Pages

Jumat, November 29, 2013

Pantsir S-1, Sang Pagar Udara (Bag. 2)

ARC-(IDB) : Pantsir pertama memang mengecewakan.Lahir dari era dimana keadaan perekonomian morat-marit, hasilnya memang terasa setengah matang.Tak disangka, generasi keduanya menebar ancaman yang menakutkan banyak Negara.Kerja keras KBP Tula untuk melahirkan Pantsir generasi kedua terasa seperti balas dendam.



Bagaimana tidak, jeroan penyempurnaan Pantsir semuanya dilolosi dan diganti dengan komponen-komponen desain baru dan penyempurnaan.KBP Tula menambahkan kode S1 untuk penyempurnaan Pantsir ini. Kode lengkapnya, 96K6 Pantsir S-1 , dan NATO memberinya kode ASCC SA-22 Greyhound. 

Dari segi form factor misalnya, KBP mendesain ulang modul Pantsir S1 secara efisien dengan basis kontainer 10 ton. Konsol kendali dan kompartemen awak ditaruh di bagian depan, dibelakangnya sistem elektronik dan prosesor, disusul modul kubah, dan bagian paling belakang ada modul generator listrik dan APU (Auxillary Power Unit). 

Secara teoritis, modul ini bisa ditumpangkan ke segala jenis truk 8x8 flatbed kapasitas angkut 12-14 ton dengan modifikasi minimal. Pilihan wahana pengangkut juga jadi beraneka ragam, mulai dari yang klasik seperti MZKT-7930, dan BAZ-6909, atau platform buatan Barat seperti MAN Cat SX 45 dan SX A1 seperti varian yang dibeli oleh Arab Saudi.Rata-rata platform pembawa sistem Pantsir S1 memiliki pasak penunjang sebanyak empat buah yang diturunkan sebagai penguat dudukan saat sistem kanon atau rudalnya beraksi.

Pilihan menggunakan truk tentunya mempermudah mobilisasi, meningkatkan kecepatan di jalan raya yang mulus, untuk mampu mengimbangi pergerakan sistem lainnya, atau bertindak sebagai pelindung konvoi. Nyatanya, Pantsir S-1 memang didapuk sebagai penjaga iring-iringan baterai rudal anti serangan udara S-300 dan S-400.


Radar sebagai perangkat pengendus sasaran pada Pantsir S1 dibangun baru.VNIIRT/ Phazotron memperkenalkan radar 2RL80 berjenis PESA (Passive Electronically Scanned Array) generasi baru, yang diadopsi dari sistem radar milik pesawat tempur. 2RL80 menggantikan 1L36-01 Roman pada varian Pantsir generasi pertama dan 1RS-2E Shlem, yang merupakan radar untuk versi ekspor Pantsir generasi awal.Posisinya tetap berada di sisi belakang modul berputar, berbentuk kotak dengan dimensi 1.776x940m seberat 760kg. Radar ini dapat bereaksi dengan cepat, dari mode standby ke pencarian dapat berpindah dalam waktu dua detik saja. 

Berbeda dengan radar lama, sistem radar PESA bekerja secara efisien dengan menggunakan satu sumber RF (bisa magnetron, klystron, atau TWT) untuk mengirimkan gelombang radar dalam modul dengan jeda tertentu dan kemudian dipancarkan ke sasaran.Radar PESA memiliki kemampuan untuk memperkuat sinyal balik dari sasaran dan mengurangi gangguan seperti echo dan clutter yang bisa menyebabkan deteksi palsu.

Arah pancaran radarnya pun dikendalikan secara elektronik, sehingga bisa terus menjejak dan mengunci sasaran tanpa harus diikuti oleh putaran kubah (selama sasaran masuk dalam cakupan lebar gelombang radar).sehingga  Radar PESA 2RL80 memampukan kontrol otonom atas sistem rudal dan kanon, dimana radar penjejak dan sistem kendali penembakan mampu memilih senjata apa yang digunakan untuk melawan sasaran dalam berbagai jarak. 

Cakupan bidang horisontal mencapai 45o kanan-kiri, atau total 90o, cukup luas dan masih disokong lagi dengan kemampuan radar untuk berputar dan memberikan cakupan 360o setiap 2 atau 4 detik, sesuai setingan. Radar 2RL80 mampu medeteksi sampai 20 sasaran di udara secara simultan, dan kemudian memilih tiga berdasarkan profil yang paling mengancam untuk dipasok ke sistem radar pengunci sasaran. 

