Pages

Selasa, Januari 07, 2014

Analisis : Matahari Alutsista 2014

ANALISIS-(IDB) : Meski matahari Januari lebih sering diselimuti awan hujan dan jarang menampakkan diri namun matahari kecerahan mengisi banyak mata hati yang menggembirakan asa, sembari menyenandungkan hymne alutsista berirama mars.  Matahari 2014 adalah rekapitulasi nilai kebanggaan menggagahkan diri hulubalang republik dan sekaligus penutup daftar belanja alutsista dalam program MEF I yang membungakan mata hati kita.  Tahun ini sesungguhnya merupakan grand final pertunjukan aneka ragam alutsista berteknologi baik produksi dalam negeri maupun beli utuh dari negara tangguh alutsista.



Alutsista produksi dalam negeri misalnya Roket R-Han berdaya tembak 30 km, panser Anoa, kapal cepat rudal (KCR)40 m, KCR 60 m, kapal patroli cepat, landing ship tank (LST), landing plattform dock (LPD), kapal bantu cair minyak (BCM), pesawat CN235 MPA.  Sedangkan alutsista produksi bersama dengan negara lain misalnya pesawat CN295 dengan Spanyol, heli Bell 412EP dengan AS, kapal selam Changbogo dan panser Anoa Canon dengan Korsel, rudal C705 dengan Cina.  Sementara yang beli murni adalah jet tempur Sukhoi Family, Golden Eagle, Super Tucano, Light Fregat, Leopard, tank Amfibi, kapal selam Kilo dan lain-lain.

Jet Tempur Sukhoi di Batam


Dari semua proyek pengadaan beragam alutsista segala matra itu, pemuncak dahaga yang disiramkan ke segenap pemuja hulubalang dan pecinta NKRI adalah pembelian alutsista strategis yaitu kapal selam Kilo dan jet tempur Sukhoi SU35. 
Coba kita trace ke awal cerita sepanjang 4 tahun terakhir ini.  Mulanya pengadaan 24 jet tempur F16 blok 52 tahun 2011 menggema dan berpolemik.  Kemudian pengadaan 3 kapal selam Changbogo, menggelitik dan kontroversi sebab AL tak mau dibelikan kapal selam “ecek ecek”. Lalu pengadaan Main Battle Tank Leopard Jerman membanggakan tapi juga penuh pro dan kontra.  Akhirnya pengadaan kapal selam Kilo dan jet tempur Sukhoi SU35 membuat “stadion” forum militer menggema dan bertepuk tangan menyambut keputusan monumental dan tidak ecek-ecek lagi dari pengambil keputusan Kemhan dan Mabes TNI.



Sesuai rencana puncak pertunjukan alutsista yang akan ditampilkan pada ultah TNI 5 Oktober 2014 nanti, berbagai jenis alutsista berteknologi tempur modern dipertontonkan kepada rakyat bangsa sekaligus diharapkan menjadi closing ceremony yang membanggakan dari pemerintahan SBY.  Itulah sebabnya agar semua matra dapat mempertontonkan alutsistanya maka lokasi perayaan HUT TNI digelar di pangkalan utama TNI AL Surabaya.  Di pangkalan angkatan laut terbesar di Asia Tenggara itu kita bisa akan melihat MBT Leopard, Tank Marder, MLRS Astross, artileri Caesar Nexter, artileri KH-178 dan KH-179, rudal Starstreak, rudal Mistral, rudal QW3, Heli Bell 412 EP, Heli Apache, Heli Mi17, Heli Mi35, Heli Cougar.  Jet tempur F16 blok 52, Golden Eagle, Super Tucano, Sukhoi Family.  Dari matra laut disajikan KCR 40, KCR 60, Light Fregat, Kapal Selam, LPD, Korvet, tank amfibi BMP3F, RM Grad dan lain-lain.

Tank Amfibi BMP-3F


Program asupan alutsista di MEF I sesungguhnya mampu memberikan nilai kebanggaan pada bingkai kebangsaan meski secara kualitas dan kuantitas pemenuhan isian persenjataan TNI belum sampai pada tahap akreditasi A.  Alutsista MEF I sesungguhnya masih dalam kategori akreditasi B namun bagaimanapun ini adalah langkah awal yang mengagumkan sebelum nilai kesetaraan diperoleh dalam MEF II lima tahun berikutnya.  Pencapaian nilai kesamaan dalam mutu dan teknologi alutsista sangat diperlukan karena perang modern ke depan adalah kecepatan dan ketepatan pencet tombol dan keampuhan remote control penggunaan alutsista. 



