Pages

Senin, Februari 03, 2014

Prajurit KRI FKO – 368 Mantapkan Latihan RAS

SURABAYA-(IDB) : Sebanyak 100 prajurit KRI Frans Kaisiepo (FKO) – 368 yang tergabung dalam satgas Maritim TNI Konga XXVIII – F / UNIFIL 2014, melaksanakan latihan pembekalan di laut / RAS (Replenishment at Sea), latihan peran Penyelamatan Kapal (PEK)  dan latihan Peran Peninggalan, Kamis (30/01).

Latihan pra tugas tahap pangkalan kali ini, prajurit KRI FKO – 368 melaksanakan latihan parsial RAS yang diikuti 33 personel dan dipimpin oleh Kepala Tim Lettu Laut (P) Senopati Yudho Wibowo, dan simulasi latihan yang dilaksanakan yaitu pembekalan di laut.

Bertempat di haluan KRI kegiatan diawali dengan penyiapan alat – alat seperti pendirian tiang RAS, pemasangan pelican hook, pemasangan katrol, pengaturan tali jarak, menyiapkan tali buangan, dan tali jarak, serta persiapan alat – alat untuk menghadapi keadaan darurat.

Latihan RAS merupakan suatu cara pengisian/pengiriman logistik maupun personel dari kapal ke kapal yang dilaksanakan sambil berlayar dalam waktu yang telah ditentukan. 

“Latihan RAS ini sangat bermanfaat untuk memantapkan profesionalisme prajurit KRI FKO khususnya dalam melaksanakan pembekalan di laut” ujar Pama yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Bahari (Kadivbah) KRI FKO – 368.

Selanjutnya pada pukul 14.00 WIB, bel alarm kedaruratan berbunyi tanda latihan peran kebakaran terjadi di ruang laundry yang terletak di buritan KRI FKO – 368. Tim penanggulangan kebakaran berusaha memadamkan api namun tidak berhasil. Kondisi api yang cukup besar mengakibatkan seluruh bagian ruangan KRI dipenuhi asap.

Bel alarm kembali berbunyi, peran peninggalan dibunyikan kepada seluruh personel KRI agar segera meninggalkan kapal dan menuju lokasi aman yang berada di geladak heli KRI FKO - 368. Setelah seluruh personel berhasil dievakuasi dilakukan pengecekan kelengkapan personel dan peran peninggalan dinyatakan selesai.

Latihan peran tersebut merupakan latihan penanganan kebakaran yang akan terjadi sewaktu – waktu. Untuk itu kesiapsiagaan personel merupakan bagian penting sebagai langkah antisipasi keselamatan personel maupun material adalah tujuan utama setiap pelaksanaan tugas di lapangan dan sebagai pedoman bagi prajurit KRI FKO – 368 sebelum melaksanakan misi perdamaian dunia di perairan Lebanon. 




Sumber : Koarmatim

Berita Foto : Kopaska Latihan Tembak

JAKARTA-(IDB) : Anggota Pasukan Katak TNI Angkatan Laut mengikuti latihan menembak di lapangan tembak Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) usai peresmian lapangan tembak tersebut di Pondok Dayung, Jakarta Utara, Senin (03/02/2014).

Keberadaan lapangan tembak tersebut diharapkan dapat meningkatkan keahlian prajurit. 


Lapangan Tembak Satkopaska di Koarmabar





Sumber : Vivanews

Berita Foto : TNI AL Resmi Operasikan Speed Boat Ronin

JAKARTA-(IDB) : Prajurit TNI berada di atas speed boat Ronin usai peresmian pengoperasian speed boat tersebut di Satuan Keamanan Laut (Satkamla) Lantamal III di Pondok Dayung, Jakarta Utara, Senin (3/2/2014). 

Speed boat tersebut merupakan produksi Galangan Kapal Bahari, Tanjung Priok, dengan spesifikasi meliputi panjang 10 meter, body full fiberglass, mesin pendorong dua unit serta kecepatan mencapai 35 knot. 

Ronin akan digunakan sebagai kapal patroli keamanan laut.





Sumber : Okezone

Pertahanan Udara Kapal Perang Indonesia

Nakhoda Ragam Class TNI AL
Nakhoda Ragam Class TNI AL

Salah satu langkah maju dalam up-grade Nakhoda Ragam Class, adalah pengadaan sistem pertahanan udara VL Mica, buatan MBDA Perancis. Dengan adanya VL Mica, pertahanan udara kapal perang ini, mampu menyergap sasaran sejauh 20 km dengan ketinggian 30 ribu kaki, untuk segala jenis ancaman udara. VL Mica memiliki hulu ledak 12 kg dan berkemampuan fire and forget.