Jarak pendeteksian 2RL80 juga berbeda-beda, tergantung ukuran relatif dari RCS (Radar Cross Section) dari sasaran yang bergerak di udara itu sendiri, serta tak lupa kondisi cuaca di sekitar lokasi. Untuk pesawat tempur dengan RCS 2m2 misalnya, radar 2RL80 sudah bisa mendeteksinya dari jarak 36km, atau 32km untuk heli tempur yang terbang rendah. Untuk rudal jelajah dengan RCS hanya 0,1m2, kemampuan deteksinya berkurang hanya tinggal 20km. Untuk ancaman bom atau munisi pintar, maka jaraknya semakin berkurang tinggal 16km. Apapun itu, efisiensi pendeteksian radar 2RL80 meningkat antara 0,8-2 kali lipat dibandingkan radar yang digantikannya.


Untuk radar penjejak dan pengunci sasaran, Phazotron menyediakan radar X-band 2RL80E yang dipasang di hidung modul penembakan dan memiliki bentuk seperti drum, yang kemudian mengirimkan perintah ke antena command link APKNR (Apparatura Peredachi Komand I Naprovadzaniya Raket) yang bertugas mengarahkan rudal ke sasaran sesuai dengan perintah penjejakan dari radar pengunci sasaran. 

Sebagai sistem cadangan, Pantsir dilengkapi dengan modul elektro optikal yang terdiri dari LLTV (Low-Light Television) yang diperkuat oleh thermal channel. Tak main-main, berkat kedekatan hubungan Rusia dan Perancis, sistem thermal imager Matis LR buatan Sagem dibenamkan untuk memberikan penginderaan terbaik dalam kondisi malam gelap. 

Sistem thermal imager bekerja simultan pada gelombang panjang 8-14 ɰm dan gelombang pendek 3-5ɰm untuk sistem penjejak posisi rudalnya sendiri. Sistem AOP (Avtonomniy Opticheskiy Post) ini mampu menjejak sasaran dan mengenalinya berdasar database siluet yang disimpan dalam memorinya. Penjejakan dengan optik ini sifatnya pasif, artinya pilot pesawat lawan tidak akan menyadari bahwa pesawatnya sedang dibidik dan mungkin baru sadar pada detik-detik terakhir ketika rudal dari Pantsir S1 sudah mengejarnya.

Kemampuan senjata Pantsir varian S1 didongkrak habis-habisan pada sektor kanon maupun rudal. Untuk kanon, sistem 2A72 dilolosi dan digantikan dengan kanon 2A38M buatan Tulamashzavod, atau boleh diibaratkan cinta lama bersemi kembali. Diadopsi dari kanon GSh-30, 2A38M menampilkan dua laras dalam satu sistem kanon, sehingga Pantsir S-1 total memiliki empat laras kanon. 

Laras yang paling luar dilengkapi dengan alat pengukur kecepatan peluru, yang memasok data ke komputer pengendali penembakan sebagai satu komponen perhitungan untuk menyasar sasaran. Kanonnya sendiri dilengkapi jaket pendingin berisi air, yang dapat diganti dengan cairan anti beku saat Pantsir S-1 digelar di wilayah beriklim kutub. 

Kecepatan tembaknya amat menakutkan: 1.950-2.500 peluru/ menit, atau bila dikalikan dua sesuai jumlah laras, maksimal 5.000 peluru/ menit. Apabila dibandingkan, kanon Vulcan milik Phalanx CIWS memiliki kecepatan tembak 6.000 peluru/ menit, itupun dari total enam laras. Terbayang kan betapa galaknya sistem kanon 2A38M? 

Sistem magasennya menggunakan kotak yang dipasok dengan rantai, dan diisikan kedalam modul melalui palka amunisi yang terletak di sisi atas modul. Seusai penembakan, sisa kelongsong langsung dibuang keluar kendaraan. Apabila tembakan seluruh kanon didesain untuk menyasar satu titik terpusat, jarak efektifnya adalah 2.000 meter. Bila didesain untuk membidik secara independen, maka jarak tembaknya mampu menyasar jarak sampai 4.000m.


Trengginasnya kanon 2A38M juga didukung oleh beragamnya amunisi 30x165mm yang disediakan. Karena merupakan kaliber yang paling banyak diadopsi oleh Blok Timur, varian munisinya pun banyak. 

Secara umum, tersedia empat macam munisi yang paling umum digunakan, seluruhnya diikat dengan sabuk baja 9H623 untuk dipasok ke sistem. Untuk kebutuhan anti pesawat, amunisi HE-I (High Explosive-Incendiary) bisa jadi pilihan tepat, dengan 123 gram A-IX-2 (RDX padat/ alumunium) dengan sumbu impak A-670M. 

