Pages

Rabu, Juli 10, 2013

Iran Uji Coba UAV Baru

TEHRAN-(IDB) : Menteri Pertahanan dan Logistik Angkatan Bersenjata Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan pasukan Iran menguji tembak peluru kendali generasi baru dan pesawat tak berawak dalam waktu dekat.

Berbicara pada festival penelitian yang berhubungan dengan pertahanan, dia mengatakan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah tempat kompetisi untuk keunggulan antara berbagai mazhab pemikiran dan budaya di dunia.

Persaingan di sektor ini menyebabkan dominasi ekonomi dan politik yang sekarang dianggap sebagai tolok ukur utama kompetisi global, kata Vahidi seperti dikutip kantor berita IRNA.

Kementerian pertahanan Iran mengilhami dunia Muslim dan negara-negara tertindas bahwa kementerian harus memimpin dalam bidang ilmiah di dunia, kata dia.

Iran telah mencapai keberhasilan signifikan di sektor pertahanan lainnya yang akan diumumkan kepada publik suatu waktu, kata Vahidi.






Sumber : Antara

Saatnya Upgrade Fatahillah

ARC-(IDB) : Setelah KRI kelas Van Speijk dan Parchim, kini giliran korvet kelas Fatahillah menjalani modernisasi. Kepastian modernisasi Korvet kelas Fatahillah ini didapat dari press release dari Ultra Electronics yang berkedudukan di Inggris.



Dalam rilis tersebut, disebutkan nilai modernisasi sebesar 32 juta poundsterling. Jumlah ini untuk memodernisasi kapal pertama saja. Untuk kapal selanjutnya, masih dalam tahap didiskusikan namun diharapkan sudah dimulai pada akhir tahun ini. Namun demikian, tidak disebutkan kapal mana yang pertama akan menjalani modernisasi.



Dalam kontrak tersebut Ultra electronic akan mengembangkan, menginstal serta mengintegrasikan sistem manajemen tempur. Dalam pengerjaannya, Ultra juga akan menggandeng sejumlah partner termasuk asal Indonesia. Jika kontrak sudah efektif, maka proyek pengerjaan akan berlangsung selama 28 bulan. Diduga, modernisasi hanya mencangkup sistem sensor dan pengendali tempur saja, dan tidak menyentuh persenjataan. Hal ini patut disayangkan, lantaran senjata utama KRI kelas Fatahillah yaitu exocet MM-38 sudah tidak layak lagi.

TNI AL saat ini mengoperasikan 3 buah kapal kelas Fatahillah. Masing masing adalah KRI Fatahillah, KRI Nala, serta KRI Malayahati. Meski sekelas korvet, kapal ini cukup berotot. Ia diantaranya dipersenjatai meriam 120mm, Rudal exocet MM-38, torpedo hingga mortir anti kapal selam.






Sumber : ARC

Modernisasi TNI AL Menuju MEF Yang Handal Dan Disegani

JAKARTA-(IDB) : Modernisasi TNI Angkatan Laut hanyalah satu pilar diantara empat pilar yang lain dalam pembangunan postur TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani, yaitu struktur kekuatan, kesiapsiagaan, dan kemampuan beroperasi dalam jangka waktu lama (sustainability). Oleh karenanya TNI Angkatan Laut dalam melaksanakan pembangunan kekuatan dan pembinaan kemampuan secara holistik dan diupayakan sekomprehensif mungkin sehingga menghasilkan keluaran (output) yang seimbang antara kesiapan TNI Angkatan Laut baik dari aspek personel, organisasi, dan alutsista.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Dr. Marsetio saat menyampaikan materi kuliah tentang “Modernisasi TNI Angkatan Laut dalam rangka Pembangunan TNI Angkatan Laut Menuju Minimum Essential Force (MEF) untuk Mewujudkan Postur TNI Angkatan Laut yang Handal dan Diseganidi hadapan 80 orang peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) ke-49 Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) RI di kantor Lembaga Pertahanan Nasional Republik Indonesia, Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10, Jakarta Pusat, Selasa (9/7).

