Pages

Minggu, Juli 14, 2013

PT DI Siap Penuhi Pesanan 3 Negara ASEAN

BANDUNG-(IDB) : Sonny Saleh Ibrahim, Direktur Bidang Kualitas sekaligus Manager Komunikasi PT DI mengatakan, tahun ini pihaknya memproyeksikan tiga kontrak kerja yaitu jalinan kontrak dengan Filipina, Thailand, dan Malaysia.

Sonny menjelaskan, di antara ketiga proyeksi itu, kemungkinan besar, yang segera terealisasi yaitu dengan Filipina. Pasalnya masih dalam proses tender. "Proyeknya, pembuatan 2 unit CN 235 NPA, yang nilainya sekitar 31-33 juta Dollar Amerika Serikat (AS) per unit. Lalu, 2 unit CN 295, yang nilainya sekitar 36 juta Dollar AS per unit," kata Sonny pada sela-sela penyerahan 1 unit Helikopter Bell 412 EP, yang merupakan hibah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur senilai Rp 120 miliar kepada TNI AD di Hanggar Rotary Wing, PT Dirgantara Indonesia (Persero) KP II Jl. Pajajaran No 154 Bandung, Sabtu (13/7).

Lalu, bagaimana dengan Thailand? Sonny mengutarakan, Thailand melakukan pemesanan 2 CN 295. Peruntukannya adalah bagi Thailand Royal Police. Negara itu ingin memperkuat armada kepolisiannya.

Sementara negara ASEAN lainnya, yaitu Malaysia juga siap menjalin kerjasama dengan PT DI. Bentuknya yaitu modifikasi CN 235 sport menjadi CN 235 NPA. Nilai kontrak modifikasi itu sekitar 8-10 juta dolar AS per unit. Selain modifikasi, Malaysia pun siap memesan 3 unit CN 235 NPA.








Sumber : Tribunnews

Pindad Kewalahan Melayani Pesanan Senapan khusus Sniper

JAKARTA-(IDB) : PT Pindad (Persero) mendapat order ratusan sniper (senjata laras panjang) dari dalam negeri hingga ratusan senjata tiap tahunnya. Dapat pesanan yang begitu banyak, Pindad jadi kewalahan.

Direktur Utama PT Pindad (Persero), Adik Avianto Soedarsono mengakui pihaknya menerima pesanan ratusan senapan laras panjang alias sniper dari dalam negeri setiap tahun. Sayangnya, perseroan belum mampu memproduksi pesanan tersebut sepenuhnya karena terbentur keterbatasan mesin produksi.

"Kami memang belum bisa penuh mengerjakan produksi senapan laras panjang secara penuh. Karena setiap tahun, permintaan bisa mencapai ratusan unit sniper," kata dia di Jakarta, seperti ditulis Minggu (14/7/2013).

Sebenarnya, Adik menambahkan, pabrik Pindad yang berlokasi di Bandung mampu memproduksi senapan laras panjang sampai dengan 50 ribu unit per tahun jika memiliki mesin-mesin khusus.

"Kendalanya ada di perlengkapan produksi, karena butuh mesin-mesin khusus dan terbaru untuk memproduksi permintaan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sesuai dengan kebutuhan. Kalau mau datangkan mesin baru saja butuh waktu 3-4 tahun dan butuh persyaratan panjang," ungkap dia.

Untuk itu, dia menyebut, perseroan menjalin kerjasama dengan perusahaan Black Arrow yang berbasis di Inggris dan negara China. "Pasar utama kami untuk sniper adalah TNI. Mereka butuh model sniper teranyar sesuai kebutuhan komando," tukasnya. 

Harga Senapan Sniper Pindad Rp 200 Juta per Unit

Produksi sniper (senjata laras panjang) PT Pindad (Persero) sudah diakui di dalam maupun luar negeri. Harga senapan produksi Pindad rata-rata dibandrol Rp 200 juta per unit. 

"Rata-rata harga sniper Rp 200 juta per unit," kata Direktur Utama PT Pindad (Persero) Adik Avianto Soedarsono di Jakarta, seperti ditulis Minggu (14/7/2013).

Salah satu model terbaru produksi Pindad adalah Sniper Rifle Pindad Code SPR-2 yang pernah dipamerkan dalam acara pameran produk teknologi pertahanan keamanan dan kedirgantaraan di Jakarta, belum lama ini.

Senjata dengan bobot sekitar 16 kilogram dan panjang 1.545 milimeter ini mampu menembak dengan akurat dari jarak maksimal 1,8 kilometer. Bahkan sniper tersebut dilengkapi dengan alat peredam suara. Sedangkan kecepatan tembak dari Sniper Rifle Pindad Code SPR-2 mencapai 850 m/s. 