Kalau pencapaian kesetaraan itu bisa kita capai maka sesungguhnya kita telah memenangkan pertandingan meski pertandingan itu tidak diadakan.  Mengapa, karena indikator pendukung kekuatan militer seperti jumlah penduduk, kekayaan sumber daya alam, militansi warga, besarnya wilayah tidak tertandingi oleh negara di sekitar kita.  Perkuatan mutu dan teknologi alutsista sesungguhnya merupakan kekuatan penghadang dan bumper untuk tidak mudah masuk arena pertempuran total karena dia adalah nilai penggentar itu.  Militer yang kuat sesungguhnya menjadi indikator penggentar, penggertak dan pencegah konflik menuju perang terbuka khususnya antar negara jiran. Kekuatan militer menjadi kekuatan tawar tinggi dalam peran diplomatik.

Jet Tempur Sukhoi SU35


Indonesia memang harus memilih.  Pilihan memperkuat militer dan alutsista selama 4 tahun terakhir ini merupakan pengembangan dari konsep pemikiran visioner orang nomor satu di negeri ini. 

Bahwa masa depan kawasan ini dan Asia Pasifik adalah dinamika yang sangat memungkinkan terjadinya gesekan panas berbau mesiu.  Beberapa insiden di Laut Cina Selatan (LCS)dan Laut Cina Timur (LCT) adalah bukti bahwa perebutan sumber daya energi laut dalam untuk pasokan energi menjadi inspirasi adanya penumpukan dan pergeseran kekuatan militer dan dari regional lain. Indonesia belum terlambat memulai perkuatan militernya. Diharapkan dengan MEF II antisipasi  untuk menyongsong tahun 2020 sudah disiapkan dimana cuaca ekstrim bisa saja terjadi di depan halaman rumah yang bernama LCS atau bahkan di halaman rumah sendiri misalnya Ambalat dan Arafuru.



Militer dengan alutsista berteknologi adalah kebutuhan mutlak.  Kehidupan berbangsa dan bernegara yang berkesinambungan adalah karena adanya kehadiran instrumen militer di setiap jalan nadi perjalanan berbangsa.  Militer itu tetap berperan meski tidak ada perang karena militer adalah pelapis kekuatan struktur dan bangunan kenegaraan. Jadi militer dan negara adalah senyawa, bukan campuran.   

Senyawa adalah melekat dan tak mampu mengurai sedangkan campuran mudah berpisah dan hanya kuat karena diaduk. Negara yang mengabaikan kekuatan militernya justru lambat laun akan mengurangi kewibawaan negara bangsa itu.  Negara yang militernya kuat dan profesional akan mampu menolak segala ancaman dan bahkan semakin memperkuat nilai kesenyawaan tadi.  Nilai itu adalah nilai kewibawaan, harga diri dan matahari bangsa.
Sumber : Analisis

Rapim Kemhan, Dari KFX Hingga Apache Dan Panther

JAKARTA-(IDB) : "Program pesawat tempur KFX/IFX kita lanjutkan". Demikian pernyataan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, sesaat setelah membuka Konferensi Pers Rapat Pimpinan Kementrian Pertahanan tahun 2014, di Aula Bhineka Tunggal Ika, Kementrian Pertahanan, Selasa (08/01) siang. 

Menhan juga menjelaskan kelanjutan program kerja sama pembuatan pesawat tempur ini dipastikan lanjut setelah parlemen serta pemerintah Korea Selatan memastikan kelanjutannya. Lebih lanjut menurut Menhan, penundaan yang terjadi disebabkan adanya pergantian kekuasaan di negeri Ginseng itu.


Lalu Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsuddin juga menambahkan lebih detail. Untuk kelanjutan program ini, Korea Selatan menyediakan dana senilai US$ 20 Juta, sementara Indonesia wajib menyediakan dana US$ 5 Juta. Dana ini dianggarkan pada tahun 2015, untuk membiaya riset lanjutan yang kini memasuki tahap Enginering Manufacturing Design (EMD). Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemhan pun tersenyum saat ARC menyambangi dalam acara tersebut. Namun, sayangnya ia sendiri belum mau berbicara secara detail mengenai perkembangan KFX/IFX.


