Pages

Sabtu, Juni 15, 2013

Kemenhan Yakinkan DPR Soal IFX/KFX

BANDUNG-(IDB) : Meski pihak Korea Selatan masih menunda dan belum menjelaskan kapan kerjasama perancangan jet tempur masa depan IFX/KFX (Indonesia/Korea Fighter Experiment) diteruskan, pihak Indonesia tetap berusaha melanjutkan proyek ini sebatas pada bagian-bagian yang bisa dikerjakan sendiri. Di dalam negeri, program ini dikerjakan tim dari Balitbang Kementerian Pertahanan, BPPT, PT Dirgantara Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan lain-lain. Proyek ini menggantung setelah tim Korea-Indonesia menuntaskan tahap pertama, yakni Technology Development, dalam waktu 18 bulan, pada Desember 2012.

Demikian ungkap Pembina Tim Komunikasi PT DI, Sonny S. Ibrahim, terkait proyek bilateral yang digagas Pemerintah Korea Selatan pada 2010 itu. Pernyataan tersebut disampaikan  Jum’at (14/6) menanggapi pertanyaan Angkasa seputar penjelasan  Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsuddien tentang IFX/KFX kepada anggota Komisi I DPR RI saat meninjau kesiapan dan fasilitas enjiniring IFX/KFX di DI, Bandung, Kamis (13/6) kemarin. Di pihak Indonesia, Kementerian Pertahanan menjadi penanggung-jawab utama atas proyek prestis yang pernah dikatakan menelan ongkos 8 miliar dollar AS itu.


Ditambahkan, Wamenhan berhasil meyakinkan rombongan Komisi I DPR RI yang dipimpin TB Hasanudin perihal kelanjutan proyek ini. “Program pesawat tempur IFX/KFX adalah program nasional demi kepentingan bangsa dan negara. Oleh karena itukita harus mewujudkannya demi kemandirian bangsa dalam membangun  kekuatan pertahanannya,” tekan Sjafrie Sjamsuddien. Pernyataan ini ditanggapi TB Hasanudin dengan kata-kata: “Siapa pun kekuatan politik (yang akan memimpin Indonesia) di masa depan, tetap harus mendukung program ini agar terus berjalan.”


Dikemukakan, saat ini DI tengah mempersiapkan diri untuk memasuki tahap kedua, yakni Engineering Manufacturing Development. Ahli dari pabrik pesawat terbang ini akan coba mempelajari 30 dari 72 item teknologi pesawat tempur stealth generasi 4,5 ini yang belum dikuasai agar saat dilanjutkan, mereka siap melaksanakannya. Angkasa mencatat, teknologi tersulit yang masih terus dikejar ilmuwan kedua pihak adalah radar AESA serta material dan sistem elektronik penyerap gelombang radar. Keduanya akan sangat menentukan keunggulan dari pesawat yang semula direncanakan operasional pada 2020 ini.

Isyarat penundaan selama sekitar satu-setengah tahun dilayangkan Pemerintahan Park Geun-hye tak lama setelah dirinya terpilih sebagai presiden ke-11 Korea Selatan pada Februari 2013. Belakangan Pemerintah Korea disebut-sebut sedang tertarik dengan  jet tempur siluman F-15SE Silent Eagle buatan Boeing, AS, yang ditawarkan sudah siap pakai. Ketertarikan ini kemungkinan muncul karena Korea Selatan terus-menerus mendapat tekanan dari tetangganya, korea Utara. Bagi Korea Selatan, KFX sendiri diproyeksikan untuk mengganti jajaran F-4 Phantom dan F-5 Tiger yang sudah menua. Proyek diawali dengan tahapan Feasibility Study, dilanjutkan dengan Technology Development, lalu Engineering Manufacturing Development, dan diakhiri dengan Production Phase







Sumber : Angkasa

Kepala BPPT : Indonesia Butuh Minimal 9 Kapal Selam

SURABAYA-(IDB) : Negara kepulauan seperti Indonesia selayaknya mempunyai minimal sembilan kapal selam untuk menjaga kedaulatan wilayah perairannya. Erzi Agson Gani, Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Bidang Teknologi Industri Rancang Bangun, mengatakan terdapat sembilan selat sebagai pintu keluar masuk dari dan ke perairan Indonesia sehingga seharusnya ada sembilan kapal selam yang mengawal selat-selat tersebut.

Pada saat ini, alat utama sistem persenjataan (alutsista) jenis kapal selam milik Indonesia hanya satu unit yang siap beroperasi. "Sembilan corong atau selat itu hanya dijaga satu unit kapal selam yang operasional. Itu sangat tidak ideal," kata Erzi di sela-sela Forum Komunikasi Litbang Pertahanan ke-24 di kantor pusat PT PAL Indonesia (Persero), Kamis, 13 Juni 2013.

