Pages

Kamis, Juli 18, 2013

Satgas Indo FPC Terlibat Dalam Pengamanan VVIPTripartite Meeting

banon-sub
LEBANON-(IDB) : Tripartite Meeting di bulan Juli antara kedua negara Lebanon dan Israel dengan mediator UNIFIL (United Nations Interim Force In Lebanon) kembali digelar di UNP 1-32 A.  Satgas Indo FPC (Force Protection Company) Konga XXVI-E2/Unifil dibawah Dantim Kawal 3 Lettu Inf Faishal Riza bertugas sebagai Dantim Pengawalan VVIP bagi Force Commander Mayjen Paolo Serra mulai dari pergerakan gedung Head of Mission Naqoura sampai tiba di area UNP 1-32 A, yang berada di perbatasan antara Lebanon dengan Israel, Rabu (17/7/2013).

Kegiatan Tripartite Meeting merupakan salah satu agenda penting dalam misi di UNIFIL, dimana pertemuan ini melibatkan delegasi dari Lebanon dan Israel serta dari UN (United Nations) yang diwakili oleh Force Commander UNIFIL.

banon-tengah-1 Pada pengawalan ini Satgas Indo FPC menyiapkan 1 kendaraan Light Vehicle Strada bertindak sebagai kendaraan Reece (pengaman serta pembuka jalan bagi iring-iringan VVIP) dan 2 kendaraan Armed Personil Carrier (APC) ANOA. 

Dalam kegiatan ini Satgas  Indo FPC didampingi oleh Srilangka Force Protection (SLFP) dengan 1 kendaraan Tactical Tempur APC.

Dansatgas Indo FPC Konga XXVI-E2/Unifil, Letkol Inf Yuri Elias Mamahi melalui sambungan telephone memberikan perintah kepada seluruh stafnya untuk mengambil langkah-langkah persiapan dalam menghadapi kegiatan ini, seperti pengecekan kendaraan APC dan Strada dengan persenjataan yang akan digunakan, alat komunikasi untuk koordinasi, sprint personel yang terlibat hingga latihan pendahuluan sehari sebelum pelaksanaan dengan tujuan untuk memastikan kesiapan individu maupun perlengkapan yang digunakan nantinya.

banon-tengah Pengawalan berjalan lancar dan aman hingga Force Commander Mayjen Paolo Serra kembali ke Head Quarter UNIFIL. Pada kegiatan debrifieng, perwakilan protokoler Force Commander menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Satgas Indo FPC dan SLFP atas pengawalan yang sudah berjalan dengan lancar serta tidak ada kendala di lapangan.

Sementara itu, melalui sambungan skype Letkol Inf Yuri Elias Mamahi menyampaikan rasa bangga dan terima kasih atas usaha dan kerja keras yang telah ditunjukkan Lettu Inf Faishal Riza beserta personil yang terlibat, mulai dari tahap persiapan hingga kegiatan ini berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana, “hal ini hendaknya dapat dipertahankan dan ditingkatkan dalam pelaksanaan tugas kedepan”, ujarnya.






Sumber : Poskota

Panglima TNI : Batas Wilayah Pemicu Konflik di Perbatasan

JAKARTA-(IDB) : Panglima TNI Agus Suhartono mengemukakan penyebab konflik di perbatasan dikarenakan batas wilayah yang tidak jelas dan belum selesai diurus. Karena itu, dia berharap agar masalah batas wilayah itu segera diselesaikan.
 
"Sebenarnya penyebab konflik di daerah perbatasan itu dipicu oleh batas wilayah. Oleh karena itu penyelesaian batas wilayah ini harus diselsesaikan agar ada kepastiannya," kata Agus pada acara rapat kerja kelima Badan Nasional Penangulangan Perbatasan (BNPP) di Jakarta, Kamis (18/7).

Rapat itu diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri bersama BNPP. Rapat dengan tema "Dengan Membuka Keterisolasian Kawasan Perbatasan, Kita Wujudkan Kesejahteraan Rakyat Dalam Kerangka NKRI" menghadirikan seluruh stakeholder yang terkait dengan perbatasan seperti para gubenur dan bupati di daerah perbatasan, serta para pejabat kementerian yang terkait.

