Pages

Minggu, September 01, 2013

TNI Kirim Tim Untuk Pelajari Spesifikasi Apache

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan RI akan mengirimkan tim khusus ke Amerika Serikat untuk mengetahui secara pasti detail spesifikasi helikopter serbu Apache. Helikopter Apache disebut-sebut akan dibeli dan ikut memperkuat Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) Indonesia.
 
“Spesifikasi teknologinya harus jelas betul, yang dibeli seperti apa. Terakhir yang akan berangkat ke AS ada Sekjen Kemhan yang saat ini menjadi KSAD,” kata Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro, yang ditemui sesaat setelah peluncuran buku Susaningtyas Nefo Handayani berjudul, 'Komunikasi dalam Kinerja Intelijen Keamanan', Jumat (30/8).


Menurut Purnomo, sistem persenjataan sebuah alat tempur sangat mempengaruhi harga. Suatu peralatan tempur yang dilengkapi dengan sistem deteksi radar tentu lebih mahal dibandingkan dengan yang tidak ada.


Ditegaskan, pembelian helikopter Apache merupakan rencana pertahanan jangka panjang. Oleh sebab itu, kenaikan nilai tukar rupiah terhadap dollar diharapkan tidak akan berpengaruh banyak terhadap rencana pembelian ini.


Dijelaskan Menhan, Indonesia membutuhkan satu skuadron helikopter serbu atau membutuhkan sebanyak 16 helikopter. Kalau Indonesia beli delapan unit heli Apache, maka bisa dikatakan baru setengah skuadron. Untuk menggenapinya, akan dikombinasi dengan heli tempur buatan dalam negeri .


“Yang dibutuhkan satu skuadron heli kopter serang atau sebanyak 16 unit. Kalau kita beli delapan unit helikopter Apache, berarti baru setengah skuadron. Mungkin ada kombinasi, seperti halnya pesawat tanpa awak (UAV), setengah skuadronnya merupakan buatan dalam negeri,” jelas Purnomo.


Sebelumnya, melalui kementerian Pertahanan AS, pembelian helikopter serang Apache AH-64 telah disetujui negara adidaya itu. Kementerian Pertahanan pun menyambut baik dengan berencana siapkan satu skuadron Helikopter Serang Apache AH-64, seiring disetujuinya pembelian helikopter dari AS.


Indonesia mengapresiasi komitmen Pemerintah AS untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan kemampuan pertahanan melalui berbagai program kerja sama pertahanan (Defence Cooperation). Salah satunya seperti pengadaan helikopter serbu Apache.





Sumber : BeritaSatu

Profile Komando Baru TNI

Profil Panglima TNI Jendral Moeldoko

JAKARTA-(IDB) : Jenderal (TNI) Moeldoko resmi menjabat sebagai Panglima TNI setelah dilantik oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (30/8/2013). Moeldoko menggantikan Laksamana (TNI) Agus Suhartono yang memasuki masa pensiun. 

Moeldoko merupakan perwira penerima Bintang Adimakayasa sebagai lulusan terbaik Akabri tahun 1981. Pria kelahiran Kediri, 8 Juli 1957, itu menikahi Koesni Harningsi dan dikaruniai dua anak, yakni Randy Bimantoro dan Joanina Rachma. 

Moeldoko mengawali karier sebagai Komandan Peleton di Yonif Linud 700 Kodam VII/Wirabuana tahun 1981. Setelah itu, ia menjabat Komandan Kompi A Yonif Linud 700/BS, Kepala Seksi Operasi Yonif Linud-700-BS, Perwira Operasi Kodim 1408/BS Makassar, dan Wadan Yonif 202/Tajimalela. 

Moeldoko kemudian menjabat Kepala Seksi Teritorial Brigif-1 PAM IK/JS, Danyonif 201/Jaya Yudha, Dandim 0501 BS/Jakarta Pusat, Sepri Wakil KSAD, Pabadya-3 Ops PB-IV/Sopsad, Dan Brigif-1 Pengamanan Ibu Kota, dan Asops Kasdam VI/TPR. 

Jabatan lain, Dirbindiklat Pussenif, Danrindam VI/TPR, Danrem 141/TP Dam VII/WRB, Pa Ahli KSAD Bidang Ekonomi. Tahun 2008, Moeldoko menjabat Dirdok Kodiklat TNI AD, Kasdam Jaya tahun 2009, Pangdivif 1/Kostrad 2010, Pangdam XII/Tanjungpura tahun 2010, Pangdam III/Siliwangi tahun 2010, Wagub Lemhannas tahun 2011, Wakil KSAD tahun 2013, dan KSAD tahun 2013. 

