Pages

Minggu, Juli 07, 2013

Koarmabar Inspeksi Unsur-Unsur KRI

JAKARTA-(IDB) : Panglima Komando Armada RI Wilayah Barat (Pangarmabar) Laksamana Muda TNI Arief Rudianto didampingi Kepala Staf Koarmabar (Kasarmabar), Laksamana Pertama TNI M. Atok Urrahman melaksanakan inspeksi kesiapan unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) di jajaran Koarmabar yang sedang sandar di dermaga Pondok Dayung, Jakarta Utara, Jumat (5/7).

Pangarmabar meninjau kesiapan unsur-unsur KRI dan KRI yang sedang dalam perbaikan dan pemeliharaan.

Pangarmabar bersama para Komandan satuan-satuan jajaran Koarmabar meninjau kesiapan KRI jenis Parcim yaitu KRI Teuku Umar-385 dan beberapa KRI jenis Froch diantaranya KRI Teluk Cirebon-543 dan beberapa unsur jajaran Koarmabar yang disiapkan untuk kegiatan operasi patroli penegakkan kedaulatan dan hukum di perairan yuridiksi nasional kawasan barat Indonesia.

Pada kesempatan itu, Pangarmabar juga meninjau kesiapan unsur patroli terbatas Kapal Angkatan laut (KAL) Pulau Harapan dan KAL Pelangi dan unsur patrol lainnya yang sandar di dermaga Pondok Dayung.

Berdasarkan siaran pers Kepala Dinas Penerangan Koarmabar, Letkol Laut (KH) Agus Cahyono, Pangarmabar juga melakukan peninjauan dermaga dan rencana pengembangan fasilitas dan sarana di dermaga baru yang direncanakan untuk kegiatan sandar unsur-unsur KRI.

Demikian pula fasilitas dan sarana kantor satuan-satuan jajaran Koarmabar diantaranya satuan kapal eskorta, satuan kapal Amfibi dan Satuan Pasukan Katak.







Sumber : Jurnas

Latma Elang Thainesia XVI Laksanakan Berbagai Latihan

PEKANBARU-(IDB) : Setelah dibuka secara resmi oleh Danlanud Roesmin Nurjadin, Kolonel Pnb Andyawan. M.P, S.IP pada tanggal 25 Juni yang lalu. Latihan bersama antara TNI AU dengan Royal Thailand Air Force (RTAF) dengan sandi Elang Thainesia XVI terus melaksanakan berbagai latihan Air to Air dan Air to Ground secara bersama. 

Diawali dengan latihan Familiarisasi, sejumlah penerbang tempur pesawat Hawk 100/200 Skadron Udara 12 mengenalkan kondisi medan latihan kepada segenap petempur negara Gajah Putih seperti, cara masuk Aerodrome, teknik menuju Training Area serta cek point yang sudah ditetapkan dalam melaksanakan berbagai latihan yang akan dilaksankan.


Setelah segenap petempur RTAF memahami kondisi medan latihan, Latma Elang Thainesia XVI mulai melaksanakan latihan Air to Air berupa latihan Dissimilar Basic Fighter Maneuver (DBFM) yakni latihan pertempuran di udara antar dua pesawat tempur dengan jenis yang berbeda, Hawk 100/200 TNI AU dengan Alfa Jet RTAF. Hari ini, Senin (1/7) para penerbang Hawk 100/200 dan Alfa Jet akan melaksanakan penembakan Air to Ground atau Weapon Delivery di lokasi latihan penembakan Siabu, kabupaten Kampar, Riau. Pada sesi latihan ini seluruh penerbang akan melaksanakan Bombing menggunakan Bom Latih atau BL-25, Rocketing menggunakan Folding Fin Aerial Rocket atau FFAR 275 dan Straffing yang menggunakan Aden Gun kaliber 30 mm.


Direncanakan Latma Elang Thainesia akan berlangsung hingga tanggal 4 Juli 2013 mendatang dan akan ditutup pada tanggal 5 Juli 2013 oleh Kepala Staf Angkatan Udara kedua negara di Lanud Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.







Sumber : TNI AU

Pindad Garap 82 Mobil Tempur Pesanan TNI Senilai Rp 800 Miliar

JAKARTA-(IDB) : PT Pindad (Persero) mendapatkan pesanan 82 unit kendaraan tempur (panser) jenis Anoa dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada tahun ini. Untuk memproduksi panser tersebut, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini membutuhkan dana hingga Rp 800 miliar.

"Pesanan 82 unit panser Anoa itu berasal dari permintaan dalam negeri, khususnya TNI pada 2013," ungkap Direktur Utama Pindad, Adik Avianto Sudarsono.


Dia menjelaskan, panser Anoa yang dipesan oleh TNI tidak berbeda jauh dengan oleh permintaan negara lain. Namun pesanan mobil tempur tetap disesuaikan dengan strategi pertempuran yang diterapkan oleh TNI.

"Tapi kalau panser yang dijual untuk negara lain, harus izin dulu dengan Kementerian Pertahanan Indonesia. Karena kami kan tidak tahu apa kepentingan mereka beli panser produk Indonesia, khawatir itu musuh atau justru mau menyerang negara ini," papar Adik.

Dia mengaku, satu mobil tempur (panser) jenis Anoa dibanderol dengan harga sekitar Rp 8 miliar kepada TNI. Adik menghitung, total kebutuhan dana yang mesti disiapkan perseroan untuk mengerjakan puluhan unit panser hingga Rp 800 miliar.

"Pesanan ini kan proyek bertahap, tapi kami sudah mulai bekerja lembur mengerjakan produksi panser. Total kontrak dengan TNI untuk produksi 82 unit panser sekitar Rp 600 miliar-Rp 800 miliar dan kami sudah dapatkan komitmen dari tiga bank BUMN (BRI, Mandiri dan BNI)," tukasnya.

