Pages

Senin, Agustus 19, 2013

China Indonesia Mantapkan Kerjasama Industri Pertahanan

BEIJING-(IDB) : Indonesia dan China sepakat untuk memantapkan kerja sama industri pertahanan berdasarkan prinsip saling menguntungkan dan saling menghormati.

"Indonesia dan China telah memiliki kerja sama yang baik, termasuk dalam industri pertahanan," kata Dirjen Departemen Perdagangan Militer dan Hubungan Luar Negeri State Administration for Science, Technology and Industry for National Defense (SASTIND) Zhan Chunli di Beijing, Senin.

Dalam pertemuan kedua kerja sama pertahanan Indonesia-China, ia mengatakan pihaknya mengharapkan kerja sama yang telah terjalin baik dapat ditingkatkan dan diperluas di masa datang.

"Karena itu dalam pertemuan kali ini diharapkan dapat disepakati sejumlah perkembangan yang telah dijalankan sebelumnya oleh kedua pihak dalam kerja sama industri pertahanan," kata Zhan Chunli.

Ia menegaskan dengan pemantapan butir-butir kerja sama yang telah disepakati dalam pertemuan sebelumnya, diharapkan kerja sama industri pertahanan kedua negara akan semakin luas.

Sementara Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI Pos Hutabarat mengatakan Indonesia sangat menyambut positif kerja sama industri pertahanan dengan China.

"China menjadi salah satu mitra strategis bagi pengembangan industri pertahanan Indonesia, banyak hal yang dapat kita kerja sama dengan dasar saling menguntungkan," katanya.

Sebelumnya Kemhan RI dan SASTIND telah menyepakati sejumlah poin kerja sama industri pertahanan seperti produksi bersama, pengembangan bersama, pemasaran bersama serta alih teknologi.

"Kedepan sejumlah poin yang sudah disepakati itu dapat dimantapkan lagi sehingga benar-benar memberikan manfaat dan keuntungan bagi industri pertahanan kedua negara, dan bagi hubungan kedua pihak di masa depan," ujar Pos Hutabarat.

Selama ini Indonesia telah menjalin kerja sama industri pertahanan dengan China, antara lain dalam pengembangan bersama peluru kendali C-705, dan telah melakukan pembelian senjata dari China seperti rudal panggul QW3 untuk Pasukan Khas TNI Angkatan Udara.

Dalam pertemuan kedua itu, masing-masing industri pertahanan kedua pihak melakukan presentasi tentang produk yang dimiliki.

Dari pihak Indonesia terdapat PT LEN, PT Dirgantara Indonesia, PT Indadi Setia, dan PT Info Global. Sedangkan pihak China menampilkan antara lain PT CETC, Nourinco, dan ALIT.





Sumber : Antara

Indonesia Russia Military Ties Going Strong

Russia and Indonesia share a long history of military and technical cooperation. Russia has delivered 12 Sukhoi fighters to Indonesia since 2003; a further four deliveries are pending. Find out more.
 
MOSCOW-(IDB) : The USSR began selling arms to Indonesia almost immediately after the two countries established diplomatic relations in 1950. In those early years, Indonesian naval and air force personnel were sent to study in the Soviet Union. However, the relations soured in the mid-1960s for political reasons.

The parties attempted to resume contacts in the early 1990s, but a number of factors prevented them from re-establishing close contacts until the 2000s.

For example, talks had been on about deliveries of Russian Sukhoi Su-30 fighters to Indonesia since 1997, but the first examples of the type were not delivered until 2003.

Russian and US presence in Indonesia


The resumption of Russian-Indonesian military contacts was largely facilitated by a split between Indonesia and the USA.

Washington had been running a protracted embargo on arms sales to Jakarta, accusing Indonesia of human rights violations in East Timor.

The full ban on arms sales, including spares, was on from 1999 to 2005.

The USA has since repaired ties with Indonesia, but Jakarta now knows better than to put all its eggs in one basket. Indonesia is diversifying its arms imports, looking both to the USA and Russia.

In 2011, the USA agreed to deliver 24 used Lockheed Martin F-16 C/D Block 25 fighter jets to Indonesia, free of charge.

In late 2012, the countries launches talks over deliveries of Sikorsky UH-60 Black Hawk utility helicopters and Boeing AH-64D Apache attack helicopters.

