Pages

Sabtu, Mei 25, 2013

Wulung UAV Indonesia Masuk Pasar Komersial

BANDUNG-(IDB) : Tanggal 29 April 2013 merupakan hari bersejarah bagi proses penciptaan PUNA. Sebab, mulai tanggal itu,  BPPT menyatakan kesiapannya untuk memproduksi pesawat tanpa awak tersebut secara komersial. Mereka siap menerima pemesanan dari pihak luar. 

Rilis PUNA yang diberi nama Wulung itu dilakukan oleh Kementerian Pertahanan bersama PT Dirgantara Indonesia (DI) sebagai pelaksana produksinya.

Para penggawa tim produksi PUNA Wulung pun bersorak kegirangan menyambut babak baru industri kedirgantaraan Indonesia itu. Wajah kurang tidur para pemuda dan profesor senior pun seketika berubah ceria usai penandatanganan kerja sama komersialisasi PUNA.


Sembari memandangi pesawat dengan warna dominan biru laut yang sedang dipamerkan itu senyum cerah terus menghiasi raut wajah penuh kelegaan mereka.


Bagi tim PUNA Wulung, Inilah salah satu impian para ilmuwan BPPT, menghasilkan produk teknologi tinggi yang bisa dikomersialkan. Meski belum secanggih pesawat tak berawak bikinan negara maju, optimisme tetap membuncah.


Sekitar 50 orang anggota tim pengembang PUNA Wulung menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan pesawat itu agar lebih canggih. Dengan harapan, pesawat itu akan digunakan untuk kepentingan militer Indonesia dan menjadi bagian alutista asli bikinan anak negeri.


Para anggota tim PUNA Wulung memang pantas berbangga. Hasil pengembangan bertahun-tahun mampu menghasilkan pesawat nir awak yang cocok untuk kondisi geografis Indonesia. “Kami tidak bisa melupakan jasa almarhum Prof Said,” ujar Kepala Program PUNA Joko Purwono.


Pengembangan PUNA di Indonesia memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Prof Said Djauharsyah Jenie. Mantan Kepala BPPT itu merupakan perintis teknologi PUNA. Pada 1998, Said yang bermimpi Indonesia memiliki pesawat intai tak berawak mulai merekayasa teknologi dirgantara yang merupakan bidang keilmuannya.


Sayang, karena berbagai keterbatasan di BPPT kala itu, dia memutuskan menggandeng pihak swasta untuk mengembangkan PUNA. Krisis ekonomi dan kondisi politik pascareformasi sempat membuat proyek tersebut mandek. Akhirnya pada 2004 pengembangan PUNA dilakukan lagi.


Selama dua tahun, Said dan timnya fokus mengembangkan struktur ringan. Sejumlah uji coba pun dilakukan dan berakhir dengan kegagalan. Setelah ditelusuri, penyebabnya adalah bobot pesawat yang terlalu berat. Setidaknya ada dua prototipe pesawat yang gagal diuji coba meski berkali-kali dilakukan penyesuaian.


Rupanya, para ilmuwan pengembang PUNA yang berlatar belakang ilmuwan PT DI menyamakan struktur pesawat tersebut dengan pesawat komersial. Tidak heran beratnya berlebih dan gagal diterbangkan.


Mereka pun kembali berkutat di bengkel pembuatan pesawat tersebut, dan berhasil menciptakan prototipe ketiga yang mampu terbang.


Setelah menjadi kepala BPPT pada 2006, pucuk pimpinan program PUNA pun diserahkan kepada Joko. Dia mulai mengembangkan PUNA dalam hal konfigurasi. Selain itu, Joko menyetop pengembangan oleh swasta. Dia merekrut para sarjana dari berbagai universitas untuk mengembangkan PUNA.


