Pages

Rabu, Januari 15, 2014

Desain Pesawat Tempur Siluman KF-X

Korea Selatan Perkenalkan Desain KFX C103-iA
SEOUL-(IDB) : Masa depan Fighter KF-X siluman Korea Selatan berbentuk seperti F-22, rongga senjata dirancang di dalam tubuh pesawat (internal weapon bay) dan dilengkapi dengan sistem radar AESA.

Media Korea Selatan untuk pertama kali memperkenalkan dokumen rencana desain KFX-C103-iA pada bulan Agustus 2013 – sebuah proyek bersama untuk mengembangkan pesawat tempur siluman KF-X. Rencana rinci KFX-C103-iA dirancang atas dasar disain 103 C- Pusat Penelitian dan Pengembangan General CRDC Korea.

Rencana terbaru menunjukkan pejabat Korea Selatan melepas opsi Fighter C-203 dengan canard (pilihan lain dalam proyek KFX) dan melanjutkan pengembangan model C-103 sebagai pesawat tempur generasi siluman.

Fitur baru terbesar dari disain KFX-C103-iA adalah meningkatnya kapasitas daya angkut senjata yang terletak di badan pesawat (internal weapon bay). Pemikirannya, jika tidak ada internal weapon bay, maka fitur pesawat tempur siluman berkurang secara signifikan. Dengan meningkatnya kapasitas senjata yang bisa diangkut internal weapon bay, maka secara signifikan meningkatkan kemampuan tempur udara dan hal ini menunjukkan perbedaan yang jelas dengan C-103.

Fitur baru paling dominan dari KFX-C103-iA adalah peningkatan kapasitas internal weapon bay

Dengan desain ini, untuk pertama kalinya Korea Selatan mengumumkan konsep internal weapon bay mereka secara lebih rinci. Hal ini sekaligus menunjukkan proyek KF-X telah memasuki tahap desain rinci. Pesawat tempur KFX C103-iA merupakan penyempurnaan desain dari C-103 dan C103-i, dimana C-103 belum memiliki internal weapon bay (IWB) sehingga hanya bisa mengangkut senjata 40% dari C103-iA. Sedangkan versi C103-i sudah memiliki IWB tetapi hanya bisa mengangkut bom Mk-83x seberat 500kg atau 60% dari C103-Ai. Pesawat tempur K/IFX C103-iA mampu membawa bom Mk-83x seberat 1000kg di luar rudal AIM series.


Diagram proses pengembangan pesawat tempur siluman Korea Selatan. Pada awal tahun 1999, Badan Pengembangan Pertahanan Korea Selatan (ADD) pertama kali mengusulkan proyek KF-X. Pada tahun 2001, Presiden Korea Selatan Kim Daejung menyetujui rencana pembangunan KF-X.


Dua pilihan desain proyek KF-X meliputi model C101 dan C201 dengan canard. Kedua model melangkah dalam pengembangan rencana dan akhirnya didapat model C103 turunan dari C101, yang mengembangkan desain senjata di rongga tubuh (internal weapon bay). Pejabat militer Korea Selatan, menyetujui model C-103.

 

Dilihat dari sudut ini menunjukkan rancangan KFX-C103-iA memiliki tingkat kemiripan besar dengan pesawat tempur siluman F-22, AS. Fighter KFX memiliki 16 hardpoint untuk mengangkut rudal AIM-120, AIM-9x, dan bom Mk-84 JDAM, didalam IWB dapat mengangkut 6 AIM-120/2 AIM-120,(2 AIM-9x dan 2 Mk-84 JDAM).


Sruktur desain-ruang rangka senjata dan tata letak rak rudal udara ke udara jarak menengah dari KFX-C103-iA. Bentuk rampdoor memaksimakan jenis missile yang dapat dimuat. Setiap sisi didesin tajam untuk mengurangi pemantuan radar.


Penampilan eksternal KFX-C101 mirip dengan Pesawat F-22, namun sedikit lebih kecil dalam ukuran. Pesawat menggunakan desain model DSI inlet.


