Pages

Selasa, Oktober 08, 2013

Marinir Amankan KTT APEC

NUSA DUA-(IDB) : Dalam rangka mengamankan jalannya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) XXI-2013, sejumlah prajurit Korps Marinir melancarkan patroli dengan menggunakan perahu karet di sepanjang perairan yang berada di bawah jalan tol Bali Mandara, Minggu (6/10/2013) kemarin. Patroli dengan menggunakan perahu karet yang dipimpin langsung Komandan Batalyon Marinir Pertahanan Pangkalan (Danyonmarhanlan) V Surabaya Letkol Marinir Dodi Mugiat, S.Pd. ini dilakukan hingga berakhirnya KTT APEC 2013.
 
Jalan tol di atas perairan (JDP) sepanjang 12,7 km yang baru diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 23 September lalu itu menghubungkan tiga wilayah berbeda, yakni Nusa Dua, Bandara Ngurah Rai, dan Pelabuhan Benoa. Sementara TNI Angkatan Laut terus bertekad untuk tetap melancarkan dan meningkatkan pengamanan seluruh wilayah perairan Bali selama berlangsungnya pertemuan forum kerja sama ekonomi negara-negara Asia Pasifik itu.


TNI Angkatan Laut juga menurunkan Komando Pasukan Katak (Kopaska) lengkap dengan persenjataan dan kendaraan tempurnya (Sea Raider maupun Combat Boat) untuk melaksanakan patroli pengamanan wilayah perairan Bali. Bukan itu saja, TNI Angkatan Laut juga telah mengerahkan sejumlah prajurit dari Batalyon Taifib 2 Marinir untuk memperkuat pengamanan di pusat kegiatan KTT APEC 2013 yang berada di Sofitel dalam rangka melaksanakan pengamanan terhadap pejabat negara, dan sebagian prajurit sebagai tim SAR laut.


Masih dalam rangka meningkatkan keamanan wilayah laut dan pantai, TNI Angkatan Laut juga mengerahkan para prajurit Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Denpasar, yang juga diperkuat dengan sejumlah kendaraan airnya. Antara lain, Kapal Angkatan Laut (KAL), Combat Boat Catamaran, Speed Patkamla, dan sejumlah perahu karet. 





Sumber : Kormar

2017 Alutsista Baru TNI Semakin Lengkap

JAKARTA-(IDB) : Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat, Brigadir Jenderal Rukman Ahmad, mengatakan seluruh alat utama sistem persenjataan (alutsista) baru untuk angkatannya paling lambat datang ke Tanah Air pada 2017 mendatang.

"Paling lambat tahun 2017 semua alutsista baru, termasuk helikopter Apache, sudah datang," kata Rukman, di halaman Monumen Nasional, Jakarta, Senin, 7 Oktober 2013. "Ini hasil konfirmasi saya kepada staf logistik Angkatan Darat."

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin menyatakan, Indonesia bakal segera menerima sejumlah alutsista baru. Rencananya, alutsista baru itu bakal diterima pada September 2013 mendatang. "Mulai September dan Oktober ini sudah mulai berdatangan," katanya di Balai Kota, Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2013, lalu.

Alutsista baru itu antara lain ratusan tank berat Leopard, puluhan tank jenis amfibi yang digunakan untuk menjaga garis pantai, dan sejumlah unit roket untuk pertahanan jarak jauh. Selain itu, akan datang beberapa unit pesawat tempur. "Semua dibeli sendiri oleh Indonesia, tidak diberikan pihak mana pun," katanya.

Rukman menjelaskan bahwa Kementerian Pertahanan sendiri mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 150 triliun untuk kepentingan modernisasi alutsista. Anggaran itu diberikan pemerintah dalam kurun waktu lima tahun terakhir. 





Sumber : Tempo

Su-35S Overtakes F-22 In Terms Of ‘Intellect’

Practically the entire fifth generation fighter ideology has come to fruition in the shape of the Su-35S. This gives Russia the potential to set about creating a sixth generation combat aircraft ahead of all the other nations.  

MOSCOW-(IDB) : The advanced front line aviation complex PAK FA (the T-50) is completing its compulsory test phases successfully. The production fifth generation fighter is expected to enter service with the military from 2017. Meanwhile however front line units are already being equipped with an almost exact counterpart to this aircraft - the Su-35S multi-role fighter.