Pelurunya dapat diset untuk meledak setelah 7,5 detik atau 14,5 detik. Sementara apabila Pantsir S-1 hendak digunakan untuk bantuan tembakan di darat, maka dapat menggunakan amunisi AP-T (Armor Piercing-Tracer) yang berisi bahan peledak seberat 127 gram dan mampu menembus lapisan baja setebal 18mm pada kemiringan 60o dari jarak 1.000 meter, atau 25mm pada jarak 750 meter.

Untuk melawan ranpur, bolehlah. Atau kalau mau lebih maut lagi, gunakan munisi APDS-T (Armor Piercing Discarding Sabot-Tracer) dengan desain sabot dan penetrator tungsten. Kecepatannya sangat tinggi, mencapai 1.120 m/detik, mampu menembus pelat baja 25mm pada inklinasi 60o pada jarak 1.500m. Namun yang harus diingat, varian dasar Pantsir-S1 yang ditawarkan oleh Rusia menggunakan sasis truk, jadi harus berhitung dengan cermat kansnya saat hendak melawan ranpur. Salah perhitungan, kulit truk pembawa modul Pantsir-S1 malah dijebol oleh ranpur lawan.

Dari sisi rudal, varian 9M331 digantikan oleh 9M335 (57E6). Bentuk rudalnya masih mirip, dengan tabung booster di ekor yang terlepas pada jarak tertentu dari peluncur. Rudal didorong keluar secara soft launch, menggunakan cartridge gas terkompresi untuk menghindari kendala asap pembakaran yang mengganggu sensor. Rudal diluncurkan tidak secara boresight, tetapi sedikit meluncur kearah luar, lagi-lagi untuk meminimalkan asap yang mengganggu sistem optik. Kurang lebih dua meter dari peluncuran, booster mengambil alih dan medorong rudal sampai kecepatan tinggi. Sampai titik tertentu, lebih kurang 2 kilometer, booster yang kehabisan bahan bakar kemudian terlepas, sehingga rudal benar-benar meluncur dengan daya kinetik, dikontrol oleh sayap kecil (canard) di bagian depan sampai menuju sasaran.

Saat dipicu oleh sumbu jarak (proximity fuze), bahan peledaknya akan melontarkan fragmentasi 47 silinder baja kecil berukuran diameter 4-9mm dan panjang 500mm dengan berat 2-3 gram, yang mampu menembus logam dengan kecepatan tinggi. Radius mematikan dari sebaran silinder ini adalah 5 meter, jadi diperkirakan saat meledak dekat dengan sasaran, maka energi kinetik yang dihasilkan mampu merusak kulit pesawat atau helikopter.

57E6/ 9M335 memiliki jangkauan jarak yang lebih baik, yaitu mencapai 20km dengan ketinggian maksimal 15km untuk mengimbangi kemampuan radar PESA, serta tentunya memberikan keyakinan pencegatan yang lebih baik dan waktu reaksi kanon sebagai pertahanan terakhir apabila rudalnya gagal.


Kecepatan rudalnya juga dibenahi dengan penggunaan bahan-bakar padat jenis baru, yang mampu mendorong rudal berakselerasi pada kecepatan 1.300m/detik dalam waktu dua detik pada fase peluncuran, dilanjutkan 1.100m/detik pada kecepatan fase terminal. Versi ekspornya yaitu 57E6-E konon lebih hebat lagi, mampu mencapai 1.300m/detik pada awal fase kedua, dan masih mempertahankan kecepatan 900m/detik pada jarak 12km.  Artinya, 9M335 mampu mencegat dan mengejar sasaran dengan dimensi kecil seperti rudal jelajah supersonik atau bahkan rudal udara-darat yang memiliki kecepatan tinggi. Sebanyak 12 rudal dalam silinder individual bisa dibawa oleh Pantsir S-1.




Sumber : ARC

Dua Pilot Pilot TNI AU Ditahan Australia

Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)
Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia

DARWIN-(IDB) : Dua pilot Angkatan Udara Indonesia ditahan di Darwin karena diduga mencoba menyelundupkan burung Nuri Australia di dalam salah satu dari sembilan pesawat Hercules C-130 RAAF yang akan diserahkan ke Jakarta.


Dua kru pesawat itu bagian dari kelompok yang dilatih di Royal Australian Air Force Base Richmond, untuk menerbangkan Hercules, yang diserahkan kepada Indonesia meski ketegangan diplomatik terjadi disebabkan tindakan Australia memantau telepon Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


The Australian Customs and Border Protection Service (ACBPS) mengeluarkan pernyataan, hanya dua warga negara Indonesia yang diinvestigasi dalam kaitannya dengan dugaan penyelundupan satwa liar.


“Karena ini masih proses investigasi, ACBPS tidak akan mengeluarkan komentar lebih lanjut,”ujar ACBPS .