Menurut Erzi, jenis kapal selam yang sesuai perairan dan misi pertahanan Indonesia minimal jenis Midget 22 Meter. Jenis ini yang sedang dikembangkan oleh Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI-AL bersama BPPT di Laboratorium Hidrodinamik. Selain Migdet 22 Meter, BPPT juga menguji coba jenis Midget 15 Meter yang ukurannya lebih kecil, tetapi tidak mengurangi efek destruksinya.

Untuk memilih jenis kapal selam yang tepat, Erzi menyarankan sebaiknya jenis kapal selam harus dikombinasikan sesuai doktrin perang pemerintah Indonesia. Jika untuk kebutuhan patroli dan menjaga alur lalu lintas di perairan laut, cukup jenis midget. Namun, jenis kapal selam lain seperti kilo dan kapal tanpa awak juga patut diperhitungkan. "Jenis midget itu sudah memberikan daya getar dan efek destruktif yang tinggi," ujarnya.

Direktur Utama PT PAL Indonesia (persero), M. Firmansyah Arifin, mengatakan pengembangan industri kapal selam yang padat teknologi butuh dukungan dari berbagai pihak. PT PAL ttelah menjalin sinergi dengan litbang di berbagai instansi pemerintah, seperti BPPT, akademisi, Kemenhan, dan TNI. Kapal patroli dan frigate produksi PT PAL adalah hasil kolaborasi dengan litbang antar-institusi dan disokong transfer teknologi.

Firmansyah mengatakan Indonesia sudah memiliki kemampuan industri, teknologi, kebutuhan dan pengguna yang dapat mendorong percepatan alih teknologi maritim untuk pemenuhan kebutuhan alutsista secara mandiri.

Kepala Badan Diklat Kementerian Pertahanan, Mayjen TNI Suwarno, berharap penguasaan teknologi alutsista semakin meningkat sehingga mampu mereduksi tingkat ketergantungan alutsista buatan negara asing. Untuk mencapai hal itu, harus dibangun sinergi antara tenaga ahli dari BPPT, Pindad, Krakatau Steel, PT LAN, TNI dan akademisi. "Khusus teknologi perkapalan perlu didukung oleh teknologi yang harus dikuasai sendiri untuk mengembalikan kekuatan pertahanan," kata Suwarno. 








Sumber : Tempo

Seminar Internal Pustekbang Perancangan Pesawat Tempur

BANDUNG-(IDB) : Pusat Teknologi Penerbangan Lapan sedang giat melaksanakan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Salah satu bidang kajiannya adalah perancangan pesawat tempur, khususnya generasi ke 5 (lima). Pada hari Selasa tgl. 11 Juni 2013 telah dilaksanakan Seminar Internal dengan tema Tinjauan beberapa aspek dalam perancangan pesawat tempur generasi 5 bertempat di Ruang rapat Pustekbang yang dihadiri oleh para Peneliti, Perekayasa dan tamu undangan. Acara dimulai pukul 09.00 WIB dan dibuka dengan sambutan dari Kapustekbang Drs. Gunawan S. Prabowo, MT. dilanjutkan dengan penjelasan pelaksanaan acara oleh moderator Ir. Sulistyo Atmadi, MS. ME.

Pembicara seminar Dosen-dosen dari Teknik Penerbangan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga anggota Tim KFX kerjasama dengan Korea selatan. KFX merupakan singkatan dari Korean Fighter experimental yang merupakan pesawat tempur disain dari Korea. Nota kesepahaman dengan Korsel tersebut telah ditandatangani Erris Herryanto (Sekjen Kemhan) yang merupakan perjanjian awal berkaitan dengan rencana produksi bersama (joint production), riset hingga terbentuknya prototipe pesawat tempur. Prototipe tersebut dapat diproduksi di Indonesia tahun 2020 oleh PT DI. Indonesia tidak akan mendapat lisensi dari pesawat KF-X karena rancangan awal dari jet tempur tersebut adalah milik Korsel sepenuhnya, dalam hal ini hanya menjadi mitra kerja sama terutama dalam hal pemasaran. Kendati demikian Indonesia akan mendapat keuntungan dari kerja sama ini karena dapat menyerap teknologi, sedangkan pihak Korsel dapat memangkas biaya produksi dan terbantu di urusan penjualan produk pesawat tempur.

Pesawat single seat bermesin ganda ini adalah jenis pesawat siluman (stealth) yang kemampuannya di atas pesawat Dassault Rafale atau Eurofighter Typhoon, tapi masih di bawah Lokheed Martin F-35. Kemampuan tempurnya juga tidak usah diragukan karena lebih unggul dibandingkan pesawat F-16 Block 60. Untuk mendukung ketersediaan peranti canggih,produksi KF-X akan merangkul sejumlah perusahaan internasional untuk menyediakan sistem radar, data link, desain, mesin jet, teknologi stealth, persenjataan,dan lainnya.

