Pages

Rabu, Juli 03, 2013

Dibutuhkan Sekitar Rp. 1.5 Triliun Bangun Galangan Kapal Selam

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan menyatakan sedikitnya dibutuhkan 150 Juta Dollar Amerika atau Rp1,5 triliun untuk membangun fasilitas galangan kapal selam ketiga, yang rencananya akan dibangun di PT PAL, Surabaya.

"Galangan kapal selam akan dibangun di Surabaya melalui PT PAL sesuai yang direncanakan. Pembangunan tahap awal membutuhkan 150 juta dollar (sekitar 1,5 triliun rupiah)," kata Juru Bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Kementerian Pertahanan, Silmi Karim, di Jakarta, Selasa.

Pemerintah membutuhkan fasilitas galangan yang memadai sebagai konsekuensi dari pemesanan tiga kapal selam ke Korea Selatan. Pasalnya, kapal ketiga akan dibangun di Indonesia setelah dua kapal selam pertama dibangun di Korea Selatan melalui skema alih teknologi.

Menurut dia agar pembangunan galangan tak membutuhkan biaya banyak, KKIP berencana memanfaatkan perlengkapan yang ada di sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).Indonesia, kata dia, sedikitnya membutuhkan sebanyak 12 kapal selam untuk menjaga wilayah perairan.

Kapal selam pertama hasil kerja sama dengan Korea Selatan ditargetkan selesai pada 2014. Tak berapa lama kapal kedua juga akan diselesaikan di galangan kapal Korea Selatan.

"Sedangkan pembuatan kapal selam ketiga rencananya dilakukan di Indonesia pada awal 2015. Kami menargetkan pada 2018 kapal selam buatan Indonesia sudah selesai," kata Silmi.

Saat ini, Kemhan berusaha mengirimkan sebanyak 200 teknisi ke Korea Selatan untuk menyelesaikan pembangunan kapal selam pertama. "Baru disetujui sebanyak 190 teknisi. Teknisi tersebut antara lain dari TNI Angkatan Laut sebagai pengguna, Kementerian Riset dan Teknologi, dan industri-industri terkait dalam pembangunan kapal," kata Simli.







Sumber : Republika

2013 Pindad Targetkan Penjualan Mencapai Rp. 2 Triliun

JAKARTA-(IDB) : PT Pindad menargetkan penjualan di akhir 2013 sebesar Rp 2 triliun. Direktur Utama Pindad Adik A Soedarsono mengungkapkan, nilai ini meningkat signifikan dari penjualan tahun sebelumnya. "Tahun lalu penjualan Pindad sekitar Rp 1,3-1,5 triliun," kata Adik di Jakarta, Senin (1/7).
 
Di semester pertama, ujarnya, penjualan Pindad belum meningkat tajam. Karena perseroan baru menandatangani kontrak penjualan di semester pertama sehingga realisasi penjualan belum dapat dihitung. Sekitar 80 penjualan berasal dari kontrak dengan TNI dan Kementerian Pertahanan.  
Ditambah lagi, perubahan anggaran negara 2013 yang dikabarkan mengurangi porsi untuk pertahanan. Padahal anggaran 2012 perseroan sangat optimistis. Adik mengatakan hal ini akan berpengaruh pada penjualan perseroan. "Ada rencana pengurangan, tapi itu belum terealisasi ke dalam kontrak," ujar Adik.

Tahun ini perseroan akan mendatangkan beberapa mesin pembuat amunisi dari Eropa. Mesin-mesin tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi perseroan sekaligus menambah variasi amunisi yang diproduksi. Mesin tersebut didatangkan dari Jerman dan Belgia. Untuk mendatangkan mesin ini, Pindad mengalokasikan dana dalam belanja modal yang totalnya Rp 360 miliar.

Sekitar Rp 50 miliar telah digelontorkan untuk uang muka mendatangkan mesin amunisi tersebut. Dana belanja modal sendiri sebesar Rp 300 miliar berasal dari penyertaan modal negara (PMN). Sisanya dari kas internal.

Selain ke pertahanan, perseroan juga menjual produk komersial, seperti mesin industri dan kendaraan dan kereta api. Saat ini perseroan tengah meningkatkan produksi kendaraan pertambangan. Perseroan ingin membuat mesin berkualitas Eropa namun seharga produk Cina. Akan tetapi produk komersial ini hanya berkontribusi 20 persen terhadap total penjualan perseroan.

Terkait dengan ekspansi ke luar negeri, Pindad mengaku telah melakukan hal tersebut sejak 20 tahun yang lalu. Secara volume, Pindad merupakan pemain terbesar di Asia Tenggara. Meski pun secara kualitas perseroan masih kalah.