Selain Agus, hadir Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana.

Agus menjelaskan apa yang disampaikannya hasil dari keterlibatan TNI dalam menjaga batas di tanah air. Menurutnya, pada umumnya daerah-daerah yang timbul konflik adalah daerah yang batas wilayahnya belum disepakati. Masalah-masalah lain seperti lintas batas masih bisa dikendalikan.

Terkait potensi konflik, dia menegaskan untuk daerah Kalimantan ada 10 titik yang menjadi rawan. Daerah-daerah lain juga punya potensi konflik tapi masih dikendalikan.


Sedangkan Menurut Panglima TNI : Pembangunan Infrastruktur Perbatasan Masih Tunggu Perpres

Panglima TNI Agus Suhartono mengemukakan penyebab konflik di perbatasan dikarenakan batas wilayah yang tidak jelas dan belum selesai diurus. Karena itu, dia berharap agar masalah batas wilayah itu segera diselesaikan.
 
"Sebenarnya penyebab konflik di daerah perbatasan itu dipicu oleh batas wilayah. Oleh karena itu penyelesaian batas wilayah ini harus diselsesaikan agar ada kepastiannya," kata Agus pada acara rapat kerja kelima Badan Nasional Penangulangan Perbatasan (BNPP) di Jakarta, Kamis (18/7).

Rapat itu diselenggarakan Kementerian Dalam Negeri bersama BNPP. Rapat dengan tema "Dengan Membuka Keterisolasian Kawasan Perbatasan, Kita Wujudkan Kesejahteraan Rakyat Dalam Kerangka NKRI" menghadirikan seluruh stakeholder yang terkait dengan perbatasan seperti para gubenur dan bupati di daerah perbatasan, serta para pejabat kementerian yang terkait.

Selain Agus, hadir Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana.

Agus menjelaskan apa yang disampaikannya hasil dari keterlibatan TNI dalam menjaga batas di tanah air. Menurutnya, pada umumnya daerah-daerah yang timbul konflik adalah daerah yang batas wilayahnya belum disepakati. Masalah-masalah lain seperti lintas batas masih bisa dikendalikan.

Terkait potensi konflik, dia menegaskan untuk daerah Kalimantan ada 10 titik yang menjadi rawan. Daerah-daerah lain juga punya potensi konflik tapi masih dikendalikan.








Sumber : BeritaSatu

Meski Tidak Perang, Komponen Cadangan Diperlukan

JAKARTA-(IDB) : Hingga saat ini, Rancangan Undang-Undang (RUU) Komponen Cadangan untuk bela negara masih dibahas di Komisi I DPR RI.

Pembentukan komponen cadangan itu, dianggap sebagai perintah konstitusi dalam rangka mendukung terbentuknya negara yang lebih kuat dan bermartabat.

Kepala Pusat Komunikasi (Kapuskom) Publik pada Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Brigjen TNI Sisriadi mengatakan, walaupun tidak ada ancaman perang, pembentukan komponen cadangan ini sangat diperlukan.

Ditambahkannya, bukan hanya terkait Undang-Undang (UU) Nomor 3 tahun 2002 tentang pertahanan negara. Melainkan, kata dia, komponen cadangan ini diperlukan untuk menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme bagi rakyat Indonesia.

"Kita berpikir panjang dan memerlukan komponen cadangan, meski ada atau tidak ada ancaman ada atau tidak ada perang," ujar Sisriadi dalam acara buka puasa bersama di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu (17/7/2013).

Lebih lanjut dia mengatakan, semakin negara itu makmur, maka perlu adanya kekuatan pendamping, yakni komponen cadangan. Artinya, lanjut dia, militer dan pertahanannya semakin diperkuat. Dalam kesempatan itu, dia pun memberikan contoh Negara Amerika Serikat yang memiliki anggaran untuk pertahanannya cukup besar. "Dengan pertahanan yang kuat, maka perekonomian Negara tersebut pun ikut terjaga stabilitasnya," katanya.

