Pages

Sabtu, Juli 20, 2013

Panglima TNI : Perwira Harus Mampu Berpacu Pada Perubahan

Prasetya Perwira ini merupakan langkah awal dalam memasuki ruang pengabdian kepada bangsa dan negara. - See more at: http://militer-hankam.pelitaonline.com/news/2013/07/20/panglima-tni-perwira-harus-mampu-berpacu-pada-perubahan#.Uevrxaz4uu1
MAGELANG-(IDB) : Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, S.E. melantik dan mengambil sumpah 126 orang Perwira dalam sebuah upacara Prasetya Perwira Prajurit Karier (Praspa PK) TNI tahun 2013 di Akademi Militer Magelang, Jum’at (19/7/2013). 

Dalam amanatnya Panglima TNI mengatakan, Prasetya Perwira ini merupakan langkah awal dalam memasuki ruang pengabdian kepada bangsa dan negara. 

 Untuk itu, sebagai perwira TNI, kode etik perwira “Budhi Bhakti Wira Utama” harus menjadi nilai moral dan spiritual, yang senantiasa kuat melekat dalam jiwa, serta menjiwai implementasi Sapta Marga, Sumpah Prajurit dan Delapan Wajib TNI dalam setiap pelaksanaan tugas. 

Panglima TNI mengatakan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki harus dibangun di atas pilar-pilar kebangsaan dan nilai-nilai keprajuritan, sebagai langkah antisipatif terhadap pesatnya perkembangan era globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap peran, fungsi dan tugas para perwira. 

Oleh karena itu, para perwira harus menyesuaikan diri dan memperluas wawasan, serta dituntut untuk melengkapi diri dengan sederet kemampuan untuk berpacu dengan percepatan perubahan, sekaligus sebagai penyeimbang terhadap berbagai kemudahan yang disediakan oleh kemajuan teknologi. 

 “Jadikanlah Prasetya Perwira ini sebagai momentum untuk lebih meningkatkan motivasi dan dedikasi disertai disiplin dan keteguhan hati sebagai Prajurit Karier TNI dalam pengabdian kepada bangsa dan negara, seperti yang telah ditunjukkan selama mengikuti pendidikan dasar kemiliteran," harapnya. 

Praspa PK TNI adalah pelantikan dan pengambilan sumpah bagi Perwira Pertama (Pama) TNI lulusan Pendidikan Pertama Perwira Prajurit Karier (Dikma Pa PK) TNI Tahun 2013 dengan pangkat Letnan Dua (Letda). Dikma Pa PK TNI adalah salah satu program penyediaan perwira TNI yang bersumber dari lulusan Perguruan Tinggi Strata – 1 dan Diploma – 3 untuk menunjang pelaksanaan tugas TNI. Dikma Pa PK TNI ditempuh selama 28 minggu di Akademi Militer Magelang. 

Lulusan Dikma Pa PK TNI tahun 2013 berjumlah 126 orang Pama, terdiri dari 110 Pama Pria (TNI AD = 41 ; TNI AL = 34 ; TNI AU = 32) dan 19 Pama Wanita TNI (Kowad = 6; Kowal = 5 ; Wara = 8). Sebagai lulusan terbaik adalah Letda Chb Wisnu Ponco Raharjo, B.eng (AD); Letda Laut (P) Satrio Tegas Wicaksonono, B.eng (AL); dan Letda Kal Ida Bagus Ari Prabawa, S.E. (AU). Sedangkan lulusan terbaik Pama Wanita TNI diraih Letda Caj (K) Dwi Mito Nurfadillah, S.Psi. Selesai pelantikan, para perwira lulusan Dikma Pa PK tahun 2013 akan melanjutkan pendidikan kecabangan di masing-masing matra. 






Sumber : PelitaOnline

Indonesia Dorong Penyelesaian Damai Laut China Selatan

BEIJING-(IDB) : Pakar hukum laut Hasjim Djalal menegaskan Indonesia terus mendorong penyelesaian damai di Laut China Selatan antarnegara ASEAN dengan China.

"Indonesia bukan negara peng-klaim di Laut China Selatan, dan Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan China, karena itu Indonesia dapat lebih berperan untuk menengahi perseteruan antarnegara ASEAN dengan China di Laut China Selatan," ujarnya di Beijing, Sabtu.

Ditemui ANTARA di sela-sela lokakarya tentang Laut China Selatan (LCS), ia mengatakan Indonesia dan juga negara ASEAN lainnya termasuk China sangat berkepentingan dengan stabilitas keamanan di Laut China Selatan.

"Karena itu sangat penting bagi semua pihak untuk duduk bersama dengan kepala dingin untuk mendapatkan solusi terbaik dalam menyelesaikan sengketa di wilayah itu," kata mantan Duta Besar RI untuk PBB tersebut.

Hasjim mengatakan upaya penyelesaian sengketa antara beberapa negara ASEAN dengan China di Laut China Selatan terus mengalami perkembangan positif, semisal ASEAN dan China telah menyepakati deklarasi tata perilaku (DoC) di wilayah itu.

"Bahkan China juga telah sepakat untuk DoC ditingkatkan menjadi Code of Conduct, yang pembahasannya kini terus dilakukan kedua pihak," ungkapnya.