This pragmatic approach allows Jakarta to safeguard its imports, while maintaining neutrality in the gunpowder keg of a regional environment.

Russian arms sales to Indonesia

 


Russia has delivered 12 Sukhoi fighters to Indonesia since 2003; a further four deliveries are pending.

Moscow has also sold Jakarta Mil Mi-35 and Mi-17 helicopters, BMP-3F infantry fighting vehicles, BTR-80A armoured personnel carriers, and AK-102 assault rifles.

An intergovernmental commission for military technical cooperation was set up in 2005; in 2007, Moscow extended a $1 billion credit line to Jakarta for purchasing various Russian military hardware.

Over the past several years, military cooperation between Russia and Indonesia has expanded beyond arms trade.

In 2011, the Russian and Indonesian navies practiced anti-piracy counteraction in their first ever joint exercise.

Russia and Indonesia also continue multilateral cooperation in the ASEAN format. In July 2004, Russia and ASEAN signed a declaration on joint counteraction to terrorism.

The ASEAN Defence Ministers’ Meeting Plus Counterterrorism Exercise will be held in Indonesia on 9-13 September.

ASEAN and Russia also hold annual meetings and work group sessions on maritime security, humanitarian assistance and disaster relief, military medicine, peacekeeping operations, and humanitarian mine action.

Cooperation potential 

At the Indo Defence Expo & Forum held in Indonesia in 2012, Defence Minister Purnomo Yusgiantoro invited Russia to get directly involved in developing the Indonesian Armed Forces.
This proposal opens further opportunities for cooperation. Moscow has already offered Jakarta to help develop its air defences.

At present, the Indonesian air defence troops have only short-range surface-to-air missile (SAM) systems.

Viktor Komardin, deputy head of Russia's state-run arms exporter Rosoboronexport, says Moscow can both sell individual SAM systems to Jakarta and help it set up a comprehensive air defence network.

Says Edy Prasetyono, vice dean at the faculty of social and political sciences at University of Indonesia: "Indonesian-Russian military cooperation has not made any significant progress not only in military sale, but also in other areas of military cooperation such as military exercise, training, and education. There are a lot of areas that the countries can develop further: anti-terror measures, disaster relief operation, and personal exchange. Both Embassies in each capital need to have more intensive interactions to identify common interests and formulate operational policy of how to achieve them".

"Indonesia now has a defence industry bill by which development of the defence industry will be conducted through international cooperation. Thus, there is a room for Russia to cooperate with Indonesia especially in developing particular weapon platforms. The two countries need to negotiate on this particular area," he adds.




Source : RbthAsia

TNI Tergetkan Mencapai MEF Tahun Depan

JAKARTA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia (TNI) menargetkan tahun 2014 mendatang bisa mendukung Minimum Essential Force (MEF) atau pembangunan kekuatan dasar minimum. Sebab dana yang diberikan ke Kementerian Pertahanan lebih dari Rp 30 triliun.

 

Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan dana sebesar itu memang setengahnya untuk anggaran pegawai. Karena prajurit TNI di Angkatan Laut, Udara dan Darat mencapat lebih dari 500 ribu orang.

 

"Kita mencoba memaksimalkan belanja modal ini kita gunakan untuk pembangunan kekuatan kita jadi kalau kita lihat tadi kan sudah banyak karena Sukhoi," jelas Purnomo di Jakarta, Sabtu (17/8).

 

Purnomo menjelaskan tahun ini saja angkatan perang Indonesia sudah mempunyai kekuatan yang cukup. Semisal Main Battle Tank (MBT) yang sudah mencapai 150 unit. Ada lagi pesawat F16 sudah ada 24 unit. Begitu juga kapal selam yang jumlahnya 3 unit.

 

"kita kan sudah banyak. Nanti tahun depan lebih banyak lagi. Jadi kita berharap MEF yang akan kita capai tahun depan itu adalah 30 persen dari target tapi kita yakin akan dapat tambahan lebih," kata Purnomo.

