Pages

Minggu, September 08, 2013

Putin : Anda Serang Sekutu Kami, Maka Kami Akan Datang

MOSCOW-(IDB) : Suasana tegang menyelimuti pertemuan  pemimpin dunia di forum G20, St Petersburg, Rusia.  Presiden Rusia, Vladimir Putin secara terbuka mengancam Presiden Amerika Serikat Barack Obama soal Suriah. Dilansir Russia Today, Jumat (06/09/2013), usai memastikan Obama membatalkan pertemuan empat mata, Presiden Putin mengatakan Rusia mungkin akan datang untuk membantu Suriah menyerang AS.


“Pesan kami adalah, jika Anda menyerang sekutu kami, maka kami mungkin akan datang,” tegas Putin.


Pernyataan terkeras Putin itu ditanggapi serius oleh Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Martin Dempsey. Dilansir FoxNews, Pentagon telah memprediksi bahwa serangan militer AS ke Suriah bisa berubah menjadi perang asimetris antara AS dan Rusia.


“Kemungkinan terjadi baku tembak dengan tentara Rusia sangat terbuka, karena kita menyerang sekutu mereka,” jelas Dempsey.


Kongres AS  juga terkejut mendengar ancaman Putin. Anggota Kongres dari Partai Republik, George Holding, dalam pertemuannya dengan para jenderal Pentagon, mengatakan jika pilihan serangan militer ke Suriah dilakukan, harus dipikirkan apa yang akan dilakukan AS jika Rusia memutuskan untuk ikut menyerang.


“Sikap dan pernyataan Presiden Putin jelas menunjukkan Rusia sepertinya punya pilihan untuk menyerang kita di arena pertempuran sebagai balasan bagi AS karena kita  menghantam sekutu kuat mereka di Timur Tengah,” ujar Holding.


Menjawab kekhawatiran itu, Jenderal Dempsey menolak untuk memberikan jawaban, Ia hanya berharap hal itu tidak akan terjadi, meski peluang Rusia terlibat dalam perang cukup terbuka.

“Rusia memiliki kemampuan seperti perang asimetris, termasuk cyber dan akhirnya bisa berujung pada senjata nuklir strategis. Tapi saya tidak mau berspekulasi dulu soal itu,” pungkas Dempsey. 





Sumber : JKGR

Latma Lantern Iron 13-1 Marinir Indonesia Amerika Berakhir


BANYUWANGI-(IDB) : Inspektur Korps Marinir (Irkormar) Kolonel Marinir Bambang Priambodo mewakili Komandan Korps Marinir  Mayor Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington secara resmi menutup Latihan Bersama Marinir Indonesia – Amerika di Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Lampon, Pesanggaran, Banyuwangi, Jumat, (6/9/2013).


Penutupan Latihan Bersama dengan sandi Lantern Iron 13 – 1 yang melibatkan 77 prajurit, 69 prajurit Batalyon Intai Amfibi-1 Marinir dan 8 prajurit Tim-2 Kompi Delta Batalyon-1 US MARSOC (United States Marines Special Operation Comand) tersebut ditandai dengan pelepasan tanda peserta latihan oleh Inspektur Korps Marinir kepada perwakilan peserta latihan.


Dalam amanat tertulis yang dibacakan Irkormar, Komandan Korps Marinir mengatakan selama delapan belas hari mulai tanggal 20 Agustus sampai dengan 6 September 2013, telah dilaksanakan latihan bersama antara Korps Marinir Indonesia dan USMC. Merupakan sesuatu yang membanggakan dimana latihan bersama antara dua negara dapat terlaksana dengan aman dan lancar serta seluruh  materi latihan yang telah disusun dapat terlaksana dengan baik.




Dengan selesainya latihan ini, lanjutnya, diharapkan prajurit Yontaifib-1 Mar dan Tim-2 Kompi Delta Batalyon-1 US MARSOC banyak mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, sehingga pengalaman dan pengetahuan tersebut dapat dijadikan sebagai modal dalam menunjang pelaksanakan tugas pokok satuan  masing–masing.