Gambar menunjukkan luas penampang bom bay KFX C103-iA lebih besar dari F-35 dan F-22.


Pengembangan internal weapon bay yang lebih besar menyebabkan perut KFX/IFX lebih berisi dibanding versi sebelumnya. KFX-C103-iA dirancang menggunakan perangkat yang mampu menerima bahan bakar di udara, seperti halnya pesawat tempur siluman F-22 dan F-35 yang menggunakan skema serupa.


AGM untuk mengurangi vektor udara masuk ke dalam lambung pesawat secara masif, yang sangat berbahaya bagi keseimbangan pesawat saat meluncurkan rudal.

Peluncuran roket dari weapon bay KFX-C103-iA.

Dengan teknologi “eject launcher” C-103-iA bisa menembakkan missile bahkan dalam posisi manuver ekstrim.


Radar KFX-C103-iA Korea menggunakan active electronically scanned array (AESA)/ active phased array radar dan sistem sensor optik “Electro-Optical Distributed Aperture System” EODAS. Sistem EODAS dari KFX tempur-C103-iA diatur di depan kokpit kaca depan. Desain ini mirip dengan tata letak pada Su-30/35 atau tempur SU T-50 Rusia.

Para Peneliti Korea Selatan membuat sendiri pola radar pemindaian elektronik aktif (AESA).

Skema Pengembangan KFX-C103-iA.

Penerapan internal weapon bay menyebabkan dimensi badan pesawat menjadi lebih besar.


Penggunaan teknologi hidrolik memaksimalkan ruang penyimpanan senjata dan membuat KFX C103-iA dapat melontarkan missile pada manuver ekstreem. penutupnya pun di design untuk tidak memantulkan sinyal radar.


Teknologi hidrolik eject launcher untuk penembakan missile yang lebih aman.

Kapasitas rudal yang bisa diangkut oleh KFX/IFX C103-iA dibanding pesawat tempur lain.

Perbandingan pesawat tempur KFX-C103-iA dengan pesawat lain di kelas Generasi 4,5.

Optimalisasi pada vortex sayap meningkatkan trust vectoring pasawat agar mendapatkan peningkatkan daya serta penghematan bahan bakar.

Desain sistem rem udara KFX-C103-iA mirip Sukhoi

Optimalisasi tailplane horisontal KFX-C103-iA.

Vortex C103-iA pada saat kecepatan supersonic

 
Cantelan senjata eksternal KFX-C103-iA.
Desain kokpit rencana KFX-C103-iA. Kanopi yang besar membantu memaksimalkan radar moto/radar mata atau manual sang pilot.

Menurut media Korea Selatan, target produksi pesawat tempur siluman KF-X akan gagal mencapai target di tahun 2020 seperti yang direncanakan semula. KAI memperkirakan pesawat ini jadi pada tahun 2030- 2040. Hal ini menunjukkan kemampuan teknis Korea Selatan tidak cukup untuk melakukan penelitian dan pengembangan pesawat tempur siluman. Pemerintah Korea Selatan dituntut untuk lebih serius mendorong research and development dari pesawat tempur KFX-C103-iA.

Jika pesawat tempur siluman KFX beroperasi tahun 2030-2040, tentu Indonesia yang berpartisipasi harus menyiapkan pesawat perantara menunggu hingga KFX beroperasi. Untuk stop gap tersebut, Korea Selatan juga kemungkinan memesan 40 pesawat siluman (stealth) F-35 Lockheed Martin yang akan digunakan Republic of Korea Air Force (ROKAF) pada tahun 2018-2021.




Sumber : JKGR

Singapore Requests F-16C/D Block 52 Upgrade

WASHINGTON -(IDB) : The Defense Security Cooperation Agency notified Congress January 13 of a possible Foreign Military Sale to Singapore for an upgrade of F-16 Block 52 aircraft and associated equipment, parts, training and logistical support for an estimated cost of $2.43 billion.

