian.


Oleh TNI AU EIS dilaksanakan secara bergantian antara Skadron Udara 2, Skadron Udara 5, dan Skadron Udara 4 dengan pangkalan aju dari Medan atau Batam. Misi lainnya adalah penerjunan dan dukungan bantuan bencana alam. Sesuai kemampuan pesawat, Skadron Udara 2 melaksanakan pengangkutan ringan. “CN295 mampu membawa kargo sebanyak 7 ton, sementara CN235 sebanyak 3-4 ton. Kami memangkut muatan yang tidak terlalu banyak namun bisa mendarat di landasan yang lebih pendek,” tambah Destianto.




Sumber : Angkasa

Lanud Induk Penentu Keberhasilan Operasi

MAKASSAR-(IDB) : "Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, merupakan Lanud Induk TNI AU yang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas operasi udara maupun latihan yang melibatkan unsur kekuatan TNI Angkatan Udara, untuk itu, konsekuensi logis peran Lanud Sultan Hasanuddin sebagai Lanud Induk harus dapat menempatkan pengelolaan operasional penerbangan sebagai prioritas utama dalam pelaksanaan tugas pokok  Lanud". Demikian dikatakan Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, dalam acara kunjungan kerja (Kunker), di Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Kamis (6/2).  
 
Dalam Kunkernya di Lanud Sultan Hasanuddin, Kasau didampingi Ketua Umum PIA Ardhya Garini Ny. Dewi Ida Bagus Putu Dunia dan Pengurus PIA, para Asisten Kasau dan Kadis, disambut langsung Pangkoopsau II Marsda TNI Agus Supriatna, Kaskoopsau II Marsma TNI Harhim, Pankosekhanudnas II Makassar Marsma TNI Agus Dwiputranto, Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Dody Trisunu, dan para Pejabat Muspida setempat serta Perwira Staf Lanud Sultan Hasanuddin.


Kuker Kasau dimaksudkan untuk melihat secara langsung kondisi Lanud Sultan Hasanuddin dan mendapatkan informasi secara langsung dari satuan TNI Angkatan Udara khususnya Lanud Hasanuddin, Koopsau II, Kosekhanudnas II, dan Yonko 466 Paskhas dan menyelesaikan masalah di Satuan ini.


Lebih lanjut Kasau mengucapkan terima kasih atas pelaksanaan tugasnya kesatuan di sini khususnya pelaksanaan Latihan Angkasa Yudha tahun 2013, yang telah berjalan dengan baik, dengan segala keterbatasan yang ada dan diharapkan tugas ke depan dalam menghadapi Latihan Gabungan (Latgab) TNI, agar lebih dipersiapkan, sehingga pada pelaksanaannya nanti TNI Angkatan Udara dapat tampil lebih baik dan dapat menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa TNI Angkatan Udara mempunyai Detern yang andal bagi Negara Kesatuan RI.


Kasau dalam kunjungan kerjanya di Lanud Sultan Hasanuddin meninjau Skadron Teknik 044, Skadron 5, Skadron 11, Gudang Amo, dan Marsheling Area Wing II Paskhas.




Sumber : TNI AU