Pages

Kamis, Oktober 10, 2013

Sejarah Perjalanan Generasi Pesawat Latih TNI AU

Datangnya pesawat jet latih T-50 Golden Eagle mengisi jajaran alutsista TNI AU memberikan harapan baru dalam upaya pembangunan kekuatan dirgantara nasional. Pesawat Lead in Fighter Trainer (LIFT) generasi terbaru ini diharapkan menjadi jenjang untuk meningkatkan kapabilitas para penerbang tempur TNI AU di masa sekarang dan mendatang. T-50 merupakan jenis jet latih ketujuh yang dioperasikan TNI AU setelah de Haviland Vampire, MiG-15 UTI, L-29 Dolphin, T-33A T-Bird, Hawk Mk.53, dan Hawk 109. Berikut selayang pandang tujuh jet latih TNI AU dan perjalanan panjang penantian T-50. Disiapkan oleh Roni Sontani dilengkapi tulisan Rangga Baswara dan Setiyo Nugroho.



ANGKASA-(IDB) : HUT TNI ke-68 pada 5 Oktober tahun ini ditandai kado istimewa dengan telah berdatangannya beberapa alutsista baru melengkapi kekuatan TNI AD, TNI AL, dan TNI AU. Upaya pemerintah menggelontorkan anggaran untuk memperkuat alutsista yang dibutuhkan ketiga matra TNI ini patut diberi acungan jempol dan dukungan. Bagaimana pun Tentara Nasional Indonesia membutuhkan alutsista-alutsista yang sesuai dengan perkembangan zaman, selain pengembangan sumber daya manusia yang harus terus ditingkatkan.



Khusus TNI AU, datangnya pesawat EMB-314 Super Tucano yang menggantikan OV-10F Bronco di Skadron Udara 21, lalu CN295 yang menggantikan Fokker 27 di Skadron Udara 2, pesawat Latih Dasar Grob G 120TP-A yang akan menggantikan pesawat AS-202 Bravo dan T-34C Turbo Mentor di Skadron Pendidikan 101, merupakan bagian dari pesawat-pesawat baru yang dibeli Indonesia dan telah datang secara bertahap.



Selain itu penambahan pesawat tempur Su-27SKM dan Su-30MK2 sehingga Skadron Udara 11 genap memiliki 16 unit Su-27/30 berikut persenjataan lengkapnya, menjadikan Skadron Udara 11 makin bergigi dan diperhitungkan negara-negara tetangga. Sementara rencana penambahan sembilan pesawat C-130H Hercules bekas pakai AU Australia untuk persiapan Skadron Udara 33 di Makassar diharapkan makin menambah kekuatan unsur pesawat angkut di wilayah Timur dan memenuhi kebutuhan dukungan pergerakan pesawat tempur, personel, maupun logistik latihan, masih ditunggu proses realisasinya. Demikian juga dengan pembelian helikopter Cougar yang akan dibuat oleh PT Dirgantara Indonesia akan meningkatkan kekuatan skadron sayap putar.



Sedangkan pembelian 24 F-16C Block 32+ yang dijadwalkan mulai mengisi Skadron Udara 16 di Pekanbaru tahun depan, akan melengkapi kekuatan tempur di wilayah Barat dan Tengah yang saat ini ditopang oleh dua skadron pesawat Hawk 109/209, yakni Skadron Udara 12 di Pekanbaru dan Skadron Udara 1 di Pontianak. Di wilayah Barat, TNI AU juga sedang mempersiapkan skadron intai baru yang akan diisi oleh pesawat CN235-200 MPA buatan PT Dirgantara Indonesia.



Dalam rencana ke depan, TNI AU juga akan mengganti pesawat F-5 Tiger II Skadron Udara 14. Beberapa pesawat sedang dalam tahap penjajakan pengkajian sehingga diharapkan nantinya didapatkan pesawat pengganti yang sesuai dan kapabilitasnya tinggi. Sementara pesawat tempur IFX yang dikerjasamakan produksinya dengan Korea Selatan, masih menunggu kelanjutan prosesnya terkait kebijakan pemerintahan baru di negeri itu.

Elang Emas.



Tanggal 11 September lalu, dua unit Elang Emas T-50i tiba di Lanud Iswahjudi, Magetan, Jawa Timur setelah melakukan penerbangan feri dari pabriknya, Korean Aviation Industries (KAI), di Sacheon, Gyeongsang, Korea Selatan. Penerbangan melalui Kaohsiung (Taiwan), Cebu (Filipina), serta Balikpapan, Kalimantan Selatan. Sebelum mendarat di sarangnya kedua pesawat yang diterbangkan oleh empat pilot uji KAI, Kwon Huiman, Lee Dong-kyo, Kang Cheol, dan Shin Donghak itu disambut oleh dua Hawk Mk.53 dengan callsign Hawk Flight di East Area Iswahjudi Aerodrome yang diterbangkan oleh Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb Wastum beserta Mayor Pnb Hendra dan Kapten Pnb Gultom beserta Lettu Pnb Yudistira.



