Pages

Sabtu, Mei 04, 2013

Melirik UAV TNI AU Searcher II atau Heron ?

UAV Heron 1 Singapura
UAV Heron 1 Singapura
JKGR-(IDB) : TNI AL telah mendeklarasikan bahwa  alutsista mereka akan diperkuat oleh skuadron UAV yang ditempatkan di Lanud Supadio, Kalimantan Barat.  UAV ini akan mengontrol wilayah perbatasan Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan hingga ke laut Natuna dan akan datang pada akhir tahun 2013 atau awal 2014. Yang menjadi pertanyaan, di dalam laporan SIPRI 2012 dikatakan, Indonesia telah menerima 4 UAV jenis Searcher MK II pesanan tahun 2006 yang dikirim pada tahun 2012.

Data SIPRI ini sesuai dengan pernyataan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin: Antara.com 12 Feb 2012:
Pesawat intai tanpa awak (UAV) TNI yang dipesan dari PT Kital Philipine Corp mulai operasional pada 2012. Keperluan intelijen menjadi hal mendasar pengadaan wahana udara militer ini.
Lebih lanjut Wakil Menteri Pertahanan menjelaskan:
“Tahun 2006, militer Indonesia melakukan tender untuk pembelian 4 UAV bagi BAIS dan dimenangkan oleh  Searcher Mk II  lewat perusahaan Philippine Kital Corp”. Selanjutnya:  “Dalam ujicoba oleh tim MoD, Searcher MK II mengalahkan kompetitornya UAV Irkut dari Rusia dan UAV Hermes buatan Elbit Israel.
SIPRI 2012
SIPRI 2012
Dari penjelasan SIPRI 2012 dan Wamenhan, bisa disimpulkan 4 UAV jenis Seracher MK II telah tiba di Indonesia pada tahun 2012, untuk keperluan BAIS TNI.

Jika benar demikian, lalu UAV apa yang sedang ditunggu oleh TNI AU pada akhir tahun 2013 / 2014 nanti ?. Apakah jenis Searcher MK II juga  atau dari jenis yang lebih canggih.
Mari kita simak pernyataan dari petinggi TNI AU:

Dan Lanud Supadio Kolonel Pnb Ir Novyan Samyoga, Pontianak, Kalbar, Kamis (17/1/2013) :
“Dalam waktu dekat  kita akan dapat bantuan kekuatan satu skuadron pesawat tanpa awak. Kita berharap 2013 ini sudah datang dan siap dioperasikan”.
“Pesawat yang akan beroperasi nanti diperkirakan kemampuannya sekitar 400 km di perbatasan laut. Saat ini kita masih menunggu kedatangan UAV tersebut. Semuanya berdasarkan perintah Menteri Pertahanan,” jelas mantan ajudan wakil presiden tahun 2009 ini.
Pesawat itu  tidak bisa ditangkap radar militer. Termasuk radar untuk penerbangan yang ada di Bandara Supadio tidak bisa melacak atau menjejaki UAV itu. Equator-news.com
Dan Lanud Supadio menjelaskan, UAV TNI AU nanti memiliki jangkauan 400 km, sementara menurut Wamenhan UAV yang datang tahun 2012, Searcher MK II memiliki kemampuan jelajah hingga radius 200 km dalam waktu 15 jam.

Dari dua keterangan itu jelas, kemampuan UAV kiriman tahun 2012, berbeda dengan milik TNI AU nanti.

Lebih lanjut, kemampuan UAV TNI AU nanti diterangkan sebagai berikut:
Kolonel (Pnb) Kustono, Danlanud Supadio: (equator-news.com 13-Jan-2012) :
“Pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio diarahkan untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat. Bahkan juga dioperasikan untuk pengawasan di pulau Kalimantan,” katanya sembari mengatakan kalau pesawat tersebut juga dapat dipersenjatai serta dilengkapi dengan peralatan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari.
Selain keternagan itu, juga disebutkan, taxiway di Lanud Supadio diperlebar agar bisa dilalui oleh UAV yang akan datang. Hanggar khusus juga telah disiapkan. Penjelasan ini bisa memberi gambaran bahwa UAV yang datang berukuran besar.

Panglima Komando Operasi TNI AU I Marsekal Muda TNI Dede Rusamsi  (antara.com):
“Pesawat jenis itu juga digunakan AB India guna menjaga perbatasannya dengan China dan Pakistan rencananya kita akan menambah satu skuadron berupa pesawat tanpa awak di Pangkalan Udara Supadio Pontianak untuk memperkuat kemampuan pemantauan termasuk daerah perbatasan di Kalimantan Barat,”.