 

Seperti yang diketahui di bidang pertahanan, RAPBN 2014 mengalokasikan dana untuk mendukung terlaksananya modernisasi dan peningkatan alat utama sistem persenjataan (Alutsista). Tujuannya, agar percepatan pembangunan kekuatan dasar minimum (Minimum Essential Forces/MEF), dan pengembangan industri pertahanan nasional dapat dicapai.
Sumber : Jaringnews

Analisis : Dibalik Penawaran 10 Kapal Selam Rusia

Kapal selam Kilo Rusia
Kapal selam Kilo made in Rusia


ANALISIS-(IDB) : Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyatakan, pemerintah Indonesia mendapatkan tawaran untuk  membeli sekitar 10 unit kapal selam dari Rusia. Jumlah ini di luar rencana pembelian tiga unit kapal selam dari Korea Selatan yang akan datang pada 2014.

“Kapal selam dari Rusia sudah ada. Mereka membuka kesempatan karena kedekatan dengan kita,” kata Purnomo saat ditemui di Istana Merdeka, Sabtu, 17 Agustus 2013.

Dalam kalimat langsung  yang dikutip tempo.co itu, Menteri Pertahanan menyatakan: “Kapal selam dari Rusia sudah ada”. Menteri Pertahanan menyampaikannya dengan kalimat multi tafsir. “Sudah ada” dalam artian telah ditawarkan atau “sudah ada” dengan arti Indonesia telah memiliki kapal selam Rusia.


Dia menyampaikan sebuah clue, namun tidak menjelaskannya lebih lanjut.

Informasi tentang tawaran 10 kapal selam Rusia, juga ditulis beritasatu.com. Menteri Pertahanan kembali menyampaikan kalimat yang multi tafsir:

“Memang ada tawaran lagi 10 kapal selama dari Rusia,” kata Menteri Pertahanan (menhan) Purnomo Yusgiantoro, Purnomo di kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8).

Logika kalimat Menteri Pertahanan tentang “tawaran lagi”, adalah, Indonesia sudah pernah ditawarkan dan membelinya atau setidaknya Indonesia punya track record yang bagus dengan produsen kapal selam Rusia. Kalau tidak memiliki rekam jejak yang bagus, tidak mungkin ditawarkan langsung 10 kapal selam (refurbish).


Kalau belum pernah membeli, seharusnya bunyi tawarannya begini: :Ini coba 2 kapal selam refurbish Rusia, kalau suka bisa tambah lagi”. Orang yang ditawarkan pun tidak akan terkejut.


Mengapa Rusia menawarkan langsung 10 kapal selam refurbish?. Karena tawaran mengambil 2 kapal selam dengan opsi bisa menambahnya hingga 10, telah dilakukan tahun 2007: In September 2007, it was announced that Indonesia had placed an order for two Kilo Type 636 submarines, plus options to purchase up to eight more.


Dalam berbagai catatan, Indonesia pernah menandatangani kontrak pembelian kapal selam dari Rusia, yang langsung disaksikan Presiden SBY dan Vladimir Putin.  Namun kelanjutan dari kontrak tersebut, tidak pernah dibuka secara terang  ke publik, apakah dieksekusi atau batal. Dengan adanya tawaran dari Rusia untuk pembelian 10 kapal selam refurbish, kontrak terdahulu semakin jelas seperti apa ENDING-nya.


Hal lain yang bisa ditangkap dengan tawaran 10 kapal selam dari Rusia, tersirat Indonesia sudah familiar/tidak merasa asing, dengan jenis kapal selam tersebut.


Padanannya kita rujuk kasus  pembelian 30 pesawat  refurbish F-16 eks AS.  Indonesia tadinya hendak membeli 8 pesawat baru F-16 Block 52, namun AS menawarkan 30 F-16 block 32 rekondisi dan Indonesia mengambilnya, untuk mengisi kekosongan fighter, dengan harapan KFX/IFX bisa terwujud sesuai waktu yang ditentukan.


Mengapa AS langsung menawarkan 30 pesawat tempur F-16 refurbish ?. Karena Indonesia adalah pengguna lama dari F-16, sehingga tidak ada perdebatan tentang kualitas pesawat, apakah pesawat itu bagus atau tidak.


Nah sekarang Rusia langsung menawarkann 10 kapal selam. Logikanya, Indonesia merupakan user / sudah terbiasa dengan  kapal selam yang ditawarkan.