Setelah mendapat pengawalan dan penyambutan kehormatan, kedua Elang Emas join up dengan “saudara tua”-nya membentuk formasi kotak dipimpin flight leader Komandan Skadron Udara 15. Di bawah, Pangkoopsau II Marsda TNI Agus Supriatna, Danlanud Iswahjudi Marsma TNI Yuyu Sutisna, Vice Presiden KAI Kim Kyuhak, dan segenap pejabat TNI/Polri serta Muspida se-Karesidenan Madiun telah menunggu. Suasana riuh terdengar manakala pesawat bercat biru kuning T-50 dan abu-abu Hawk Mk.53 tampak dalam pandangan mata, melakukan flypass dua kali di atas hanggar Skadron Udara 15 dari arah yang berbeda.



Indonesia menjadi pengguna pertama T-50 di luar Korea Selatan. Pesawat yang tampilannya mirip dengan F-16 Fighting Falcon ini dikembangkan bersama oleh KAI dan Lockheed Martin, AS pembuat F-16. Indonesia membeli 16 unit T-50i dimana delapan unit diberi cat aerobatic painting dan delapan lainnya diberi cat camouflage painting.





Sumber : Angkasa

Urgen, Angkatan Darat AS Butuh Tank Ringan

WASHINGTON-(IDB) : Bahkan di masa pemotongan anggaran pertahanan dan pembelian perangkat keras militer menurun tajam, petinggi-petinggi Angkatan Darat AS menekankan bahwa tank ringan adalah prioritas tinggi yang harus dibeli.









Di dalam perang, mereka berpendapat bahwa pasukan udara Angkatan Darat AS akan terjun dengan parasut di zona tempur hanya dilengkapi dengan senjata ringan, dan mungkin harus menghadapi musuh yang bersenjata berat. Sedangkan Pasukan Payung Angkatan Darat AS sejak tahun 1997 sudah tidak lagi menggunakan tank Sheridan mereka. Karena itulah mereka menginginkannya kembali. Rencananya adalah dengan melengkapi Korps Pasukan Udara XVIII (XVIII Airborne Corps) dengan armada tank ringan yang dapat diangkut dengan pesawat kargo C-130 dan diterjunkan ke medan perang.

Tank ringan ada dalam arsenal Angkatan Darat AS sejak Perang Dunia I hingga akhir Perang Dingin. Produksi tank Sheridan (16 ton) telah terhenti sejak tahun 1970 setelah sebelumnya memproduksi 1.700 unit untuk Angkatan Darat. Unit terakhir yang mengoperasikan tank Sheridan adalah Batalion 3, Resimen Armor 73d dari Divisi Airborne 82, yang kemudian tank ini dinonaktifkan menyusul "bencana" pemotongan anggaran pertahanan. Angkatan Darat AS sejatinya direncanakan mengganti tank Sheridan dengan Armored Gun System, namun baru 6 unit kendaraan diterima Angkatan Darat, program ini kemudian dihentikan.


Petinggi Angkatan Darat AS mengatakan bahwa akan sulit menemukan tank yang lebih modern dari tank Sheridan. Maksudnya bukan tidak ada tank yang lebih modern dari tank Sheridan, tetapi kesulitannya adalah menemukan tank yang muat di belakang pesawat kargo C-130 dan dapat diterjunkan dengan parasut. Sedangkan tank Sheridan melakukannya dengan sangat baik di era 1990 an.


Hingga saat ini, setidaknya sudah ada puluhan kandidat pengganti Sheridan yang tengah dipertimbangkan. Meskipun tank yang dimaksud adalah tracked (roda lazim tank), namun Angkatan Darat juga membuka kemungkinan tawaran tank beroda. Dengan syarat, tank harus droppable, memiliki perlindungan yang cukup dari serangan kaliber 14,5mm dan kaliber .50, dan mampu untuk off road.





Analis menilai, salah satu kendaraan yang mungkin menjadi pertimbangan Angkatan Darat AS adalah Mobile Gun System (MGS) M1128 roda delapan, kendaraan lapis baja ringan Stryker yang dipasangi kanon tank 105 mm yang dibuat oleh General Dynamics Land Systems. Namun Angkatan Darat AS menilai tingkat perlindungan MGS harus ditingkatkan lagi agar bisa bertahan dari ledakan yang lebih kuat dan perlu untuk upgrade suspensi agar lebih mobile.