Seminar dilaksanakan dengan pemaparan mengenai topic oleh pembicara dan dilanjutkan dengan diskusi. Berikut Pembicara dan topik yang disampaikan:
  • Dr. Rais Zain : Aspek perancangan Sistem dan Konfigurasi Pesawat tempur
  • Dr. Toto Indriyanto : Aspek Air Combat System
  • Dr. Romie O Bura : Aspek Aerodinamika dan Propulsi
  • Ir.  Muhammad Kusni, MT. : Aspek Load dan Struktur

Menurut Dr. Romie O Bura dalam perancangan pesawat tempur tersebut, Lapan dapat berperan mendukung proses transfer teknologi contohnya dalam hal pemahaman (know how) pengembangan metodologi maupun desain tools rancang bangun. Disamping itu juga peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam Teknologi penerbangan. Setelah diskusi yang cukup meriah, acara ditutup oleh moderator pada pukul 15.00 WIB.







Sumber : Lapan

Nigeria Ingin Jalin Kerjasama Pertahanan Dengan Indonesia

BOGOR-(IDB) : Duta Besar Nigeria untuk Indonesia Abdul Rahman Sallahdeen menyampaikan keinginan negaranya melakukan kerja sama dalam industri pertahanan, terutama dengan The Nigerian Defence Industry (DICON), dan sejumlah sektor prospektif lainnya seperti pertanian, telekomunikasi, dan konstruksi.

"Nigeria menyambut baik berbagai kerja sama yang erat dalam sektor manufaktur militer yang potensial ini. Kami mengharapkan pihak swasta Indonesia dan komunitas bisnis lainnya ikut menanamkan modalnya baik di sektor `up-stream` dan `down stream`," kata Dubes di Sentul, Bogor, Kamis.

Abdul Rahman Sallahdeen mengemukakan hal itu pada acara "Round Table Discussion on Updates of Economic Opportunities and Potentials in Nigeria" sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan Menlu Nigeria dan komunitas bisnis negara tersebut ke Indonesia pertengahan Juli mendatang.

Kerja sama bidang pertahanan dan keamanan dan peluang bisnis lainnya itu dibahas dalam forum yang dihadiri 70 peserta yang datang dari berbagai perwakilan kementerian, lembaga dan sejumlah perwakilan provinsi, Kadin dan juga kalangan media.

Kegiatan kerja sama pertahanan antara lain memanfaatkan industri strategis bidang pertahanan seperti dengan PT Pindad, dan PT Dirgantara Indonesia, serta memanfaatkan fasilitas "Peace Keeping Center" milik Kementerian Pertahanan, serta kerja sama penanggulangan terorisme.

Lebih jauh Dubes mengajak para pelaku usaha Indonesia lebih mengoptimalkan peluang pasar Nigeria, terlebih setelah negara dengan ibu kota Abuja itu menjalankan ekonomi terbuka dan memberikan kemudahan dalam hal pengiriman uang (remittance) hasil keuntungan investasi di Nigeria.

Sementara itu, Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri Lasro Simbolon mengatakan, kini saatnya Indonesia melirik Afrika dan tidak boleh ketinggalan dengan Jepang, China dan Korea Selatan yang agresif memburu peluang kerja sama di Afrika mengingat potensi bisnis yang besar di kawasan Afrika, termasuk Nigeria.

"Afrika sekarang bukanlah Afrika 20 tahun lalu yang sarat dengan konflik, kelaparan dan penyakit. Afrika adalah benua dengan segudang peluang dan kesempatan bagi Indonesia cukup besar terlebih kita memiliki hubungan sejarah yang positif," katanya sekaligus ingin mematahkan pandangan negatif tentang Nigeria.

Kerja sama Indonesia dan Nigeria berfokus pada bidang ekonomi, perdagangan, investasi dan peningkatan kapasitas. Di bidang ekonomi, Indonesia menempatkan Nigeria sebagai pasar non-tradisional yang penting. Dengan jumlah penduduk 170 juta, munculnya kelas menengah yang pesat, sumber daya alam yang melimpah, dan pertumbuhan ekonomi yang baik, menjadikan peluang dan potensi Nigeria perlu digarap secara serius dan terencana dengan baik.

Total perdagangan Indonesia-Nigeria tahun 2012 tercatat 3, 18 miliar dolar AS dengan tren peningkatan 50 persen. Ekspor Indonesia ke Nigeria tercatat mencapai 413 juta dolar dan impor Indonesia sebesar 2, 77 miliar dolar. Besarnya jumlah impor ini disebabkan oleh pembelian minyak dari negara ini.

Namun demikian, Nigeria masih merupakan pasar ekspor terbesar Indonesia di wilayah Afrika bagian barat, meskipun pada tahun 2012, ekspor non-migas Indonesia mengalami penurunan sebesar sembilan persen jika dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 465 juta dolar AS.