Di dalam arena konferensi pers itu, redaksi ARC juga mendekati Kabaranahan Kemhan, Laksda Rachmad Lubis. Darinya muncul lah penjelasan mengenai pengadaan alutsista yang tengah berjalan. Salah satunya, ia menjelaskan bahwa pembelian Heli Apache sudah final dan tanda tangan kontrak. Namun lantaran menggunakan skema FMS, Kabaranahan tidak mengetahui persis detailnya. "Tapi kami usahakan agar oktober 2014, barangnya sudah tiba", demikian tegas Laksda Rachmad Lubis. 

Selain itu, Perwira tinggi matra laut ini juga mengabarkan, proses pengadaan heli Anti Kapal Selam sedang dalam tahap finalisasi. Heli yang dipilih pun dipastikan baru dan dari jenis Panther buatan Eurocopter. Pasalnya menurutnya, ini berkaitan dengan sumber pendanaan. "Soalnya dulu kita menganggarkan untuk pembelian 11 heli bekas, namun keduluan oleh negara lain", jelas Kabaranahan.  Nah, semoga saja semua proses berjalan lancar tanpa gangguan suhu politik yang akhir-akhir ini makin tinggi.




Sumber : ARC

Aneka Pesawat Akan Perkuat Skuadron Tempur TNI

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal Moeldoko gembira dengan beberapa alat utama sistem persenjataan baru yang bakal diterima tahun ini. Salah satu yang dia tunggu adalah helikopter serbu Apache dari Amerika Serikat.

"Dulu kami tak menyangka bisa membeli helikopter sekelas Apache," kata Moeldoko kepada wartawan di lapangan Markas Besar TNI di Cilangkap, Jakarta Timur, Senin, 6 Januari 2014.

Moeldoko tak sabar menunggu kedatangan helikopter serbu tersebut. Meski bekas, helikopter canggih tersebut terlebih dahulu menjalani proses upgrade sebelum dikirim ke Indonesia.

"Mudah-mudahan kami bisa datangkan dua unit Apache sebelum HUT TNI 5 Oktober 2014, jadi bisa kami pamerkan nanti," kata dia.

Selain helikopter Apache, TNI bakal menerima belasan pesawat baru dan bekas berbagai jenis di tahun ini. "Ada pesawat tempur jet, pesawat tempur baling-baling, dan pesawat angkut," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama Hadi Tjahjanto saat dihubungi, Sabtu, 4 Januari 2014.

Dari jajaran pesawat tempur jet adalah F-16 blok 24 hibah dari Amerika Serikat. Menurut Hadi, Angkatan Udara bakal menerima delapan dari 24 unit pesawat hibah sebelum bulan Oktober 2014. Sesuai rencana pesawat F-16 bakal menghuni Skuadron 16, Pekanbaru, Riau.

Selain itu, Angkatan Udara bakal menerima secara bertahap pesawat tempur bermesin jet T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Dari satu skuadron atau 16 unit pesawat yang dipesan, baru delapan unit yang diterima Indonesia. Pesawat inilah yang bakal digunakan untuk melatih pilot-pilot tempur TNI AU menggantikan pesawat Hawk 100/200.

Untuk pesawat tempur ringan atau bermesin piston atau baling-baling, akan datang pesawat Super Tucano buatan pabrikan Embraer Brazil. Dari 16 unit yang dipesan, baru empat unit yang sudah tiba di Tanah Air. "Setidaknya dua unit bakal datang lagi tahun ini," kata Hadi. Pesawat ini menjadi tulang punggung TNI AU dalam melakukan misi antigerilya menggantikan pesawat OV-10 Bronco yang dipensiunkan tahun lalu.


Selain itu, TNI AU bakal menerima satu unit pesawat jenis angkut C-130 Hercules dari Australia. Pesawat ini juga bakal menambah kekuatan armada angkut TNI AU. "Rencananya datang bulan Juli nanti."


Sesuai rencana Angkatan Udara juga bakal menerima beberapa unit pesawat terbang tanpa awak dari Filipina tahun ini. Pesawat tanpa awak bakal menghuni skuadron khusus surveillance di Pontianak, Kalimantan Barat. "Sesuai renstra (rencana strategis), pesawat datang tahun ini," kata Hadi. 




Sumber : Tempo

SU-35BM Prioritas Kemhan Perkuat TNI AU

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan berencana mengganti pesawat tempur TNI Angkatan Udara F-5 Tiger yang harus pensiun, dengan mengganti pesawat tempur baru yang jauh lebih canggih, salah satunya pesawat tempur SU-35 dari Rusia.