Upaya AS untuk mendapatkan tank ringan ini membawa kita kilas balik ke Oktober 1999 yaitu ketika Kepala Staf Angkatan Darat AS kala itu mengumumkan bahwa Angkatan Darat AS akan bertransisi ke tank ringan dan menempatkan tank berat (seperti Abrams) di "belakang". Dia menginginkan tank ringan karena akan lebih mudah diangkut ke zona tempur, menjadikan Angkatan Darat cepat menanggapi ancaman/melaksanakan misi.
Sumber : Artileri

F-35 Pertama Australia Mulai Dirakit

Tempat perakitan F-35 pertama Australia


TEXAS-(IDB) : Lockheed Martin dan Angkatan Udara Australia (RAAF) merayakan pembuatan pesawat tempur F-35 Lightning II pertama untuk Australia. Lockheed Martin telah memulai proses pembuatan untuk F-35 pertama Australia yang diberi kode AU-1 itu, di mana komponen utama pesawat digabungkan untuk menghasilkan struktur pesawat. AU-1 ini akan masuk ke jalur perakitan dan kemudian keluar dari pabrik untuk segera dikirimkan kepada RAAF pada musim panas 2014.


Jeff Babione, Wakil Presiden dan Wakil Manajer Program F-35 Lockheed Martin, menanggapi kemitraan antara Lockheed Martin dan Australia dengan mengatakan "Hari ini menjadi awal baru bagi penerbangan taktis Australia. Lockheed Martin bangga dengan hubungan panjang dengan penerbangan Australia, dan sekarang F-35 akan menjadikan hubungan dengan RAAF semakin kuat dalam beberapa dekade mendatang."

Tercatat ada 14 perusahaan Australia dalam rantai pasokan global F-35. Perusahaan-perusahaan ini di bawah kontrak untuk membuat bagian-bagian untuk F-35. Setiap F-35 yang dibangun, maka disitu terdapat bagian dan komponen buatan indutri Australia.


Acara ini juga menandai hubungan yang lama antara Lockheed Martin dan Angkatan Bersenjata Australia, yang dimulai dengan Lockheed Vega, F-111 dan akhirnya F-35. Untuk pengiriman pertama, Australia akan mendapatkan 2 unit F-35 yang sekarang baru mulai diproduksi, dan akan dikirimkan ke RAAF tahun depan.


F-35 Lightning II adalah pesawat tempur generasi ke-5, menggabungkan fitur siluman canggih dengan kecepatan dan kelincahan tempur, sistem misi canggih, informasi sensor yang sepenuhnya menyatu, network-enabled operations dan cutting-edge sustainment. F-35 terdiri dari 3 varian berbeda yang akan menggantikan pesawat A-10 dan F-16 Angkatan Udara AS, F/A-18 Angkatan Laut AS, dan F/A-18 dan AV-8B Harrier Korps Marinir AS, dan akan menggantikan berbagai pesawat setidaknya untuk 10 negara lain.


Berkantor pusat di Bethesda, Md, Lockheed Martin adalah perusahaan kedirgantaraan dan keamanan global yang mempekerjakan sekitar 116 ribu orang di seluruh dunia. Lockheed Martin bergerak dalam bidang penelitian, desain, pengembangan, manufaktur, integrasi, dan terus mengembangkan sistem canggih, produk dan jasa. Penjualan bersih Lockheed Martin pada 2012 adalah sebesar AS$ 47,2 miliar.
Sumber : Artileri

TNI :Amerika Paling Pelit Teknologi

JAKARTA-(IDB) : Pemerintah dalam pengadaan alat utama sistem senjata atau Alutsista menjalin kerja sama dengan beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Perancis, dan Korea Selatan. Masing-masing negara produsen tersebut mempunyai keunggulan teknologi tersendiri.

Dari kerja sama itu, Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigadir Jenderal Sisriadi mengungkapkan ada strategi tersendiri dari pemerintah Indonesia.

Sisriadi menegaskan pemerintah tidak terikat pada negara tertentu karena Indonesia punya pengalaman embargo tahun 1990-an hingga 2000-an oleh Amerika. Indonesia punya pesawat tapi tidak dapat terbang karena suku cadangnya tak bisa dibelikan.

"Karena pengalaman itu makanya kita jadi beli di mana-mana, jadi diembargo di sini kita masih bisa beli di sana,” ujar dia kepada detikcom, kemarin. Selain itu, pemerintah juga tak mau membeli alutsista dari satu sumber karena alasan teknologi. “Amerika itu pelit enggak mau kalau sekalian sama teknologinya,” kata Sisriadi.

Persoalan transfer teknologi memang jadi perhatian tersendiri. Untuk mengoperasikan alat-alat super canggih itu diperlukan keterampilan sumber daya manusia yang tinggi.

Sesuai Undang-Undang Nomor 16 tahun 2012 tentang Industri Pertahanan, dalam setiap pembelian sistem senjata dari luar negeri wajib ada konten lokal. Bentuknya antara lain pelatihan, kerja sama pembuatan, dan kerja sama operasi.