The point is that along with creating the virtual fifth generation fighter concept - from the very beginning it has been designed solely in digital form - the ready-made components of the future fighter were implemented and developed on the Su-35S platform. As a result the 4++ generation Su-35S was practically on a par with a fifth generation fighter across all its characteristics except the so-called stealth technology, right up to the moment it entered series production.


The Su-35S is capable of reaching speeds of up 2,400 km per hour and has a range of up to 3,600 km. It is equally confident as a fighter, a long-range interceptor and a missile-carrying bomber.

Moreover in terms of certain characteristics the Su-35S has already overtaken the only fifth generation fighter to enter service to date the American F-22 Raptor. Thus, the ‘Irbis’ radar control system fitted to the Su-35S is able to detect an airborne target at a record distance of up to 400 km and of tracking up to 30 targets and engaging 8 simultaneously. 

The radar system on the F-22 is weaker: the maximum detection range is only 300 km. Apart from that the ‘Irbis’ provides the potential to actively detect and track up to four ground targets simultaneously. In addition the Su-35S is fitted with a navigation system capable of pinpointing the aircraft’s location and its movement parameters autonomously without resorting to satellite navigation or communication with ground stations. That is to say if the GPS or GLONASS were switched off the aircraft would not be ‘blinded’.



 
The Russian Air Force is due to receive 48 Su-35S aircraft before the end of 2015. In practical terms that’s 50 fifth generation aircraft in as much as the Su35S is almost identical to the PAK FA in terms of the on board electronics suite, control systems and armament. Therefore it will not prove difficult for pilots to convert to the classic fifth generation fighter with its obligatory stealth technology: any pilot who has assimilated the Su-35S can easily convert to the T-50. This means that the conversion to fifth generation fighters does not start in 2017 - it is already happening now in the Russian Air Force.



The ideology of the aircraft that will dominate the skies in the second half of the 21st Century is being determined today. Whether these will be flying robots or classic manned fighters with even more up to date electronics and new armament is not really important. The main point is that the Russian aircraft industry has a head start in developing a sixth generation fighter. The quicker the Su-35S enters service with front line units and the greater their numbers, the more successful work to create a new generation of fighter aircraft will be.







Sumber : Idrus

Iran Would Persuade Moscow To Deliver The S-300 Air Defense Missile System.


TEHRAN-(IDB) : Iranian Foreign Ministry Spokeswoman Marziyeh Afkham expressed the hope that the talks between Iran and Russia over the delivery of S-300 air defense missile system would persuade Moscow to fulfill its international commitment to this end. 

“In line with the friendly ties between Iran and Russia, negotiations between officials and experts in charge are continuing, so that the international obligations of the Russian side will be fulfilled and a result will be reached on the S-300 system,” Afkham said on Saturday, October 5, 2013. 

Iran signed in 2007 a contract worth $800mln to buy five Russian S-300 missile defense systems.
But the deal was scrapped in 2010 by then-Russian President Dmitry Medvedev, who was unilaterally expanding on sanctions against Iran imposed by the UN Security Council.

Iran filed a $4bln lawsuit against Russia in the international arbitration court in Geneva, which is currently pending review.

Moscow has struggled to have the lawsuit dropped, including by offering the Tor anti-aircraft missile systems as replacement, media reported earlier this month, adding that the offer was rejected by Tehran.

The Antey-2500, however, may be a better solution. The system does not formally fall under the existing sanctions against Iran while still being useful for the Middle-Eastern country.

While the S-300 was developed for the use by missile defense forces, the Antey-2500was specifically tailored for the needs of ground forces, which could also be an advantage for Iran, known for its large land force.

The S-300 is a series of Russian long range surface-to-air missile systems produced by NPO Almaz, all based on the initial S-300P version. The S-300 system was developed to defend against aircraft and cruise missiles for the Soviet Air Defense Forces. Subsequent variations were developed to intercept ballistic missiles

The S-300 missile system was first deployed by the Soviet Union in 1979, designed for the air defense of large industrial and administrative facilities, military bases, and control of airspace against enemy strike aircraft.