Para sarjana fresh graduate itu tidak hanya  berasal dari satu atau dua bidang teknik. Berbagai macam disiplin ilmu digabungkan dalam tim yang terdiri dari kombinasi para profesor dan para pemuda lulusan anyar yang terbilang masih ’’hijau” itu. bahkan, alumnus seni rupa pun menjadi bagian dari tim PUNA.


Anak-anak muda itu dilatih bahasa pemrograman, dan setelah mahir mereka diberi software sesuai disiplin ilmu masing-masing.


’’Mustahil PUNA dibuat oleh ahli di satu ilmu saja, semisal termodinamika,’’ tutur Joko. Setidaknya tim PUNA dibagi dalam tujuh kelompok yang memegang peranan penting. Mulai kelompok aircraft, avionic, hingga kelompok yang khusus menangani termodinamika. Berbagai rangkaian uji coba dan evaluasi pun dilakukan.


Masa-masa uji coba merupakan saat paling krusial. Para penggawa tim PUNA jarang tidur menjelang hari H. Mereka harus memastikan bagian sekecil apapun tidak ada yang cacat dan terlewatkan, dan pesawat dibuat sesuai prosedur dan cetak biru yang telah ditelurkan Prof Said.


Meninggalnya Said pada 2007 membuat tim PUNA terguncang. Mereka sempat menjadi anak ayam yang kehilangan induknya. Apalagi, kala itu dukungan pemerintah terhadap pengembangan PUNA masih belum 100 persen.


Mereka harus mengembangkan pesawat dengan kemampuan finansial yang terbatas. Rasa pesimistis mulai menjalari tim tersebut.


Untungnya, para pemuda itu cepat bangkit. Mereka kembali kepada jalan yang benar, dan mengembangkan PUNA hingga benar-benar laik terbang. Tidak hanya itu saja, Joko juga mulai memberikan materi komersialisasi teknologi agar hasil karya tersebut tidak sia-sia setelah berhasil terbang dengan sempurna.


Sejak tahun 2009, tim PUNA mulai mengembangkan segmentasi kebutuhan pasar. Dari situ, didapati jika dulunya Prof Said berkeinginan melayani kebutuhan TNI AU untuk mengawasi wilayah perbatasan.


Selain itu, teridentifikasi pula kebutuhan untuk mengawasi wilayah Indonesia yang rawan pembalakan liar dan kebutuhan akan hujan buatan.


Dari situ, rancangan PUNA terus disempurnakan hingga akhirnya menarik perhatian Balitbang TNI. Balitbang pun ikut serta dalam pengembangan PUNA, dan lahirlah Wulung. Spesifikasi pesawat tersebut dianggap cukup sesuai dengan kondisi geografis Indonesia.


Dengan bobot 60 kilogram dan bentang sayap 6,34 meter, PUNA Wulung memiliki jarak jelajah 200 kilometer di ketinggian 12 ribu kaki. Pesawat itulah yang pada 29 April lalu dinyatakan siap untuk dikomersialisasi melalui PT DI.


Meski begitu, saat ini tim PUNA Wulung sedang mengembangkan lagi pesawat tersebut. ’’Pesawat ini sekarang masih memiliki kemampuan 3,5 gravitasi. Kami sedang kembangkan agar memiliki kemampuan 7 gravitasi agar mampu menahan beban ratusan kilogram,’’ lanjut pria 58 tahun itu.


Potensi PUNA Wulung saat ini masih ada di level dua. Umumnya, pesawat militer tak berawak milik negara maju sudah ada di level tiga. Level tertinggi atau level empat yang mampu dicapai saat ini adalah kemampuan jelajah di atas 70 ribu kaki.


Menurut Joko, dengan potensi di level dua saat ini, PUNA Wulung sudah mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan negara. Terutama, dalam hal pengawasan illegal logging dan pembentukan hujan buatan. Justru jika ketinggian jelajahnya terlalu tinggi, dikhawatirkan wilayah Indonesia tidak bisa terekam sempurna akibat tertutup awan.