Menurut orang nomor satu dijajaran korps baret ungu itu bahwa latihan bersama tersebut disamping bertujuan untuk meningkatkan ketrampilan dan profesionalisme prajurit, juga dalam rangka menciptakan hubungan persaudaraan yang erat antara pasukan dari kedua negara, sehingga kerjasama militer di bidang pertahanan dapat diwujudkan.


Sementara itu, Kapten USMC Bombaci selaku tertua dari Tim-2 Kompi Delta Batalyon-1 US MARSOC mengatakan sangat terkesan dengan latihan bersama ini, dan ia sangat senang bisa bertukar ilmu dengan Marinir Indonesia khususnya prajurit Batalyon Intai Amfibi-1 Marinir, selain itu ia juga mengharapkan agar latihan seperti ini dapat berlanjut sehingga dapat menjalin kerjasama antara Marinir Amerika dan Marinir Indonesia.

 


Rangkaian acara diakhiri dengan pemberian cindera mata dari Batalyon Taifib-1 Marinir yang diwakili oleh Lettu Marinir Wahyudi kepada Kapten USMC Bombaci dan cinderamata dari Tim-2 Kompi Delta Batalyon-1 US MARSOC yang diwakili Sergeant Derek kepada Letkol Marinir Edy Cahyanto, acara ditutup dengan foto bersama.


Turut hadir dalam kesempatan tersebut Atase Pertahanan Amerika untuk Marinir Letkol USMC Avilla, Komandan Puslatpurmar Baluran Letkol Marinir Agus Gunawan Wibisono dan para pejabat TNI/Polri di wilayah Banyuwangi.





Sumber : Kormar

Indonesia Siap Jadi Tuan Rumah Latma Penanggulangan Terrorisme

SENTUL-(IDB) : Tahun ini, Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah penyelenggara Asean Defence Minister Meeting (ADMM) dan Amerika Serikat sebagai deputi penyelenggaranya. ADMM adalah pertemuan tahunan menteri-menteri pertahanan se- dunia yang rencanya akan diadakan 9 -13 September mendatang di Indonesian Peace and Security Center (IPSC), Sentul, Bogor.
Salah satu agenda dalam ajang ini adalah latihan antiteror atau penanggulangan terorisme.
"Indonesia bersama Amerika Serikat ditunjuk untuk melakukan latihan penanggulangan teroris," kata Direktur latihan Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo dalam jumpa pers di kantor Kemenhan, Rabu (4/9/2013).
Dalam latihan tersebut akan melibatkan anggota TNI sebanyak 405 dalam kesiapan simulasi penangkapan teroris dari personel TNI.
Terdapat 18 negara yang terlibat dalam kerja sama ini terdiri dari 10 negara Asean dan 8 negara mitra, yaitu Australia, Amerika Serikat, China, Selandia Baru, Korea Selatan, Rusia, India, dan Jepang.
Berikut Foto2 demonstrasi Pasukan Khusus Anti Teror :








Sumber : PelitaOnline

Indonesia Siap Kirim Pasukan Perdamaian Ke Suriah

JAKARTA-(IDB) : Indonesia siap mengirimkan pasukan perdamaian ke Suriah bila PBB berhasil memaksa pihak berkonflik untuk gencatan senjata. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan, gencatan senjata cara yang dapat ditempuh PBB untuk menyelesaikan konflik Suriah yang semakin memanas dan bisa tidak terkendali.

"Saya terus menjalin komunikasi dengan Sekjen PBB dan sejumlah kepala negara untuk mencari solusi mengakhiri konflik Suriah ini," kata Presiden SBY di dalam pesawat kepresidenan dari penerbangan St Petersburg menuju Dubai dan Jakarta, Sabtu.