Dia menambahkan, dalam pembangunan postur pertahanan 2009 lalu, pemerintah memproyeksikan memiliki 120 ribu personel komponen cadangan. "Karena kita memprediksi bahwa masyarakat dunia tidak menginginkan adanya tentara reguler, karena dunia semakin aman, jadi semakin lama semakin tahun, tentara reguler akan berkurang maka kita memerlukan komcad (komponen cadangan)," jelasnya.

"Dan tujuan utamanya, menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme. Oleh karena itu, menurutnya, DPR RI perlu mengesahkan RUU Komponen Cadangan ini," pungkasnya.

Perbedaan Komponen Cadangan Dengan Wajib Militer

Direktur Komponen Cadangan pada Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Pothan Kemenhan), Brigadir Jenderal TNI Budi Rachmat menjelaskan, komponen cadangan berbeda dengan wajib militer.

Dia menjelaskan, untuk pola perekrutan, komponen cadangan secara sukarela. Sedangkan wajib militer, diwajibkan.

Sedangkan dalam hal peserta yang direkrut, komponen cadangan ditujukan kepada yang memiliki pekerjaan tetap. Sedangkan wajib militer, seluruh warga negara yang memenuhi syarat yang ditentukan.

"Lalu, untuk masa bakti, komponen cadangan yakni dinas aktif dan tidak dalam dinas aktif atau penggal waktu dan berstatus sipil. Sementara wajib militer, yaitu dinas aktif penuh selama masa bhakti wajib militer, serta statusnya adalah anggota militer," kata Budi Rachmat dalam acara buka puasa bersama, di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu (17/7/2013).

Kemudian untuk hal pengerahan, kata Budi, komponen cadangan yakni melalui mobilisasi (status kombatan) oleh Presiden. Sedangkan wajib militer adalah tidak melalui mobilisasi atau langsung digunakan.

"Untuk hal dan fungsi, komponen cadangan sebagai pengganda kekuatan dan kemampuan TNI. Sedangkan wajib militer adalah bagian dari militer atau TNI," ucapnya.

Lebih lanjut dia mengatakan, sedangkan dalam tugas, komponen cadangan yakni hanya untuk operasi militer perang (OMP) dan tugas kemanusiaan. Untuk wajib militer, operasi militer perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP).

Mengenai kedudukan, lanjut dia, komponen cadangan ini pembentukannya dan pembinaannya di Kementerian Pertahanan. Sedangkan wajib militer di mabes TNI atau dibawah angkatan perang.

"Komponen cadangan bukan wajib militer. Karena meski dilatih secara militer, komponen cadangan bukanlah wajib militer, tetapi lebih merupakan latihan dasar kemiliteran kepada masyarakat yang terpilih, dengan status tetap warga sipil, untuk selanjutnya diorganisir dalam rangka menjaga kesiap-siagaan bila sewaktu-waktu dibutuhkan bagi kepentingan pertahanan negara Indonesia," ujarnya.

Kemhan Bantah RUU Komcad Untuk Persiapan Pemilu 2014

Kementerian Pertahanan (Kemenhan) membantah, Rancangan Undang-Undang (RUU) Komponen Cadangan untuk kepentingan Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mendatang.

Direktur Komponen Cadangan pada Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Pothan Kemenhan) Brigadir Jenderal TNI Budi Rachmat menjelaskan, komponen cadangan ini dibentuk dan dibina di Kementerian Pertahanan (Kemenhan).

"Kemudian, pengerahannya atas mobilisasi oleh presiden. Sehingga tidak bisa begitu saja, atau ada kekhawatiran wah ini untuk kepentingan Pemilu 2014. Jangan sampai nanti dihadapkan pada kerusuhan di daerah, tidak akan pernah itu digunakan," ujarnya dalam acara buka puasa bersama di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta Pusat, Rabu (17/7/2013).