Joko menambahkan, dengan adanya PUNA, fungsi pengawasan oleh kapal dan pesawat berawak TNI AU bisa lebih efisien. PUNA bisa menggantikan biaya tinggi akibat pengawasan di wilayah perbatasan. ’’Dari satu kapal induk, PUNA bisa mengawasi lebih jauh namun dengan biaya lebih efisien,’’ tambahnya.






Sumber : Kaltimpost

Indonesia Pitches Transport Planes To PAF

MANILA-(IDB) : Just three days after President Aquino cited the government's P75 billion military upgrade to help protect the country's maritime territory, proposals from defense industrial firms started to pour in.

The latest is PT Dirgantara Indonesia (PTDI), the three-decade old state-owned aircraft maker, which is selling its latest fleet of cargo planes to Southeast Asian neighbors.

On Friday, it showcased to Filipino defense officials one of its latest products – the CN295, a military transport aircraft that it jointly designed with Spain-based Airbus Military.

CN295 is like a mini-version of the C130, the primary cargo aircraft of the Armed Forces of the Philippines (AFP).

They share the same functions – transport of troops or cargo, medical evacuation, surveillance missions, and maritime patrol.

With its smaller size, the CN 295 will be ideal for the Philippines, an archipelago made up of several islands, where landing and take-off capabilities of some airstrips are very limited, according to Sonny Ibrahim, PTDI assistant director for quality control systems.

"We believe that Philippine needs small and medium aircraft rather than big aircraft," he said. "Why? Because we have the same natural geographical condition [here] like Indonesia. There's a lot of forest, lot of hilly area, short strips or short runways, and unprepared runways. This aircraft can do with these situations."

Maj. Gen. Wilfredo Ona, chief of the Philippine Air Force (PAF), said: "Maganda ang eroplano [The plane is good], very stable."

He said it would be good for short haul flights to transport small groups, including paratroopers, and cargo.

With the CN295,  the AFP can make more frequent trips to the Kalayaan Group of Islands in the disputed West Philippine Sea.

Besides maritime patrol, the aircraft also has an anti-submarine capability because it can launch torpedoes.

Most importantly, PTDI said the aircraft would be cost-effective, claiming that it could halve operational and maintenance costs, compared to planes from competitors.

The price-tag? $36 million, or a little less than P1.5 billion.

Indonesia's Deputy Defense Minister Sjafrie Sjamsuddien, who traveled to the Philippines to make the pitch, said: "This is part of defense cooperation among the ASEAN [Association of Southeast Nation] countries. And now we are coming to ... strengthen and also to enhance cohesiveness while introducing an Indonesian defense industrial product."

Besides the Philippines, PTDI is also looking to sell its aircraft to Brunei, Vietnam, Myanmar, Thailand, and Malaysia.

The proposal will have to go through a study by the Department of National Defense (DND) and may be considered in the Medium-Lift Acquisition Project,






Source : Solarnews

Materi Latma Carat 2013

Latihan Centrixs

Prajurit TNI Angkatan Laut dan US Navy melaksanakan pelatihan tentang Alat Komunikasi Elektronika Combined Enterprise Regional Information Exchange System (Centrixs exercise) yang akan digunakan untuk mendukung Satuan Tugas (Satgas) Latihan Bersama (Latma) Cooperation Afloat Readiness and Training (Carat) 2013 pada kegiatan manuvra di laut (sea Phase) di Ruang Rapat, Markas Komando (Mako) Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) III Jakarta, Jalan Gunung Sahari, Jakarta, Jumat (24/5).

Kegiatan Centrixs exercise merupakan kerjasama antara TNI Angkatan Laut dengan US Navy dalam bidang pengenalan alat komunikasi yang berbasis website dengan Combined Enterprise Regional Information Exchange System.

