TNI memasuki usia ke-68. Upaya reformasi institusi ini mulai menampakkan hasilnya. Mulai dari netralitas saat pemilu hingga pendirian pusat persiapan pasukan perdamaian. Namun, masih ada agenda yang harus dilakukan. Apakah itu?
JAKARTA-(IDB) :TNI telah kembali ke jati dirinya untuk menjalankan fungsi dan tugas pertahanan negara, yakni menjaga kedaulatan dan integritas wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Capaian ini harus dijaga.
Demikian pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
saat berpidato pada peringatan ulang tahun TNI ke-68 di Pangkalan Angkatan
Udara, Halim Perdanakusuma, Sabtu (5/10).
Menurut Presiden SBY, reformasi TNI nampak dari
netralitasnya saat Pemilu 2009. Presiden berharap TNI mampu menjaga netralitas
itu ketika Pemilu 2014. "Karena dengan cara itulah TNI akan semakin
dipercaya dan menjadi bagian penting dalam proses pematangan demokrasi di
Indonesia," katanya.
TNI juga makin berperan dalam misi perdamaian dunia,
bahkan mampu membangun Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian di Sentul, Jawa
Barat. Peace Keeping Center, demikian namanya, dibangun untuk menyiapkan
kontingen pasukan perdamaian hingga tingkat brigade.
Adapun terkait alutsista TNI, SBY mengingatkan
perlunya optimalisasi industri strategis dan industri pertahanan nasional
sebagai konsekuensi UU Nomor 16 Tahun 2012 tentang Industri Pertahanan. "Melalui
UU itu pula, kita fasilitasi kerjasama penelitian, perekayasaan, dan riset
dengan mitra dari negara-negara sahabat, utamanya untuk mempercepat penguasaan
ilmu pengetahuan dan alih teknologi pertahanan," katanya.
Merespons pernyataan Presiden SBY, Ketua Komisi I
Mahfudz Siddiq mengatakan, ada dua agenda besar yang harus dikelola TNI. Pertama,
penguatan institusi TNI. Kedua, kemampuan profesionalitas kemiliteran bagi personil.
"Dua hal itu penting di tengah-tengah terpuruknya
berbagai institusi/lembaga negara akibat terpaan isu korupsi dan inefisiensi,"
kata Mahfudz Siddiq di Jakarta, Sabtu (5/10).
Sumber : Jurnamen