Moeldoko juga pernah mengikuti Operasi Seroja Timor-Timur tahun 1984 dan Konga Garuda XI/A tahun 1995. Ia juga pernah mendapat penugasan di Singapura, Jepang, Irak-Kuwait, Amerika Serikat, dan Kanada. 

Tanda kehormatan negara yang pernah diraih Moeldoko berupa Satya Lencana Kesetiaan VIII, XVI, dan XXIV, Satya Lencana Seroja, tanda jasa dari PBB, Satya Lencana Santi Dharma, Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, Bintang Yudha Dharma Nararya, dan Bintang Kartika Eka Paksi Utama.

Profil KSAD Letjen Budiman

Letnan Jenderal (TNI) Budiman resmi menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat setelah dilantik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Jumat (30/8/2013). Budiman menggantikan Jenderal (TNI) Moeldoko yang diangkat menjadi Panglima TNI. 

Budiman merupakan perwira penerima Bintang Adimakayasa sebagai lulusan terbaik Akabri tahun 1978. Pria kelahiran Jakarta, 25 September 1956, itu menikah dengan Wanti Mirzanti. Ia memiliki tiga anak, yakni Budi Diwyacitta, Budi Wiratama, dan Anindyanari. 

Budiman mengawali kariernya sebagai Danton Yonzipur-3 di Kodam III/Siliwangi. Setelah itu, ia menjabat Danki-A Yonzipur-3 Kodam III/Siliwangi, Dankitar Akabri Darat, Pasiops Yon Dewasa Tarsis Akmil, Dan Kotakta Yontar Remaja, Kasi Siapsat Bagbinsat Ditziad, dan Danden Zipur-6/Kodam VI Tanjung Pura. 

Setelah itu, Budiman masuk ke Kopassus sebagai Kazi Kopassus, Danyon Zipur-10 Kostrad, dan Pabadya-3/Latgab Panan-II/Sopsad. Ia diangkat menjadi Sespri Wakil KSAD tahun 1997, kemudian Sespri KSAD tahun 1998 dan Koorspri KSAD pada tahun yang sama. 

Tahun 1999 Budiman menjabat Komandan Pusdikzi di Bogor, lalu Paban II/Bindik Spersad tahun 2002. Pada 2002 ia diberi kepercayaan menjabat Danrem 061/Surya Kencana Dam III/Siliwangi. Setelah itu, ia menjabat Perwira Staf Ahli Tingkat III Bidang Polkamnas dan Sesmil Setneg tahun 2008. 

Jabatan penting dan strategis lain yang pernah dijabat, yakni Pangdam IV/Diponegoro tahun 2009, Dankodiklat TNI AD tahun 2010, dan Wakil KSAD tahun 2011. Sebelum menjabat KSAD, Budiman menduduki posisi Sekjen Kementerian Pertahanan. 

Budiman pernah menjalani tugas di beberapa negara, di antaranya Amerika Serikat, Australia, Somalia, Papua Niugini, Denmark, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Lulusan Lemhannas tahun 2005 itu juga pernah mengikuti berbagai operasi militer, seperti Operasi Seroja di Timor-Timur, Operasi Bhakti Trans Kalimantan, dan Unoson II di Somalia. 




Sumber : Kompas

India Berniat Sewa Kapal Selam Nuklir Rusia

NEW DELHI-(IDB) : Kapal selam India "INS Sindhurakshak", yang tenggelam setelah sebelumnya meledak dan terbakar pada 14 Agustus lalu adalah kapal selam seharga US$ 270 juta dolar. Puluhan kru terperangkap di dalamnya dan tewas.


INS Sindhurakshak
INS Sindhurakshak di kota pelabuhan Mumbai, India

INS Sindhurakshak sebenarnya pada Januari lalu baru kembali dari galangan kapal Rusia untuk overhaul guna menambah masa pakainya hingga 10 tahun. Kapal selam diesel listrik kelas Kilo ini selesai dibangun di St Petersburg, Rusia, pada tahun 1997 dan dilantik oleh India pada 24 Desember 1997. INS Sindhurakshak digunakan India untuk misi patroli dan menjaga komunikasi kelautan, anti kapal perang, kapal selam dan target darat.