Menurut Kasal, pada prinsipnya dalam kehidupan di era keterbukaan sekarang ini, TNI Angkatan Laut tidak menerapkan pola eksklusifisme dalam menjalankan tugas.TNI Angkatan Laut sebagai bagian dari komponen bangsa dan sebagai alat negara yang memegang amanah rakyat Indonesia secara terbuka menerima berbagai masukan dan saran dari seluruh komponen masyarakat, termasuk pula para peserta Lemhannas.

Kasal Laksamana TNI Dr. Marsetio juga menjelaskan, bahwa modernisasi TNI Angkatan Laut dalam kerangka pembangunan Kekuatan Pokok Minimum TNI Angkatan Laut untuk menghadapi berbagai bentuk ancaman aktual maupun potensial dan mampu memberikan efek tangkal yang tinggi dilaksanakan melalui rematerialisasi, revitalisasi, relokasi dan pengadaan yang diorientasikan dengan mengutamakan pemanfaatan industri pertahanan dalam negeri. “Modernisasi alutsista dilaksanakan secara bertahap, konsisten serta berkesinambungan dengan mengedepankan keterpaduan matra (Trimatra Terpadu TNI) guna penyiapan pembinaan dan penggunaanTNI Angkatan Laut agar bersinergi dan saling membantu serta mendukung secara maksimal sehingga terwujud kekuatan TNI Angkatan Laut yang handal dan disegani,” tegas Kasal.

Kelak pada tahun 2024 nanti, lanjut Kasal, kekuatan yang diharapkan dapat terwujud adalah kekuatan Alutsista TNI Angkatan Laut yang direncanakan akan terdiri atas 151 KRI, 54 pesawat udara dan 333 Ranpur yang memiliki kondisi siap tempur dan teknologi terkini serta kekuatan pasukan 3 BTP Korps Marinir, 1 Yonif Siaga Ibu Kota, 2 Yonif Kamdagri, dan peningkatan kemampuan pangkalan yang dilengkapi dengan 18 Coastal Surveillance System.  “Dari jumlah tersebut sepertinya tidak terlihat jauh berbeda dengan kondisi postur TNI Angkatan Laut saat ini, namun sejatinya pada tahun 2024 diharapkan seluruh alutsista TNI Angkatan Laut berada dalam kondisi teknis dan kesiapan operasional mendekati 100% setelah mengalami berbagai upaya modernisasi baik berupa program pengadaan alut baru, revitalisasi, rematerialisasi, ataupun relokasi fungsi alutsista,” jelas Kasal.

Ditambahkan oleh Kasal, bahwa dari sisi perbandingan kekuatan dengan beberapa negara tetangga, diharapkan kekuatan TNI Angkatan Laut pada tahun 2024 akan menjadi kekuatan yang handal dan disegani, serta dapat menyetarakan diri sebagai Angkatan Laut kelas dunia (Word Class Navy) baik dilihat dari sisi kuantitas maupun kualitas. Selain itu, lanjut Kasal, dengan konsep Trimatra terpadu yang apabila diterapkan dengan baik maka diharapkan kelemahan-kelemahan yang ada dapat dieliminir. “Penggelaran kekuatan armada TNI Angkatan Laut meliputi kekuatan tempur pemukul (striking force), kekuatan tempur patroli (patrolling force) dan kekuatan tempur pendukung (supporting force) serta sistem senjata lainnya harus memiliki kemampuan daya tangkal dalam mengamankan wilayah maritim Indonesia,” katanya.

Selain Kasal, turut hadir untuk memberikan materi kuliah kepada para peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) ke-49 tersebut adalah Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Moeldoko, dan Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI I Putu Dunia. Kehadiran ketiga Kepala Staf Angkatan ini diterima langsung oleh Gubernur Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, D.E.A.





Sumber : TNI AL

India Siap Luncurkan Kapal Induk Produk Dalam Negeri

INS Vikrant

NEW DELHI-(IDB) : India berusaha meningkatkan kehadiran Angkatan Lautnya di Samudera Hindia. Salah satu langkahnya adalah dengan meluncurkan kapal induk IAC (indigenious aircraft carrier) buatan pertama India secepatnya pada bulan Agustus nanti.

Uji coba laut tahap pertama kemungkinan dilakukan setelah 10 bulan sejak kapal induk ini diluncurkan Agustus nanti, kata seorang pejabat senior pemerintah India. Namun, kapal induk IAC, yang nantinya akan dinamai INS Vikrant, belum akan ditugaskan setidaknya untuk lima tahun kedepan karena terlebih dahulu harus melalui beberapa pengujian panjang.