Dalam hal pengerahannya, komponen cadangan ini melalui mobilisasi (status kombatan) oleh presiden. "Komponen cadangan akan digunakan pada saat mobilisasi, kalau bicara mobilisasi berarti Presiden sudah menyatakan perang kepada negara lain, baru itu dilakukan mobilisasi," pungkasnya.

Pembentukan komponen cadangan itu dianggap sebagai perintah konstitusi dalam rangka mendukung terbentuknya Negara yang lebih kuat dan bermartabat. Seperti diketahui, hingga saat ini, RUU Komponen Cadangan untuk bela negara, masih dibahas di Komisi I DPR RI.







Sumber : Sindo

Sering Latihan Antiteror, TNI Harus Dilibatkan Berantas Terorisme

JAKARTA-(IDB) : Indonesia dan Amerika Serikat akan menggelar latihan antiteror pada September 2013. Latihan tersebut juga akan diikuti oleh 16 negara lain, termasuk China, Jepang, Korsel, Australia, Selandia Baru, India, dan Rusia.

Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, ide latihan bersama ini cukup menarik terutama dilihat dari sisi "diplomasi latihan". Melalui latihan yang melibatkan China dan Rusia di wilayah ASEAN, setidaknya dapat mengurangi ketegangan yang terjadi.

"Tapi dilihat dari manfaat di dalam negeri dalam konteks pemberantasan teroris, masih dipertanyakan, mengingat materi latihan lebih mengacu kepada represif terhadap teroris. Pemberantasan teroris di Indonesia sekarang ini lebih dititikberatkan pada operasi intelijen dan deradikalisasi," kata Tubagus Hasanuddin,  Kamis (18/7/2013).

Dia menjelaskan, dengan kemampuan TNI yang semakin matang dalam operasi antiteror, agar kemampuan itu tak sia-sia seharusnya pemerintah melibatkan TNI dalam setiap operasi antiteror bersama polisi saat ini.

"Kalau TNI tak dilibatkan menghadapi ancaman yang nyata saat ini berupa teroris, lalu untuk apa mereka berlatih menghabiskan uang rakyat?" pungkasnya.






Sumber : Okezone

Danmenart-2 Marinir Diserahterimakan

JAKARTA-(IDB) : Danpasmar-2 Brigjen TNI (Mar) Buyung Lalana bertindak selaku Inspektur Upacara pada upacara Serah Terima Jabatan Komandan Resimen Artileri-2 Marinir (Danmenart-2 Mar) di Lapangan Apel Brigif-2 Marinir Kesatrian Marinir Hartono, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (17/7/2013).

Dalam amanatnya Danpasmar-2 menjelaskan bahwa Resimen Artileri-2 Marinir adalah Komando Pelaksana Pasmar-2 yang memiliki tugas pokok membina kemampuan dan menyiapkan unsur-unsur Artileri Marinir untuk melaksanakan operasi pertahanan pantai, operasi tempur dan operasi lain oleh satuan tugas TNI-AL.

 
Lebih lanjut orang nomor satu di Pasmar-2 ini mengatakan bahwa kecenderungan perkembangan strategis dewasa ini memberikan dampak semakin besarnya tantangan yang akan dihadapi, sehingga tugas Menart-2 Mar semakin kedepan akan semakin besar dan kompleks. 

Oleh karena itu dibutuhkan kerja keras, kerja cerdas, inovasi serta dedikasi yang tinggi dari semua unsur pengawak organisasi agar dapat mencapai tugas secara maksimal, selain itu untuk menjawab tantangan kedepan diperlukan sikap dan tindakan prajurit yang professional, berani dan bermoral serta bertanggungjawab.

Pada akhir amanatnya Danpasmar-2 menyampaikan atas nama seluruh warga Pasmar-2, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Kolonel Marinir Novarin Gunawan serta ucapan selamat bertugas ditempat yang baru. 

Dan kepada Kolonel Marinir Edi Prakoso, danpasmar-2 juga memberikan ucapan selamat atas kepercayaan dan kehormatan yang berikan oleh Korps Marinir sebagai Danmenart-2 Mar, semoga dapat mengemban kepercayaan, kehormatan dan amanah dengan penuh rasa tanggung jawab.