“Australia memiliki hukum yang sangat kuat untuk melindungi satwa liar terhadap aktivitas ilegal dan ACBPS mengambil tindakan terhadap setiap upaya pelanggaran hukum.”

Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia (photo : RAAF)
Pesawat Hercules C-130 Hibah dari Australia.

Pesawat pertama dari sembilan Hercules C-130 telah diserahkan (was handed over) meskipun Indonesia menghentikan kerjasama militer dan keamanan dengan Australia, pasca kasus skandal mata-mata meletus .


Australia memahami Indonesia telah membayar $ 30 juta untuk pesawat dan angkatan udara Indonesia sangat membutuhkannya untuk membawa peralatan dan personil di kepulauan Indonesia yang luas.


Hercules pertama dari pesawat C-130H model lama telah diperbaharui dan dicat dengan warna Indonesia .

Sembilan pesawat tersebut telah bertahun-tahun terlibat tugas berat aktifitas RAAF di Irak dan Afghanistan. Pesawat angkut ini telah diganti dengan Hercules model lebih baru, serta pesawat angkut raksasa C- 17 Globemaster ll, untuk Royal Australian Airforce . 




Sumber : JKGR

Zona Pertahanan Udara China, Macan Kertas

Strategic heavy bomber B-52G/H Stratofortress (photo: USAF)
Strategic heavy bomber B-52G/H Stratofortress.

BEIJING-(IDB) : Langkah pemerintah China mendeklarasikan zona pertahanan udara (23/11/2013) dengan mewajibkan semua pesawat terbang yang melintasi Laut China Timur harus meminta izin China, menggemparkan negara-negara tetangga, terutama Jepang.


Di bawah aturan baru ini, semua pesawat terbang yang akan melintasi kawasan itu harus menyerahkan rencana penerbangan mereka, menjelaskan asal negara, dan mempertahankan komunikasi radio dua arah yang memungkinkan mereka merespon dengan tepat terhadap perintah China. Zona pertahanan udara China itu meliputi kawasan hampir seluas Inggris dan mencakup Kepulauan Senkaku yang menjadi perebutan China dan Jepang, di Laut China Timur.


Tindakan sepihak China ini membuat berang Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Menurut Abe langkah yang diambil Pemerintah China sangat berbahaya dan bisa menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Hal ini disampaikan Abe di depan parlemen Jepang.


Reaksi yang keras juga muncul dari sekutu Jepang, Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri AS John Kerry menyatakan akan mendukung Abe jika terjadi bentrokan militer terkait Kepulauan Senkaku. AS menunjukkan posisinya secara jelas. Opsi terburuk bentrokan militer masuk dalam perhitungan.


Tidak puas sampai di situ, tanggal 25 November 2013 AS menerbangkan dua pesawat bomber B-52 untuk menantang zona pertahanan udara China di wilayah sengketa Laut China Timur, tanpa memberitahu China. Bomber B-52 itu terbang cukup lama, bolak-balik di wilayah itu selama dua jam.


Pejabat Departemen Pertahanan AS mengatakan (26/11/2013), AS telah menerbangkan dua pesawat militer di atas wilayah sengketa Laut China Timur tanpa memberitahu China. Dua pesawat pembom B-52 ikut serta dalam latihan reguler di atas kepulauan yang disengketakan.

Langkah itu menyusul pengumuman Amerika Serikat sebelumnya bahwa pesawat militer mereka tidak akan mengidentifikasi dirinya berdasarkan aturan baru China.


Tindakan AS ini seakan menampar muka China dengan keras.  Pernyataan Pemerintah China yang akan mengambil langkah militer terhadap pelanggaran Zona Pertahanan Udara, hanya sebatas omongan belaka. China tidak berani menepati peringatan yang telah dia sampaikan kepada dunia Internasional.


Melihat respon China yang kecut, Jepang mengatakan tidak mengakui zona identifikasi pertahanan udara China. Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera, Selasa (26/11), mengatakan Jepang bekerjasama dengan AS dan akan mengambil seluruh langkah yang diperlukan untuk melindungi wilayah Jepang.


Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan, pihaknya tidak akan menghormati pengumanan demarkasi China itu. Pengumanan itu, kata kementerian tersebut, “tidak punya validitas apapun di Jepang”.

lct

Tidak hanya sampai di situ. Kamis 28/11/2013 Militer Korea Selatan, mengumumkan, salah satu pesawat terbang mereka baru saja melintas di zona pertahanan udara China di Laut China Timur tanpa memberitahu Beijing. Pesawat itu terbang pada Selasa (26/11/2013) sebagai bagian dari sebuah misi latihan pengintaian reguler di sekitar Pulau Leodo yang juga menjadi pangkal sengketa dengan Beijing.