"Ada beberapa usulan pesawat tempur yang saat ini masih dikaji untuk memilih yang paling tepat. Apakah pesawat tempur dari Rusia, Amerika, Eropa atau dari negara lain," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai Rapim Kementerian Pertahanan yang dihadiri Panglima TNI dan Kepala Staf Angkatan, di Kantor Kemhan di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, ada sekitar 5-6 usulan pengganti pesawat tempur TNI AU yang sudah berusia 30 tahun tersebut. Namun, dirinya meminta agar dilakukan pembobotan dan ditambah spesifikasi teknis, sehingga ditemukan pesawat yang tepat untuk gantikan F-5 Tiger.

Menhan berharap agar keputusan untuk memilih pesawat tempur pengganti itu segera diputuskan agar pada rencana strategis (Renstra) II 2015-2020 dapat dilakukan pembeliann sehingga datang tepat pada waktunyam

"Saya berharap pesawat tempur yang canggih tersebut mampu membawa peluru kendali jarak jauh," katanya.

Di tempat yang sama, Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko mengatakan, TNI AU telah membuat kajian untuk pesawat tempur pengganti F-5 Tiger, seperti Sukhoi SU-35, F-15, F-16 dan pesawat tempur buatan Swedia.

"Kajian itu sedang kami pelajari, tergantung dari kemampuan keuangan negara," katanya.

Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia menambahkan, TNI AU menginginkan satu skuadron (16 unit) dalam pengajuan pesawat tempur pengganti F-5 Tiger.

"Kami ikuti renstra yang ada. Selanjutnya kami masih revisi sesuai arahan Panglima TNI dan Kemhan sesuai kemampuan negara untuk membuat masterlist," katanya.

KSAU mengatakan, setiap Renstra itu ada pergantian pesawat yang tak layak, sehingga dilakukan modernisasi sesuai perkembangan teknologi.




Sumber : Antara

TNI AL Kirim Kowal Dalam Misi Perdamaian PBB

JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Dr. Marsetio bertindak sebagai Inspektur Upacara (Irup) pada upacara militer Peringatan HUT ke-51 Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal), di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (6/1).

Menurut KSAL, dalam perjalanan dan pengabdiannya sebagai prajurit hingga mencapai usia 51 tahun, Kowal telah membuktikan kiprahnya dengan baik dalam melaksanakan tugas di staf maupun di medan operasi. Hal tersebut diaplikasikan antara lain dengan keikutsertaan Kowal dalam misi perdamaian dunia yang tergabung dalam Pasukan UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) dan MONUC (Mission the I’organisation des Nations Unies en Congo).

Pada bidang olahraga, Kowal ikut berpartisipasi dalam event kejuaraan Terjun Payung Olimpiade Militer Dunia ke-5 di Rio de Janeiro Brasil, kejuaraan Taekwondo Olimpiade Militer (CISM) di Vietnam, Sea Games Futsal di Myanmar, dan meraih medali emas pada Kejuaraan Dayung di Bali, Pekan Baru dan Tanjung Pinang. Prajurit Kowal juga meraih prestasi sebagai juara tiga Kempo Randori Putri di PON ke-17 Kalimantan Timur serta meraih juara dua kejuaraan Bola Volly di Kejurnas Bali.

“Hal tersebut merupakan salah satu bentuk konstribusi positif Kowal dalam pengabdiannya kepada TNI Angkatan Laut, bangsa dan Negara,” kata KSAL Laksamana TNI Dr. Marsetio.

Kowal sendiri genap berusia 51 tahun pada 5 Januari 2014. Peringatan HUT Kowal tahun ini mengangkat tema “Dengan Semangat Kebersamaan Kita Tingkatkan Kualitas Pembinaan Personel Kowal, Guna Meningkatkan Profesionalisme Prajurit Berkelas Dunia”.

Selain melaksanakan upacara pada puncak peringatan HUT ke-51 Kowal, telah melaksanakan berbagai kegiatan seperti ziarah dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan, 19 Desember 2013 yang melibatkan 300 personel Kowal se-wilayah Jakarta. Kegiatan lainnya adalah olahraga bersama dipimpin oleh KSAL di Gedung Serba Guna Mabesal pada 31 Desember 2013 dengan melibatkan 700 personel Kowal.