The Government of Singapore has requested an upgrade of 60 F-16C/D/D+ aircraft. The upgrades will address reliability, supportability, and combat effectiveness concerns associated with its aging F-16 fleet. The items being procured in this proposed sale include:

70  Active Electronically Scanned Array Radars (AESA)
70  LN-260 Embedded Global Positioning System/Inertial Navigation Systems (GPS/INS)
70  Joint Helmet Mounted Cueing Systems (JHMCS)
70 APX-125 Advanced Identification Friend or Foe (IFF) Combined Interrogator Transponders
3   AIM-9X Block II Captive Air Training Missiles
3   TGM-65G Maverick Missiles for testing and integration
4   GBU-50 Guided Bomb Units (GBU) for testing and integration
5   GBU-38 Joint Direct Attack Munitions for testing and integration
3   CBU-105 (D-4)/B Sensor Fused Weapons for testing and integration
1   AIS Interface Test Adapters for software updates
1   Classified Computer Program Identification Numbers (CPINs)
4   GBU-49 Enhanced Paveways for testing and integration
2   DSU-38 Laser Seekers for testing and integration
6   GBU-12 Paveway II, Guidance Control Units 


Also included are Modular Mission Computers, a software maintenance facility, cockpit multifunction displays, radios, secure communications, video recorders; a Joint Mission Planning System (JMPS); maintenance, repair and return, aircraft and ground support equipment, spare and repair parts, tool and test equipment; engine support equipment, publications and technical documentation; aerial refueling support, aircraft ferry services, flight test; personnel training and training equipment, site surveys, construction, U.S. Government and contractor engineering, technical, and logistics support services, and other related elements of logistics and program support. The estimated cost is $2.43 billion.

This proposed sale will contribute to the foreign policy and national security of the United States by increasing the ability of the Republic of Singapore to contribute to regional security. The proposed sale will improve the security of a strategic partner which has been, and continues to be, an important force for political stability and economic progress in the Asia Pacific region. 

The proposed upgrade will improve both the capabilities and the reliability of the Republic of Singapore Air Force's (RSAF) aging fleet of F-16s. The improved capability, survivability, and reliability of newly upgraded F-16s will enhance the RSAFs ability to defend its borders and contribute to coalition operations with other allied forces. The RSAF will have no difficulty absorbing this additional equipment and support into its armed forces. 

This notice of a potential sale is required by law and does not mean the sale has been concluded.



Source : DCSA

Redesign Dan Bahan Baku Klewang Batch 2 Telah Disetujui Kemhan

BANYUWANGI-(IDB) : Pembuatan Kapal Republik Indonesia Klewang kedua oleh PT Lundin Industry Invest hingga kini belum jelas kapan akan dimulai. Kapal pertama yang dibuat perusahaan itu terbakar habis tahun lalu.

"Saya belum tahu kapan mulai dan selesainya," kata Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut Banyuwangi, Letnan Kolonel (P) Edi Eka Susanto, Jumat, 19 Juli 2013.


Menurut Edi, PT Lundin baru saja menyerahkan perencanaan desain dan bahan baku KRI Klewang kedua kepada Kementerian Pertahanan. Klewang kedua, kata dia, akan dibuat dengan bahan berbeda yang lebih tahan api. "Kabarnya sudah disetujui," kata dia.


Pembuatan Klewang kedua ini, kata Edi, akan mendapatkan pengawasan langsung dari TNI AL. "Kita akan dampingi."


Saat dikonfirmasi, Direktur PT Lundin Industry Invest, Lizza Lundin, enggan menjawab pertanyaan Tempo. "Nanti kita bicarakan, Mbak," kata Lizza dalam pesan pendek.


Sebelumnya, PT Lundin Industry Invest, perusahaan pembuat kapal perang asal Banyuwangi, Jawa Timur, optimistis akan memulai pembuatan KRI Klewang kedua pada Januari 2013. "Semoga awal 2013 bisa dimulai," kata Direktur PT Lundin, Lizza, dalam pesan 20 Desember 2012 lalu.