“Kami tak memberitahu China,” ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korea Selatan, Kim Min-seok.


Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, menyatakan upaya yang dilakukan China bertujuan mengubah status quo di Laut China Timur dan tidak akan dibiarkan.


Pengumuman China terkait Zona itu, mencakup perairan yang diklaim Taiwan, Korea Selatan dan Jepang. Zona Pertahanan Udara China itu sempat memicu kemarahan di Seoul, sehingga militer mengirim pesawat untuk menerobos zona tersebut.
two-island-chain-strategy
Diagram of the first and second island chains of China
Diagram of the first and second island chains of China

Hal itu karena sebagian zona itu tumpang tindih dengan zona pertahanan udara Korea Selatan dan mencakup bukit batu yang disengketakan yang dikontrol Korea Selatan, yang dikenal sebagai Ieodo. Sengketa ini telah lama menjadi sumber ketegangan diplomatik dengan Beijing. “Saya ingin mengatakan sekali lagi bahwa kami tidak mengubah kontrol teritorial atas Ieodo, ” ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan Korsel Kim Min-seok.


Amerika Serikat yang sebelumnya mencoba lebih netral, kini telah menunjukkan sikapnya. Bersama Jepang dan Korea Selatan mereka menentang Zona Pertahanan Udara China.  Pemerintah China tidak bisa berbuat apa-apa, selain memelototi pesawat AS dan Korea Selatan yang melintas di wilayah sengketa.




Sumber : JKGR

Menhan : Indonesia Mudah Disadap Karena Pakai Satelit Sewaan

JAKARTA-(IDB) : Terungkapnya skandal Penyadapan yang dilakukan Australia, membuat pemerintah harus berbenah diri untuk memperkuat pertahanan di dunia maya atau cyber defense. Apalagi, satelit yang dipakai Indonesia saat ini adalah satelit sewaan yang dapat dengan mudah dibobol oleh pihak lain.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengakui satelit milik Indonesia rawan penyadapan. Sebab, Indonesia hingga kini belum memiliki satelit sendiri.

"Selama ini, kita kebobolan karena satelit yang ada adalah satelit sewaan yang bukan milik kita. Sehingga begitu mudah terjadi penyadapan," kata Purnomo di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (28/11/2013).
Karena itu, Purnomo mengatakan pemerintah kini membutuhkan dibangunnya pertahanan dunia maya. Dimana ada 2 infrastruktur terpenting yakni sistem informatika dan komunikasi.

"Untuk bangun cyber defense regulasi harus diperbaiki, karena sekarang bukan lagi hukum sektor ril tapi juga hukum dunia maya," jelasnya.

Selain itu, Purnomo menegaskan pemerintah juga akan memperkokoh lembaga pertahanan dunia maya. "Selama ini cyber crime baru ada di kepolisian. Infrastruktur mana saja yang harus betul kita pertahankan, sebetulnya ini ranah kominfo," ujarnya.

Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) Marciano Norman juga mengungkapkan keprihatinan serupa. Menurutnya pemerintah masih tergantung dengan peralatan luar negeri. Karena itu, penyadapan yang dilakukan negara lain terhadap Indonesia sangat mudah dilakukan.

"Selama kita masih tergantung peralatan dari luar negeri, kemungkinan itu (penyadapan) akan besar," ungkap Marciano. 

Karena itu, menurutnya Indonesia harus memiliki kemandirian dalam menata komunikasi dengan alat-alat dalam negeri, lantaran dapat memberikan keamanan yang lebih bagi kedaulatan Indonesia.
"Punya satelit sendiri untuk bidang keamanan, pertahanan, intelijen, dan bidang kementrian akan mempunyai nilai yang lebih," jelasnya.

Sebelumnya hasil rekomendasi rapat gabungan Komisi I DPR dengan pemerintah menghasilkan kesimpulan diperlukannya Pemerintah RI untuk segera mengembangkan sistem pertahanan dunia maya (cyber defence) dan memiliki satelit khusus untukkepentingan sektor pertahanan, keamanan, inteligen dan luar negeri.
"Merekomendasikan kepada Menkominfo untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam merealisasikan pengadaan satelit khusus tersebut diatas," tutur Ketua Komisi I Mahfud Siddiq. 




Sumber : SCTV

Singapura Dan Korsel Harus Senasib Australia

JAKARTA-(IDB) : Pasca penyadapan intelijen Australia kepada sejumlah petinggi pemerintahan Indonesia membuat hubungan Indonesia-Australia merenggang. Kecaman dan komentar keras pun muncul dari para pejabat tinggi Indonesia kepada Australia. Penyadapan tersebut disebut-sebut atas bantuan Singapura.

Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq meyakini, Singapura dan Korea Selatan (Korsel) terlibat penyadapan membantu intelijen Pemerintah Australia. Keyakinan tersebut karena Singapura dan Korsel tergabung dalam satu aliansi dengan Amerika Serikat dan Australia.

"Fakta-fakta yang ada, kerja sama yang ada yang dimotori five eyes, termasuk Singapura dan Korea Selatan. Jadi tanpa harus diakui, menurut saya itu sudah dipastikan membantu Australia menyadap kita," kata Mahfudz di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta, Jumat (28/11/2013).

Mahfud mengatakan, saat ini pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar negeri (Kemenlu) sudah meminta penjelasan kepada Singapura dan Korsel terkait penyadapan yang dilakukan Australia. "Kalau penjelasan dari Menlu kan terkait informasi Singapura dan Korea Selatan itu membantu Australia melakukan penyadapan."

"Pihak Kemenlu sudah meminta penjelasan dari Dubes Singapura dan Dubes Korea Selatan di Jakarta," sambung Mahfudz.

Apa yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap 2 negara tersebut, tambah Mahfudz, sama seperti langkah awal yang dilakukan terhadap Pemerintah Australia. "Langkah ini adalah langkah awal yang dilakukan sama seperti sikap terhadap Australia kemarin."

"Jika dalam perkembangan kemudian semakin jelas bukti keterlibatan Singapura dan Korea Selatan, saya kira sangat mungkin langkah lanjutan sebagai bentuk reaksi," imbuh Mahfudz.

Namun saat ini, sambung dia, hubungan Indonesia dengan kedua negara tersebut masih biasa saja. Terbukti dengan Dubes Indonesia yang berada Australia masih belum ditarik. "Belum ditarik dan masih bekerja seperti biasanya. Karena kan diperkirakan isu utamanya Australia. Kita juga paham Australia kan dalam bidang intelijen ini tidak bekerja sendiri," ujar dia.

Mahfud berpendapat, yang harus dilakukan pemerintah Indonesia saat ini adalah meningkatkan kewaspadaan dan keamanan dari kemungkinan penyadapan. Selain itu, pemerintah juga diminta harus lebih tegas lagi kepada Singapura dan Korsel. 




Sumber : SCTV

Tentara Norwegia Dan Kopassus Laihan Bersama Tangani Separatisme

SUKOHARJO-(IDB) : Tentara Norwegia memberikan pelatihan kepada puluhan perwira TNI anggota Group 2 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) di Markas Kandang Menjangan, Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (28/11). Sedikitnya 6 personel Tentara Nasional Norwegia mengajari 45 perwira Kopassus tentang penanganan separatis tanpa melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).

Komandan Group 2 Kopassus Kandang Menjangan, Letkol (inf) Maruli Simanjuntak mengatakan, kedatangan tentara Norwegia ke Group 2 Kopassus merupakan inisiatif mereka sendiri. "Ini inisiatif mereka sendiri, kita tidak mengundang. Mereka ingin mengembangkan ilmu, pengalaman dan bertukar pengalamannya dalam bidang kemiliteran bersama tentara Indonesia, khususnya Kopassus," ujar Maruli, Kamis (28/11).

Menurut Maruli, tentara Norwegia memberikan pelatihan selama empat hari, mulai Senin (25/11) hingga Kamis (28/11). Selama diklat tersebut kata Maruli, banyak pengalaman yang didapatkan. Pengalaman tersebut diharapkan akan ditularkan oleh para perwira kepada anggota di bawahnya.

Salah seorang peserta diklat, Kapten MZ Tarigan mengaku senang mengikuti pelatihan tersebut. Pelatihan juga melibatkan warga sipil. Latihan ini dinilai penting dilakukan khususnya saat perang melibatkan warga sipil.

"Ini sangat penting, soalnya bila benar terjadi, penanganannya nanti tidak melanggar HAM," katanya.

Pelatihan yang melibatkan tentara Norwegia tidak hanya dilakukan di Group 2 Kopassus Kandang Menjangan saja. Tetapi juga dilakukan di seluruh kesatuan Kopassus di Indonesia. Sebelum di Group 2 Kopassus, tentara Norwegia ini telah melakukan beberapa diklat. Yakni di Wamena, Merauke, Aceh dan beberapa tempat lainnya.




Sumber : Merdeka

Menhan : Kerja Sama Dengan Australia Akan Tetap Di Hentikan

JAKARTA-(IDB) : Hubungan Indonesia dan Australia masih memanas akibat penyadapan yang dilakukan badan mata-mata Negeri Kanguru itu kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat. Walaupun kedua negara sudah saling berkirim surat mengenai aksi penyadapan tersebut.

Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro menegaskan, pemerintah Indonesia akan terus menghentikan kerja sama dengan Australia terutama terkait dengan tukar-menukar data intelijen serta terkait kerja sama pertahanan.

"Kerja sama yang kemarin sudah kita stop dan akan terus kita stop. Pertama stop tukar menukar data," kata Purnomo usai rapat dengan Komisi I dan menteri terkait di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (28/11/2013).

"Kedua kita sudah stop latihan bersama. Dan yang ketiga sekarang kita lakukan patroli di wilayah timur kita, kita melakukan patroli sendiri-sendiri, tidak lagi kerja sama," tegasnya.

Namun, Purnomo belum bisa memastikan sampai kapan kerja sama antar kedua belah negara tersebut dihentikan. Yang pasti menurutnya, sebelum ada penyelesaian dan kesepakatan mengenai aksi penyadapan tersebut, kerja sama itu tetap dihentikan.

"Kita lihat perkembangannya dari waktu ke waktu. Tapi selama belum ada perkembangan, kita akan stop hal itu," tegasnya.

Purnomo memastikan, Indonesia tidak dirugikan dalam penghentian kerja sama dengan Australia. Lantaran, penghentian kerja sama tersebut merupakan sikap tegas dari pemerintah Indonesia dalam merespons aksi penyadapan yang dilakukan oleh Australia dan meningkatkan posisi tawar Indonesia di mata dunia.

Selain itu, Purnomo menjelaskan, penghentian kerja sama latihan militer antara Indonesia dan Australia itu untuk menghindari adanya tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. Latihan militer bersama itu harus ada rasa kepercayaan karena menyangkut nyawa prajurit. Bila tidak ada rasa kepercayaan, maka akan mengancam nyawa prajurit.

"Karena kalau kita latihan bersama itu diperlukan trust (kepercayaan) bersama antara kedua negara. Bagaimana itu dilakukan kalau trust itu tidak ada. Jadi sebaiknya diberhentikan terlebih dahulu," kata Purnomo.



Sumber : SCTV

BIN: Pimpinan Intelijen Australia Tak Lagi Sadap Indonesia

JAKARTA-(IDB) : Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman sudah berkomunikasi dengan pimpinan intelijen Australia. Pimpinan intelijen Australia berjanji tidak akan melakukan penyadapan lagi kepada pejabat-pejabat di Indonesia.

"Dalam komunikasi kami, mereka menyatakan bahwa sekarang dan ke depan itu yang penting tidak ada lagi. Itu bahasa mereka yah, mereka meyakinkan tidak ada lagi penyadapan," kata Marciano di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (20/11/2013).

Marciano tidak menjawab dengan tegas ketika ditanya soal apakah penyadapan yang dilakukan Australia juga terjadi di luar rentang waktu yang disebutkan pada 2007 dan 2009.

"Penyadapan ini kan memang yang terbuka adalah 2007 dan 2009. Saya rasa pihak manapun tentunya, dia tidak akan mendeclare itu sudah dikerjakan, tetapi dari yang beberapa informasi yang kita terima, bahwa ada data-data yang memang terjadi pelanggaraan itu pada kurun waktu itu," jelasnya.

Marciano menegaskan pihaknya sudah melakukan antisipasi untuk pengamanan-pengamanan saluran komunikasi pejabat negara.

"Kita harus mengambil langkah-langkah yang terukur, dalam arti langkah-langkah kontra intelijen untuk meyakinkan bahwa pengamanan terhadap saluran komunikasi yang digunakan pejabat kita dalam posisi aman," paparnya.




Sumber : Detik

Penyadapan Singapura Dan Korsel Berbeda Dengan Australia

JAKARTA-(IDB) : Masalah penyadapan yang dilakukan oleh Singapura dan Korea memang tidak boleh dianggap sepele, meski kasusnya berbeda dengan yang dilalakukan oleh Australia.
 
Untuk kerja sama internasional, masalah seperti ini memang harus dibereskan.


“Ya, informasi yang ada, penyadapan oleh Korea dan Singapura itu berbeda dari aksi Australia. Kedua negara itu melakukan penyadapan terhadap saluran kabel telepon bawah laut di sekitar Singapura. Tapi, apa pun, semua juga terkait soal penyadapan, perlu mendapat penyikapan,” kata  anggota Komisi I DPR M Najib, di DPR, Kamis (28/11).


Dengan begitu, menurut dia, penyadapan yang dilakukan Singapura dan Korea itu dilakukan di luar teritorial Indonesia, sedangkan yang dilakukan oleh Australia terjadi di wilayah Indonesia, langsung terhadap telepon tokoh-tokoh penting RI.