Rudal pertahanan anti-udara VL Mica MBDA
Rudal pertahanan anti-udara VL Mica MBDA


VL Mica menggantikan sistem rudal anti pertahanan udara Seawolf yang dipasang Brunei Darussalam di NR Class pada tahun 2005-an, namun rudal ini sudah tidak diproduksi oleh MBDA. Rudal Seawolf digantikan dengan versi yang lebih baru CAMM-L.


Jika dibandingkan denga sistem pertahanan udara Korvet Sigma Class, maka NR Class mengalami peningkatan. KRI Diponegoro Sigma yang mulai bertugas tahun 2007, hanya dilengkapi rudal anti-udara Mistral TETRAL, buatan MBDA.

KRI DIPONEGORO 365 - Rudal Mistral TETRAL (photo: Fay Aldrian)
KRI DIPONEGORO 365 – Rudal Mistral TETRAL

Pertahanan udara Mistral Tetral, hanya bisa menetralisir ancaman udara jarak dekat dengan jangkauan 5 kilometer dan low altitude. Dengan jangkauan itu, Mistral hanya bisa melumpuhkan helikopter ataupun rudal yang datang (low altitude) dan telah sangat dekat. Pesawat tempur musuh dan rudal Sea Skimmers relatif aman dari ancaman Mistral.

KRI DIPONEGORO 365 - Rudal Mistral TETRAL (photo: Fay Aldrian)
KRI DIPONEGORO 365 – Rudal Mistral TETRAL

Destroyer Hobart Class
 
Seiring perkembangan geopolitik dan kemajuan teknologi, ancaman yang bisa datang ke Indonesia, juga meningkat. Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy/ RAN), pada tahun 2016 mendatang akan dilengkapi dengan Destroyer Hobart Class.

Hobart Class Air Warfare Destroyers, Australia.  Kapal Pertama Royal Australian Navy yang dilengkapi Aegis combat system
Hobart Class Air Warfare Destroyers, Australia. Kapal Pertama Royal Australian Navy yang dilengkapi Aegis combat system


Kapal perang ini merupakan “Air Warfare Destroyer”, untuk melindungi armada laut Australia. Hobart Class menggunakan Aegis combat system dan dilengkapi 48 tabung Vertical Launch System Mark 41, yang bisa meluncurkan: RIM-66 Standard, RIM-67 Standard, RIM-161 Standard Missile 3, RIM-174 Standard ERAM, Tomahawk (missile), RUM-139 VL-ASROC, RIM-7 Sea Sparrow, dan RIM-162 ESSM.

VLS Mk41, USS Mahan DDG 72
VLS Mk41, USS Mahan DDG 72


Hobart Class akan dilengkapi SM-2 standard missile dan long-range anti-aircraft missile SM-6. Destroyer Australia ini nantinya mampu bertahan dan menghancurkan rudal maupun pesawat tempur dalam jarak 150 km.

Konsep Air Warfare Destroyer, Hobart Class, Australia
Konsep Air Warfare Destroyer, Hobart Class, Australia

PKR Sigma 10514
 
Indonesia juga akan memiliki frigate baru pada tahun 2016 nanti, yakni PKR Sigma 10514 yang modulnya di bangun di Belanda, Rumania dan Surabaya. Namun frigate 10514 ini pun diperkirakan hanya menggunakan sistem rudal anti pertahanan udara jarak pendek, VL Mica.

Pengadaan VL Mica TNI AL (photo; arc.web.id)
Pengadaan VL Mica TNI AL

VLS Launcher MK 41
 
Selain Australia dengan Hobart Class-nya, negara lain yang lebih dulu menggunakan VLS Mark 41, adalah Jerman dengan Brandenburg class-nya (F123). Frigate berbobot 3600 ton ini digunakan Jerman mulai tahun 1994 dan masih digunakan. Namun Jerman telah memensiunkan frigate yang lebih tua (F-122), yakni Bremen Class, dengan bobot yang nyaris sama dengan Brandenburg class.

Frigate  Brandenburg Class, Jerman
Frigate Brandenburg Class, Jerman

Frigate Bremen Class aktif di militer Jerman mulai tahun 1982- 1990 dan pada tahun 2013 mulai dipensiunkan, karena akan digantikan dengan F-125.