Sebelumnya Kolonel Marinir Edi Prakoso berdinas di Paspampres dengan jabatan Komandan Group B Paspampres dan Kolonel Novarin Gunawan akan melanjutkan tugas sebagai Gumil Dosen Kujuangan di Seskoal. 


Hadir dalam acara serah terima jabatan tersebut Kaspasmar-2 Kolonel Marinir Prasojo Sumarto, Dandenjaka Kolonel Marinir Nur Alam Syah, Kadismat Kormar Kolonel Marinir Endang Taryo, Danrumkitmar Cilandak Kolonel Laut (K) Arie Djakaria, Para Perwira Staf Pasmar-2, Para Dankolak Pasmar-2 serta Ketua Korcab Pasmar-2 beserta pengurus Korcab Pasmar-2. 








Sumber : Kormar

Dua Prajurit RSN Singapore Selesaikan Kursus Selam Di Kobangdikal

SURABAYA-(IDB) : Dua prajurit asal Rayal Sigapore Navy  (RSN) berhasil menyelesaikan Kursus Selam Dasar (Bacic Diving Course) di Sekolah Selam Pusat Pendidikan Khusus (Pusdiksus), Komando Pendidikan Operasi Laut, Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal), Rabu (17/7).

               

Dua prajurit laut  Negeri Singa tersebut adalah dua dari delapan peserta kursus  Bacic Diving Course yang dihelat selama satu bulan tersebut. Mereka adalah MSG Chen Wellong Melvin dan Tan Teck Loong, sementara enam orang lainnya berasal dari satuan-satuan TNI AL wilayah barat dan timur.

               

Menurut Komandan Pusat Pendidikan Khusus (Danpusdiksus) Kolonel Laut (P) Zainal Akbar, S.Sos, hadirnya prajurit asing dalam kursus ini menggambarkan wujud kerjasama antara Indonesia dan Singapore khususnya TNI AL dengan RSN dalam pendidian militer.

               

Menurut Zainal –sapaan akrab Danpusdiksus- secara umum, kursus ini bertujuan memberikan keterampilan dasar tentang penyelaman yang difokuskan pada materi penguasaan tentang peralaan selam scuba dengan prosedur yang benar. 

               

Dengan memiliki dasar keterampilan ini, lanjutnya tentunya dapat menambah kebanggaan tersendiri bagi para personel peserta kursus, terlebih dalam kursus ini diikuti pula prajurit RSN Singapore  sekaligus bukti kepercayaan dari RSN kepada lembaga pendidikan TNI AL yang harus dijaga dan ditingkatkan agar TNI Al kedepan lebih diakui oleh angkatan laut negara lain.

               

Perlu dipahami bahwa setiap personel TNI AL memiliki kewajiban menjaga keutuhan NKRI, tentunya sangat tepat bila setiap personel TNI AL dibekali keterampilan, misalnya kemampuan penyelaman seperti prajurit yang mengikuti kursus ini, mengingat tugas kedepan yang pasti akan semakin berat.

               

“Selamat atas keberhasilan menyelesaikan kursus ini, saya berharap kemampuan yang didapat dari kursus ini dapat berguna dan terus dikembangkan di satuan manapun anda bertugas,” terangnya.

               

Sementara itu menurut Komandan Sekolah Selam (Danseselam) Mayor Laut (KH) Akhmad Fauzi, S.Pd mengatakan khursus selam dasar kali ini berbeda dari bisanya, terutama pada sisi instruktur yang mengajar selama kursus berlangsung.

 

“Sehubungan ada siswa dari luar negeri, maka kami menyiapkan intruktur yang mempunyai kemampuan berbahasa Inggris dan pernah melaksanakan khursus penyelaman di luar negeri seperti  di Royal Australia Navy (RAN),” jelasnya.

