SURABAYA-(IDB) : Korps Marinir
TNI AL memiliki seorang lagi warga kehormatan, yaitu Panglima TNI,
Jenderal TNI Moeldoko, yang diangkat dalam satu upacara kebesaran di
Karang Pilang, Jawa Timur, beberapa hari lalu.
Lazimnya
penganugerahan gelar kehormatan itu, baret Korps Marinir TNI AL
bertatah empat bintang, pisau komando, dan brevet Detasemen Jala
Mangkara dibawa ke dalam arena upacara dari udara: seiring dengan
atraksi terjun payung militer.
Moeldoko,
setelah dikenakan baret dan segenap atribut itu oleh Komandan Korps
Marinir TNI AL, Mayor Jenderal TNI (Marinir) Faridz Washington, resmi
menjadi warga kehormatan mereka, mengikuti Jenderal Besar TNI AH
Nasution, Sultan Hassanal Bolkiah II, dan Jenderal Charles C Krulak
(mantan komandan Korps Marinir Amerika Serikat), dan lain-lain.
Bukan
cuma upacara penganugerahan baret yang juga disaksikan Kepala Staf TNI
AL, Laksamana TNI Marsetio, itu yang menarik; juga atraksi dan gelar
kemampuan berbagai persenjataan yang dimiliki Korps Marinir TNI AL.
Mesin perang yang dikerahkan --paling menonjol-- adalah tank veteran
PT-76 bersi maritim dan yang terkini, tank amfibi BMP-3F.
Sampai
saat ini, Indonesia memiliki 17 tank BMP-3F hasil kontrak pembelian
dengan JSC Rosoboronexport, Rusia, yang kebanyakan ditaruh di Pasukan
Marinir 1, Surabaya. 37 tambahan akan datang hingga akhir 2013 ini,
sejalan kelanjutan kontrak pembelian pada Mei lalu.
Bicara
tank, publik sangat paham soal tank utama 2A4/2A5 Leopard buatan
Krauss‐Maffei Wegmann Maschinenbau, Kiel, Jerman, yang dibeli langsung
TNI AD, namun sorotan pada BMP-3F cenderung sedikit. Membandingkan kedua
tank ini hal yang kurang pas, karena fungsi dan asasinya sangat
berbeda; apalagi sistem kesenjataan dan doktrin penggelarannya.
BMP-3F buatan Kurganmashzavod, Rusia, masuk dalam kelas amphibious infantry fighting vehicle,
yang proyek pengembangannya dimulai sejak 1987 setelah kedua kakaknya,
BMP-1 dan BMP-2 dianggap kurang mumpuni lagi. Dari situlah, Obyekt 688M
diluncurkan Rusia.
Sesuai "judul"-nya, BMP-3F
dengan bobot kosong 18,5 ton dan dimensi 7,14 meter (panjang), 3,2 meter
(lebar), dan 2,4 meter (tinggi) dan awak tiga orang (termasuk seorang
komandan), mampu membawa tujuh personel bersenjata lengkap plus dua
kursi tambahan.
Jadi, BMP-3F ibarat "kapal perang" yang
memproyeksikan kekuatan militer dari lingkungan laut ke lingkungan
darat; lengkap dengan kondisi di atas optimal untuk menggempur kekuatan
lawan di darat.
Mesin dengan rasio 27 tenaga
kuda/ton bobot mampu mendorong BMP-3F menuju kesepatan 72 kilometer
perjam (jalan pedesaan/aspal biasa), 45 kilometer perjam (luar jalan),
dan 10 kilometer perjam (perairan hingga gelombang skala Beauford II).
Persenjataan
Berbagai
silabus mesin perang dunia memasukkan BMP-3F dalam kelas kendaraan
perang infantri berat; ditandai sistem perlindungan persenjataan aktif
walau bodi dan kubah meriamnya dari alumunium diperkeras (agar tahan
karat). Tidak akan ada pengaruh besar jika dia disembur tembakan kaliber
30 milimeter dari jarak dekat, seumpama dari senapan mesin berat 2A42.