KRI Klewang pertama terbakar pada Jumat sore, 28 September 2012 lalu. Hasil penyelidikan PT Lundin menyebutkan terbakarnya kapal tersebut disebabkan korsleting listrik saat pemasangan mesin dan instalasi listrik dari galangan ke kapal.


KRI Klewang 625 sebelumnya didesain sebagai kapal cepat rudal berlambung tiga (trimaran). Kapal yang dibangun dengan biaya Rp 114 miliar ini menggunakan teknologi mutakhir berbahan komposit karbon.


PT Lundin mengklaim teknologi komposit karbon merupakan yang pertama di Asia. Kelebihannya, kapal lebih ringan dan irit bahan bakar sehingga bisa melesat dengan kecepatan hingga 30 knot.


Perusahaan itu memulai pembuatan Klewang pada 2007 dengan melakukan riset ke sejumlah negara. Pembuatannya baru dilakukan pada 2009. Proyek ini didanai APBN 2009 hingga APBN 2011 senilai total Rp 114 miliar.


Namun, sebelum Klewang dioperasikan oleh TNI AL, kapal sepanjang 63 meter itu terbakar hebat hingga ludes. TNI AL menilai insiden itu menjadi tanggung jawab PT Lundin karena belum diserahterimakan kepada TNI AL.



Sumber : Tempo

Indonesia Purchases Air Defense System From Thales

LONDON-(IDB) : The Indonesian Army has turned to the British arm of Thales to plug a gap in its short-range air defenses with a deal to purchase its Forceshield integrated system of vehicle-mounted missiles and radars.

Under the deal, Thales operations in Britain and France will equip five Indonesian Army batteries with Starstreak missiles, ControlMaster200 radars and weapon coordination systems, lightweight multiple launchers and RapidRanger weapon launchers, said David Beatty, vice president for advanced weapon systems at Thales UK.

Beatty said that although there are no options in the contract for additional deliveries, “once we show we can deliver our solution and the customer likes it, we hope to develop good relations for follow-on orders from the Indonesian authorities.”

The purchase is the latest in a string of orders aimed at modernizing the Indonesian Army. The military is adding main battle tanks, 155mm artillery, infantry fighting vehicles, and other weapons to its inventory.

The Indonesians also purchased next-generation light anti-tank weapons developed by Saab for the British and Swedish armies. The missiles are built by Thales at the Northern Ireland weapon facilities that are also responsible for Starstreak work.

The air defense deal is worth more than £100 million (US $164 million), said Thales, and includes an agreement with Indonesian state-owned company PT LEN Industri to partner on integration of some of the systems involved in the contract as well as future collaboration in the military and civil sectors.

The deal being announced this week is a combination of two contracts, one going back to November 2011 with Indonesia to acquire the first of five required batteries.

No deliveries were made under the earlier arrangement and the delivery schedule being worked on by Thales combines the two contracts, Beatty said.

The Thales executive said the company hopes to get “deliveries of the man-portable elements of the weapon underway this year but that equipment with longer lead times like the ControlMaster200 medium-range air-defense radar would take longer and it would take several years to deliver the complete integrated system.”

Starstreak will provide air defense out to about 7 kilometers against ground attack aircraft, pop-up attack helicopters, drones and cruise missiles and is seen as a replacement for the longer range British Rapier missile systems previously a mainstay of Indonesian anti-air capabilities.

Operating at speeds in excess of Mach 3 and able to travel at more than a kilometer a second, Starstreak is the fastest short-range surface-to-air missile in the world. Britain, South Africa and most recently Thailand are all operators of the laser beam-riding weapon.

Thales beat Saab with its RBS-70-based air defense system, although earlier several other weapons suppliers had shown an interest in the requirement, including Poland and China.

The RapidRanger launcher and fire control system equipped with four Starstreak missile tubes will be integrated into the Spanish-designed Vamtac vehicle for the Indonesians. The vehicle is similar in appearance to the Humvee.