ASEAN dan China juga telah sepakat untuk mengembangkan kerja sama di Laut China Selatan yang melibatkan semua pihak yang bertikai, seperti kerja sama penelitian kelautan, program pertukaran, pelatihan dan pendidikan tentang kelautan, serta terkait masalah lingkungan hidup di Laut China Selatan dan sekitarnya.

"Pembahasan mengenai kerja sama tersebut, lebih mudah dilakukan daripada saat kita membahas masalah sumber daya alam dan sengketa wilayah di Laut China Selatan. Ini yang harus dikedepankan terus, dan diharapkan dengan kerja sama yang terjalin baik itu, persoalan sengketa dapat pula diselesaikan dengan baik. Peran Indonesia terus difokuskan untuk penyelesaian damai antara negara-negara ASEAN dan China," tutur Hasjim.

Sektretaris Jenderal ASEAN, Le Luong Minh sebelumnya mengatakan ASEAN dan China sepakat untuk melakukan konsultasi rutin terkait Laut China Selatan. Kesepkatan itu, tercapai dalam pertemuan tingkat tinggi menteri luar negeri ASEAN dan menlu China dalam kerangka Forum Regional ASEAN plus di Brunei Darussalam 30 Juni-2 Juli 2013.

Pertemuan konsultasi akan dilakukan di Beijing pada September mendatang.







Sumber : Antara

Terjawab Sudah UAV Penjaga Perbatasan Indonesia

UAV Heron TP, 28 Agustus  2012 (photo: IAI)
UAV Heron TP, 28 Agustus 2012.
JKGR-(IDB) : Terjawab sudah, pesawat tanpa awak / UAV jenis apa  yang menjaga perbatasan Indonesia dan Malaysia di Kalimantan, termasuk patroli  hingga ke Kepulauan Natuna. Komandan Lanud Supadio, Pontianak, Kolonel Penerbang  Novyan Samyoga mengatakan, dalam waktu dekat 12 unit pesawat tanpa awak akan dioperasikan untuk mengawasi perbatasan Kalimantan.

“Pangkalan Udara Supadio Pontianak akan mengoperasikan pesawat tanpa awak dalam mengawasi wilayah perbatasan udara Indonesia-Malaysia.  Pesawat tanpa awak itu mengawasi seluruh wilayah perbatasan,” kata Novyan di Sungai Raya, Jumat (19/7).

Rencananya pesawat tanpa awak itu beroperasi pada awal tahun 2014. UAV ini sangat dibutuhkan karena pengawasan menggunakan tenaga manusia, dibutuhkan ribuan orang. Bahkan jika menggunakan pesawat biasa, tetap memiliki keterbatasan dari sisi bahan bakar, sehingga pengawasan  perbatasan tidak maksimal.
UAV Heron 1, 13 Agustus 2003 (photo: SSGT REYNALDO RAMON, USAF)
UAV Heron 1, 13 Agustus 2003.
“Dengan menggunakan pesawat tanpa awak, bisa mutar-mutar, ambil foto dan video, lalu pesawat kembali ke Lanud Supadio,” ujar Komandan Lanud Supadio, Kolonel Penerbang  Novyan Samyoga.  Menurut Dan Lanud Supadio, pesawat tanpa awak yang digunakan ada dua jenis, Wulung buatan lokal dan Heron buatan luar negeri.

“Kami sengaja menggabungkankannya, karena pesawat tanpa awak buatan Indonesia baru dibuat, sementara buatan luar negeri sudah maju dalam hal teknologi. Nantinya UAV Indonesia bisa meniru UAV luar negeri sehingga ke depan pesawat lokal kita semakin bagus,” ujar Dan Lanud.

Pesawat tanpa awak jenis wulung akan dioperasikan sebanyak delapan unit, sedangkan jenis Heron  empat unit.  Semua pesawat berkumpul di Lanud Supadio Pontianak dan dikontrol dari Lanud Supadio.
Perbandingan UAV Searcher dan Heron Singapura (Photo: RSAF)
Perbandingan UAV Searcher dan Heron Singapura.
UAV Heron Australia saat operasi di Afghanistan (Photo: Australian Defence Force)
UAV Heron Australia saat operasi di Afghanistan.
Selama ini kita masih ragu ragu tentang UAV  jenis apa yang akan datang di tahun 2013/204. Jika yang datang UAV Searcher MK II, maka bisa dikatakan agak ketinggalan jaman, karena UAV ini telah lama digunakan  Singapura dan kini diganti dengan jenis Heron. Keraguan itu terjawab sudah.

Dengan adanya  UAV Heron di TNI AU, kemampuan intelligen udara dari Indonesia akan lebih powerfull. Uav Heron mampu terbang selama 50 jam dengan ketinggian 10 km dan menghasilkan gambar yang full clour. UAV ini terbang dengan kecepatan maksimal 200 km/jam dengan jarak tempuh sekitar 400 km. UAV Heron bisa diprogram untuk terbang secara otomatis dari take off hingga landing  atau manual, atau kombinasi dari keduanya. 

Heron dapat secara otomatis kembali dan mendarat ke pangkalan, jika mengalami putus komunikasi dengan station kendali di darat. UAV ini memiliki kemampuan take off secara full otomatis dan bisa terbang di segala cuaca. 

Selain dapat mengusung berbagai jenis sensor UAV ini dapat digunakan sebagai pemandu/ penjejak target serangan artileri atau roket. Sensor berkomunikasi dengan stasion pengendali darat secara real time, baik menggunakan direct  line of  data link atau melalui relay satelit. 







Sumber : JKGR