Menurut Adik, tahun ini target penjualan Pindad Rp 2 triliun dan laba bersih Rp 110 miliar. Sementara tahun l2012, laba bersih Pindad Rp 66 miliar dengan penjualan Rp 1,4 -1,5 triliun. 







Sumber : SCTV

Pemprov Kaltim Tertarik Membeli CN-295 PT. DI

BANDUNG-(IDB) : Pemerintah Kalimantan Timur tertarik memesan pesawat CN-295 produksi PT Dirgantara Indonesia. "Ini bukan untuk mewah-mewah, tapi untuk kepentingan rakyat Kalimantan Timur," kata Gubernur Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak saat menyaksikan penyerahan helikopter Bell-412 EP produksi PT Dirgantara Indonesia pada Kementerian Pertahanan di Bandung, Sabtu, 13 Juli 2013.

Faroek mengatakan, daerahnya memiliki 22 bandara, tapi minim alat transportasi udara, terutama di daerah perbatasan. "Bayangkan saja (di perbatasan) semen Rp 1 juta per sak, kalau misalnya kita punya CN-295, semen bisa diangkut dan harga semen di kota akan sama dengan harga di perbatasan," kata dia.


Dia mengungkapkan, saat ini pemerintah Kalimantan Timur tengah mengerjakan perpanjangan badan 3 landasan di daerah perbatasan dengan Malaysia. Dengan perbaikan itu, kata Faroek, pesawat jenis Airbus dan CN-295 bisa mendarat di bandara itu. "Kalau kami beli pesawat jangan diributkan, tapi untuk kepentingan rakyat Kalimantan Timur."


Sebelumnya pemerintah Kalimantan Timur memberikan hibah Rp 120 Miliar pada Kementerian Pertahanan RI untuk pengadaan helikopter Bell-412 EP. Kontrak pembuatan helikopter itu diteken Maret 2012, dan hari ini, Sabtu, 13 Juli 2013, resmi diserahkan PT Dirgantara Indonesia pada Kementerian Pertahanan.


Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyambut baik rencana pembelian CN-295 itu. "Ini sambil promosi," kata dia.


Menurut dia, pengembangan industri pertahanan dalam negeri tidak bisa hanya bergantung pada pemesan alutsista dari pemerintah. "Kalau tergantung pasarnya pada Kementerian Pertahanan, TNI, Polri, tidak cukup. Harus ada diversisivikasi produknya untuk bisa digunakan instansi lain," kata Purnomo.


Purnomo mengatakan, kementeriannya menargetkan bisa membangun 1 skuadron Light Transport pesawat CN-295. Dari 16 pesawat yang dibutuhkan untuk membangun 1 skuadron, belum separuhnya dibeli. "Kita harapkan kita bisa bangun itu," kata dia.


Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia mengungkapkan, pesawat CN-295 pesanan pemerintah yang tengah diproduksi di pabrik Airbus Military akan tiba di pabrik PT Dirgantara Indonesia mulai bulan ini. "Finishingnya di Bandung," kata dia.


Direktur Pengembangan Teknologi PT Dirgantara Indonesia Supra Dekanto mengatakan, level pekerjaan yang akan digarap baru 10 persen dari porsi produksi pesawat CN-295. Untuk pekerjaan pertama yagn digarap, finishing pesawat itu yakni interior pesawat dan pengecatan. "Kita kerjakan bertahap," kata dia.


Menurut Supra, PT Dirgantara menargetkan menggarap bagian samping badan pesawat utama, bagian belakang pesawat, serta ekor vertikal dan hiorisontal pesawat CN-295 tahun depan. Dia berharap, produksi komponen itu sudah bisa digarap tahun depan.


Supra mengatakan, hingga saat ini, sejumlah negara tetangga me nyatakan tertarik membeli CN-295. "Filipina, Malaysia, dan Thailand, mereka menyatakan interest, tapi harus ditindaklanjuti," kata dia. 








Sumber : Tempo

Menhan : Alutsista Baru Akan Dioptimalkan Jaga Perbatasan

BANDUNG-(IDB) : Kementerian Pertahanan RI berjanji akan mengoptimalkan penggunaan main battle tank (MBT) yang dibeli dari APBN 2013.
 
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan banyak MBT yang bisa diperoleh dari APBN 2013 kali ini.

“Akan ada sekitar 150 MBT yang dapat berfungsi memperkuat ketahanan NKRI termasuk menjaga perbatasan wilayah,” katanya, saat menghadiri penyerahan hibah Helikopter BELL-412 EP, Sabtu (13/7/2013).

Dirinya mengungkapkan hingga saat ini MBT masih dalam proses dan diharapkan bisa hadir lebih cepat untuk membantu para TNI AD bekerja.

Menurutnya, kementerian akan memproyeksikan lebih lanjut akan ditempatkan dimana MBT tersebut.

“Masih belum tau, diperbatasan atau dimana akan dibahas dulu lebih lanjut. Pastinya memaksimalkan ketahanan NKRI,” ujarnya. 