Dalam pertemuan pemimpin dunia di G-20 Petersburg, Rusia, Presiden menyampaikan opsi penyelesaian konflik Suriah, di luar opsi yang kini berkembang, yakni opsi militer dan opsi diplomasi. Menurut Presiden, harus ada opsi alternatif, yakni gencatan senjata antara pemerintah Suriah dan oposisi.

Di Petersburg, kepada Sekjen PBB, Ban Ki Moon yang didampingi utusan khusus PBB untuk Suriah dan Liga Arab, Lakdhar Brahimi, Presiden menyarankan DK PBB segera memutuskan gencatan senjata dan memberi mandat pasukan perdamaian. Setelah gencatan senjata dilaksanakan atas mandat PBB, dilanjutkan pengalokasian bantuan kemanusian, dan penyelesaian politik yang transparan oleh rakyat Suriah.

Presiden mengatakan, kemampuan Indonesia untuk menyelesaikan konflik Suriah ini terbatas. Indonesia bukan negara super power, bukan pula negara yang memiliki hak veto, juga bukan anggota DK PBB. Namun, sebagai negara yang berpenduduk mayoritas muslim, Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk menghindari tragedi kemanusiaan di Suriah.

"Saya terus bekerja, melakukan dialog, komunikasi dengan sejumlah pemimpin negara berpengaruh. Namun perlu juga dipahami bahwa posisi Indonesia tidak cukup kuat untuk penyelesaian konflik ini, namun kita tidak berdiam diri saja," ujar Presiden.

Sehari sebelum kembali dari Rusia, Presiden SBY bertemu Sekjen PBB Bang Ki Moon di St Patersburg, Rusia. Presiden menegaskan penyelesaian konflik Suriah tidak tepat melalui kekuatan militer. "Tidak tepat aksi militer untuk tujuan menghukum atau mencegah senjata kimia di Suriah tanpa kesepakatan PBB. Kekuatan militer bukan solusi yang baik, kita tidak menghendaki solusi itu," ujar Presiden dalam jumpa pers usai KTT G-20 di St Petersburg.

Konflik Suriah menjadi perhatian besar pertemuan pemimimpin puncak G-20 di Petersburg. Apalagi, semua pemimpin negara yang memiliki hak veto PBB hadir dalam pertemuan tersebut, yakni Presiden AS, Presiden Rusia, Presiden China, PM Inggris, dan Presiden Prancis. Lima negara pemilik hak veto tersebut mempunyai pandangan berbeda dalam penyelesaian soal Suriah ini, ada yang setuju kekuatan militer, ada yang menolak.

Rusia salah satu penentang penggunaan kekuatan militer. Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan, serangan terhadap Suriah tanpa persetujuan Dewan Keamanan PBB, sama artinya melakukan agresi militer. Putin juga menyebutkan, pemimpin Suriah Bashar al Assad tidak mungkin menginzinkan pasukannya menggunakan senjata kimia.

Para analis menduga, Presiden Barack Obama berupaya meyakinkan negara-negara G-20 untuk menyetujui rencana AS menyerang Suriah dengan alasan senjata kimia. Namun, upaya ini disambut dingin. Para pemimpin dunia yang hadir di KTT ini cenderung menyerahkan soal ini ke Dewan Keamanan PBB dan mendorong penyelesaian politik daripada kekuatan senjata.

Presiden Dewan Eropa, Herman Van Rompuy di St.Petersburg menyatakan, solusi memnyelesaikan persoalan Suriah bukan dengan kekuatan militer. "Jangan ada solusi militer, hanya penyelesaian politik yang dapat menghentikan konflik di Suriah," katanya.

Seruan serupa juga disampaikan Presiden Komisi Eropa, Jose Barroso. "Uni Eropa berkeyakinan bahwa harus ada upaya keterlibatan melalui solusi politik bagi konflik tersebut," kata Barosso.





Sumber : Jurnas