Sisriadi berujar, kerja sama PT Dirgantara Indonesia dengan Kanada adalah salah satu bentuk kerja sama dan transfer teknologi tersebut. Sementara dari produsen lain, pembelian senjata juga umumnya sepaket dengan training.

"Setiap kontrak ada klausul bahwa operator akan dilatih di negara itu. Dan yang kita kirim adalah tenaga-tenaga intinya, jadi nanti dia pulang akan menyebarkan ilmu,” jelasnya. Dia optimistis kemampuan prajurit Tanah Air bisa mengimbangi kecanggihan teknologi alutsista yang baru.

Anggota Komisi Pertahanan dan Luar Negeri DPR, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati atau Nuning mengatakan sudah seharusnya industri pertahanan dalam negeri diberi kesempatan besar untuk pembuatan alutsista TNI.

"Ini untuk menyesuaikan kebutuhan teritorial wilayah negara dan sistem kemandirian dalam kemampuan yang bisa terus berkembang," ujar politikus Partai Hanura ini kepada detikcom, kemarin.





Sumber : Detik

Modernisasi Alutsista TNI Masih Jauh Dari Ideal

JAKARTA-(IDB) : Dua pesawat KT 1-B melaju kencang dari arah berlawanan menuju titik yang sama. Dua pesawat latih milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara itu melakukan manuver di langit Jakarta pada 5 Oktober lalu.

Tak hanya pesawat KT 1-B, ada juga pesawat Cessna , 4 pesawat Cassa TNI Angkatan Laut dan 8 pesawat Helly yang sengaja melakukan atraksi di udara. Atraksi ini dilakukan untuk memperingati hari jadi TNI yang ke 68.

Selain atraksi di udara, TNI juga memajang 2 pesawat F-16, 2 pesawat Hercules C-130, 2 pesawat Boeing 737, dan 2 triple gun di lapangan Halim Perdana Kusuma, Jakarta.

Tak hanya di Halim, TNI juga menggelar pameran alat utama sistem persenjataan (Alutsista) di lapangan Monumen Nasional. Ada sekitar 200 alutsista dipamerkan.

Presiden Susilo Bambang dalam sambutan peringatan hari TNI ke 68 pekan lalu mengatakan, pemerintah terus berusaha melakukan modernisasi Alutsista.

Modernisasi alutsista di jajaran TNI AD antara lain berupa pembelian, Tank Tempur Utama Leopard, Kendaraan Tempur Panser Anoa, Meriam Artileri Medan Kaliber 155 mm, Rudal Pertahanan Udara, Rudal Anti Tank, Roket Multi Laras Taktis dan Strategis, Heli Angkut, Heli Serang dan Heli Serbu.

Untuk TNI Angkatan Laut antara lain akan datang Kapal Perang Korvet Klas Sigma, Kapal Cepat Rudal, Kapal Perusak Kawal Rudal, Kapal Multi Peran Fregat, Pesawat Patroli Maritim, Tank, Panser Amphibi, dan Roket Multi Laras Taktis.

Sementara alutsista baru untuk Tentara Angkatan Udara adalah, pesawat angkut sedang CN-295, pesawat latih, Helikopter Full Combat SAR, pesawat Angkut Hercules C-130 H, pesawat tempur Super Tucano, Sukhoi-27 MK-2, Pesawat Tempur T-50, serta 24 unit pesawat tempur F-16.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Sisriadi mengatakan, pemerintah terus meningkatkan kualitas sistem pertahanan dengan modernisasi alutsista.

Saat ini menurut dia, sistem alustista TNI masih belum ideal. Kondisi tersebut sulit dicapai karena persoalan keuangan Negara. Bahkan meski sudah mencapai Minimum Essential Forces (MEF) pun sebenarnya persenjataan TNI belum bisa dibilang ideal.

“Itu masih sekitar 40 persen dari ideal. Cuma untuk sampai ideal kan tidak cukup uangnya, selain itu hakikat ancamannya belum nyata, masih potensial semua,” kata Sisriadi kepada detikcom, Selasa (8/10) lalu.

Meski masih jauh dari posisi ideal, kekuatan alutsista TNI sudah meningkat secara signifikan seiring dengan penambahan jumlah anggaran. Pada tahun 2010, anggaran Kementerian Pertahanan/TNI mencapai Rp 42,3 triliun. Tahun 2011 menjadi Rp 58,1 Triliun. Tahun 2012 72,5 triliun. Tahun 2013 menjadi 81,9 triliun.

Pemerintah mengalokasikan jumlah yang cukup besar untuk belanja alutsista. “Waktu menyusun kontrak itu untuk tahun 2010-2014 total anggarannya mencapai US$ 6 miliar,” kata Sisriadi.

Menurut Sisriadi MEF tidak bisa diukur secara kuantitatif, namun diartikan sebagai upaya untuk memberikan efek deteren atau daya tangkal. MEF juga berarti proyeksi kemampuan TNI untuk bisa mengatasi gangguan keamanan bersifat senjata, yang muncul bersamaan di beberapa tempat sekaligus.