Sumber : Bisnis

Menhan : Pembelian Helikopter Apache Tergantung Negosiasi Harga

BANDUNG-(IDB) : Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pemerintah Amerika sudah setuju soal rencana pemerintah membeli helikopter tempur Apache. "Pemernitah Amerika sudah siap, Kongres (AS) sudah setuju, tapi kan ktia harus bicara dengan mereka mengenai harganya," kata dia di Bandung, Sabtu, 13 Juli 2013.


Menurut Purnomo mengatakan, harga yang disodorkan cukup mahal. "Kita ingin dengan uang yang sama, kita dapat beli lebih banyak," kata dia. "Namanya pembeli, kita ingin bargain dulu dengan mereka."


Dia mencontohkan pengalaman saat membeli Main Batle Tank. Awalnya dengan anggaran yang ada hanya diperhitungkan membeli 40 unit, tapi dengan uang yang sama bisa membeli 100 lebih unit Main Batle Tank, Leopard, dan 50 unit Medium Batle Tank, Marder.


Purnomo menolak menyebutkan anggaran yang dipersiapkan untuk pembelian helikopter tempur Apache itu. "Itu masih di bahas karena bukan di APBN sekarang, tapi di APBN 2014," kata dia.


Menurut dia, pihaknya menginginkan Indonesia bisa membeli helikopter tempur itu hingga bisa membentuk 1 skuadron. "Kita ingin punya 1 skuadron, karena penting utuk menjaga perbatasan," kata Purnomo.


Ditanya soal penempatan tank Leopard yang sebagian masih dalam proses pengiriman, Purnomo mengaku, soal itu belum diputuskan. "Kita masih mejmbahas, tepatnya nanti ditempatkan di mana," kata dia.


Termasuk rencananya menempatkan di perbatasan, Purnomo mengaku soal itu belum diputuskan. "Kita masih bahas untuk itu," kata dia.


Panglima Kodam VI Mulawarman Mayor Jenderal TNI Dicky Wainal Usman mengatakan, pihaknya berharap, pemerintah bisa menempatkan 1 unit helikopter tempur di pangkalan yang tengah disiapkan di wilayah Berau, Kalimantan Timur. "Kalau jadi, Apache di situ," kata dia.


Dicky beralasan, pangkalan udara milik TNI yang tengah dipersiapkan di Berau itu strategis untuk menjangkau semua wilayah perbatasan karena persis berada di tengahnya. Pangkalan itu diperkirakan rampung 2015 nanti. 

Harga Helikopter Apache Masih Dalam Negosiasi

Pemerintah berharap satu skuadron helikopter Apache bisa memperkuat jajaran pertahanan negara. Rencana itu sangat berpeluang terealisasi hanya saja pemerintah berharap harganya bersahabat.

Hal tersebut dikatakan Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro usai menerima hibah satu unit Helikopter Bell-412 EP dari Pemprov Kaltim ke Kemenhan RI di PT Dirgantara Indonesia Bandung, Sabtu (13/7).

Menurut dia, sinyal positif sudah ditunjukan Pemerintah Amerika Serikat terhadap rencana pembelian heli tempur kelas berat itu. Pihaknya tinggal memantapkan proses selanjutnya sehingga Apache bisa benar-benar memperkuat pertahanan.
 
"Pemerintah AS sudah siap, termasuk Kongres juga sudah setuju, tapi kan dari kitanya bicara dengan mereka mengenai harganya karena cukup mahal. Kita ingin uang yang sama namun bisa dapat banyak," katanya.

Purnomo mencontohkan pembelian main battle tank, Leopard. Dari rencana semula membeli 40 unit MBT menjadi 150 unit yang terdiri dari 100 MBT berikut 50 tank kelas medium Marder. 

Berapa anggaran yang sudah disiapkan, mantan Menteri ESDM mengaku belum bisa memberikan angka pastinya. Selain masih melakukan pembahasan harga, Kemenhan baru mengambil anggarannya dari APBN 2014. "Yang jelas kita ingin lebih," katanya.

Satu yang pasti, Kemenhan sudah memastikan penempatan heli tempur tersebut. Kehadiran alutsista canggih itu akan memberikan efek detterent. "Heli Apache penting untuk menjaga daerah perbatasan," jelas Purnomo.







Sumber : Tempo

Berita Foto : Menhan Tinjau Pesawat CN-235 MPA Pesanan TNI AL


BANDUNG-(IDB) : Dalam kunjungannya di PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI), Bandung, Sabtu (13/7) Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro juga meninjau langsung pesawat CN-235 MPA pesanan TNI AL untuk patroli maritim.


Dalam peninjauannya Menhan diperlihatkan kemampuan teknologi yang diusung CN-235 terbaru milik AL ini.




Sumber : Antara