Saat ini 20 perusahaan Indonesia telah lebih dahulu berkiprah di Nigeria melalui investasi dan perdagangan diantaranya PT Indorama (petrokimia), Indofood (produk mie instan), Sinar Mas (kertas dan plastik), Kedaung Group (peralatan dapur), dan Garuda Maintenance Facility (GMF) AeroAsia (perawan pesawat).

Produk industri pertahanan strategis Indonesia seperti pesawat CN-235 juga telah digunakan di beberapa negara Afrika seperti Burkina Faso, Senegal, dan Guinea-Conakry. Peluang di bidang pertahanan sangat besar di Nigeria. 






Sumber : Antara

Transaksi Penjualan CN-295 Ke Filipina Hampir Final

JAKARTA-(IDB) : Usai menggelar road show keenam negara ASEAN, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) mengaku minat dari negara tetangga Indonesia tersebut pada produk terbaru pesawat perusahaan masih cukup tinggi. Filipina merupakan salah satu negara berpotensi besar memesan pesawat dari perusahaan.

Direktur Umum dan SDM PT Dirgantara Indonesia, Sukatwikanto mengatakan selain dari Filipina, perusahaan juga tengah mempersiapkan sejumlah dokumen teknikal terkait ketertarikan Thailand dan Vietnam pada produk pesawat Indonesia.

"Kami sedang melakukan pengiriman dokumen-dokumen teknikal karena kan sebelum deal kontrak itu biasanya harus ada verifikasi dokumen teknik," ujarnya usai rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR di Jakarta, Kamis (13/6/2013).

Untuk kepastian kontrak pembelian pesawat PTDI dengan Filipina sendiri, dia mengatakan kini tengah dalam proses finalisasi dan ditargetkan selesai dalam waktu dekat. "Mudah-mudahan dapat kontrak dalam waktu dekat. Kita sedang memfinalisasi dengan Filipina," lanjutnya.

Dalam Roadshow ke enam negara pada Mei lalu, PTDI menawarkan tiga jenis pesawat yaitu CN 212, CN 235, dan pesawat terbaru buatan Spanyol CN 295. Namun untuk target penjualanya sendiri, perusahaan mengaku masih enggan menjelaskan secara detail.

"Tapi yang harus dibanggakan, semua negara ASEAN mendukung produk dari PTDI padahal produk CN 295 bisa diproduksi dari spanyol. Tetapi mereka ingin produksi dari PTDI dan kami punya keyakinan mampu memproduksi secara full," katanya.

Selain itu Sukatwikanto juga mengatakan bahwa PT DI kini tengah melakukan regenerasi dengan merekrut karyawan dari tingkat sarjana dan Sekolah Teknik Mesin (STM). "Untuk yang dari sarjana itu hampir 300 orang dan STM 400 orang tahun ini. Kami sedang regenerasi SDM besar-besaran," tandasnya.






Sumber : SCTV

KRI Karimata-960 Embarkasi Material Taifib

BITUNG-(IDB) : KRI Karimata (KMT)-960 yang dikomandani oleh Mayor Laut (P) Agung Nugroho, merupakan salah satu unsur Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) sandar di dermaga umum pelabuhan Bitung, Sulawesi Utara, Jumat (14/06), guna melaksanakan kegiatan embarkasi dua trailer/dudukan sea rider milik pasukan Intai Amfibi (Taifib) Marinir.
 
Menurut Komandan, KRI Karimata-960 setelah melaksanakan debarkasi sebanyak dua unit material jembatan gantung milik Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD dalam menunjang kegiatan ekspedisi NKRI tahun 2013 koridor Sulawesi, di  dermaga umum Pelindo, Gorontalo, baru-baru ini, (Rabu, 12/06). langsung melanjutkan perjalanan menuju ke Bitung.

“Selanjutnya KRI Karimata-960 akan kembali menuju Makasar untuk embarkasi  sea rider milik Taifib Marinir yang terlibat kegiatan ekspedisi NKRI tahun 2013 koridor Sulawesi.yang rencananya  akan dibawa dan diturunkan di Surabaya satu unit dan di Jakarta satu unit ”, tambahnya.

KRI Karimata-960 dalam rangka operasi Rakata Jaya mendukung kegiatan ekspedisi NKRI tahun 2013 koridor Sulawesi membawa material Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI-AD sebanyak dua gelombang yang pertama pada awal Mei 2013 dengan tujuan Makasar kembali ke Jakarta, sedangkan gelombang kedua dilaksanakan pada awal Juni tanggal 7 dengan tujuan Kendari guna menurunkan satu unit material jembatan gantung, selanjutnya menuju Gorontalo untuk menurunkan  dua unit material jembatan gantung tersebut.






Sumber : Poskota