Ada tiga komponen postur, yakni kekuatan, gelar (persebaran penempatan), dan kemampuan. “Untuk dukung kemampuan itu, yang dibangun adalah kekuatan daya tembak, daya gerak atau manuver,” kata dia.
 

 

Sumber : Detik

Mengembalikan Kejayaan TNI AU Masa Lalu

JAKARTA-(IDB) : Angkatan Udara Indonesia sempat menjadi anak emas Presiden Sukarno karena memiliki pesawat tempur tercanggih di zamannya. Sehingga muncul ungkapan 'AURI, anak lanang Bung Karno'.

Kurun waktu 1960-an kekuatan Angkatan Udara Indonesia sempat membuat gentar negara tetangga di kawasan Asia Tenggara dan Australia. Saat itu kesatuan dengan semboyan 'Swa Bhuwana Paksa', atau sayap pelindung angkasa nusantara itu telah memiliki pesawat jet pembom stategis Tu-16 dan Tu-16 KS.

Pesawat Tu-16 memiliki jangkauan terbang hingga 7200 kilo meter, kecepatan mencapai 1050 kilometer per jam, dengan ketinggian terbang hingga 39400 kaki. Pesawat ini mampu membawa muatan bom seberat 9 ton.

Tak hanya pesawat pembom, Indonesia juga memiliki pesawat sergap tempur. Padahal saat itu negara-negara besar seperti Cina, India, dan Australia saja belum memiliki pesawat pembom strategis atau jet tempur.

Seolah ingin mengulangi kejayaan itu, kini pemerintah memprioritaskan belanja alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara.

Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Sisriadi Iskandar mengatakan, alutsista TNI AU diprioritaskan mengingat posisi Indonesia yang merupakan Negara kepulauan.

“Dalam perang modern penggunaan wahana udara semakin tinggi. Orang bebas bergerak dan bertempur di udara. Sehingga sebagai Negara kepulauan yang luasnya begini, kekuatan udara dan laut kita harus dibangun kuat,” kata Sisriadi kepada detikcom, Selasa (8/10) lalu.

Sebagai Negara kepulauan menurut dia kekuatan maritim Indonesia harus kuat. Penopangnya adalah Angkatan Laut dan Angkatan Udara.

Alutsista TNI AU yang sudah didatangkan antara lain unit pesawat temput Sukhoi 27 MK-2 di Makassar, skuadron F16 di Madiun.

Bentuk modernisasi lainnya antara lain pesawat angku CN 295, dan pesawat angkut Hercules C-130 H. “Pesawat angkut Herculesnya akan nambah lagi, sebagian sudah datang dan sebagian masih ada yang dalam proses produksi,” tambah Sisriadi.

Kini sejak modernisasi alutsista TNI mulai dilaksanakan, gangguan keamanan oleh pihak asing terhadap Indonesia hampir tidak ada.

“Sekarang tak banyak lagi (gangguan), tidak ada mungkin. Dulu pas zaman tidak enak, antara 2002-2003 itu (ada gangguan),” kata Sisriadi.

Tak hanya alutsista, kemampuan prajurit kini juga terus ditingkatkan. Hasilnya dalam ajang Pitch Black di Darwin, Australia tahun lalu misalnya.


Pilot-pilot Sukhoi Indonesia mampu mengimbangi kemampuan armada pesawat tempur negara maju, seperti Amerika, Singapura, dan tuan rumah Australia.

Kekuatan TNI AU kini telah kembali diperhitungkan oleh negara-negara tetangga. Si 'anak lanang Bung Karno' itu kini mulai kembali.  

TNI Angkatan Udara Tak Mau Dipermainkan Lagi

Pengalaman menjadi guru yang paling berharga. Luasnya wilayah Nusantara yang tidak diimbangi dengan kekuatan peralatan tempur udara yang memadai menjadi salah satu faktor munculnya kasus Ambalat.

Guna mencegah terjadinya kasus serupa, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara berencana menambah skuadron di Pekanbaru, Riau, dan Biak, Papua, untuk melengkapi kekuatan pengawasan wilayah teritorial Indonesia.

Hal ini seiring bertambahnya jumlah pesawat tempur F-16 dalam program Minimum Essential Force (MEF). Kepala Pusat Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Suyadi Bambang Supriyadi mengatakan rencana penambahan skuadron ini untuk memperkuat pengawasan di wilayah barat dan timur Indonesia dari ancaman luar.

Penambahan skuadron ini dinilai cukup penting mengingat luas wilayah Tanah Air dan banyaknya daerah perbatasan dengan negara lain. Sistem pengawasan wilayah teritorial Indonesia beda dengan negara lain karena merupakan negara kepulauan.