Perwira Penerangan HUT ke-51 Kowal, Kapten (KH/W) Hestuning dalam siaran persnya, mengatakan upacara militer pada puncak peringatan HUT Kowal bertujuan untuk mengenang kembali sejarah kelahiran Kowal pada tanggal 5 Januari 1963 sekaligus sebagai momentum yang tepat untuk menggelorakan tekad dan semangat serta cita-cita luhur wanita Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut juga dilaksanakan penganugerahan tanda jasa kepada personel Kowal yang telah memberikan dedikasi luar biasa kepada bangsa dan Negara. Mereka yang tanda jasa yaitu Mayor Laut (KH/W) Riana Dewi Mariana, S.Pd menerima Satya Lencana Santi Dharma karena dedikasinya telah bergabung dengan UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon), dan penerima Satya Lencana Wira Nusa, Sertu PDK/W Maria De Fatima karena dedikasinya yang telah bertugas di wilayah pulau terluar.

Pada upacara ini, Letkol Laut (S/W) Erna Fauziah, S.E, yang sehari-harinya berdinas di Dinas Keuangan Angkatan Laut (Diskual) bertindak sebagai Komandan Upacara pada Peringatan HUT ke-51 Kowal tahun 2014.

Upacara tersebut melibatkan 600 prajurit Kowal, yang dibagi dalam dua batalyon pasukan, terdiri dari dua kompi Perwira Menengah, satu kompi Perwira Pertama, satu kompi Bintara Tinggi, dan empat kompi Bintara.

Seusai upacara dilanjutkan dengan acara syukuran dan ramah tamah yang dimeriahkan dengan lagu-lagu daerah, Standing Up Comedy Mudy Taylor, dan tarian nusantara.

Dalam kesempatan tersebut, KSAL memberikan penghargaan kepada perwakilan atlet TNI AL yang berprestasi dan juga tali asih kepada beberapa mantan Kowal.

Hadir pada acara tersebut, antara lain Ketua Umum Jalasenastri Ny. Penny Marsetio selaku Ibu Catraratnanggadi Jalakanyasena, para Pangkotama Wilayah Barat, Pejabat Teras Mabesal, dan Pengurus Pusat Jalasenastri.




Sumber : Jurnas

Wakasau Terima PLAAF China

JAKARTA-(IDB) : Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (Wakasau),  Marsdya TNI Sunaryo, menerima kunjungan Maj. Gen. Zhou Weaping, Deputy Director, Political Command People’s Liberation Army Air Force (PLAAF) China, di Mabesau Cilangkap. Senin (6/1).

Dalam pertemuannya Wakasau dan Deputy Director, Political Command PLAAF. Kunjungan itu  membahas tentang kerjasama militer kedua negara khususnya dengan TNI Angkatan Udara.

Kerjasama kedua militer tersebut dititikberatkan pada peningkatan pendidikan dan latihan yang sudah terjalin dengan baik selama ini.

Dalam pertemuannya Wakasau di dampingi Aspam Kasau Marsda TNI Zulhasymi, sedangkan Maj. Gen. Zhou Weaping didampingi Col. Wang Fengbin, Air Force Airborne Troops College, Col. Zhang Xiaozhong, Air Force Logistic College, Col. Cao Shunquan, Deputy Section Chief training Departement of PLAAF HQ, Col. Xu Daxhuang, Chinese Defence Attache.




Sumber : Poskota

Patroli Prajurit TNI Monitor Keamanan Lebanon

Pelaksanaan patroli berjalan dengan aman dan lancar, selanjutnya rombongan kembali menuju Sudirman Camp Markas Konga XXVI-F2 di Naqoura, Lebanon Selatan.
LEBANON-(IDB) : Satgas TNI Kontingen Garuda UNIFIL (United Nations Interim Force in Lebanon) melakukan patroli dalam rangka Misi Perdamaian PBB di Lebanon, dengan menggunakan dua Kendaraan Tempur Anoa 6x6 buatan PT. Pindad di wilayah Naqoura, Lebanon Selatan.

Patroli ADP (Area Domination Patrol) dipimpin Komandan Satgas TNI Kolonel Inf Adipati Karnawijaya didampingi Komandan Satgas Force Protection Company (FPC) Kontingen Garuda (Konga) XXVI-F2/UNIFIL Mayor Inf Aulia Dwi Nasrullah.

Patroli ADP adalah salah satu kegiatan patroli yang dilaksanakan oleh prajurit TNI Kontingen Garuda dengan tujuan untuk memonitor situasi keamanan, dalam sehari patroli dilaksanakan minimal 1-2 kali, menggunakan kendaraan tempur jenis Anoa, dengan kekuatan 10 personel TNI.