Sekarang India hanya memiliki 13 kapal selam dan hanya 7 atau 8 saja diantaranya yang siap untuk tugas perang. Karena lemahnya kemampuan perang bawah laut, India kini makin terancam oleh kekuatan China dan Pakistan.


Namun ada kabar baik bagi Angkatan Laut, India saat ini sedang melakukan negosiasi dengan Rusia untuk menyewa kapal selam nuklir. Jika semuanya berjalan lancar, India akan kembali kedatangan kapal selam nuklir dalam waktu satu tahun ke depan atau mungkin lebih cepat.


India dan Rusia memang sudah beberapa kali membicarakan perihal penyewaan kapal selam nuklir ini. Kebetulan, gagasan untuk mendapatkan sewaan kapal selam nuklir dari Rusia ini dibarengi oleh bencana INS Sindhurakshak. Namun hilangnya INS Sindhurakshak semakin menambah momentum India untuk menyewa kapal selam nuklir.


Selama ini India memang selalu mendapatkan sinyal positif dari Rusia. Selama bertahun-tahun, kerjasama politik dan pertahanan kedua negara ini telah saling menguntungkan. Rasanya tidak ada negara lain yang dapat mengisi "kekosongan besar" dari kemampuan strategis bawah laut yang India hadapi sekarang. Rusia menjadi satu-satunya negara tempat India bernaung saat kebutuhannya mendesak.


Pembicaraan selanjutnya antara Menteri Pertahanan India dan lawan bicaranya dari Rusia kemungkinan akan dilanjutkan minggu depan, dan bila pembicaraan ini bergerak ke arah positif maka ada kemungkinan baik atas masalah yang dihadapi India saat ini.


India memang memiliki hubungan politik dan pertahanan yang dekat dan hangat dengan Rusia. Tidak hanya kali ini, sebelumnya India juga pernah menyewa kapal selam nuklir Rusia pada kuarter terakhir abad ini yang kemudian dinamai India sebagai INS Chakra. Kala itu tahun 1988, dan penyewaan selama tiga tahun. Penyewaan kedua kapal selam nuklir dari Rusia terjadi pada tahun 2011 dan juga diberi nama INS Chakra, dan dilantik ke Angkatan Laut India pada tahun lalu. Kali ini India menyewa untuk jangka waktu 10 tahun dengan biaya US$ 1 miliar.


Kapal selam nuklir yang bakal disewa India saat ini dari Rusia juga untuk jangka waktu 10 tahun. Sebenarnya Rusia sudah memberikan sinyalemen positif untuk menyewakannya kepada India, namun hanya saja sepertinya terkait masalah harga. Melihat situasi ekonomi saat ini, rasanya tidak mungkin Rusia kembali menyetujui biaya penyewaan sebesar US$ 1 miliar untuk jangka waktu 10 tahun seperti pada INS Chakra sebelumnya.


INS Chakra
INS Chakra, kapal selam nuklir kedua yang disewa India dari Rusia
Penyewaan kapal selam nuklir untuk Angkatan Laut India sejauh ini dimonopoli oleh Rusia, karena memang tidak ada negara lain di dunia ini yang bersedia untuk melakukannya. Namun entahlah apakah India juga mendekati negara lain yang memiliki armada kapal selam nuklir besar seperti Amerika Serikat, Perancis atau Inggris untuk memuluskan niatnya.

Mengingat fakta bahwa hubungan India dengan negara-negara Barat yang disebutkan di atas secara substansial telah mencapai puncaknya dalam beberapa tahun terakhir, sebagian analis menilai bahwa misi India untuk menyewa kapal selam nuklir ke negara Barat bukan lagi "mission impossible". Seperti Amerika Serikat yang saat ini sudah berani menawarkan transfer teknologi alutsista mahal ke India, seharusnya menyewakan kapal selam nuklir untuk India juga bukan lagi hal tabu bagi AS.


Seandainya hal itu memang benar-benar terjadi, India tentu akan dimanjakan dengan berbagai pilihan dan akhirnya Rusia terpaksa harus menurunkan harga sewanya. Namun kembali lagi, masih terlalu dini untuk membicarakan hal ini.




Isu lain dari pembicaraan-pembicaran terakhir antara India dan Rusia adalah perihal pengembangan pesawat tempur generasi kelima FGFA dan kemajuan yang dicapai kapal induk INS Vikramaditya yang dibeli India dari Rusia yang saat ini tengah menjalani uji coba laut tahap akhir.



Sumber : Artileri