Ia mengaku optimistis soal sasaran pemerintah terkait target program MEF selesai pada 2019 dari yang sebelumnya 2024. Namun, meski diharapkan bisa selesai 2019, bukan berarti ada pengurangan armada alutsista yang baru.

“Ini kan soal perbandingan dengan luas wilayah. Itu tidak boleh dikurangi. Kalau begitu, nanti negara lain akan main-main dengan kita. Kayak kasus Ambalat karena dia tahu dulu kita masih minim kekuatan alutsista pesawat tempur,” katanya menegaskan.

Pengamat militer dari Universitas Indonesia Andi Wijayanto menilai upaya modernisasi alutsista TNI sudah terbilang baik. Mengacu pada target pencapaian kekuatan pokok minimum MEF 2024, modernisasi yang sudah dilakukan pemerintah sudah di atas target. "Hal ini karena penambahan anggaran pengadaan alutsista Rp 149 triliun untuk 2010-2014," ujar Andi kepada detikcom kemarin.





Sumber : Detik

Militer Rusia : Moskow Tidak Akan Membiarkan Suriah Diserang

MOSCOW-(IDB) : Komandan Staf Gabungan militer Rusia mengumumkan, Moskow tidak akan pernah membiarkan satu negarapun melakukan intervensi militer di Suriah.
 

Stasiun televisi Al Mayadeen seperti dikutip Tasnim News (9/10) melaporkan, Komandan Staf Gabungan militer Rusia mengumumkan, "Kami tidak akan pernah membiarkan satu negarapun melakukan invasi militer ke Suriah."

 

Pada saat yang sama Rusia selama krisis Suriah selalu mengumumkan bahwa jika terjadi invasi militer, ia akan berada di samping Suriah dan sampai sekarang telah mengalirkan bantuan-bantuan militer dalam jumlah banyak kepada negara Arab itu.

 
Terkait hal ini beberapa waktu lalu utusan khusus Rusia dalam pesannya kepada pemerintah Damaskus mengatakan, Rusia tidak akan membiarkan satu rudal pun jatuh di tanah Suriah dan akan berdiri membela negara itu. 





Sumber : Irib

KTT Apec, Panglima TNI Inspeksi Kapal Perang

DENPASAR-(IDB) : Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko, melaksanakan Inspeksi ke Posko Satuan Tugas Pengamanan Aspek Laut (Satgasla) KTT Apec 2013 yang berada di KRI dr. Soeharso-990 yang sedang sandar di dermaga pelabuhan Benoa, Bali, Minggu (06/10). Turut hadir dalam peninjauan itu Kapolri Jenderal Polisi Timur Pradopo didampingi Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio, Pangarmatim selaku Komandan Satgasla PAM KTT APEC XXI/13 Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum, serta sejumlah pejabat dari Mabes TNI dan Polri serta para pejabat TNI di wilayah Garnisun Bali.

Sesaat setelah menerima penghormatan dan laporan dari regu jajar kehormatan, Panglima TNI beserta rombongan menuju Posko Satgasla di KRI dr. Soeharso-990 dan menerima paparan dari Dansatgasla tentang situasi keamanan wilayah  yang berkembang saat ini, serta tugas dan tanggung jawab unsur-unsur Satgasla baik secara taktik dan teknik di  lapangan.

Secara umum Satgasla dan perkuatannya memiliki tugas melaksanakan operasi pengamanan aspek laut meliputi operasi pencegahan/penangkalan (patroli laut, kawal laut, dan escape), serta melaksanakan penindakan , penyekatan, penghancuran, serta Pengejaran, Penangkapan, dan Penyelidikan (Jarkaplid) di perairan Selat Makasar, Laut Jawa, Laut Bali, Selat Lombok, dan Samudra Hindia dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas pokok Pengamanan KTT APEC XXI di Bali dan menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menegakkan kehormatan bangsa Indonesia .

Pada kesempatan itu Panglima TNI juga menerima paparan dari Komandan KRI dr. Soeharso Letkol Laut (P) I Putu Darjatna mengenai data teknis dan fasilitas yang dimiliki kapal perang rumah sakit tersebut.

Usai menerima paparan, Panglima TNI meninjau Anjungan dan sempat berkomunikasi langsung dengan Dan Subsatgas Gugus Tempur Laut (Guspurla) Laksamana Pertama TNI Arie Soedewo yang berada di Posko Subsatgas Guspurla di KRI Banda Aceh-593 yang sedang melaksanakan tugas operasi penyekatan di perairan Nusa Dua, Bali.

Selanjutnya Panglima TNI mengadakan peninjauan ke fasilitas rumah sakit  kesehatan yang berada di kapal perang bernomor lambung 990 itu, mulai dari Unit Gawat darurat (UGD), ruang Operasi dan bedah, ruang Rontgent, poli kandungan, poli mata, poli gigi, laboratorium, dan ruang perawatan pasien, sebelum akhirnya meninjau Helikopter HU – 410 yang berada di atas geladak kapal serta Tank Deck dan Landing Craft Utility (LCU).