Pesawat tersebut juga dapat dipersenjatai serta dilengkapi dengan peralatan pendeteksi untuk kondisi malam dan siang hari.
Perbandingan UAV Searcher dan Heron Singapura
Perbandingan UAV Searcher dan Heron Singapura
UAV yang bisa terbang sejauh 400 km adalah kelas UAV Heron. UAV ini dikembangkan terus oleh  Israel menjadi Heron TP alias Eitan. Namun untuk saat ini Heron TP atau Eitan hanya digunakan 5 negara, yakni Israel, Jerman, Perancis, Spanyol dan Inggris.

UAV yang bisa terbang siang dan malam atau seharian, juga kelas Heron  yang mampu terbang hingga 50 jam. Sementara UAV Searcher 2 hanya mampu terbang 18 jam. Untuk itu UAV Heron disebut juga sebagai: medium-altitude long-endurance unmanned aerial vehicle. UAV Searcher II  sesuai dengan ukurannya yang lebih kecil hanya bisa terbang di ketinggian 6000 meter. Sementara Heron mampu terbang setinggi 10.000 meter. Tentu Eitan alias Heron TP bisa terbang lebih tinggi dan lama, yakni 70 jam dengan ketinggian di atas 14.000 meter.

Jika merujuk pada UAV India, maka India saat ini menggunakan UAV Heron.

UAV Israel yang bisa menembakkan rudal adalah Eitan alias Heron TP.   Kelebihan Eitan, ia dilengkapi radar lebih canggih serta alat anti jamming. Mungkin kita masih ingat bagaimana drone Amerika Serikat bisa dibajak/ diturunkan oleh Iran karena memiliki anti jamming yang buruk.

Keterangan anti jamming itu sesuai dengan:
Danlanud Supadio Kolonel Pnb Ir Novyan Samyoga: (equator-news.com  17 Jan 2013:
Pesawat itu juga tidak bisa ditangkap radar militer. Termasuk radar untuk penerbangan yang ada di Bandara Supadio tidak bisa melacak atau menjejaki UAV itu.
Keterangan lain disampaikan oleh Wakil Presiden Program Pesawat Nirawak Elbit Systems Jonathan Sinay: tempo.co  16 Feb 2012
Mempertimbangkan kondisi geografis, Sinay menyebutkan Hermes 450 sebagai tipe pesawat intai nirawak yang paling ideal digunakan di Indonesia. “Saya rasa untuk Indonesia dengan banyak pulau dan laut, Hermes 450 sudah cukup,” katanya.
Hermes 450 adalah “pendahulu” Hermes 900 dengan kemampuan tidak kalah canggih. Pesawat berbadan mirip tabung berwarna abu-abu ini memiliki bobot seberat 150 kilogram dan sayap terbentang horizontal sepanjang 10,5 meter serta ekor berbentuk seperti huruf “V” tegak. Hermes 450 mampu terbang hingga ketinggian 18 ribu kaki selama 20 jam. Jangkauan terbangnya mencapai jarak 60-100 kilometer.

Karena ukurannya yang relatif besar, Hermes 450 menggunakan satu roda di bagian depan dan dua roda di belakang, sehingga memerlukan landasan untuk penerbangan dan pendaratannya. Baling-balingnya terletak di bagian belakang pesawat. Adapun kamera pengintai terpasang di bagian tengah-bawah badan pesawat, di antara roda depan dan belakang. Kamera yang terpasang di dalam selubung berbentuk setengah bola itu siap mengawasi sasarannya.

UAV Hermes 450
UAV Hermes 450
UAV Searcher II

UAV Searcher II atau Searcher MK II adalah UAV jenis lama yang telah dimiliki dan diopersikan oleh Angkatan Udara Singapura (RSAF) sejak tahun 1994. Bahkan UAV Singapura ini sempat dipinjam Kopassus pada tahun 1996 untuk mendukung operasi Mapenduma, pembebasan sandera di Papua.

Singapura sendiri akan memensiunkan UAV Searcher II, digantikan UAV jenis Heron 1 yang mulai dioperasikan  RSAF pada tahun 2012. UAV Heron 1 bisa terbang lebih dari 24 jam dan menghadirkan video yang full colour. Selain UAV Heron 1, Singapura juga memiliki UAV jenis Hermes 450.