 
Menurutnya untuk tahun ini siswa dari RAN Singapore berjumlah dua orang, sedangkan untuk khursus mendatang direncanakan akan melibatkan siswa dari beberapa negara Asean lainya selain Singapura  seperti Malaysia, Filipina dan Brunai.







Sumber : Kobangdikal


DPR Dukung PT. DI Produksi Pesawat Sipil Dan Militer

BANYAKNYA minat dari negara-negara di kawasan Asean khususnya terhadap hasil produksi pesawat PT DI, mencerminkan pesawat produksi PT DI, khususnya versi militer terus mendapat perhatian luas dari negara lain.
CN-235 Produksi PT. DI Di jajaran Merpati
JAKARTA-(IDB) : Kita harapkan, nantinya pasarnya bisa menembus kawasan lainnya seperti Eropa. Itu tidak mustahil, karena sebelumnya negara AS saja pernah memesan dan menggunakan pesawat PT DI untuk pesawat patroli di pantainya.
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PPP Husnan Bey Fananie menyambut positif terhadap terus mengalirnya pesanan dan kontrak pembuatan pesawat sipil dan militer PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Menurut dia, itu mencerminkan bahwa kualitas produksi pesawat Indonesia tidak kalah produksi negara -negara maju.

Jadi, kata Husnan, sudah semestinya ini membuat bangsa Indonesia makin percaya diri dan mendukung PT DI untuk terus mengembangkan kemampuan dalam memproduksi pesawat terbang, baik versi sipil dan militer.

"Saya kira, banyaknya minat dari negara-negara di kawasan Asean khususnya terhadap hasil produksi pesawat PT DI, mencerminkan pesawat produksi PT DI, khususnya versi militer terus mendapat perhatian luas dari negara lain. Sehingga saat ini PT DI sudah mulai merasakan hasilnya, dengan mulai banyaknya kontrak-kontrak yang telah disepakati dengan beberapa negara yang memesan pesawat, seperti seri 235 versi militer," ujar Husnan kepada JurnalParlemen, Rabu (17/7).

Husnan berharap, kehadiran UU Industri Pertahanan juga bisa menjadi arahan bagi upaya pengembangan industri pertahanan dalam negeri dalam memproduksi alutsista, baik untuk kepentingan pengembangan sistem pertahanan sendiri maupun untuk dipasarkan ke negara lain.

Kata Husnan, makin banyaknya negara lain yang tertarik dan terus melakukan upaya kerjasama dalam bidang kedirgantaraan dengan PT DI ini, semakin menunjukkan bahwa pesawat produksi PT DI tetap memiliki sekmen pasar sendiri, baik dari segi harga, kualitas dan teknologi, ditengah-tengah persaingan dengan pesawat-pesawat tempur canggih yang ditawarkan pihak AS, Rusia dan negara-negara eropa.

"Kita harapkan, nantinya pasarnya bisa menembus kawasan lainnya seperti Eropa. Itu tidak mustahil, karena sebelumnya negara AS saja pernah memesan dan menggunakan pesawat PT DI untuk pesawat patroli di pantainya," katanya.

Sebelumnya diberitakan Direktur bidang Kualitas sekaligus Manager Komunikasi PT DI Sonny Saleh Ibrahim mengatakan, tahun ini pihaknya memproyeksikan tiga kontrak kerja yaitu jalinan kontrak dengan Filipina, Thailand, dan Malaysia.

Sonny menjelaskan, di antara ketiga proyeksi itu, kemungkinan besar, yang segera terealisasi yaitu dengan Filipina. Pasalnya masih dalam proses tender. "Proyeknya, pembuatan 2 unit CN 235 NPA, yang nilainya sekitar 31-33 juta Dollar Amerika Serikat (AS) per unit. Lalu, 2 unit CN 295, yang nilainya sekitar 36 juta Dollar AS per unit," kata Sonny Sabtu (13/7) lalu.

Sonny mengutarakan, Thailand melakukan pemesanan 2 CN 295 untuk Thailand Royal Police. Negara itu ingin memperkuat armada kepolisiannya.