Titik start pelaksanaan patroli dimulai dari Sudirman Camp Markas Konga XXVI-F2, Naqoura menuju CP (check point)-1 di IVO (In the Vicinity Of) Naqoura Port-Lebanon seperti tertulis dalam rilis yang kami muat (5/1/2014).

Setibanya di CP-1, Komandan Kontingen Garuda Kolonel Inf Adipati Karnawijaya dan Komandan Satgas Konga XXVI-F2/UNIFIL mendapat penjelasan dari Dantim 2 Satgas FPC Kapten PSK Novieary Jacky Wohel tentang area CP-1 yang merupakan titik kuat pengamanan saat melaksanakan pengamanan Tripartite Meeting.

Setelah melaksanakan observasi selama 15 menit, patroli dilanjutkan menuju CP-2 dengan melewati rute pengawalan Tripartite Meeting dan tiba di CP-2, Pos LAF (Lebanese Armed Force).

Pos ini adalah pos terakhir dari Lebanon yang terdekat dengan lokasi UN (United Nation) Post 1-32A yang merupakan tempat pertemuan Tripartite Meeting.

Pelaksanaan patroli berjalan dengan aman dan lancar, selanjutnya rombongan kembali menuju Sudirman Camp Markas Konga XXVI-F2 di Naqoura, Lebanon Selatan.

Menurut Kolonel Inf Adipati Karnawijaya yang bertanggung jawab terhadap keamanan all Naqoura Camp beserta seluruh assetnya.

Usai pelaksanaan patroli ia mengatakan, agar selalu memperhatikan faktor keamanan baik personel dan materiil serta tidak lupa selalu berdoa kepada Tuhan pada setiap pelaksanan tugas.



Sumber : PelitaOnline

Keberhasilan Prajurit TNI Saat Bertugas Di Kongo

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, menerima kedatangan 175 personel Kontingen Garuda (Konga) XX-J/MONUSCO (Mission de I’Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique du Congo) dari Republik Demokratik Kongo yang baru saja selesai melaksanakan misi penjaga perdamaian dunia selama satu tahun di Kongo, dalam suatu upacara militer bertempat di Mabes TNI Cilangkap Jakarta, Senin, (6/1/2014).  Kontingen Garuda XX-J yang berjumlah 175 personel tersebut,  terdiri dari : 151 TNI AD, 19 TNI AL dan 5 TNI AU.

Profesionalisme Kontingen Garuda selama setahun masa penugasan di Kongo telah menunjukkan berbagai prestasi yang sangat luar biasa, diantaranya berhasil membangun jembatan bailley yang menghubungkan desa Durba dengan desa Nzopi, memperbaiki jalan Duru-Bitima dan jembatan Moke sepanjang 25 Km, merehab bangunan penjara yang terletak di Dungu Town dan membangun jalan antara Dungu-Ngilima sepanjang 40 Km.
 

Dalam amanatnya, Panglima  TNI mengatakan International  Peacekeeping  Operations  merupakan “Flagship enterprise”  PBB.  Dalam menjalankan misi tersebut, saat ini PBB menghadapi tantangan menutup gap antara supply dan demand untuk memenuhi kebutuhan personel dan materiil pada berbagai misi pemeliharaan perdamaian.

Awalnya peran PBB hanya terbatas pada pemeliharaan gencatan senjata dan stabilisasi  situasi di lapangan dalam rangka mendukung usaha-usaha politik untuk penyelesaian konflik. 


Searah perkembangan kehidupan global, konteks gelar misi PBB telah berubah dari misi “Tradisional” yang mengedepankan tugas-tugas militer, menjadi misi yang lebih “Multidimensional“ dengan pelibatan sipil dan militer, dalam rangka menciptakan perdamaian yang komprehensif berkelanjutan dan membantu rehabilitasi pasca konflik, yang salah satu tugas tersebut telah dilaksanakan oleh Satgas Kompi Zeni TNI Konga XX-J/Monusco di Kongo.

Dalam kaitan perubahan dan pengembangan misi PBB tersebut, Indonesia akan berupaya melakukan penguatan komitmen dan peran dalam menjaga keamanan dan perdamaian dunia. Hal ini didasari oleh prinsip-prinsip yang telah disepakati seluruh anggota PBB, yaitu : 

Adanya persetujuan dari pihak-pihak yang bertikai. 
  1. Memiliki mandat yang jelas. 
  2. Keadilan. 
  3. Non-use of force, kecuali untuk membela diri dan mempertahankan mandat yang diembankan PBB
  4. Bagi Indonesia misi tersebut memiliki dimensi politis dan strategis untuk kepentingan negara dan bangsa.
Lebih lanjut dikatakan Panglima TNI dalam kaitan kepentingan tersebut, sebagai salah satu negara yang menyetujui pelaksanaan Global Peace Operations Initiative (GPOI), Indonesia telah memiliki visi untuk lebih mengembangkan peran dan partisipasinya dalam peacekeeping operations, khususnya meningkatkan Peran Ketiga Komponen (PKO) yaitu : Militer, Polisi dan Sipil.