A version of the LandRover Defender will be used to mount a lightweight multiple launcher version of Starstreak. The lightweight launcher can also be used dismounted for firing off a man-portable tripod.
It’s the first sale of an integrated turn-key air defense solution by Thales since the company relaunched its offerings in the sector under the ForceShield banner nearly two years ago.



Source : Defensenews

Delegasi MSG Dukung Papua Bagian Kedaulatan NKRI

JAKARTA-(IDB) : Para menteri luar negeri (menlu) negara-negara yang tergabung dalam Persatuan Negara-negara Melanesia (MSG) dan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hari ini menegaskan bahwa mereka tetap mendukung Papua dan Papua Barat dalam kedaulatan Indonesia. Bahkan, para menlu sepakat negara-negara mereka meningkatkan kerja sama bilateral dalam berbagai bidang dengan Indonesia.

“Kami menghormati kedaulatan, kesatuan, dan integritas teritorial serta prinsip non-intervensi urusan dalam negeri yang sesuai dengan Piagam PBB,” demikian isi bagian pernyatan bersama delegasi MSG dan Indonesia yang dimuat dalam rilis di Jakarta, Rabu (15/1).

Menteri Luar Negeri dan Keimigrasian Papua Nugini Rimbink Pato dalam konferensi pers bersama menegaskan hal serupa. Menurut Pato, MSG mendukung berbagai upaya pembangunan yang dilakukan Indonesia termasuk di Maluku, Papua, dan Papua Barat yang sudah mereka kunjungi dalam beberapa hari ini. Dalam pertemuan dengan Presiden SBY, kata dia, mereka menyampaikan dukungan atas visi konektivitas yang sedang digalakkan Indonesia.

“Sesama bangsa pasifik kami ingin meningkatkan hubungan ekonomi dan teknik di kawasan-kawasan (Papua, Papua Barat dan Maluku) tersebut,” kata Pato.

Selain Pato, delegasi yang hadir dan bertemu dengan SBY hari ini adalah Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional Fiji HE Ratu Inoke Kubuaboka, Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Internasional Kepulauan Solomon Ciay Forau, Perwakilan Front de Liberation Nationale Kanak et Socialiste (FLNKS) atau delegasi Pembebasan Bangsa Kanak Yvon Faua dan Pejabat Tinggi Melanesian Spearhead Group (MSG) HE Kaliopate Tavola.

Sementara untuk isu keanggotaan Papua Barat di MSG yang dilambungkan oleh Vanuatu, salah satu negara anggota, Menlu Pato mengatakan bahwa mereka memiliki prosedur dan rekomendasi bersama untuk memasukkan anggota menjadi bagian dari MSG. Dikatakannya, keinginan Vanuatu tersebut tidak menggambarkan kepentingan MSG.

“Dalam MSG kami memiliki solidaritas menyampaikan bagaimana pendaftaran keanggotaan di MSG,” kata dia lagi.

Dalam pertemuan hari ini, Presiden SBY didampingi Menlu Marty Natalegawa, Menkopolhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Sekretaris Kabinet Dipo Alam, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Tjitjip Soetardjo, Juru Bicara Presiden dan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif.

Sikap Vanuatu Suka Berubah


Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa
Menlu Indonesia
Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa menanggapi sikap Vanuatu yang mendukung Papua Barat masuk dalam Persatuan Negara-negara Melanesia (MSG). Marty menyayangkan sikap Vanuatu yang menurutnya bisa berubah seiring dengan pergantian pemerintahan termasuk soal Papua. Namun demikian, Indonesia siap berkomunikasi dan membuka diri mengenai hal tersebut.

“Mengenai Vanuatu lebih baik mereka yang jelaskan pada waktunya nanti karena posisi Vanuatu suka berubah dari satu pemerintahan ke pemerintahan lain,” kata Marty Natalegawa dalam konferensi pers di kantor presiden, Jakarta bersama dengan tiga menlu negara anggota MSG, Rabu petang (15/1).

Marty menjelaskan, dalam hubungan bernegara khususnya untuk melakukan kerja sama maka harus diutamakan prinsip saling menghormati integritas dan kedaulatan masing-masing negara.