Sementara negara ASEAN lainnya, yaitu Malaysia juga siap menjalin kerjasama dengan PT DI. Bentuknya yaitu modifikasi CN 235 sport menjadi CN 235 NPA. Nilai kontrak modifikasi itu sekitar 8-10 juta dolar AS per unit. Selain modifikasi, Malaysia pun siap memesan 3 unit CN 235 MPA







Sumber : Jurnamen.

Analisis : Antara Leopard Dan Komodo

ANALISIS-(IDB) : Berita menyenangkan, pantas dan enak didengar, datang dari Pangdam Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman.  Ketika menyaksikan penyerahan hibah 1 Helikopter Bell 412 EP dari Pemprov Kaltim ke Kemhan di Bandung tanggal 13 Juli 2013 dia katakan sedikitnya 12 MBT Leopard akan ditempatkan di Kaltim bersama dengan Heli tempur Apache.  Belum lama dari berita itu ada pula berita tentang rencana besar TNI AL menyelenggarakan latihan AL gabungan 18 negara di Natuna April 2014, namanya Latgab Komodo.

Kiri kanan Kalimantan memang menjadi perhatian serius Cilangkap karena di dua hot spot itu telah berlaku ujian matakuliah teritorial, tepatnya klaim teritorial. Di kanan Kalimantan ada Ambalat di mana tetangga jauh di hati dekat di mata lebih merasa pantas memiliki perairan itu setelah “memperoleh” Sipadan dan Ligitan tahun 2002.  Sementara di kiri Kalimantan ada suhu demam berkepanjangan karena Cina melakukan manuver kapal perang di kawasan kaya sumber daya fosil itu, Laut Cina Selatan (LCS).  Yang sebelah kanan Kalimantan sudah nubruk teritori sedangkan yang kiri agaknya masih nyerempet nih.

Kedatangan berbagai jenis alutsista secara bergelombang tentu saja beberapa item diantaranya mestinya didekatkan dengan titik panas.  Tujuannya bukan untuk memanaskan situasi tetapi lebih berperan sebagai anti biotik pertama manakala ada serangan flu yang mau uji kekuatan imunitas.  Setidaknya sebagai penggentar jika tetangga sebelah mau bermain api dengan NKRI.  Maka pantas jika 12-15 MBT Leopard ditaruh di Mulawarman bersama puluhan Tank Scorpion atau AMX13 untuk membentuk batalyon kavaleri komposit. Termasuk 1 detasemen  Astross sebagai kekuatan jaga nilai dan harkat.  Penempatan satu skuadron heli komposit Apache, Mi35, Bell 412EP diyakini sudah memberikan kekuatan percaya diri.
Tank Scorpion di Latgab 2013 Situbondo
Bagaimana dengan Tanjungpura.  Jangan kuatir, skuadron Hawk di Supadio akan ditemani dengan skuadorn UAV canggih untuk memantau pergerakan makhluk militer di seberang Entikong atau Putusibau.  Tidak hanya itu, prediksi kita batalyon kavaleri dan artileri di Kalbar juga akan diisi dengan MBT Leopard, Tank Scorpion, Tank AMX13, Panser Anoa dan Artileri Caesar Nexter.  Secara infrastruktur jalan raya di Kalbar lebih baik dari Kaltim karena dari ibukota Provinsi Pontianak ke wilayah perbatasan bisa dicapai. Maka penempatan Panser Anoa di Kalbar pantas. Ini berbeda dengan Kaltim.  Jalan raya di Kaltim justru sejajar dengan Selat Makassar dan Laut Sulawesi mulai dari Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sangatta, Berau, Tanjung Selor dan Malinau.  Tidak menyentuh tapal batas.