Sumber : Army

Freeport Akan Bantu Perlengkapan TNI

TIMIKA-(IDB) : PT Freeport dikabarkan akan membantu 300 pasang helm dan rompi antipeluru, yang nantinya digunakan prajutit TNI yang bertugas mengamankan areal PT Freeport.

Hal itu, diungkapkan Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Christian Zebua.

"Manajemen PT Freeport telah menyatakan kesediaannya untuk membantu pengadaan helm dan rompi antipeluru untuk anggota TNI yang tergabung dalam satgas "Amole" mengingat peralatan yang digunakan saat ini kondisinya memprihatinkan," kata Pangdam Mayjen TNI Christian Zebua, Timika, Selasa (8/10/2013).

Dikatakan, bantuan dari  PT Freeport itu dilaporkan Komandan Brigif Timika Kol Inf Christian B Pardede seusai kunjungan ke pos-pos pengamanan diwilayah operasi perusahaan terbesar di Indonesia.

Saat ini tercatat 216 personil TNI yang terlibat dalam pengamanan di areal PT Freeport dan sebetulnya helm dan rompi antipeluru yang digunakan saat ini masih dapat digunakan, namun sudah tidak layak karena sudah ada produk yang lebih ringan dan aman bagi penggunanya.

Penggunaan helm dan rompi antipeluru sangat dibutuhkan saat bertugas karena daerah tersebut termasuk rawan dari gangguan kelompok bersenjata.

"Mudah-mudahan dengan adanya bantuan tersebut lebih ringan sehingga memudahkan prajuri  saat menggunakannya," harap Pangdam Cenderawasih Mayjen TNI Zebua.

Menurutnya, saat ini situasi keamanan di wilayah operasional PT.Freeport relatif aman namun pihaknya selalu menekankan agar anggota tidak lengah karena kelompok bersenjata yang sering mengganggu senantiasa menunggu kelengahan anggota.

Anggota TNI yang tergabung dalam satgas "Amole" itu akan bertugas selama enam bulan di kawasan operasional PT Freeport, jelas Zebua. 






Sumber : Tribunnews

China Siap Bergabung Dengan Rusia Pelihara Keamanan Asia Pasifik

NUSA DUA-(IDB) : Presiden China Xi Jinping mengatakan China ingin bergabung dengan Rusia dalam memelihara keamanan dan kestabilan di wilayah Asia Pasifik.

Saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela pertemuan tingkat tinggi Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bali pada Senin (8/10), Xi Jinping mengatakan China dan Rusia sama-sama memiliki kepentingan luas di wilayah tersebut.

Xi Jinping mengatakan China bersedia bergabung dengan Rusia dalam meningkatkan kerja sama untuk memelihara kestabilan dan keamanan regional serta meningkatkan kemakmuran, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua.

Pada pertemuan kelimanya dengan Putin tahun ini, Xi Jinping juga menyatakan tahun ini kedua negara telah mencapai prestasi di berbagai bidang kerja sama praktis seperti pertukaran budaya dan penanganan masalah internasional.

Ia mendesak kedua pihak agar memaksimalkan tatanan perdagangan bilateral; mendorong kerja sama dalam sektor energi, sumber daya dan teknologi tinggi; serta melanjutkan komunikasi erat dan koordinasi mereka mengenai berbagai masalah internasional.

Putin juga mengatakan hubungan Rusia-China menikmati momentum yang baik dan itu terlihat melalui seringnya kunjungan pemimpin, peningkatan kerja sama perdagangan serta pertukaran budaya antara kedua negara.

Kedua pihak telah mempertahankan koordinasi efektif mengenai berbagai masalah utama regional dan internasional, katanya.

Putin mengatakan ia siap mempertahankan persahabatan dan kerja sama dalam berbagai bidang dengan China.




Sumber : Antara

Presiden Putin Apresiasi Pandangan Indonesia Soal Suriah

NUSA DUA-(IDB) : Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin mengapresiasi pandangan Indonesia dalam memecahkan persoalan kekerasan yang terjadi di Suriah.

Menurut Marty, hal ini disampaikan Presiden Putin dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Yudhoyono di sela KTT APEC di Bali, Senin. "Presiden Rusia pun menyampaikan apresiasi atas pandangan Indonesia mengenai masalah Suriah," kata Marty.