“Jadi, penyikapan kita mungkin perlu sudut pandang yang lain. Ya, nanti kita akan rembug lagi dengan Menlu, dalam kesempatan berbeda,” kata politisi PAN itu.


Sementara itu, sebelumnya, sebelum rapat dengan Komisi I DPR, Menlu Marty Natalegawa telah memanggil  Duta Besar Korea Selatan untuk mengonfirmasi tentang informasi bantuan Korea terhadap penyadapan yang dilakukan Australia terhadap pejabat Indonesia. Dalam penjelasannya, Dubes Korsel membantah tudingan itu.


“Dubes Korea di Jakarta sudah dipanggil dan menyanggah berita tersebut,” kata Menlu di DPR, Kamis (28/11).


Kementerian Luar Negeri juga memanggil Dubes Singapura untuk Indonesia. Sebab, berdasarkan bocoran dari mantan pegawai Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA) Edward Snowden, Singapura juga disebut membantu penyadapan yang dilakukan Australia itu.


Namun, Dubes Singapura belum memberikan keterangan yang jelas. “Kalau Dubes Singapura mengatakan akan menyampaikan kepada pemerintahnya,” tambah dia.


Menlu juga sudah meminta keterangan dari dutabesarnya di Korsel maupun Singapura. “Dubes kita disana juga dimintai keterangan,” tutur Marty.


Berita yang beredar, dokumen Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat menyebut AS dan mitra intelijennya yang disebut “Five Eyes” menyadap melalui kabel serat optik kecepatan tinggi di 20 lokasi di seluruh dunia.


Operasi intersepsi melibatkan kerja sama dengan pemerintah setempat dan perusahaan telekomunikasi atau melalui “operasi rahasia”.

Operasi intersepsi kabel bawah laut memungkinkan mitra “Five Eyes”, yakni AS, Inggris, Australia, Kanada, dan Selandia Baru, untuk melacak “siapa pun, dimana pun, dan kapan pun” yang digambarkan sebagai “zaman keemasan” intelijen sinyal.




Sumber : Poskota

Australia Tetap Kirim Pesawat Hibah Untuk Indonesia

CANBERRA-(IDB) : Menteri Pertahanan Australia David Johnston mengatakan penyerahan pesawat hibah Hercules C-130 dari Australia ke Indonesia akan tetap dilakukan, meskipun kerjasama militer kedua negara tengah berstatus dibekukan gara-gara isu penyadapan.

Pesawat pengangkut yang akan dihibahkan tersebut diterbangkan dari Darwin Kamis sore (28/11/2013) dan Australia telah menandai status pesawat itu dengan keterangan dilepaskan.

Pesawat Hercules itu juga telah dicat ulang dengan bendera dan simbol Angkatan Bersenjata Indonesia.

Awalnya Australia hendak menyerahkan pesawat hibah itu ke Indonesia dalam sebuah upacara khusus di Kota Williamtown di New South Wales.

Namun upacara itu ditunda menyusul terungkapnya penyadapan Australia terhadap Presiden Yudhoyono, isterinya dan sejumlah menteri senior Indonesia pada tahun 2009.

Juru ; bicara untuk senator Johnston mengatakan penyerahan ;C-130 masih akan tetap dilaksanakan. ;

Namun dia tidak bersedia menjelaskan apakah pihaknya telah menentukan tanggal baru untuk upacara penyerahan resmi pesawat tersebut atau pesawat itu memang sudah diterbangkan ke Indonesia.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Indonesia mengatakan dirinya sudah ; berbicara dengan mitra kerjanya Menlu Australia, Julie Bishop mengenai pertemuan untuk membahas upaya membangun kembali hubungan bilateral Indonesia – Australia.

Marty Natalegasa menyampaikan hal ini sebelum melakukan pertemuan dengan Komisi I DPR yang membidangi isu luar negeri.

Anggota Komisi I meminta penjelasan lebih rinci mengenai surat dari PM Australia Tony Abbott kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang berjanji tidak akan mencederai Indonesia atau hubungan bilateral kedua negara lagi.

Natalegawa mengatakan dia sudah mulai berupaya memulai pembahasan dengan Australia.

"Saya sudah berkomunikasi dengan Menteri Bishop untuk mendiskusikan langkah awal, katakana saja agar kedua negara kembali bisa bersama-sama,” katanya.

Dia mengatakan pertemuan ; ini diperlukan sebelum protokol kerjasama di masa depan ; bisa disusun.

Indonesia mengatakan tidak akan memulai kembali kerjasama dibeberapa bidang seperti pencari suaka sebelum perjanjian baru ditandatangani.




Sumber : Detik