Dalam Centrixs Exercise yang diikuti lima personel komunikasi elektronika dari US Navy dan enam personel TNI Angkatan Laut tersebut, dilatihkan bagaimana cara mengirimkan informasi atau berita dari suatu pangkalan ke kapal yang berlayar dan antar kapal serta bagaimana dengan mudah mengetahui keberadaan posisi kapal kawan maupun lawan melalui sistem jaringan yang digunakan di kapal perang.

Latihan Perang Kota 

Prajurit Marinir TNI Angkatan Laut melaksanakan latihan perang kota bersama Marinir Amerika atau United States Marine Corps (USMC) di daerah Pusat Latihan Tempur Korps Marinir Antralina, Jawa Barat, Kamis (23/5).

Latihan perang kota merupakan salah satu materi latihan Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2013, melibatkan Satuan Setingkat Peleton (SST) yang dilaksanakan Marinir Indonesia dan Amerika.

SST Marinir TNI Angkatan Laut gabungan dari Batalyon Infantri (Yonif) jajaran Brigif-2 Marinir yang berjumlah 27 personel di bawah pimpinan Letnan Dua Marinir Galih. H melaksanakan latihan taktik perang kota seperti pemantapan latihan tanda-tanda visual dalam patroli, teknik melintasi bangunan serta tehnik penyerangan pemukiman dan kota.

Disamping itu, latihan perang kota kali ini juga untuk melihat sejauh mana taktik maupun teknik yang digunakan antara Marinir kedua negara apabila terjadi gesekan dari pihak yang tidak bertanggung jawab dan bagaimana cara penyelesaiannya.

Latihan Sea Phase di Laut Jawa, Selat Sunda Dan Samudera Hindia 

Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Latihan Bersama (Latma) Cooperation Afload Readiness And Training (Carat) 2013 antara TNI Angkatan Laut dan US Navy Kolonel Laut (P) Edi Sucipto yang sehari-harinya menjabat sebagai Asisten Operasi (Asops) Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Danlantamal) III Jakarta, memimpin latihan manuvra di laut (sea Phase) dengan dua Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang bertolak dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (24/5).

Dansatgas Latma Carat 2013 yang on board di kapal markas KRI Sultan Iskandar Muda-367 mengatakan, latihan sea Phase yang akan berlangsung hingga tanggal 26 Mei 2013 mendatang, selain melibatkan unsur laut juga melibatkan unsur udara dari TNI Angkatan Laut dan US Navy.

Latihan bersama tahap laut (Sea Phase) akan dilaksanakan di perairan Laut Jawa, Selat Sunda dan Samudera Hindia dengan melibatkan antara lain unsur kekuatan TNI Angkatan Laut yaitu KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan KRI Oswald Siahaan-354, sedangkan unsur kekuatan Amerika Serikat melibatkan USS Tortuga LSD-46 dan USS Charles Momsen DDG-932.

Pada latihan sea Phase tersebut akan melaksanakan serial latihan yang meliputi VBSS-MIO, Formation Steam, ASWEX/EMATT (Expendable Mobile ASW training Target, DCEX (Dammage Control Exercise) / Drill, FLASHEX (Flashing Exercise), PUBEX (Publication Exercise) dan NSIC (Night Steaming In Columm), GUNEX (Gunery Exercise) dengan menggunakan target HSMST (Hight Speed Manouver Surface Target), MISSILEX (Missile Exercise) dengan menggunakan target BQM-74, SAREX (Search and Rescue Exercise), DLQs (Deck Landing Qualifiqations)/Cross Deck Landing, DIVTAC (Tactical Formation in Divsion), PHOTEX (Photo Exercise)





 
Sumber : Koarmabar

Ekspansi Pasar Baru Eksport Senjata Rusia

Tank T-90S Rusia
T-90S Rusia

MOSCOW-(IDB) : Rusia saat ini menempati urutan kedua untuk ekspor senjata dunia. Moskow telah memasok senjata dan peralatan militer ke 66 negara, telah mengadakan kesepakatan militer dan teknis dengan 85 negara dan portofolio pesanan untuk produk yang berhubungan dengan pertahanan senilai 4,3 miliar dolar. Angka yang cukup fantastis. Ekspor senjata global Rusia pada tahun 2012 lalu mencapai 15,2 miliar dolar, naik 12% dari tahun sebelumnya.