Merujuk pada logika di atas, memang menjadi sesuatu yang ganjil jika Indonesia pada akhir tahun 2013 atau awal 2014, hanya akan mendatangkan UAV jenis Searcher II,  sementara Singapura telah memilikinya sejak tahun 1994.

Patut diduga UAV  yang didatangkan  TNI AU  nanti adalah jenis Heron atau Hermes 450, setara dengan UAV milik Singapura. Jika kita masukkan kata kunci “bisa dipersenjatai”, maka UAV itu adalah jenis Heron TP alias Eitan. 





Sumber : JKGR

Road Show 6 Negara Asean, PT DI Jualan Pesawat

BANDUNG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia (PT DI) berencana menjual pesawat dan menawarkan jasa perawatan pesawat terbang kepada 6 negara ASEAN. Langkah ini dilakukan untuk mencapai target order sebesar Rp 4,24 triliun dari BUMN pembuat pesawat yang bermarkas di Bandung.

PT Dirgantara Indonesia rencananya akan menggadeng Kementerian Pertahanan terkait program roadshow dan jualan pesawat ini.

"Kita bulan Mei ikut Kementerian pertahanan roadshow menawarkan pesawat. Itu ke 6 negara ASEAN. Mulai dari Malaysia, Filipina, Vietnam, Myanmar, Brunai Darussalam dan Thailand. Ke laur negeri hanya jualan pesawat dan perawatan," tutur Manajer Komunikasi Dirgantara Indonesia, Sonny S Ibrahim kepada detikFinance, Jumat (3/5/2013).

Saat ini, pesawat buatan Dirgantara Indonesia sudah digunakan di Malaysia, Filipina, Korea Selatan, Pakistan dan Thailand. Rencananya ada 3 tipe pesawat seperti tipe NC 212, CN 235 dan CN 295 yang ditawarkan.

Meskipun akan menjualan pesawat ke luar negeri, ternyata Dirgantara Indonesia telah membuka pusat perwakilan untuk perawatan pesawat karya Dirgantara Indonesia, di beberapa negara seperti Pakistan, Korea Selatan, Filipina.

Sonny menjelaskan, tahun 2013 ini, pihaknya menargetkan bisa memperoleh kotrak baru untuk perawatan pesawat, penjualan pesawat dan helikopter, pembuatan komponen pesawat serta jasa ahli mesin dan roket sebesar Rp 4,24 triliun.

Untuk penjulan, BUMN produsen pesawat ini optimis meraup penjualan senilai Rp 3,6 triliun. Sementara tahun 2012, Dirgantara Indonesia berhasil memperoleh order sebesar Rp 7,793 triliun. Sebagian besar order pesawat datang dari Kementerian Pertahanan Indonesia.

"Realisasi kontrak kita 2012 sebesar Rp 7,793 triliun. Untuk pesawat dan helikopter Rp 7,062 triliun, kontrak baru untuk perawatan pesawat Rp 69,957 miliar miliar terus komponen pesawat Airbus dan sebagai macem Rp 52 miliar. Jasa engineering dan roket senilai Rp 69 miliar," tambahnya.





Sumber : Detik

PT Di Dan PT RAI Tandatangani Kerjasama Pengembangan Pesawat Regioprop

BANDUNG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia (Persero) meneken kerjasama dengan PT Regio Aviasi Indonesia untuk mengembangkan pesawat terbang turbotrop modern berkapasitas 70-90 orang penumpang bernama Regioprop, di kantor PT Dirgantara Indonesia di Bandung, Jumat, 3 Mei 2013.

Direktur Utama PT Regio Aviasi Indonesia Agung Nugroho mengatakan, kerjasama tersebut bertujuan untuk mengembalikan kejayaan PT DI sebagai pembuat pesawat terbang dari ujung sampai ujung mulai dari desain hingga pemasaran. Selain itu untuk memberdayakan industri pesawat terbang asli produk Indonesia. “PT Regio Aviasi Indonesia disini posisinya sebagai sponsor dan marketing sementara PT DI sebagai strategi partner dan main contractor,” katanya pada Tempo, Jumat, 3 Mei 2013.

PT Dirgantara Indonesia berfungsi sebagai strategi partner dan main contractor untuk menangani program sejak awal, perancangan, sertifikasi sampai dengan pembuatan pesawat serta serial dan melakukan pemasaran bersama. Sementara PT Regio Aviasi Indonesia sebagai sponsor, marketing dan pengembangan program.