Keberadaan Indonesia Peace and Security Center (IPSC) di Sentul, Jawa Barat, merupakan bagian strategis yang sekarang memiliki kapasitas eight in one common use, khususnya dalam upaya memperbesar kapasitas TNI sejalan dengan evolusi dan mengemukanya fenomena multidimensional peacekeeping operations dan isu pembentukan rapid deployment standard and ‘on-call’ military and civilian expertise.

Oleh karena itu, perlu dioptimalkan sebesar-besarnya keberadaan IPSC melalui pengembangan pemikiran dan langkah-langkah kreatif yang inovatif, guna memperbesar kapasitas dan kualitas misi Kontingen Garuda TNI di masa yang akan datang. Disamping itu, perlu digunakan catatan keberhasilan dan hasil evaluasi misi Satgas Zeni Konga XX-J Monusco sebagai referensi penguatan PMPP TNI dan satuan terkait lainnya, khususnya pada civic mission.
 



Diakhir amanatnya Panglima TNI menyampaikan beberapa penekanan sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas pasca melaksanakan misi PBB ini: 
  1. Pelihara dan jaga prestasi itu, melalui pelaksanaan tugas berikutnya di kesatuan masing-masing dengan lebih berdisiplin, kreatif dan dedikatif. 
  2. Syukuri para prajurit sekalian telah kembali dengan sehat dan selamat. Jangan sia-siakan setiap pengalaman tugas yang telah dimiliki, sekecil apapun itu, adalah pelajaran hidup ke depan, dengan menjadikan setiap pengalaman untuk menempa dan meningkatkan kualitas diri. 
  3. Segera adaptasikan diri, baik fisik maupun mental dengan keluarga, satuan maupun lingkungan sosial, agar dapat melaksanakan tugas berikutnya secara berkualitas. 
  4. Harus diingat bahwa dalam waktu dekat bangsa Indonesia akan melaksanakan pesta demokrasi Pemilu 2014 dan suksesi kepemimpinan nasional. Untuk itu kepada segenap prajurit agar senantiasa berpedoman pada komitmen netralitas TNI dan menjaga kesiapsiagaan satuan.



Sumber : Tribunnews

Australia Paksa Perahu Pencari Suaka Kembali Ke Indonesia

KUPANG-(IDB) : Patroli Angkatan Laut Australia dikabarkan telah mencegah sebuah perahu pencari suaka memasuki perairan negara itu, dan memaksanya kembali ke wilayah perairan Indonesia.

Hal ini diketahui terjadi sebelum musim liburan Natal, tetapi baru dilaporkan dalam media di Indonesia saat ini. Sumber informasinya mengutip Twitter dari aktivis pembela pencari suaka.

Menurut laporan kantor berita Antara, sebanyak 47 orang pencari suaka ditangkap polisi di Pulau Rote, NTT, bulan lalu. Kepala kepolisian setempat, Hidayat, menjelaskan, para pencari suaka itu mencoba memasuki perairan Australia di Kepulauan Ashmore, tetapi dicegah patroli Australia dan dipaksa kembali ke perairan Indonesia.

Hidayat mengatakan, pencari suaka yang umumnya berasal dari Sudan dan Somalia ini berangkat dari Sulawesi Selatan pada 8 Desember lalu. Mereka terdeteksi patroli Australia pada 13 Desember dan dipaksa kembali ke wilayah Indonesia.

Beberapa hari kemudian, tepatnya 19 Desember, perahu mereka ditemukan sudah kandas di sekitar Pulau Rote karena kehabisan bahan bakar. Saat itulah patroli Indonesia menjemput mereka.

Pemerintah Australia menolak berkomentar atas informasi ini dengan alasan keamanan operasi. Namun, Partai Buruh yang beroposisi dan juga Partai Hijau mendesak pemerintah terbuka atas masalah ini.

Senator Sarah Hanson-Young dari Partai Hijau mengatakan, kejadian ini sangat serius dan harus diklarifikasi oleh Menteri Imigrasi Scott Morrison.