KRI dr. Suharso-990 merupakan kapal perang rumah sakit jenis Landing Platform Dock (LPD) dengan fasilitas medis berupa Ruang UGD, Rontgen, ICU, ruang Operasi dan Bedah, poli mata, THT, poli gigi, Laboratorium dan Apotek serta ruang perawatan pasien. Kapal perang rumah sakit ini juga mampu melaksanakan Evakuasi Medis Udara (EMU) menggunakan Helikopter dan Evakuasi Medis Laut dengan Sea Rider, LCU, Tank Amfibi, serta kendaraan tempur air lainnya.

Peninjauan Panglima TNI tersebut berkaitan dengan tugas yang diemban jajaran TNI dalam kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) XXI Tahun 2013.

Konferensi ini merupakan Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik yang mendorong pembangunan ekonomi dan mempererat komunitas serta kemakmuran negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Mengingat pentingnya KTT APEC XXI tahun 2013 aspek keamanan merupakan prioritas utama demi kelancaran konferensi.

Pengamanan aspek laut yang  ekstra ketat adalah salah satu upaya  mencegah terjadinya segala kemungkinan yang bertujuan menggagalkan kegiatan konferensi  serta mengantisipasi berbagai situasi kontinjensi lainnya.





Sumber : Koarmatim

KTT APEC XXI/13 Satkopaska Amankan Pelabuhan, Perairan Dan Pantai

DENPASAR-(IDB) : Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim amankan pelabuhan, perairan, dan pantai Tanjung Benoa, Sanur, Nusa Dua, dan Pantai Kuta, Bali, Minggu (06/10).

Tugas pengamanan sektor perairan laut dipimpin langsung oleh Komandan Satuan (Dansat) Kopaska Koarmatim, Kolonel Laut (E) Bramantyo.

Setiap saat Pasukan Katak melakukan patroli perairan pantai bersama dengan unsur Sub Satgas Pelabuhan dari Lanal Denpasar serta pasukan dari Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan V (Yonmarhanlan V) Surabaya. Material Tempur yang digunakan Kopaska dalam misi pengamanan ini yaitu enam kendaraan tempur air cepat atau Sea Rider dan satu Combat Boat.

Kopaska memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan operasi khusus  pertempuran aspek laut atau Naval Special Warfare baik dalam bentuk operasi penanggulangan kejahatan dan terorisme di laut Maritime Interdiction Operation (MIO), pengamanan dan Escape terhadap Very Very Importan Person (VVIP), Very Importan Person (VIP). Pengamanan aspek laut juga didukung material tempur dari Lanal Denpasar berupa KAL. Tanjung Pandangan, KAL. Catamaran, Patkamla dan  Rubber Boat.

Tugas pokok Kopaska dalam misi tersebut yaitu mengamankan wilayah laut sesuai sektornya dan Escape laut VVIP juga meliputi jalur Jalan Tol Bali Mandara (Aman, Damai dan Sejahtera) dari Tanjung Benoa, Nusa Dua dan Bandara Ngurah Rai. Mengingat jalan tol tersebut berada di atas perairan dan pantai. Secara umum Satgas Pelabuhan memilki tugas pokok melaksanakan operasi penyekatan dan pengamanan wilayah pelabuhan dan garis pantai pelaksanaan KTT APEC XXI/13.

Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) XXI/13 di Nusadua, Bali, dibuka oleh Presiden RI Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono pada hari ini. 





Sumber : Koarmatim

KRI Dewaruci Selesai Muhibah Ke Australia

SURABAYA-(IDB) : Kapal Latih TNI Angkatan Laut jenis Barquentine (kapal layar tiang tinggi) yaitu KRI Dewaruci dari jajaran Satuan Kapal Bantu Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) tiba di pangkalan Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin (7/10). 

KRI Dewaruci merapat di dermaga Koarmatim setelah usai melaksanakan pelayaran muhibah ke Australia dalam rangka pelayaran astronomi Kartika Jala Krida (KJK) 98 orang Kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) tingkat-III angkatan ke-60. 

Kedatangan KRI Derwaruci disambut oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Laksamana Madya TNI Hari Bowo, M.Sc dengan didampingi Gubernur AAL Laksamana Muda TNI IGN Ary Atmaja, Komandan Kobangdikal Laksamana Muda TNI Widodo, Kasarmatim Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Adji serta pejabat Mabesal dan Koarmatim serta keluarga prajurit KRI Dewaruci.
Pelayaran KRI Dewaruci ke benua Kangguru ini berlangsung lebih kurang selama 60 hari yaitu mulai tanggal 13 Agustus sampai dengan 7 Oktober 2013, dan menempuh rute:  Surabaya,  Bali, Geraldton, Perth, Broome, Darwin, Kupang dan kembali ke Surabaya.