Hal tersebut pula kata dia yang dijunjung Indonesia dengan mengundang para menlu MSG untuk melihat kondisi Maluku, Papua, dan Papua Barat. Itu pula kata dia yang ditekankan dalam pertemuan para menlu itu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) hari ini.

“Jadi tentu ini sudah merupakan suatu keniscayaan. Memang melalui kunjungan kali ini para menlu melihat langsung kondisi yang sebenarnya Papua dan juga mengenai pelaksanaan otsus (otonomis khusus),” kata Marty lagi.

Sebelumnya, Vanuatu mengusulkan agar Papua Barat bergabung dalam MSG. Sikap tersebut menunjukkan dukungan kemerdekaan Papua Barat yang selama ini memang menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia.

Atas hal tersebut, Indonesia kemudian mengundang para menlu MSG untuk mengunjungi Indonesia khususnya Maluku, Papua, dan Papua Barat. Vanuatu sendiri turut diundang dalam pertemuan, namun delegasi negara itu tidak hadir.

Kunjungan dan pertemuan dengan Presiden SBY kemudian akan dijadikan rekomendasi oleh para menlu yang hadir dan menurut Menlu Papua Nugini Rimbink Pato juga akan disampaikan kepada Vanuatu.

“Jadi dalam pernyataan akhir yang dihasilkan kunjungan kali ini pun adalah menegaskan prinsip tersebut mengenai kedaulatan, integritas wilayah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) dan sebaliknya,” kata Marty lagi.



Sumber : Beritasatu

Kasad Uji Coba Kapal Tempur Pesanan TNI AD

BEKASI-(IDB) : Kepla Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Budiman saat melaksanakan Kunjungan ke PT Tesco, di kampung Pasar Emas Desa Buni Bakti Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, Selasa (14/1/2014). Kunjungan tersebut dalam rangka melihat hasil produksi pembuatan kapal Khusus TNI AD. Turut hadir Asops Kasad, Aslog Kasad, Pangdam Jaya, dan para Pejabat Tinggi TNI AD.

Pada kesempatan tersebut, Kasad Jenderal TNI Budiman bersama rombongan melakukan uji coba (test drive) kapal yang sudah dipesan TNI AD sebanyak 10 unit, salah satunya Kapal jenis KMC Komando, di Kali CBL. Kapal tersebut dirancang khusus untuk pengamanan wilayah teritorial perbatasan sungai dan laut di Indonesia, serta mencegah terjadinya penyelundupan antar pulau dan negara yang melalui perairam sungai dan laut.


Menurut PT Tesco, Kapal yang dipesan oleh TNI AD dengan jenis khusus yang tidak menyerupai kapal-kapal tempur lainnya yang dimiliki TNI AL. Karena jenis kapal ini bukan janis kapal tempur, melainkan kapal ini untuk pengamanan wilayah pulau.

“Dari 10 unit Kapal ini di design secara khusus dan dilengkapi dengan senjata otomatis serta mesin buatan Amerika, yang berkekuatan tinggi untuk melawan derasnya arus air serta berkecapeatan tinggi,” katanya.

Kasad Jenderal TNI Budiman usai uji coba kapal KMC Komando menyampaikan rasa bangga dan puas dengan buatan negara sendiri yang begitu bagus, bahkan kualitasnya pun tidak kalah dengan buatan luar negeri. “Kenapa kita harus pesan kapal atau perlengkapan lain ke negara luar, kalau dinegara sendiri bisa membuatnya dengan sesepurna ini,” katanya,

Sementara itu, selain mengunjungi PT Tesco, Kasad beserta rombongan juga melaksanakan kunjungan ke kantor Koramil Babelan. Pada kesempatan tersebut,selain melihat kondisi kantor koramil Kecamatan Babelan, Kasad juga berkesempatan Tatap Muka dengan Komandan Korem, Komandan Kodim dan Danramil Kabupaten Bekasi.