Frigate  Brandenburg Class, Jerman
VLS Mk41 di Frigate Brandenburg Class, Jerman


Bremen Class dilengkapi dengan 16 tabung RIM-7 Sea Sparrow, rudal anti udara jarak menengah. Tentunya rudal tua ini bisa diganti dengan Evolved Sea Sparrow missile (ESSM)/ RIM 7R atau RIM-162 ESSM Mark 25. Atau jika diijinkan, bisa lompat langsung ke tabung Mark 41 VLS yang digunakan Frigate Brandenburg Class Jerman dan Hobat Class Australia. Hubungan militer Indonesia dengan Jerman telah berlangsung lama dan semakin membaik. Peluang ini seharusnya dimanfaatkan.
Frigate Bremen Class Jerman yang pensiun tahun 2013
Frigate Bremen Class Jerman yang pensiun tahun 2013

Jika Jerman atau NATO tidak mengijinkan penggunaan ESSM/ RIM-162 atau VLS Mark 41, Indonesia masih memiliki alternatif lagi dengan mengusung ASTER 30 atau Aspide 2000 buatan MBDA, perusahaan yang memasangkan VL Mica untuk Korvet NR Class Indonesia.

Frigate Bremen Class Jerman yang pensiun tahun 2013
Frigate Bremen Class Jerman yang pensiun tahun 2013
Dengan adanya frigate Bremen Class atau sejenis yang mengusung rudal anti pertahanan udara jarak menengah/jauh, armada kapal Indonesia yang sedang dibangun, memiliki pelindung yang disegani. 




Sumber : JKGR

Analisis : Menggelar Kekuatan Pagar Teritori

ANALISIS-(IDB) : Gelar kekuatan angkatan laut Indonesia kembali diperlihatkan dengan menggelar gugus tempur laut bersandi operasi Benteng Hiu 14, mulai bulan Februari 2014 di perbatasan laut Indonesia Malaysia di Kalimantan Utara.   
Perairan yang menjadi salah satu hotspot NKRI ini memang harus terus dikawal ketat agar gangguan dan provokasi dari negeri jiran bisa dieliminasi sekaligus menunjukkan kekuatan harkat diri untuk tidak bermain api di kawasan kaya sumber daya mineral itu, Ambalat.  
 Gelar Benteng Hiu dipimpin oleh KRI jenis fregat Oswald Siahaan yang membawa rudal maut Yakhont. Anak buahnya terdiri dari KRI korvet anti kapal selam Lambung Mangkurat, kapal cepat rudal KRI Badik, kapal buru ranjau KRI Pulau Raas dan kapal patroli cepat KRI Badau dan KRI Salawaku. Kapal berjenis KAL, UAV dan kapal nelayan juga ikut bergabung sebagai satuan intelijen.

Sebenarnya ada dua gelar kekuatan di dua hotspot berbeda yang saat ini digelar. Yang satu lagi di kawasan laut Timor dan laut Arafuru. Di laut seberang Darwin itu TNI AL menggelar kekuatan armada laut untuk memastikan tidak ada keculasan negeri selatan untuk mencerobohi perairan teritori Indonesia.  Di luar dua gelar gugus tempur laut itu sebenarnya ada belasan KRI yang berpatroli di Natuna, selat Malaka, selat Singapura, selatan Jawa dan selat Sunda.  Itu adalah bagian dari tugas harian TNI AL untuk menjaga nilai negara kepulauan. Kemudian dalam sebulan ke depan Mabes TNI AL juga harus mempersiapkan 12-15 KRI untuk latihan gabungan angkatan laut bersama 16 negara lain di Natuna dan laut Cina Selatan.

KRI Oswald Siahaan dengan rudal Yakhont
Itu semua bisa dilakukan karena angkatan laut Indonesia memiliki armada kapal perang yang memadai untuk melakukan penjagaan dan patroli.  Ada sekitar 160 KRI berbagai jenis yang dioperasikan.  TNI AL tahun ini akan mendapatkan belasan kapal perang baru, diantaranya 3 kapal perang light fregat Bung Tomo Class yang dibeli dari Inggris. Kapal ini sebenarnya pesanan dari Brunai tetapi tidak jadi diambil.   
Jadi dibilang beli bekas juga tidak karena kapalnya masih baru, kapal baru tapi harganya harga kapal bekas.  Disamping 3 kapal tadi, ada juga pesanan 3 kapal perang jenis KCR (kapal cepat rudal) 60 m buatan PT PAL yang selesai seluruhnya tahun ini.  Kemudian penyerahan 3 KCR 40 m, 2 kapal perang jenis BCM (Bantu Cair Minyak) dan 3 kapal perang jenis LST (Landing Ship Tank) buatan galangan kapal swasta dalam negeri.