"Situasinya adalah, ada sebuah perahu yang dicegah dan dipaksa kembali oleh petugas Australia, dan akibatnya perahu tersebut kandas. Penumpangnya bisa tenggelam," katanya.

Pemerintah Australia sebelumnya menyatakan akan mencegah dan memaksa kembali setiap perahu yang masuk ke wilayah perairan negara itu, "jika kondisinya aman dan memungkinkan", sebagai bagian dari kebijakan pencari suaka.

Di bawah Operasi Kedaulatan Perbatasan, Menteri Morrison secara rutin memberikan keterangan pers mingguan setiap hari Jumat.

Morrison biasanya menolak menjelaskan teknis operasi yang dilakukan petugas Australia dengan alasan keamanan. 

Kapal Perang Australia Masuk Ke Perairan Indonesia Tanpa Izin

Kapal perang Australia memasuki wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) kembali terjadi sejak pertengahan Desember silam di mana tiga kapal perang milik marinir angkatan laut Australia memasuki wilayah perairan Rote saat menggiring para imigran yang memasuki wilayah Australia.
 
Kapal perang Australia tersebut dengan bebas melintasi di perairan Rote tanpa pengawasan Tentara Nasional Indonesia (TNI) angkatan Laut (AL).


Hal itu diketahui setelah aparat kepolisian Resort Rote Nao kembali mengamankan 45 imigran gelap yang terdampar di Dusun kakaek Desa Lenupetu Kecamatan Pantai Baru, Senin (6/1).


Berdasarkan informasi yang dihimpun wartawan dari juru bicara para imigran, Yusuf Ibrahim (28), di Mapolres Rote Ndao, diketahui bahwa mereka digiring oleh marinir AL Australia menggunakan tiga buah kapal perang dan enam speed boat hingga memasuki wilayah perairan Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT).


Tidak hanya itu, para imigran tersebut bahkan menunjukkan alat bukti berupa GPS di mana dalam alat tersebut menunjukkan bahwa kapal Perang milik marinir Australia telah memasuki wilayah perairan Rote sekitar tujuh mil dari daratan Pulau Rote.


Yusuf Ibrahim juga mengisahkan mereka sempat bertahan di perbatasan Australia–RI selama 1,5 hari. Selama berada di sana, mereka diperlakukan tidak manusiawi oleh para marinir dengan tidak diberi makan dan hanya diberi minum.


Bahkan beberapa rekannya disiksa dengan cara dibawa ke dalam ruang mesin dan dipaksa memegang knalpot mesin kapal.


Akibatnya, keempat rekannya mengalami luka bakar pada bagian telapak tangan dan satu rekan lainnya di tendang hingga mengalami luka lebam dibagian paha dan lengan kiri.


“Empat rekan kami disiksa oleh tentara Australia dengan cara dimasukkan ke dalam ruangan mesin dan dipaksa memegang knalpot mesin sehingga mengakibatkan luka bakar di bagian telapak tangan, sedangkan satu orang lainya ditendang dan mengakibatkan luka lebam di bagian paha dan lengan bagian kiri, ungkap Yusuf.


Sementara itu, Kapolres Rote Ndao AKBP Hidayat, saat dikonfirmasi wartawan, mengatakan para imigran tersebut berangkat dari Pulau Kendari pada tanggal 21 Desember 2013 dan tiba di Australia pada tanggal 1 Januari 2014.


Setelah memasuki wilayah Australia, para imigran dihadang dan digiring keluar menggunakan kapal perang.


Aparat kepolisian yang mengetahui adanya penemuan imigran tersebut langsung bergerak ke lokasi dan langsung mengamankan para imigran tersebut ke Mapolres Rote Ndao.


Menurut rencana, para imigran tersebut akan di berangkatkan ke imigrasi kelas II Kupang, Selasa (7/1), menggunakan jasa penyeberangan Express Bahari.


Untuk diketahui, ke-45 imigran yang berhasil diamankan di antaranya laki-laki 36 orang, perempuan sembilan orang. Warga negara (WN) Nigeria dua orang, WN Sudan sembilan orang, WN Somalia 28 orang, WN Mesir tiga orang, WN Yaman satu orang, WN Gana satu orang, WN Libanon satu orang.


Sementara itu juragan dan ABK berhasil meloloskan diri dan sementara dalam pengejaran oleh aparat Kepolisian Resort Rote Ndao. 



Sumber : Kompas