Turki : Fokus Pasar Baru Senjata Rusia ?

Selama kurun 20 tahun, Moskow telah berulang kali mencoba menarik perhatian militer Turki dengan teknologi canggihnya. Baru-baru ini, upaya itu dilakukan di pameran pertahanan IDEF 2013. Rusia menampilkan helikopter serang Ka-50 (berbasis Ka-52 Alligator) dan helikopter Mi-28NE Night Hunter.

Usulan untuk memulai pembangunan bersama sistem rudal permukaan-ke udara (surface-to-air / SAM) dengan Ankara mungkin menjadi perkembangan yang paling menarik dari IDEF 2013. Rudal SAM ini akan dibuat berdasarkan sistem pertahanan udara S-300V Antey-2500 Rusia. Selain Antey, Moskow juga telah menawarkan sistem rudal permukaan ke udara Buk-M2E dan Tor-M2E, dan sistem artileri Pantsir-S1.

Di IDEF 2013 Turki, Rusia juga memamerkan mock-up tank tempur utama T-90S, kendaraan tempur Terminator fire support, kendaraan tempur infanteri BMP-3M, kendaraan angkut personil BTR-80 dan BTR-80A, peluncur roket Smerch, sistem rudal anti tank Kornet-E dan Metis M1, Howitzer Msta-S 152 milimeter, mortir Nona-s 120 mm, dan sistem artileri Vena.

Yang jelas,kehadiran besar Rusia di IDEF 2013 menjadi fakta bawah Turki adalah anggota negara NATO pertama yang membangun hubungan dekat dalam bidang militer dengan Moskow. Selain itu, Ankara dan Moskow memiliki kesempatan besar untuk perdagangan yang lebih luas dalam produk militer. Namun tentunya Rusia tidak boleh berharap banyak untuk terjadinya peningkatan besar ekspor senjata Rusia ke Turki.

Target Amerika Latin

Eskportir senjata Rusia juga melirik peluang di pasar Amerika Latin. Menurut perkiraan analis perdagangan senjata, volume pasar senjata Amerika Latin akan mencapai 50 miliar dolar dalam sepuluh tahun kedepan. Jika Rusia memfokuskan usaha untuk ini, kontrak yang sesuai tentunya bisa didapatkan.

 

Sebelumnya, Venezuela, Peru, Brasil, Argentina dan Meksiko juga menyatakan ketertarikannya untuk membeli helikopter dan sistem pertahanan udara dari Rusia. Ada potensi yang besar bagi Rusia disini, terutama dengan Brasil, di mana helikopter Mi-35M telah mereka gunakan.

Mitra utama Rusia di Amerika Latin adalah Venezuela, yang saat ini menjadi importir terbesar senjata Rusia setelah India. Diperkirakan, nilai uang yang sudah dikeluarkan Caracas (ibukota Venezuela) untuk industri pertahanan Rusia sebesar 4,4 miliar dolar. Yang terdiri dari 24 Sukhoi Su-30MK2V, 100.000 senapan mesin AK-103, lebih dari 40 helikopter multiguna Mi-17V-5, 10 helikoper serang Mi-35M2, tiga helikopter transportasi berat Mi-26T2 dan 5.000 senapan sniper SVD (senapan runduk).