Marty mengungkapkan pandangan Indonesia dan Rusia soal Suriah memiliki kemiripan. Pandangan Indonesia yang memberikan kesempatan dan peran diplomasi dalam menyelesaikan masalah Suriah juga digarisbawahi oleh Rusia.

Presiden Yudhoyono menurut dia, dalam kesempatan itu juga mengucapkan terima kasih karena upaya Rusia untuk kembali meletakkan penyelesain Suriah dalam kerangka diplomasi.

"Ingat saat KTT di ST Petersburg (Rusia) diadakan, pada saat genderang perang disuarakan, pada saat seolah-olah dunia meluncur pada penggunaan kekerasan, bukankah pada saat itu Bapak Presiden berbicara dengan penuh ketegasan dan secara lugas, bahwa diplomasi harus diberikan peran dan kesempatan, ternyata suara yang lantang dan lugas dan tegas tersebut digarisbawahi oleh negara-negara lain termasuk oleh Rusia dan alhamdulillah oleh AS sendiri, sehingga menghasilkan perlucutan senjata kimia Suriah," katanya.

Sementara itu, Marty menambahkan, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat pertemuan bilateral dengan Presiden Yudhoyono juga mengapresiasi surat Presiden Yudhoyono yang dikirimkan kepadanya terkait penyelesaian masalah Suriah.

"Pemerintah Jepang, Perdana Menteri mengapresiasi surat yang dikirim Presiden kepada PM Jepang mengenai perkembangan di Suriah, bagaiamana Indonesia menampilkan sosok sebagai negara yang konstruktif mengenai masalah ini," katanya.

Presiden Yudhoyono juga melakukan pertemuan bilateral dengan PM Jepang seusai pertemuan bilateral dengan Rusia. (M041)





Sumber : Antara

China Setuju Dengan Indonesia Soal ACT-Net

NUSA DUA-(IDB) : China setuju dengan Indonesia mengenai pembentukan Network of Anti-Corruption and Law Enforcement Authorities (ACT-Net) untuk mempertegas komitmen dan tindakan bersama negara-negara kawasan dalam pemberantasan tindak korupsi.

"Kami memandang anti-korupsi sangat penting dan tentu mendukung hal itu (pemberantasan korupsi)," kata Wakil Ketua Dewan Promosi Perdagangan Internasional China, Yu Ping, menjawab ANTARA, di Nusa Dua Bali, Senin. 

Dia turut dalam Pertemuan Pemimpin Puncak Bisnis APEC, sebagai bagian dari KTT APEC 2013, 1-8 Oktober.

Yu menilai, pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai baik jka tidak ada transparansi dan keadilan dalam proses ekonomi itu. Maka dari itu, ruang gerak koruptor mutlak untuk dihapus dan negara-negara kawasan perlu bekerja sama mendorong hal tersebut.

"Pemberantasan korupsi hal penting, semuanya dalam proses ekonomi perlu transparansi dan ketegasan hukum," kata dia.

Manteri Luar Negeri, Marty Natalegawa, dan Menteri Perdagangan, Gita Wirjawan, yang menjadi ketua sidang pertemuan APEC tingkat menteri sebelumnya, telah bersama-sama dengan para menteri APEC sepakat berperang melawan korupsi besar-besaran.

APEC menilai korupsi menjadi penghalang signifikan bagi kehidupan sosial dan pembangunan ekonomi, tetapi juga menghancurkan kepercayaan publik dan investor.

Itu adalah salah satu rekomendasi dari enam rekomendasi yang dihasilkan dari pertemuan tingkat menteri APEC (AMM-APEC Miniterial meeting).

"Peserta APEC memberikan kontribusi penting bagi kesepakatan ini. Diharapkan kesepakatan ini bisa mewujudkan stabilitas politik, ekonomi, dan keamanan di kawasan Asia Pasifik, serta meningkatkan konektivitas di antara peserta APEC," kata Marty sebelumnya.

Rekomendasi tentan pemberantasan korupsi tertuang dalam Annex D yaitu Enhancing APEC Network in Combating Corruption and Ensuring Transperancy (Meningkatkan Jaringan Kerja Sama APEC dalam Memerangi Korupsi dan Memastikan Tranparansi).