Kasad menekankan kepada aparat teroritorial untuk meningkatkan pengawasan setiap wilayah, sehingga keamanan dapat terjaga dengan baik . Dan yang lebih utama TNI harus cepat tanggap terhadap kondisi yang terjadi di wilayah. “Apalagi saat ini musim penghujan dan sering terjadi banjir dimana-mana, TNI AD harus cepat dan tanggap serta memiliki sikap yang peduli terhadap warga serta masyarakat yang sedang tertimpa musibah.”ujar Kasad.




Sumber : PelitaOnline

Panglima TNI : Alih Teknologi Butuh Proses

JAKARTA-(IDB) : Memasuki tahun 2014 ini, TNI optimistis bisa meningkatkan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) karena diberi anggaran besar. Namun demikian, proses alih teknologi kepada Indonesia ternyata masih butuh waktu lama.

"Tahun ini ada peningkatan anggaran cukup signifikan. Alokasinya Rp 86 triliun," kata Panglima TNI Jenderal Moeldoko di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (8/1/2014).

Moeldoko menyatakan prosentase anggaran untuk pembangunan TNI, termasuk Alutsista, sebesar 48 persen. Sementara untuk pendanaan rutin sebesar 52 persen.

"Sehingga (pembangunan alutsista) akan semakin baik," ucap Moeldoko.

Namun untuk masalah penguasaan teknologi dari Alutsista yang dibeli dari luar negeri, Indonesia masih harus menunggu. Untuk perawatan Alutsista saja, Indonesia masih harus mengirim personel untuk belajar ke Rusia atau pun Vietnam

"Alutsista yang canggih, kita masih memiliki ketergantungan dengan negara pembuatnya. Alih teknologi perlu waktu yang cukup panjang," tandas Moeldoko.



Sumber : Detik

PT. DI Bukukan Penjualan Pesawat Rp. 3.3 T Di 2013

BANDUNG-(IDB) : Pabrikan pesawat dunia seperti Boeing dan Airbus pada 2013 mampu memproduksi dan mengirimkan ratusan pesawat ke berbagai penjuru dunia. Bagaimana dengan pabrik pesawat dan helikopter asal Indonesia, yaitu PT Dirgantara Indonesia (PTDI)?

PTDI merupakan BUMN yang bermarkas di Bandung Jawa Barat, mampu menyelesaikan perakitan dan pengiriman hingga 5 unit pesawat terbang dan 19 helikopter pesanan Kementerian Pertahanan (TNI AD, TNI AL, TNI AU), Kepolisian hingga Basarnas.

"Pesawat CN 295 sebanyak 3 unit, CN 235 sebanyak 2 unit, helikopter SAR AS365 N3+ Dauphin sebanyak 2 unit, helikopter Bell 412 EP sebanyak 17 unit," kata Manajer Komunikasi PTDI Sonny Saleh Ibrahim, Selasa (14/1/2014).

PTDI juga meraih kontrak baru pada 2013 sebesar Rp 4,4 triliun dan penjualan sebesar Rp 3,3 triliun. Untuk tahun 2014 hingga 2015, PTDI menargetkan bisa menyelesaikan dan mengirimkan berbagai pesanan pesawat dan helikopter ke dalam dan luar negeri.

Pesanan pesawat dan helikopter yang harus diselesaikan antara lain: CN 235 Patroli Maritim sebanyak 2 unit ke TNI AL, CN 235 MPA sebanyak 1 unit ke TNI AU, NC 212-200 sebanyak 1 unit ke TNI AU, CN 295 sebanyak 6 unit ke TNI AU, NC 212-400 sebanyak 2 unit ke Militer Filipina, NC 212-400 sebanyak 1 unit ke Thailand, helikopter NAS Super Puma sebanyak 2 unit ke TNI AU, helikopter EC725 Super Cougar sebanyak 6 unit ke TNI AU, helikopter Bell 412 EP sebanyak 16 unit ke TNI AD, helikopter SAR AS365 N3+ Dauphin sebanyak 2 unit ke Basarnas, helikopter AS 550 Fennec sebanyak 12 unit ke TNI AD, helikopter AS-565 Panther sebanyak 11 unit ke TNI AL..