Ke depan, Pindad tengah menjajaki tender senjata di Prancis. Pindad ditawarkan untuk membuat senjata bagi negara di Eropa Barat tersebut. Untuk dapat masuk ke Prancis, Pindad bekerja sama dengan sebuah perusahaan konsultan Belgia yang memberi masukan soal kualitas senjata standar Prancis. 

"Kami ditawarkan masuk ke Prancis yang memiliki sistem kualitas tinggi. Jadi kami bekerja sama dengan konsultan Belgia untuk cek kualitas," kata Adik. Tender tersebut baru akan mulai tahun depan.








Sumber : Republika

Uganda Ingin Beli Alutsista Produk Indonesia

KAMPALA-(IDB) : Menteri Pertahanan Uganda Kiyonga Cripus menyatakan tertarik dengan produk industri militer Indonesia termasuk pesawat angkut militer CN 295.

"Industri militer Indonesia sudah maju. Saya tertarik dengan apa yang dipamerkan tadi," kata Kiyonga seusai pertemuan dengan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di Kampala, Uganda, Selasa (2/7).

Setelah pertemuan dilakukan pameran kecil tentang produk-produk industri pertahanan Indonesia seperti rompi antipeluru, helm prajurit, makanan tentara, senapan serbu SS1, dan model pesawat CN 235 dan CN 295 produksi PT Dirgantara Indonesia.

Kiyonga yang didampingi Panglima Angkatan Bersenjata Uganda Katumba Wamala tampak antusias memeriksa barang-barang yang dipamerkan.

"Saya akan datang ke Indonesia untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana barang-barang militer itu diproduksi," kata Kiyonga.
Ia bersama timnya juga akan melihat bagaimana pusat pelatihan pasukan penjaga perdamaian dan kontra terorisme.

"Pasukan penjaga perdamaian Indonesia sangat dikenal di Afrika," katanya merujuk pada perang Kontingen Garuda di Kongo yang dinilainya melegenda.

Sjafrie didampingi Dirjen Industri Pertahanan Mayjen TNI Sonny Prasetyo, Direktur Pemasaran PT DI Budiman Saleh, Direktur Afrika Kemlu Lasro Simbolon serta Dubes RI di Kenya dan Uganda Sunu Sumarno.

Kiyonga juga memuji Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang bagus.








Sumber : Republika

Pemerintah Optimistis Lanjutkan Proyek Kapal Selam Dengan Korsel

JAKARTA-(IDB) : Komitmen pemerintah untuk mewujudkan hubungan kerja sama dengan Korea Selatan di bidang industri pertahanan semakin menguat. Menurut rencana, kedua negara Asia ini bakal segera merealisasikan pembangunan kapal selam bersama untuk Indonesia di tahun depan.

Juru Bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP), Silmy Karim menuturkan, pemerintah telah melakukan berbagai persiapan demi merealisasikan proyek alat utama sistem persenjataan (alutsista) ini. Di antaranya dengan menyediakan fasilitas untuk keperluan produksi kapal selam di PT PAL Indonesia, Surabaya. "Untuk tahap awal persiapan infrastruktur tersebut, pemerintah telah menggelontorkan dana sebesar 150 juta dolar AS," ujar Silmy di Jakarta, Selasa (2/7).


Di samping itu, lanjut dia, sejumlah tenaga ahli Indonesia juga diberangkatkan ke Korea untuk dibekali dengan pelatihan dan transfer of technology (ToT). Semua langkah ini dilakukan sebagai bagaian dari upaya modernisasi alutsista TNI, khususnya Angkatan Laut. Sebelumnya, sempat berkembang pandangan yang menilai kerja sama alutsista ini bakal merugikan kepentingan nasional Indonesia. Ini lantaran tenaga-tenaga ahli yang dikirim pemerintah ke negeri ginseng hanya sebatas learning by seeing (belajar dengan cara mengamati), bukan learning by doing (belajar dengan cara mempraktikkan). 


Namun, Silmy membantah hal tersebut. Ia menjamin pemerintah Korea tidak akan setengah hati dalam mentransfer teknologi kapal selamnya kepada Indonesia. Kalau pun ada perbedaan metodologi dalam klausul kontrak kerja sama ini, menurutnya itu masih wajar-wajar saja. Apalagi, kata dia, hubungan Indonesia dan Korea Selatan selama ini sudah terjalin baik.


"Sejauh ini, hubungan kedua negara tidak hanya pada ruang lingkup kecil industri pertahanan. Tapi lebih dari itu, Indonesia dan Korea punya hubungan yang lebih erat dalam kerja sama yang lebih besar," kata Silmy.








Sumber : Republika