APEC menyetujui pembentukkan APEC Network of Anti-Corruption and Law Enforcement Authorities (ACT-Net), yaitu jejaring kerja sama yang melibatkan aparat penegak hukum, lembaga antikorupsi, dan lembaga-lembaga penegakan hukum lainnya, dengan tujuan memperkecil ruang gerak bagi koruptor di Asia Pasifik.

Adapun bentuk kerja sama lewat ACT Net antara lain memfasilitasi pelatihan penyelidikan khusus, berbagi pengalaman, melakukan tukar menukar informasi pemberantasan korupsi serta membangun forum diskusi bilateral maupun multilateral di antara anggota APEC.
Sumber : Antara

Presiden Buka Pertemuan Puncak APEC

NUSA DUA-(IDB) : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka pertemuan puncak pimpinan ekonomi dalam Forum Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Bali, Senin.

Para pimpinan puncak ekonomi APEC memulai pertemuan sesi pertama setelah Presiden Rusia Vladimir Putin turut bergabung.  Putin tiba di Bali Senin siang dan langsung menuju tempat berlangsungnya pertemuan di Nusa Dua.

Presiden Putin yang ternyata tengah berulang tahun hari ini juga mendapat kejutan dengan ucapan ulang tahun dari para pemimpin ekonomi APEC yang lain.

Dalam sambutan pembukaannya Presiden Yudhoyono mengatakan pentingnya peran APEC dalam perekonomian ke depan seiring dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu.

"Peran dari APEC semakin penting, di samping dalam pemulihan ekonomi di kawasan Asia Pasifik, Ekonomi APEC berlanjut menjadi penjaga pertumbuhan global," kata Presiden Yudhoyono.

Mengutip data IMF, Presiden mengatakan pertumbuhan ekonomi di kawasan APEC diperkirakan mencapai 6,3 persen pada 2013, dan 6,6 persen pada 2014.

APEC adalah forum kerjasama ekonomi beranggotakan 21 perekonomian di Asia Pasifik yang bertujuan mempromosikan perdagangan bebas dan kerjasama ekonomi di kawasan.

Forum itu dibentuk pada 1989 dan perhelatan di Bali adalah kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah APEC. Sebelumnya Indonesia menggelarnya di Bogor pada 1994.

Kejutan Untuk Vladimir Putin Di KTT APEC

Ada yang unik saat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka KTT APEC hari ini.

Ternyata hari ini Presiden Rusia Vladimir Putin tengah berulang tahun, dan sang presiden pun sontak mendapat  kejutan berupa ucapan ulang tahun dari para pemimpin ekonomi APEC yang lain.

Selain kue ulang tahun, lagu dengan iringan gitar Presiden Yudhoyono terlihat dari monitor media center menandai ulang tahun ke-61 Valdimir Putin.

Dalam sambutan pembukaannya Presiden Yudhoyono mengatakan APEC berperan penting dalam perekonomian ke depan seiring dengan kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
 




Sumber : Antara

X-47B, UAV Tempur Siluman Amerika Serikat

X-47B UCAV
WASHINGTON-(IDB) : Negara-negara di dunia saat ini berlomba-lomba dalam membangun UAV (kendaraan udara tak berawak). Mereka yakin bahwa UAV akan menjadi alutsista tempur utama di masa depan. Sebut saja China, India, Iran, Israel, Rusia, Turki dan tentu saja Amerika Serikat (AS), negara-negara inilah yang saat ini menjadi pemain dalam bidang ini.

Dari semua penelitian dan pengembangan UAV, sebagian besar dilakukan oleh AS. Namun rancangan desain UAV dari 6 negara lainnya tersebut tidak bisa dipandang sedikit, setidaknya total mereka sudah memiliki 200 lebih desain dan rancangan UAV yang sudah diproduksi dan termasuk juga yang masih dalam tahap pengembangan.