Sumber : Detik

China Uji Coba Wahana Rudal Hipersonik

Illustration
BEIJING-(IDB) : Pekan lalu, militer China berhasil menyelesaikan uji terbang perdana wahana rudal hipersonik, menurut pejabat di Departemen Pertahanan AS di Pentagon. Dari laman The Free Beacon diakatakan bahwa rudal hipersonik China ini ditujukan untuk mengirimkan hulu ledak nuklir dengan menembus sistem-sistem pertahanan rudal.

Rudal hipersonik bisa menjadi lompatan besar bagi China sebagaimana upayanya dalam memodernisasi teknologi militer untuk penggunaan senjata nuklir dan konvensional strategis. Mengutip pernyataan seorang pejabat AS, The Free Beacon melaporkan bahwa "Wahana (rudal) hipersonik baru (China) telah terdeteksi dengan kecepatan yang sangat tinggi saat uji terbang di atas China."


Menurut laporan itu, wahana rudal hipersonik China itu dirancang untuk melepaskan diri dari salah satu rudal balistik antar benua (ICBM) yang dimiliki China saat ini di ketinggian dekat ruang angkasa dan kemudian turun menyerang target di kecepatan 10 kali kecepatan suara.


Laporan The Free Beacon juga mengutip pernyataan Mark Stokes, seorang mantan perwira Angkatan Udara AS yang sudah familiar dengan sistem senjata strategis China, yang mengklaim bahwa China tengah bekerja pada dua program untuk wahana rudal hipersonik, termasuk yang ditujukan untuk penggunaan jarak jauh. Laporan itu juga mengklaim bahwa China juga mengembangkan wahana hipersonik bermesin scramjet yang bisa lepas landas secara otonom atau diluncurkan dari pesawat pembom.


Para analis menyimpulkan bahwa rudal hipersonik akan menjadi tantangan besar bagi sistem pertahanan rudal AS yang terdiri dari sistem pencegat jarak jauh, pencegat jarak menengah (laut) dan pencegat darat, dan pencegat yang dirancang untuk memukul rudal yang masuk dekat dengan target.
Perhatian dunia kini lebih fokus pada sistem serangan global semacam ini, yang memungkinan AS atau negara-negara pengembang rudal hipersonik lainnya menyerang wilayah manapun di dunia hanya dalam hitungan jam.
Teknologi rudal hipersonik menjadi topik utama dari banyaknya penelitian dan pengembangan rudal di Amerika Serikat, Rusia, China, dan India. Saat ini, rekor rudal jelajah tercepat dipegang oleh rudal BrahMos yang merupakan hasil pengembangan bersama Rusia dengan India.

Teknologi hipersonik menawarkan beberapa keunggulan dibandingkan rudal konvensional atau supersonik, seperti pengiriman hulu ledak lebih cepat, meningkatkan survivabilitas dari sistem pertahanan rudal, dan ketepatan dalam menargetkan sasaran. Secara teknis kecepatan hipersonik didefinisikan adalah antara kisaran Mach 5 hingga Mach 10 atau 6.179 km per jam hingga 12.359 km per jam.


Amerika Serikat saat ini juga tengah mengembangkan rudal hipersonik untuk peluncuran dari permukaan dan udara. Perhatian dunia kini lebih fokus pada sistem serangan global semacam ini, yang memungkinan AS atau negara-negara pengembang rudal hipersonik lainnya menyerang wilayah manapun di dunia hanya dalam hitungan jam.


Dan baru-baru ini, muncul pemberitaan bahwa pengembangan senjata serangan global AS telah mendorong Rusia untuk mengembangkan kembali ICBM rel. Akhirnya, uji coba wahana rudal hipersonik China ini tampaknya merupakan upaya China untuk mengejar ketertinggalannya dalam kemampuan serangan global.



Sumber : Artileri