Rusia dan Peru dikabarkan juga akan menandatangani kontrak untuk meng-upgrade lima fleet pesawat tempur Mikoyan MiG-29 Fulcrum pada akhir Mei ini.  Peru juga tengah mempertimbangkan untuk membeli 100 tank tempur utama T-90S dan prototipe T-90S sudah diserahkan oleh Rusia ke Peru untuk diuji coba oleh militernya. Negara ini saat ini mengoperasikan sekitar 300 tank tua T-55 buatan Uni Soviet, yang Lima (ibukota peru) harapkan akan diganti dengan T-90S. Selain itu, Peru juga tertarik untuk membeli 700 truk Kamaz dan pembelian berikutnya helikopter Mi-8/17 dari Rusia.

Mesir : Peluang yang Sirna

Sumber di pemerintahan Rusia baru-baru ini mengatakan bahwa Mesir sudah mengakhiri kontrak dengan Rusia untuk membuat amunisi pandu 155 mm untuk Howitzer M-109 buatan AS, yang digunakan oleh Angkatan Darat Mesir. Sebelum disepakati, proyek ini bahkan sudah tertunda hingga sembilan kali. Akibatnya, Rusia telah kehilangan salah satu pasar senjata yang paling menjanjikan di Timur Tengah.

 

Analis Rusia mengatakan bahwa masalah kontrak dengan Mesir muncul karena sistem dumping Rosoboronexport yang mencoba untuk kembali ke pasar senjata Mesir. Rusia sebelumnya yakin bahwa masalah kontrak tidak akan terpengaruh hubungan militer-teknis kedua negara.

India : Tentu Saja Tetap Nomor 1


India telah mejadi importir terbesar senjata Rusia, membeli 80 persen perangkat keras militer (senjata dan peralatan militer) dari Moskow. Negara ini telah membeli 350 tank T-90S dan 1.500 lainnya tengah dalam order. INS Sindhurakshak, kapal selam diesel listrik milik Angkatan Laut India yang mengalami perbaikan dan upgrade di galangan kapal Zvezdochka, akhirnya tiba di pelabuhan Mumbai pada 29 April lalu. Kapal induk INS Vikramaditya juga telah mengalami berbagai uji coba di galangan kapal Sevmash Rusia menjelang uji coba tahap akhir dan pengiriman ke Angkatan Laut India pada akhir tahun ini.

Produsen pesawat Rusia juga mencari peluang untuk memperkuat hubungan dengan mitra India mereka. Produsen pesawat Sukhoi saat ini sedang membangun sebuah pesawat generasi kelima bersama-sama dengan India. India saat ini juga mengoperasikan 150 jet tempur modern Sukhoi Su-30MKI (versi khusus untuk India). Juga India dalam waktu dekat akan memasok helikopter intai Ka-226T. Tidak hanya disitu, kontrak untuk pengadaan helikopter Mi-35 dari Rusia sudah menunjukkan titik terang.

Seperti yang sering diberitakan disini sebelumnya, Rusia dan India juga bersama-sama mengembangkan rudal jelajah supersonik BrahMos. Menurut laporan media India, pada 22 Mei lalu, Angkatan Laut India kembali sukses menguji tembak rudal BrahMos.
Sumber : Artileri

Berita Foto : Java Sea Carat 2013


CARAT2013-(IDB) : A rigid-hull inflatable boat (RHIB) with members of the Indonesian special forces unit Kopaska and Sailors from the Maritime Civil Affairs and Security Training (MCAST) Command aboard pulls alongside the forward-deployed amphibious dock landing ship USS Tortuga (LSD 46) during a joint Visit, Board, Search, and Seizure (VBSS) training exercise as a part of Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2013.



Members of the Indonesian special forces unit Kopaska simulate seizing a room while being observed by Electronics Technician 1st Class Anthony Nekervis, assigned to Maritime Civil Affairs and Security Training (MCAST) Command, during a joint Visit, Board, Search, and Seizure (VBSS) training exercise aboard the forward-deployed amphibious dock landing ship USS Tortuga (LSD 46) as a part of Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2013.