Tidak dipungkiri, AS menjadi pemain besar untuk urusan UAV, setelahnya baru China dan Israel. Perusahaan-perusahaan China kini sudah memiliki berbagai rancang desain dan produksi UAV, banyak diantaranya yang mirip dengan UAV milik AS. Israel juga sudah sejak lama menyuplai UAV untuk militernya sendiri dan untuk diekspor, dan terus mendesak pemerintahannya agar lebih agresif mendukung pengembangan UAV. Soal pengalaman tempur menggunakan UAV, Israel memang tidak kalah dari Amerika Serikat (mengingat mereka menggunakannya secara intensif terhadap pejuang Palestina). China juga telah mendorong pabrikan dirgantara mereka agar melakukan upaya apapun guna mengembangkan dan menghadirkan pasar bagi UAV buatannya. Untuk mewujudkannya, pemerintah China banyak menggelontorkan dana untuk pengembangan dan selain itu banyak teknologi rahasia UAV negara lain (terutama AS) yang diklaim dicuri oleh hacker China.

Rusia saat ini juga tengah mengembangkan UAV tempurnya sendiri (20 ton) yang akan siap pada 2018. India dan Turki juga mengembangkan UAV, tampaknya mereka memang ingin menunjukkan bahwa mereka bisa membangun UAV, sedangkan untuk Iran, ini memang menjadi keharusan karena sanksi senjata internasional telah menghentikan pasokan alutsista dari negara asing.

UAV yang sudah diproduksi China, India, Iran, Israel, Turki bahkan Rusia saat ini belum dirancang untuk tugas tempur berat, kebanyakan hanya untuk misi pengintaian dan serangan ringan. Sedangkan, teknologi UAV AS telah melompat jauh dengan hadirnya X-47B UCAV (Unmanned Combat Air Vehicle) siluman. Pada akhir tahun 2012 lalu, X-47B Angkatan Laut AS (US Navy) berhasil diterbangkan dengan sistem ketapel. Ini berselang 22 bulan sejak penerbangan konvensional pertamanya. 
Peluncuran dengan ketapel memang bukan dari kapal induk melainkan dari darat, namun ukuran landasannya dibuat sama persis dengan dek kapal induk dan dilengkapi dengan sistem ketapel. Ini merupakan peluncuran pertamanya dengan ketapel, dan terbukti X-47B bisa mengindari stress karena penggunaan ketapel. Uji coba X-47B lainnya kemudian di kapal induk, namun belum terbang, hanya sebatas memeriksa kemampuan bergeraknya di dek. Pada awal 2013, X-47B berhasil melakukan pendaratan pertamanya dengan menggunakan tail hook (sistem kawat penangkap di kapal induk) di sebuah lapangan udara yang juga dibangun dengan ukuran yang sama seperti dek kapal induk. Uji coba berhasil dan X-47B berhenti dengan sempurna, persis seperti pendaratan di kapal induk. Akhirnya peluncuran yang sebenarnya dari kapal induk terjadi pada 14 Mei lalu, sekaligus pendaratannya.

Selama ini US Navy memang bekerja keras guna mendapatkan UCAV yang bisa lepas landas dan mendarat dari kapal induk. Keberhasilan akan pengembangan X-47B sebenarnya sudah bisa dinilai pada 2011, kala itu US Navy menguji coba software pendaratannya, namun bukan menggunakan X-47B melainkan menggunakan F-18 (berawak), hasilnya F-18 mendarat mulus di kapal induk dengan kontrol penuh dari software tersebut. 

US Navy pertama kali meluncurkan UCAV pada tahun 2008. Pesawat kompak ini memilki rentang sayap hampir 20 meter, dan sebagian sayapnya bisa dilipat untuk menghemat tempat ketika di parkir. UCAV ini mampu membawa muatan hingga 2 ton dan dapat terus terbang di udara selama dua belas jam. Selain AS, yang baru mengembangkan pesawat sejenis adalah Rusia, China dan Israel.

UAV semacam ini juga diartikan sebagai pesawat tempur robot atau sering juga disebut-sebut sebagai cikal bakal pesawat tempur generasi ke-6. Angkatan-Angkatan Udara di dunia makin menyadari bahwa teknologi pilot robot untuk pesawat tempur ini akan cepat datang. Klaim analis UAV, siapapun yang menguasai teknologi ini akan mempecundangi mereka-mereka yang masih mengandalkan teknologi konvensional dalam pertempuran.