Kapal induk ini sedang dibangun di galangan kapal Cochin dan kapal akan segera ke "air" pada 12 Agustus dan selanjutnya dibawa ke dermaga perbaikan untuk menyelesaikan pekerjaan yang tersisa, kata Commo. K. Subramaniam, ketua dan direktur pengelola dari Cochin Shipyard Ltd. Seluruh pekerjaan untuk lambung akan selesai pada Juni 2014, ia menambahkan.

Total dua kapal induk yang direncanakan dibangun oleh India yaitu INS Vikrant (40.000 ton) dijadwalkan tugas pada tahun 2018 dan INS Vishal 65.000 ton dan akan ditugaskan pada tahun 2025. INS Vikrant yang menelan biaya 5 miliar dolar ini setidaknya akan bisa mengangkut 30 pesawat dan helikopter.

Teknisi galangan kapal Cochin telah bekerjasama dengan Angkatan Laut India untuk membangun kapal induk ini selama lebih dari enam tahun. Kontrak untuk pembangunan kapal induk ditandatangani pada tahun 2007, dan keel (lunas) dibaringkan pada bulan Februari 2009, Subramaniam mengatakan.

IAC awalnya ditarget akan masuk layanan pada tahun 2014. Pada tahun lalu, para pejabat India mengatakan bahwa kapal induk itu baru bisa ditugaskan secepatnya pada tahun 2017. Tapi sejumlah faktor telah menyebabkan keterlambatan konstruksi, termasuk kurangnya bahan baja yang tepat dan memadai dari Rusia dan masalah teknis di gearbox dan sistem lainnya, kata seorang pejabat kementerian pertahanan.

Kapal induk India lainnya, INS Vikramaditya, panjang 284 meter dan berbobot 45.000 ton, saat ini masih menjalani uji coba laut dan akan segera bergabung dengan kapal induk (satu-satunya) yang dimiliki India saat ini yaitu INS Viraat. INS Vikramaditya sebelum diakuisisi India dari Rusia bernama Admiral Gorshkov.

Peningkatan kekuatan Angkatan Laut India di Samudera Hindia sangatlah penting, terutama untuk memerangi pembajakan laut, kata Ajay Lele, analis pertahan dari institut Studi dan Analisis Pertahanan yang berpusat di New Delhi.

Spesifikasi INS Vikrant
Bobot
40.000 ton
Panjang
262 meter
Beam
60 meter
Draft
8,4 meter
Propulsi
- 4 General Electric LM2500+turbin gas
- 2 shaft 80+MW
Kecepatan
28 knot (52km/jam)
Jangkauan
15.000 km
Kru
1.400 (jumlah total termasuk kru udara)
Sensor- 1 x Selex RAN-40L
- L-band peringatan dini
- C/D band radar peringatan dini
Persenjataan
- 4x Otobreda 76mm
- LR SAM dengan radar multifungsi
- CIWS
Muatan Pesawat dan Helikopter
- Mikoyan MiG-29K
- 8 HAL Tejas
- 10 Kamov Ka-31 atau Westland Sea King









Sumber : Artileri

Pembentukan Instruktur Pesawat Latih T-50i

6 Pilot TNI AU Instruktur T-50i menyelesaikan pelatihan di Korea Selatan (photo:afplay.kr)
SEOUL-(IDB) : Enam pilot TNI-AU yang dikirim ke Korea Selatan untuk beradaptasi dengan jet latih T-50 akhirnya menyelesaikan pelatihan mereka. Para pilot TNI AU ini berada di Korea Selatan sekitar 5 bulan untuk melakukan bebepara rangkaian pelatihan seperti: pelatihan teori dasar, simulasi penerbangan instrumen, prosedur darurat, pelatihan terbang dengan simulator hingga menerbangkan T-50i.