Members of the Indonesian special forces unit Kopaska simulate incapacitating a suspect while being observed by Chief Boatswain’s Mate Elias Inoa, assigned to Maritime Civil Affairs and Security Training (MCAST) Command, during a joint Visit, Board, Search, and Seizure (VBSS) training exercise aboard the forward-deployed amphibious dock landing ship USS Tortuga (LSD 46) as a part of Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2013.


Boatswain's Mate 2nd Class Carlos Medina guides a Republic of Indonesia Navy BO-105 helicopter during flight operations aboard the guided missile destroyer USS Momsen (DDG 92). Momsen, along with the salvage and recovery ship USNS Safeguard (T-ARS 50) with embarked Mobile Diving and Salvage Unit (MDSU) 1, amphibious dock landing ship USS Tortuga (LSD 46). 


Boatswain's Mate 3rd Class Matthew Fountain, left, and Boatswain's Mate 2nd Class Carlos Medina guide a Republic of Indonesia Navy BO-105 helicopter during flight operations aboard the guided missile destroyer USS Momsen (DDG 92). Momsen, along with the salvage and recovery ship USNS Safeguard (T-ARS 50) with embarked Mobile Diving and Salvage Unit (MDSU) 1, amphibious dock landing ship USS Tortuga (LSD 46).

Boatswain's Mate 3rd Class Matthew Fountain, left, and Boatswain's Mate 2nd Class Carlos Medina guide a Republic of Indonesia Navy BO-105 helicopter during flight operations aboard the guided missile destroyer USS Momsen (DDG 92). Momsen, along with the salvage and recovery ship USNS Safeguard (T-ARS 50) with embarked Mobile Diving and Salvage Unit (MDSU) 1, amphibious dock landing ship USS Tortuga (LSD 46).

Electronics Technician 1st Class Anthony Nekervis, assigned to Maritime Civil Affairs and Security Training (MCAST) Command, shakes hands with a member of the Indonesian special forces boarding team Kopaska following a joint Visit, Board, Search, and Seizure (VBSS) training exercise aboard the forward-deployed amphibious dock landing ship USS Tortuga (LSD 46) as a part of CARAT 2013. More than 1,000 Sailors and Marines are participating in Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2013. U.S. Navy ships participating in the exercise include the USNS Safeguard (T-ARS 50) with embarked Mobile Diving and Salvage Unit (MDSU) 1, amphibious dock landing ship USS Tortuga (LSD 46), and the guided-missile destroyer USS Momsen (DDG 92).


Carat ships at sea: the dock landing ship, USS Tortuga, the guided missile frigate, KRI Oswald Siahann, and the corvette, KRI Sultan Iskandar Muda. 
 
Huge thanks to Lt. Ricky Tacoma for being a superb liaison officer during the at sea phase of CARAT Indonesia 2013.




Sumber : Kaskus

PM Inggris Tegaskan Dukung Keutuhan NKRI Atas Papua

LONDON-(IDB) : Perdana Menteri Inggris, David Cameron menekankan komitmen pemerintahannya yang mendukung keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini disampaikan Cameron saat melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Jumat (24/5) kemarin.

Pernyataan Cameron ini merespon pembentukan kantor perwakilan Papua Merdeka di Oxford, Inggris beberapa waktu lalu. Sebelumnya, Dubes Inggris untuk Indonesia juga telah menegaskan bahwa pembentukan kantor perwakilan kelompok separatis itu tidak didukung oleh Pemerintah Inggris. 

"Betul PM UK menyinggung masalah Papua, terkait kantor mereka di Oxford. Dan menekankan kembali posisi pemerintah yang tetap mengakui NKRI secara utuh, dari Sabang dan Merauke," kata Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional, Teuku Faizasyah saat dihubungi Jurnal Nasional, Sabtu (25/5).