Peningkatan kuantitas dan kualitas KRI memang diperlukan, apalagi kekuatan armada RI akan disesuaikan dengan pembentukan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan yang dikenal dengan istilah Kogabwilhan. Sebagai negara kepulauan tentu pagar terluar Indonesia didominasi oleh perairan dan sangat wajar pula bila pagar laut ini diperkuat.  Ini juga bagian dari perubahan strategi “masuk dulu baru digebuk” menjadi “berani masuk digebuk”. Untuk angkatan laut, agar bisa masuk kategori “berani masuk digebuk” dicapai dengan penambahan kuantitas dan kualitas armada KRI dan persenjataannya.

Menyikapi kondisi kawasan yang dinamis dan menjurus pada kondisi tak terduga sebagaimana provokasi Australia di laut Selatan dan ambisi penguasaan laut Cina Selatan oleh negeri semilyar ummat, maka perkuatan daya gebuk angkatan laut Indonesia mutlak harus dipenuhi. Oleh karena itu sangat diperlukan kepemilikan kapal perang permukaan laut berkualifikasi fregat dan destroyer dan kapal selam berkualifikasi srigala.  Sejalan dengan itu sebaran pangkalan utama untuk menampung dan menjaga alutsista kapal perang diperlukan.  Menjaga kapal perang di pangkalan dari sabotase bawah laut dan serangan udara merupakan keharusan.  Jangan sampai punya banyak pangkalan tetapi telanjang tanpa perlindungan.
Jet tempur Sukhoi memayungi Jakarta
Pemikir strategis di Kemhan, Mabes dan TNI AL tentu sudah punya rancang bangun kekuatan armada angkatan laut lima sampai sepuluh tahun ke depan.  Sebagai negara kepulauan maka sudah seyogyanya angkatan laut dan angkatan udara diperkuat karena merupakan pagar pengaman garis depan. 
Perkuatan angkatan laut dan udara seharusnya merupakan prioritas karena kekuatan matra ini adalah indikator untuk menunjukkan nilai dan martabat teritori sebuah negara kepulauan.  Adalah wajar jika dalam lima tahun ke depan kita sudah harus memiliki tambahan armada laut dengan 2-3 destroyer dan 5-6 fregat serta 6-8  kapal selam srigala. 

Tambahan kekuatan angkatan laut ini juga seirama dengan tambahan skuadron tempur angkatan udara, misalnya dengan penambahan 2 skuadron Sukhoi Family.  Apalagi jika diperkuat dengan pesawat peringatan dini.  Ini secara kebutuhan dasar bukan hal yang muluk karena payung perlindungan untuk negara besar ini memang harus begitu.  Tujuannya tentu bukan untuk mengajak perang tetapi untuk menjaga nilai dan martabat teritori.  Bahwa ke depan ini memang akan terjadi sesuatu yang tak terduga berupa ancaman serius bagi kedaulatan NKRI.  Maka mulai sekarang memang harus berbenah secara lebih intens, lebih fokus dan lebih revolusioner alias lebih cepat lebih baik.

Perkuatan alutsista di MEF II diharapkan akan memberikan angin kesegaran bagi pengawal republik. Sekaligus mengurangi bahkan meniadakan omongan pelecehaan orang luar utamanya tetangga selatan yang selalu menganggap armada kapal perang Indonesia kalah kelas.  Sekarang memang masih kalah kelas tetapi kita meyakini dalam lima tahun ke depan sudah mendekati kesetaraan.  Tetangga selatan memang karakternya begitu.  Tetapi jika kita tetap teguh dalam program perkuatan alutsista utamanya dengan kesediaan membeli sejumlah destroyer, fregat, kapal selam srigala dan jet tempur mutakhir maka secara perlahan omongan pelecehan itu akan berkurang. 

Tetapi jangan lupa karakter orang atau negara yang suka melecehkan itu sebenarnya untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya. Misalnya kekhawatiran eksistensinya terhadap ancaman dari utara. Tong kosong nyaring bunyinya kata peribahasa.  Dalam bahasa preman orang yang berkarakter suka melecehkan dan anggap enteng seperti ini perlu sekali waktu digebuk dengan bogem mentah supaya cangkemnya mingkem. Pengawal republik paham dengan hukum ini tapi tak perlu berlaku seperti preman itu. Permintaannya hanya satu: perkuat dulu dengan sejumlah alutsista gahar berteknologi, kemudian perhatikan apa yang akan terjadi, niscaya mereka akan tahu diri.
Sumber : Analisis