Usai latihan dengan pesawat T-50i, para penerbang diajak untuk menggunakan pesawat serang ringan T/A 50 didampingi pilot instruktur dari Angkatan Udara Korea Selatan (ROKAF).  Latihan ini termasuk transition and instruction training, formasi terbang, latihan terbang malaam serta taktik tempur pesawat T/A 50. Pihak Korea mencoba mengenalkan stabilitas dan manuver pesawat buatan mereka tersebut kepada 6 pilot Indonesia yang telah terbiasa membawa  pesawat F-16 dan Hawk Mk3. Keenam pilot ini akan menjadi instruktur pesawat latih tingkat lanjut T-50i, setibanya nanti di tanah air.
Pilot TNI AU merampungkan Pelatihan instruktur pilot T-50i di Korea Selatan (photo: afplay.kr)
Pilot TNI AU Merampungkan Pelatihan Instruktur Pilot T-50i di Korea Selatan
Pilot TNI AU terbangkan pesawat latih jet tingkat lanjut T-50i di Korea Selatan (photo:afplay.kr)
Pilot TNI AU terbangkan pesawat serang ringan TA-50 di Korea Selatan (photo:afplay.kr)
Pilot TNI AU terbangkan pesawat serang ringan TA-50 di Korea Selatan
Pilot TNI AU siap siap terbangkan pesawat serang ringan Korea Selatan TA 50 (photo:afplay.kr)
Pilot TNI AU siap siap terbangkan pesawat serang ringan Korea Selatan TA 50
Pilot TNI AU Rampungkan Pelatihan Instruktur  Pesawat Latih Tingkat Lanjut T-50i (photo:afplay.kr)
Pilot TNI AU Rampungkan Pelatihan Instruktur Pesawat Latih Tingkat Lanjut T-50i
Tim Mekanik Indonesia berkenalan dengan know how pesawat T-50i di Korea Selatan (photo:afplay.kr)
Tim Mekanik Indonesia berkenalan dengan know how pesawat T-50i di Korea Selatan
Tim Mekanik Indonesia berkenalan dengan know how pesawat T-50i di Korea Selatan (photo:afplay.kr)
Tim Mekanik Indonesia berkenalan dengan know how pesawat T-50i di Korea Selatan

“Pelatihan instruktur pilot untuk Indonesia ini, juga kami digunakan untuk meningkatkan persahabatan Angkatan Udara kedua negara”, ujar Kapten yiseonguk. Sementara Kolonel Wasco ttum mengatakan pelatihan penerbangan pilot Indonesia ke Korea termasuk untuk melihat budaya Korea Selatan dan hal ini sangat berarti bagi mereka.

Selain mengirim pilot, TNI AU juga mendatangkan 31 mekanik pemeliharaan T-50 i ke Korea Selatan untuk mempelajari teknologi dan know-how dari pesawat supersonic T-50i. Rangkaian pelatihan ini bagian dari pembalian 16 pesawat latih tempur T-50 senilai 400 juta dollar dari Korea Selatan. Indonesia juga telah memiliki 17 unit pesawat latih KT-1 Korea Selatan. Pesawat T-50i akan menggantikan pesawat HS Hawk Mk-53 dan direncanakan tiba di tanah air pada tahun 2013. 






Sumber : JKGR

Penutupan Joint Minex 16/13

KRI Pulau Rengat-711
JAKARTA-(IDB) : Kepala Staf Komando Armada RI Kawasan Barat Laksamana Pertama TNI M. Atok Urrahman menutup latihan bersama antara TNI AL dengan AL Singapura (Republic of Singapore Navy) dengan nama Joint Minex 16/13.
RSS Punggol
Penutupan  dihadiri oleh Danguskamlakoarmabar Laksamana Pertama TNI Arusukmono Indra Sucahyo dan  delegasi dari TNI AL dan  Angkatan Laut Singapura, bertempat di Batam, Senin (8/7).
KRI Pulau Rengat dan KRI Pulau Rupat


Latihan Joint Minex  tahun ini yang dimulai sejak tanggal 6 Juli 2013 ini melibatkan 2 KRI dari TNI AL yaitu KRI Pulau Rengat – 711 dan KRI Pulau Rupat - 712 sedangkan dari pihak AL Singapura melibatkan 2 kapal perangnya yaitu RSS Bedok (M-105) dan RSS Punggol (M-108).
Bedok classs MCM
Latihan ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kerjasama dan hubungan bilateral antara TNI AL dengan AL Singapura (Republic Of Singapore Navy) serta  meningkatkan kemampuan profesionalitas prajurit Angkatan Laut kedua Negara. 







Sumber : Koarmabar