BANDUNG-(IDB) : Direktur Teknologi Dan Pengembangan PT Dirgantara Indonesia Andi
Alisjahbana menyarankan pemerintah agar tidak membeli simulator pesawat
tempur Sukhoi dari luar negeri. "Full Mission Simulator banyak berisi
pelatihan-pelatihan menjalankan misi pesawat tempur, dan banyak yang
bersifat universal tapi juga di dalamnya adalah doktrin tempur TNI AU,"
kata dia dalam surat elektroniknya pada Tempo, Jumat, 20 Desember 2013.
Menurut Andi, semua negara pengguna pesawat tempur Sukhoi memilih membuat sendiri simulator kemudinya, dengan pertimbangan untuk melindungi rahasia negaranya. Contohnya, China dan Malaysia yang membuat sendiri simulator kemudi pesawat tempur buatan Rusia itu.
Andi menjelaskan, simulator kemudian untuk pesawat tempur berbeda dengan simulator untuk pesawat sipil. Simulasi kemudi pesawat sipil hanyalah Flight Simulator yang digunakan oleh umumnya sekolah penerbangan.
Menurut Andi, semua negara pengguna pesawat tempur Sukhoi memilih membuat sendiri simulator kemudinya, dengan pertimbangan untuk melindungi rahasia negaranya. Contohnya, China dan Malaysia yang membuat sendiri simulator kemudi pesawat tempur buatan Rusia itu.
Andi menjelaskan, simulator kemudian untuk pesawat tempur berbeda dengan simulator untuk pesawat sipil. Simulasi kemudi pesawat sipil hanyalah Flight Simulator yang digunakan oleh umumnya sekolah penerbangan.
Flight Simulator dirancang, selain melatih keahlian terbang dan
mengemudikan pesawat, juga untuk melatih pilot menghadapai keadaan
darurat yang tidaklah mungkin di lakukan di pesawat aslinya seperti
kerusakan mesin, rusaknya alat navigasi, hingga pendaratan darurat.
"Pilot akan dilatih menggunakan Flight Simulator pada kondisi
kondisi ini, maka pilot langsung tahu langkah-langkah yang harus
diambil," ucap Andi
Simulator pesawat tempur punya prinsip yang sama. Hanya bedanya
pesawat tempur punya tujuan menjalankan misi perang. Pesawat tempur
juga dilengkapi dengan senjata seperti rudal dan radar untuk kepentingan
tempur, yang pemakaiannya punya prosedur tertentu. "Simulator pesawat
tempur memiliki cakupan jauh lebih luas dari Flight Simulator, karena
itu disebut Full Mission Simulator (FSM)," kata Andi.
Piranti Full Mission Simulator juga dapat diprogram untuk menghadapi pesawat musuh yang spesifik hanya dengan memprogramkan data penerbangan dan manuver pesawat tempur musuh tersebut.
Piranti Full Mission Simulator juga dapat diprogram untuk menghadapi pesawat musuh yang spesifik hanya dengan memprogramkan data penerbangan dan manuver pesawat tempur musuh tersebut.
Dengan cakupan latihan pilot pesawat tempur dengan piranti kendali
simulasi itu, Full Mission Simulator menyimpan data diantaranya prosedur
saat pesawat tempur bertemu musuh mulai hingga prosedur melakukan
pengejaran pesawat musuh, termasuk pelepasan senjata untuk melumpuhkan
musuh. "Ini semuanya merupakan rahasia negara," kata Andi.
Andi mengatakan, dengan alasan itu, pemerintah disarankan membuat simulator Sukhoi itu di dalam negeri. "Nilai strategisnya sudah sangat jelas dan juga dilindungi dalam UU Nomor 16/2012 mengenai Industri Pertahanan Nasional," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiaantoro mengungkapkan rencana pemerintah membeli simulator kemudi pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi SU-27 dan SU-30. Kementerian Pertahanan tengah memilah produsen simulator Sukhoi tersebut sebab ada 3 negara yang bisa memproduksinya, yakni Rusia, China, dan Kazakhstan.
Andi mengatakan, dengan alasan itu, pemerintah disarankan membuat simulator Sukhoi itu di dalam negeri. "Nilai strategisnya sudah sangat jelas dan juga dilindungi dalam UU Nomor 16/2012 mengenai Industri Pertahanan Nasional," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiaantoro mengungkapkan rencana pemerintah membeli simulator kemudi pesawat tempur buatan Rusia, Sukhoi SU-27 dan SU-30. Kementerian Pertahanan tengah memilah produsen simulator Sukhoi tersebut sebab ada 3 negara yang bisa memproduksinya, yakni Rusia, China, dan Kazakhstan.
"Kami masih pikirkan mana yang lebih cocok," kata Purnomo pada wartawan di kantornya di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, 16 Desember 2013.
Dewan Perwkilan Rakyat mendukung rencana Kementerian Pertahanan membeli simulator Sukhoi. Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanuddin mengatakan, pembelian simulator tersebut sudah dibicarakan sejak 2 tahun lalu untuk melengkapi skuadron Sukhoi. "DPR menilai Indonesia belum mampu memproduksi simulator sendiri," kata dia ketika dihubungi Tempo, Senin malam, 16 Desember 2013.
Sumber : Tempo