Untuk MEF tahap pertama yang selesai tahun 2014, sudahlah jelas alutsista apa yang dibeli dan yang mau datang.  Jangan lupa MEF itu akan terus berlanjut ke tahap lima tahun berikutnya.  Tentu perkuatan demi perkuatan itu akan menempatkan posisi Kalimantan sebagai prioritas asupan gizi alutsista disamping pulau-pulau lain.  Jadi tetap optimis dengan alokasi alutsista terbaru yang akan ditempatkan di bumi borneo itu.  Tegasnya tidak hanya 12-15 MBT, tidak hanya 1 detasemen Astross, tidak hanya 5 pucuk Caesar Nexter atau 10 Panser Anoa.  Pasti akan ditambah terus secara bertahap menuju kekuatan yang disegani.

Kemudian melihat rencana RI mengadakan latihan gabungan AL dengan 17 negara lain di Natuna April 2014 merupakan langkah cantik sekaliguna  gagah, tetapi juga harus berhati-hati. Lho kok bisa, ya iyalah cantik karena ini berkait dengan diplomasi maritim yang perlu dipertontonkan.  Bahwa dengan latihan itu nanti perairan ZEE Natuna akan dilintasi armada gabungan termasuk Cina yang juga ikut latihan Komodo.  Gagah karena TNI AL menjadi leadernya dan mengirim 12 KRI terbaiknya untuk memimpin konvoi kapal perang 18 negara menyisir beberapa kepulauan yang berada di wilayah NKRI.  Berhati-hati karena yang ikutkan ada Cina, ada Rusia, ada Jepang, ada AS disamping negara-negara ASEAN.  Itu sebabnya release resminya adalah latihan penanggulangan bencana.
Konvoi Anoa di Perkebunan Kelapa Sawit
Mengelola suhu konflik di LCS memang perlu kesabaran dan ketenangan.  Posisi Indonesia yang tak ikut dalam klaim LCS memberi keleluasaan bagi diplomasi negeri ini ke semua pihak yang bertikai agar bisa memperoleh “kesetaraan kehormatan bersama” melalui kegiatan latihan militer bersama.  Boleh jadi ini merupakan titik awal untuk bersama-sama pula mencari solusi terbaik dengan suasana kedekatan militer dan saling ketergantungan dalam hubungan ekonomi multilateral.  Perspektif hubungan antar negara ke depan ini khususnya di kawasan Asia Pasifik akan semakin dinamis dan mungkin saja akan terjadi petir di siang hari.  Tentu untuk mengurangi dampak petir tadi perlu ada prakarsa.  Indonesia berpeluang besar memainkan prakarsa itu.

Kita berpandangan Leopard dan Komodo adalah kampanye.  Yang pertama tentu sesuai namanya, jangan-main-main dengan kucing hutan kami kalau tidak ingin diterkam. Yang terakhir juga sesuai namanya, karena kata si Cina LCS sudah diklaim sejak jaman baheula maka memunculkan nama Komodo seakan ingin menegaskan bahwa masih ada lagi makhluk yang lebih pra sejarah, ya si Komodo itu. Bukan bermaksud menyindir tetapi kalau klaim didasarkan pada argumen kejayaan masa lalu yang sudah bernilai berabad-abad, kita pun bisa mengatakan kami ingin juga mengembalikan kejayaan Majapahit. Bagaimana koko Panda ?

Sumber : Analisis

Wamenhan Terima Kunjungan Delegasi PLA China

JAKARTA-(IDB) : Wakil Menteri Pertahanan Republik Indonesia Sjafrie Sjamsoeddin menerima kunjungan Delegasi dari People’s  Liberation Army (PLA)  China yang dipimpin oleh Mayor General Shangguan Hui, Rabu (10/7) di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.
 
Kunjungan tersebut dimaksudkan dalam upaya mempererat dan meningkatkan kerjasama pertahanan kedua negara yang telah terjali erat selama ini.  Beberapa hal yang dibahas antara lain peningkatan kerjasama di bidang peralatan militer dan teknologi militer.

Turut mendampingi  Wamenhan RI dalam kesempatan tersebut, Penasehat Menhan bidang hubungan kerjasama pertahanan Indonesia – China Kiki Barki dan Kepala Badan Sarana Pertahanan Kemhan RI  Laksda TNI  Ir. Rachmad Lubis.







Sumber : Kemhan