Perlindungan
pasif juga menyentuh sistem perlindungan sirkulasi udara dan serangan
biologis atau nuklir jika itu terjadi. Caranya dengan menerapkan sistem
sensor dan penangkal agen kimia/biologis/nuklir dan filter ultraviolet,
dan pemadam kebakaran, serta peredam benturan. Harap dipahami, BMP-3
dirancang saat Perang Dingin masih terjadi.
Tangki
bahan bakarnya juga ditempatkan di atas lapisan baja lantainya,
didukung sistem suspensi independen aktif dari roda-roda rantainya.
Untuk
menambah perlindungan, kit penangkal serangan amunisi berat ERA juga
diterapkan walau ini pilihan bagi pembeli atau pengguna. Pengacak sinyal
komunikasi lawan berbasis elektronika-optikal, Shrota, yang bisa
diakses komandan tank untuk berkomunikasi dengan sistem peluncuran
peluru kendali anti tank SACLOS (semiautomatic command to line of sight).
Akhirnya,
kemampuan renangnya hingga tujuh jam nonstop dan menundukkan (bahkan)
rawa-paya yang tidak bisa diinjak manusia, tidak akan bermakna banyak
jika musuh tidak bisa dibinasakan. Untuk itulah meriam 100 milimeter
berkecepatan rendah 2A70 bicara, meluncurkan proyektil 9M117 ATGMs
(AT-10 Stabber), yang bisa disimpan dalam rak-raknya sebanyak 40 unit.
Di
luar turet, bertengger sepasang senapan mesin berat 30 milimeter 2A72
yang bisa meluncurkan 400 peluru permenit. Jika dia berhadapan dengan
personel, senapan mesin 7,62 milimeter-nya yang bertugas secara koaksial
hingga 2.000 peluru permenit. Bicara teknologi putaran koaksial ini,
Rusia sangat ahli; lihatlah baling-baling pesawat bom berat Tupolev
Tu-95 Bear.
Meriam 100 milimeter ini
bisa digerakkan 360 derajad kiri-kanan dan minus lima hingga 60 derajad
ke bawah dan ke atas. Meriam ini dirancang untuk tidak menimbulkan
guncangan besar, yang semakin efektif dengan sistem penjejak dan optik
khusus, sehingga peluru high explosive HE-Frag shell 3OF32 bisa "terbang" hingga 4.000 meter.
Jika sistem pertahanan lawan lebih tangguh, army technolgy
mengulas, giliran peluru 3BM25 APFSDS yang dipergunakan. Semua
operasionalisasi kesenjataan dan penginderaan berasal dari komputer
1V539, berkolaborasi dengan sensor angin, sistem stabilitas 2E52-2,
sistem laser 1D16-3, dan lain-lain. Semua sistem inilah yang juga
dikabarkan dimiliki Korps Marinir TNI AL.
Doktrin
pertempuran tank mengajarkan, tank selalu bergerak dalam formasi tempur
tertentu sesuai taktik dan strategi, informasi posisi dan kekuatan
lawan, serta keadaan geografis saat itu. Dipadukan dengan konsep
pendudukan marinir, maka pergerakan tank bisa dibilang menjadi
"perintis" dan "pelindung" para personel marinir ini.
Seorang
perwira menengah TNI AL yang ikut dalam upacara pengangkatan Moeldoko
menjadi warga kehormatan Korps Marinir TNI AL, itu menggambarkan
manuverabilitas BMP-3F sebagai luar biasa. BMP-3F yang digelar dan
ditunjukkan kemampuannya cuma dua saja, namun ada yang unik: dia
di-"terbang"-kan melalui parit lebar, mirip motocross jumping di atas sungai dan mendarat sempurna.
Sesaat
setelah tank itu bisa mendarat, masih dalam keadaan cukup terguncang
dan kecepatan masih mengembang, meriam meletus dan peluru 100
milimeter-nya meluncur dalam kecepatans sedang, relatif masih bisa
diikuti mata. "Buuuummmm….!!!!," sasaran hancur, dari jarak sekitar 500
meter; masih sangat dekat untuk BMP-3F.