Kasus pengguna baru, seperti Malaysia ditawarkan 2 Scorpene oleh Perancis. Singapura yang selama ini pengguna kapal selam Swedia, juga mencoba membeli 4 scorpene dari Perancis. Sementara Vietnam yang memiliki ikatan militer kuat dengan Rusia, membeli 6 kapal selam Kilo. Nah, untuk kasus Indonesia, Rusia langsung menawarkan 10 kapal selam refurbish. Tawaran ini bisa diartikan, Indonesia dianggap tidak asing dengan kapal selam tersebut. Apalagi operator kapal selam berjumlah puluhan, berbeda dengan pesawat tempur yang hanya dioperasikan oleh 1 atau 2 pilot.


Sejumlah dokumen tentang pelatihan TNI AL untuk menyambut kapal selam Kilo dari Rusia, sempat beredar. Dokumen itu dibuat tahun 2007. Jika dikaitkan dengan dokumen pelatihan awak kapal selam Kilo Indonesia, tawaran penjualan 10 kapal selam oleh Rusia menjadi klop dan nyambung. Artinya proyek pengadaan kapal selam Rusia dan pelatihannya yang ditandatangani tahun 2006-2007, tidak pernah berhenti.


Indonesia tampaknya memiliki program berkesinambungan dengan kapal selam Rusia.


Pengadaan 10 kapal selam refurbish dari Rusia (kalau jadi dibeli), akan memiliki positioning yang sama dengan 30 F-16 refurbish AS. 10 kapal selam itu, untuk menngisi kekosongan/ stopgap, hingga Indonesia bisa membuat kapal selam Changbogo Korea Selatan, atau dengan kata lain, hingga Indonesia membuktikan ketangguhan Kapal Selam Changbogo, saat mengoperasikannya nanti.


Berbicara tentang pembangunan kapal selam Changbogo, Indonesia mestinya optimis bisa membangun sendiri kapal selam tersebut. Militer Korea Selatan telah mengoperasikan 12 kapal selam Changbogo, sehingga tidak perlu dikhawatirkan, apakah kapal selam ini akan berwujud atau tidak. Dan Indonesia memesan 3 kapal selam Changbogo yang baru ke Korea Selatan.


Kembali tentang kapal selam dari Rusia. Saya jadi teringat dengan tulisan wartawan Radar Timika tentang kunjungan kapal selam 402 ke Sorong. Di situ sang wartawan berbicara cukup detil tentang spesifikasi dan kemampuan kapal selam tersebut, seperti: jumlah kru, kedalaman menyelam, serta lama perjalanan. Wakil Komandan Kapal Selam juga tidak ketinggalan menyebutkan jumlah kapal selam Indonesia.


Sang Wartawan pun memberi detil bahwa dia melihat langsung kapal selam tersebut dengan tulisan: Kapal selam sendiri sandar di pelabuhan Sorong, tepatnya di pelabuhan sebelah kanan disamping kapal pengangkut container.


Namun dari penjelasan itu semua, ada hal ganjil. Tulisan itu tidak menyebut jenis kapal selam yang dia lihat dan juga wawancarai Wakil Komandan Kapal-nya.


Jka anda menjadi wartawan dan bertanya tanya tentang sebuah mobil/motor di satu showroom, apakah l/motor tersebut, sementara anda telah melakukan pembicaraan cukup detil ?.


Yang paling mungkin terjadi, sang wartawan diminta tidak menyebutkan jenis kapal selam tersebut, kecuali nomer lambungnya 402. Kenapa ?.


Wakil Komandan Kapal menyebutkan awak kapal selam tersebut berjumlah 66 orang. Jumlah awak tersebut bukanlah muatan dari KRI Nanggala 402 type U-209 buatan Jerman Barat. KRI Nanggala 402 type 209, hanya mampu mengangkut 30-an awak kapal.


Agar tidak berbohong, sang wartawan hanya menuliskan nomer lambung kapal selam, menyebut jumlah muatan kapal, namun tidak menyebutkan jenis kapal selam tersebut. Mengapa jenis kapal selam tidak disebutkan, karena memang ada yang harus dirahasiakan.


Kapal selam sendiri sandar di pelabuhan Sorong, tepatnya di pelabuhan sebelah kanan disamping kapal pengangkut container…..

Kita jadi teringat dengan kalender TNI AL yang memasang disain photo kapal selam Kilo yang diberi nomer lambung 412. 






Sumber : JKGR