Dalam pelayaran kali ini, KRI Dewaruci diawaki 82 prajurit ditambah 6 personel pendukung dari intelijen, penerangan, kesehatan dan Pasukan Katak dari Satkopaska Koarmatim, serta 10 personel pendamping Kadet AAL. Selama singgah di kota-kota Australia tersebut, seluruh pajurit dan Kadet AAL akan melaksanakan kunjungan kehormatan ke pejabat setempat serta sekaligus mengadakan promosi wisata dan budaya nasional Indonesia terhadap masyarakat setempat. Kehadiran KRI Dewaruci yang telah berusia 60 tahun dan telah bergabung dalam jajaran kapal TNI Angkatan Laut sejak 1 Oktober 1953, sangat ditunggu-tunggu karena kapal latih ini sangat populer di luar negeri, bahkan di sejumlah negara Eropa, KRI Dewaruci memiliki banyak penggemar setia yang selalu mengunjunginya setiap bersandar.

Misi pelayaran ini dimaksudkan pula untuk membentuk karakter prajurit matra laut dan mental kejuangan para Kadet AAL sebagai calon perwira TNI Angkatan Laut yang bermoral, disiplin, profesional dan bertanggung jawab, serta untuk mempraktekkan semua pelajaran yang telah didapatkan di kampus AAL Bumi Moro dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan yakni di laut sebagai medan juang prajurit  matra  laut, sekaligus mampu menjadi duta negara dalam menjalankan peran diplomasi guna menambah wawasan tentang pergaulan internasional, serta kondisi sosial masyarakat tempat yang disinggahi.

Satgas KJK ini dipimpin oleh Komandan KRI Dewaruci Letkol Laut (P) Anung Sutanto, merupakan alumni AAL angkatan ke-41 lulusan tahun 1995. Letkol Laut (P) Anung Sutanto merupakan pejabat ke-34 yang menduduki jabatan Komandan KRI Dewaruci. Sedangkan Satgas pengasuh Kadet AAL angkatan ke-60 dipimpin oleh Mayor Laut (P) Agus Praptopo,S.T. yang akan melaksanakan tugasnya melakukan pengasuhan, pembelajaran, pelatihan  dan bimbingan.

Sekali Layar Terkembang, Pantang Biduk Surut Ke Pantai

Untuk  kesekian kalinya, KRI Dewaruci menghadang tingginya ombak. Sesuai semboyannya para pelaut ulung nusantara “Sekali layar terkembang, pantang biduk surut ke pantai”. Begitulah yang dihadapi KRI Dewaruci saat berlayar kearah timur menuju benua Australia. 

Cuaca tak bersahabat sudah terasa begitu keluar dari Selat Bali. Hujan dan ombak setinggi 4 meter langsung menghadang kapal latih tersebut. Namun  dengan naluri tempur dan semangat juang serta pengalaman sebagai pelaut ulung, para prajurit matra laut tersebut maju dan terus berlayar  sampai tujuan. 

Saat berlayar melintasi di titik 60 mil laut dari Pantai Shark Bay,tepatnya tanggal 13 Agustus 2013, KRI Dewaruci dihantam ombak besar. Cocor dan patung Dewaruci di haluan patah dan hilang ditelan ganasnya ombak samudera. Saking kerasnya hantaman ombak, tiang layar depan, tengah dan buritan juga patah dibagian atas.

Dengan kondisi seperti itu, diputuskan oleh komandan kapal untuk segera melakukan sandar darurat. Maka pada tanggal 22 Agustus 2013, KRI Dewaruci  merapat dan sandar di Dermaga Geraldton Australia. Hantaman ombak yang begitu besar, tidak mengurangi semangat prajurit. Dengan semangat tinggi itulah, yang membuat tetap waspada dan tegar walaupun rintangan datang menghadang. Buktinya, sampai kapal sandar di Dermaga Geraldton, para prajurit ini tidak ada yang mengalami cidera sedikitpun.

Begitu kapal sandar di Dermaga Geraldton Australia, para prajurit kerja keras bahu membahu melepas tiang yang patah. Perbaikan tersebut, diperkirakan memakan waktu sekitar tiga hari. Dalam singgahnya selama tiga hari di Dermaga Geraldton, KRI Dewaruci mendapat kunjungan dari Atase Angkatan Laut Kolonel Laut (P) Heri dan pejabat setempat, yaitu CEO Geraldtion City Council Rence Ellis dan dua staf dari Konsul Konjen Bob Hall Councill dan Nusiaga Putri. Setelah sandar darurat dan perbaikan di Geraldton, KRI Dewaruci melanjutkan pelayaran menuju kota tujuan berikutnya yaitu kota Fremantle, Perth, Australia. 





Sumber : Koarmatim