Dalam setahun, Adik mengatakan, pabrik manufaktur milik perseroan yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat tersebut memiliki kapasitas produksi 60 unit-80 unit panser.






Sumber : SCTV

AU Senegal Ingin CN-235 Design Khusus

DAKAR-(IDB) : Angkatan Udara Senegal antusias untuk mendapatkan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia. Bahkan mereka ingin memperoleh pesawat yang didesain khusus untuk kebutuhan Angkatan Bersenjata Senegal.
Harapan itu disampaikan langsung Kepala Staf Angkatan Udara Senegal Jenderal Ousmand Kane saat menerima Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di markasnya di Dakar, Senegal.

Sjafrie datang bersama Duta Besar Andradjati, Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen Sonny Prasetyo, dan Direktur Pemasaran PT Dirgantara Indonesia (DI) Budiman Saleh.
       
Dalam pertemuan yang berlangsung hangat, seluruh staf Angkatan Udara Senegal menanyakan seluruh aspek teknis untuk pesawat CN-235 yang sudah mereka pergunakan maupun pesawat CN-295 yang merupakan produk terbaru PT DI.

Kepada Direktur Pemasaran PT DI ditanyakan berbagai aspek teknis berkaitan dengan kemungkinan menjadikan pesawat CN-235 untuk pasukan penerjun, peningkatan kapasitas daya angkut, hingga persoalan landing gear. Sementara itu, untuk pesawat CN-295 mereka menanyakan berapa lama pembuatan pesawat bisa dilakukan setelah kontrak pembelian ditandatangani.

Sjafrie menawarkan kepada Jenderal Kane untuk merancang spesifikasi pesawat sesuai dengan kebutuhan AU Senegal. "Saya menawarkan kontrak langsung antara negara dan negara. Dengan kontrak langsung, maka kebutuhan spesifikasi pesawat bisa dibicarakan langsung dengan pihak pembuat," kata Sjafrie.
           
Budiman mengatakan Senegal merupakan pembeli potensial. Namun, karena terbatasnya keuangan mereka, pesawat yang dibutuhkan harus memiliki fungsi yang banyak.
        
"Sulit bagi satu pesawat untuk menjalankan fungsi bermacam-macam. Sebab, pesawat CN-235 yang dimiliki Senegal sebenarnya ditujukan untuk pesawat VIP. Agak sulit apabila secara bersamaan ingin dipakai sebagai pesawat angkutan personel militer," kata Budiman.

Tetapi Budiman memberikan jalan keluar bagi keinginan Senegal untuk membuat pesawat multi-guna. "Ya kita rancang sejak awal apa yang dibutuhkan, bukan dengan mengubah konfigurasi sesudah pesawat jadi," kata Direktur Pemasaran PT DI.







Sumber : Metrotvnews

TNI AL Masuk Tataran "World Class Navy"

JAKARTA-(IDB) : Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) berhasil masuk ke dalam tataran World Class Navy. Untuk menjadi World Class Navy, TNI AL konsisten melaksanakan inward looking dan outward looking.
 
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal), Laksamana Pertama Untung Suropati pada acara Olahraga Bersama Wartawan di Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal), Cilangkap, Jumat (5/7) di Jakarta.

Menurut Untung, inward looking merupakan peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan umum dan militer di dalam dan luar negeri serta penugasan melalui tour of duty. Selain itu, melaksanakan pembangunan kekuatan berbasis kemampuan (capability based) yang mampu menangkal dan menindak setiap ancaman militer dari luar maupun dari dalam negeri.

Untung Suropati menjelaskan, 2013 merupakan tahun keempat dari rencana strategis TNI AL periode 2010-2014. Dalam kurun waktu tersebut, TNI AL berhasil laksanakan pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) baru dalam berbagai jenis produksi. Baik itu produksi dalam dan luar negeri yang telah diselesaikan secara bertahap.

Di antaranya 39 kapal perang seperti 2 kapal selam, 2 kapal perusak kawal rudal (PKR), 16 kapal cepat rudal (KCR), dan 8 kapal patroli cepat (PC).

Untuk pengadaan kendaraan tempur (Ranpur) Marinir sebanyak 84 unit terdiri dari 49 tank BMF-3F, 14 pansam BTR-80A, 5 BVP-2, dan 16 RM-70 Call-22 serta sejumlah persenjataan lainnya.

Dijelaskan, upaya TNI AL mendukung pemerintah memberdayakan industri dalam negeri, pembangunan alutsista baik LST, KCR, dan patroli cepat dilaksanakan di Lampung, Batam, Jakarta, Surabaya dan Banyuwangi.

“Pada masa mendatang akan dibangun kapal selam di dalam negeri sebagai bentuk komitmen untuk mendukung terwujudnya kemandirian nasional dalam upaya pemenuhan alutsista pertahanan,” kata Untung.

Ditambahkan, pembangunan alutsista TNI AL yang sedang dilaksanakan berkaitan erat antara strategic objective, defence capabilities dan anggaran pertahanan. Proyeksi penggunaan kekuatan TNI AL berdasarkan perkiraan strategis lima tahun kedepan meliputimasalah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar, separatisme, terorisme, bencana alam, beragam kegiatan ilegal dan keamanan maritim.

Dari sisi outward looking, berkaitan dengan analisis mendalam terhadap perkembangan lingkungan strategis, khususnya di kawasan Asia Pasifik dan langkah-langkah antisipatif untuk menghadapi setiap bentuk ancaman faktual maupun potensial yang diakibatkannya.







Sumber : BeritaSatu