Faizasyah menjelaskan, komunikasi telepon antara SBY dan Cameron fokus membahas rencana pertemuan ke-5 Panel Tingkat Tinggi PBB mengenai Agenda Pembangunan Pasca 2015 (UN High-Level Panel of Eminent Persons on the Post-2015 Development Agenda). Pertemuan terakhir tersebut akan digelar di markas besar PBB, New York, Amerika Serikat pada tanggal 29-30 Mei 2013. Pertemuan final yang membahas laporan akhir panel ini akan dipimpin langsung oleh Presiden SBY.

Seperti diketahui, SBY menjabat sebagai ketua bersama (co-chairs) forum HLP bersama PM Cameron dan Presiden Liberia, Ellen Johnson Sirleaf. "Pokok atau fokus pembicaraan telepon kemarin adalah pertemuan HLP di New York, utamanya terkait laporan akhir panel," ujar Faizasyah.






Sumber : Jurnas

167 TNI Kontingen Garuda XXXII Dapat Penghargaan PBB

banon-subHAITI-(IDB) : Sebanyak 167 Prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXXII-B/MINUSTAH (Mission des Nations Unies pour la Stabilisation en Haïti) menerima penghargaan Medali PBB atas jasa dan pengabdiannya dalam misi perdamaian PBB di Haiti.


Pemberian Medali PBB ini merupakan suatu bentuk pengakuan atas kontribusi yang luar biasa dari 167 tentara penjaga perdamaian PBB dari Indonesia serta sebagai wujud rasa terima kasih dari PBB untuk pengabdian yang telah diberikan bagi kepentingan perdamaian, stabilitas, dan rekonstruksi di Haiti.


Penyematan Medali PBB / Medal Parade kepada 167 Prajurit TNI Konga XXXII-B/MINUSTAH dilakukan dalam suatu upacara parade yang dilangsungkan di Lapangan Parade Bumi Garuda Camp, Gonaives-Haiti, Jum’at (24/5/2013). Bertindak selaku Inspektur Upacara adalah Deputy of Special Representative Secretary General (SRSG) MINUSTAH Mr. Carl Alexandre.


Dalam upacara ini, untuk pertama kalinya diselenggarakan bersama-sama dengan pelaksanaan Medal Parade Kontingen Argentina yang terdiri atas Argentina Battalion, Argentina Aviation dan Argentina Hospital.

banon-tengahDeputy SRSG Mr. Carl Alexandre dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada setiap prajurit atas kontribusi yang konsisten terhadap pelaksanaan mandat misi PBB di Haiti, serta penghargaan atas loyalitas yang diberikan kepada perdamaian terlepas dari kesulitan yang dihadapi saat ini. Disamping itu juga usaha, kerja keras dan pengorbanan yang diberikan selama ini tidak akan sia-sia.


“Dalam kehidupan dunia yang semakin mengglobal dan terhubung satu sama lain, kita harus mengakui bahwa tidak ada perdamaian dan keamanan bagi siapapun apabila tidak ada perdamaian dan keamanan bagi semua. Kehadiran Anda disini hari ini menggambarkan komitmen Anda terhadap tujuan ini”, kata Mr. Carl Alexandre dihadapan 500 personil yang hadir.


Kegiatan upacara Medal Parade diisi dengan berbagai kegiatan, antara lain : penampilan kesenian khas Indonesia yaitu Reog Ponorogo yang dibawakan oleh 18 personil Satgas Kizi TNI serta Tarian Tango yang dibawakan oleh dua personil dari Argentina Battalion.


Sementara itu, Komandan Satgas Kizi TNI Konga XXXII-B/MINUSTAH Letkol Czi Arief Novianto mengatakan, selain mengemban tugas sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB, Satgas Kizi TNI juga mengemban misi sebagai duta bangsa untuk mempromosikan budaya dan kesenian asli Indonesia di dunia Internasional. “Pemberian penghargaan dari PBB merupakan wujud nyata pengakuan PBB atas hasil usaha dan kerja keras yang diberikan bagi misi perdamaian di Haiti”, ujarnya.







Sumber : Poskota