X-47B UCAV
US Navy sadar bahwa mereka memerlukan UCAV untuk kapal induknya agar bisa terus bertahan dari senjata-senjata anti kapal yang makin hari makin canggih. Rencanaya, pesawat ini akan beroperasional pada tahun 2018 (Rusia 2018 baru meluncurkan), tetapi komandan-komandan kapal induk AS menginginkan UCAV datang sesegera mungkin. Semua ini dipicu oleh kesadaran bahwa kapal induk AS harus bisa melumpuhkan targetnya minimal di jarak 800 km. Musuh-musuh potensial AS saat ini semakin memiliki pesawat dan rudal dengan jangkauan lebih dari 800 kilometer, ini akan sangat berbahaya. Salah satu solusinya tentu saja UCAV X-47B, yang memiliki jangkauan 2.500 kilometer.

Petinggi-petinggi US Navy bahkan lebih memilih pengurangan pesanan pesawat tempur F-35B dan F-35C untuk selanjutnya dana tersebut digunakan untuk membeli X-47B atau UAV sejenis. US Navy direncanakan membeli 680 unit F-35B dan F-35C dengan kisaran harga AS$ 100 juta masing-masing. Sebuah UCAV harganya bahkan kurang dari setengah itu dengan kemampuan kurang lebih sama, ditambah rentang yang lebih jauh dan tidak ada risiko kehilangan pilot.


Selain untuk misi tempur, pengintaian dan pengawasan, upaya baru dari pengembang adalah agar X-47B juga bisa ditugasi untuk misi serangan darat, seperti yang dilakukan UAV Predator selama lebih dari satu dekade. Muatan semakin banyak plus kemampuan tempur UAV yang kian meningkat telah membuktikan bahwa ini akan menggantikan jet-jet tempur dan pesawat pembom lainnya.


Berat X-47B adalah 20 ton, hanya lebih ringan 4 ton dari F-18A yang 24 ton, dan memiliki dua internal bay yang dapat mengakomodasi dua ton bom pintar. Setelah nantinya beroperasi secara baik dari kapal induk, X-47B akan dikembangkan lagi menjadi pesawat pembom, semacam UAV Reaper. US Navy selama ini terkesan dengan keberhasilan Predator dan Reaper, namun Reaper beratnya hanya 4,7 ton otomatis senjata yang dibawa juga tidak banyak. X-47B yang jauh lebih besar dari Reaper menggunakan mesin F100-PW-220, yang saat ini digunakan pada F-15 dan F-16. Pada dasarnya, X-47B adalah tulen pesawat tempur dalam ukurannya namun tidak dilengkapi dengan pilot di dalamnya.


Angkatan Udara AS (USAF) tidak memiliki "gerak" yang sama dengan US Navy karena kedua Angkatan ini memiliki pandangan yang berbeda mengenai penggunaan UAV. Ketika dekade lalu USAF setuju untuk bekerjasama dengan US Navy soal UAV, maka USAF cenderung lebih bekerja sebagai "pasukan cadangan". Tidak banyak lagi yang bisa USAF lakukan karena US Navy lah dengan jet tempur dan UAV-nya yang terdepan untuk memberikan gelombang kejut kuat dalam serangan, apalagi nanti ditambah dengan penggunaan UCAV.


Alasan penggunaan UCAV sebenarnya cukup sederhana, pilot yang memenuhi kualifikasi untuk menjadi pilot pesawat kapal induk itu "sangat mahal", ini terkait biaya tinggi dan upaya yang sulit untuk melatihnya. Ditambah lagi, para pilot tersebut mau tidak mau harus terus ada di satuan artinya pilot harus terus "dihidupi" dan dilatih. Selain itu harga UCAV diklaim tidak sampai setengah harga F-35. Maka itulah US Navy yakin bahwa UCAV memang pesawat masa depan untuk kapal induk.





Sumber : Artileri

Natuna Dijadikan Puncak Gelaran Angkasa Yudha TNI AU



au-sub

JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara akan menggelar Latihan Puncak Angkasa Yudha tahun 2013 yang dipusatkan di Ranai Kepulauan Natuna (28/10 – 1/11), serta Lanud Supadio Pontianak dan Batam.


Latihan Puncak Angkasa Yuhda merupakan latihan akumulasi dari latihan tingkat perorangan, tingkat satuan, antar satuan hingga tingkat antar satuan untuk menguji kesiapsiagaan satuan sekaligus menguji doktrin operasi udara dalam menanggulangi kontijensi.


Latihan ini juga ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan tempur personel jajaran Koopsau I, Koopsau II, Kohanudnas, Korpaskhas dan dinas terkait serta menguji doktrin yang digunakan dalam penyeleggaraan operasi udara.


Dengan tema “Kogasudgab beserta perkuatannya melaksanakan operasi di Pulau Natuna dan sekitarnya guna mendukung Kogab TNI dalam rangka menjaga keutuhan NKRI”., dengan tujuan untuk melatih kemampuan Kogasudgab untuk mendukung Komando Gabungan TNI dalam menghadapi operasi militer menghadapi ancaman terhadap keamanan nasional di kawasan ini.


au-tengah
Dalam latihan ini operasi udara Kogasudgab yang akan dilaksanakan adalah Operasi Pertahanan Udara, Pengintaian Udara Strategis, Serangan Udara Strategis, Operasi Khusus, Penerjunan Pengendali Tempur (Dalpur), Pengintaian Udara, Operasi Lawan Udara Opensif, Serangan Udara Langsung (SUL), Operasi Perebutan dan Pengendali Pangkalan Udara (OP3U), Bantuan Tembakan Udara (BTU), Air Landed, SAR Tempur, Pengungsian Medis Udara (MPU), Operasi Dukungan Udara serta Operasi Informasi yang meliputi Operasi Public Affair, Operasi Psikologi, Kontra Opini, Perang Elektronika dan Cyber Warfare. 

Alutsista pesawat tempur yang dilibatkan antara lain 8 pesawat Hawk 109/209 di Lanud Supadio, 6 SU-27/30 Sukhoi di Batam, 5 F-16 di Lanud Supadio, 4 Super Tucano dan 1 Flight Hawk MK-53 di Lanud Supadio. Sedangkan satuan dukungan tempur meliputi 9 pesawat C-130 Hercules di Lanud Halim Perdanakusuma termasuk PMU da Tanger Udara (KC), satu CN-235, satu CN-295, satu Cassa-212 dan 2 Boeing 737 di Lanud Halim Perdanakusuma serta 3 Helikopter SA-330 Puma dan 2 Helikopter EC-120 Colibri.


Sebelum dilaksanakan geladi lapang, akan dilaksankan geladi Posko di Kampus Seskoau Lembang 21-24 Oktober dan akan dibuka oleh Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia dalam suatu upacara di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (7/10).






Sumber : Poskota

TNI AL Tingkatkan Pengamanan Perbatasan Khususnya Kepri

NATUNA-(IDB) : TNI AL meningkatkan pengamanan wilayah perbatasan, khususnya di sekitar perairan Kepulauan Riau (Kepri), seiring tingginya potensi pelanggaran batas wilayah. Itu dilakukan untuk menjaga pulau terluar agar tidak diakui negara lain.

"Perbatasan negara kita sangat dinamis dan sangat rentan, cukup banyak pelanggaran yang ditemui dan ditindak. Ada yang dilakukan kapal perang asing, yang biasanya langsung kita usir keluar dari wilayah perbatasan, ataupun illegal fishing yang dilakukan nelayan asing, yang biasanya kita tangkap dan kita tindak," kata Komandan Lanal Tarempa, Letkol Laut (P) Agung Jaya Saktika, di Anambas, kemarin.

Pengamanan di wilayah perbatasan, seperti di Kabupaten Kepulauan Anambas, perlu ditingkatkan karena sangat dinamis dan rentan terjadi pelanggaran batas wilayah. Wilayah Kepulauan Anambas berbatasan langsung dengan empat negara tetangga, yakni Malaysia, Vietnam, Kamboja, dan Th ailand. Posisi yang sangat strategis itu, tambah Agung, membuat banyak kapal asing yang melintas batas di perairan Anambas dan aparat patroli penjaga perbatasan sering mendapatkan kapal asing yang melewati wilayah perairan tersebut.





Sumber : KoranJakarta