Program pengembangan akan dilakukan terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah pleminary design dan feasibility study, yang akan berlangsung selama kurang lebih satu tahun untuk definisiawal pesawat dan menyerap keinginan atau persyaratan customer. Tahap kedua, full scale development atau pengembangan skala penuh, terdiri dari detail design, prototype manufacturing dan sertifikasi. Tahap tersebut berlangsung sekitar empat tahun terhitung mulai 2014-2017 untuk mendapatkan sertifikasi nasional Kementrian Perhubungan. “Semoga di tahun 2018 sertifikasi turun dan bisa berlanjut ke tahap tiga yaitu serial production, penjualan dan layanan purna jual,” katanya.

Program yang ditargetkan rampung dalam lima tahun itu akan memanfaatkan pengalaman rancang bangun anak bangsa dalam mengembangkan pesawat terbang sejak 1979 – 1982 (CN35) dan 1989 – 1996 (N250), yang disesuaikan dengan tantangan kebutuhan pesawat di masa depan, akan transportasi dengan efisiensi dan keekonomian yang lebih baik, kenyamanan penumpang dan keandalan yang lebih tinggi serta ramah lingkungan.

Selain itu, program tersebut juga dimanfaatkan untuk mengisi kebutuhan pasar di sektor pesawat regional (regional aircraft) pada kurun waktu 2018-2037 dan untuk mengambalikan kemampuan rancang bangun pesawat terbang di Indonesia. “Indonesia punya potensi untuk mengembangkan industri pesawat di Negara sendiri. Baiknya ya bangsa ini membuat pesawat untuk bangsanya sendiri untuk kebangkitan dirgantara nasional,” ujarnya.

Oleh karena itu, program tersebut juga merupakan satu wadah untuk meneruskan cita-cita yang telah dirintis oleh PT DI dalam mengembangkan pesawat terbang secara bertahap, baik dari segi kapasitas, daya jangkau dan kandungan teknologi. Seperti program-program PTDI seperti NC212, CN235, N250, dan N2130 yang telah dikembangkan sebelumnya.





Sumber : Tempo

Jerman Setujui Penjualan Tank Ke Indonesia

BERLIN-(IDB) : Pemerintah Jerman telah menyetujui penjualan sekitar 100 tank Leopard 2 dan 50 kendaraan lapis baja pengangkut personel kepada Indonesia, tetapi menunda keputusan tentang penjualan tank ke Arab Saudi. Soal ini disampaikan sumber di Kementerian Pertahanan Jerman, yang dimuat kantor berita Reuters, Jumat 3 Mei 2013.

Dewan Keamanan Nasional Jerman, yang meliputi Kanselir Angela Merkel dan beberapa menteri kabinet, harus menyetujui penjualan senjata dalam skala besar dan pemerintah tidak memberi komentar atas keputusannya ini.

Indonesia, yang ekonominya terbesar di Asia tenggara, sebelumnya telah mengindikasikan akan membeli 130 tank Leopard dari Rheinmetall AG, Jerman, sebagai bagian dari rencana untuk memodernisasi militernya.

Sumber di kementerian Pertahanan Jerman itu tidak mengatakan berapa besar nilai transaksi pembelian peralatan kebutuhan militer. Namun pihak Indonesia tahun lalu mengatakan bahwa nilai kesepakatan awal untuk membeli 130 tank adalah US$ 280 juta.

Sumber dari kalangan industri mengatakan, Berlin akan menunda keputusan tentang penjualan tank ke Arab Saudi sampai usai pemilu federal pada bulan September. Penjualan tank ini merupakan isu sensitif di Jerman karena oposisi mengkritik penjualan peralatan militer ke beberapa negara Timur Tengah karena adanya catatan tentang pelaksanaan hak asasi manusia di negara-negara itu.





Sumber : Tempo

Berita Foto : Latgab TNI 2013 (4)

SITUBONDO-(IDB) : Latgab TNI 2013 telah dimulai, dengan semangat bela negara yang tinggi para garda negara ini berlatih untuk NKRI dan sebagai pertanggung jawaban kepada rakyat Indonesia.

Berikut foto-fotonya : 


TNI Pamer Kecanggihan Alutsista di Depan SBY
Latihan gabungan yang dilaksanakan terdiri dari operasi khusus, operasi udara, operasi laut gabungan, operasi amfibi, operasi linud, operasi pendaratan administrasi dan operasi darat gabungan.
TNI Pamer Kecanggihan Alutsista di Depan SBY
Dalam Latgab tersebut para prajurit TNI melakoni skenario menghancurkan kekuatan musuh.
TNI Pamer Kecanggihan Alutsista di Depan SBY
Berbagai alutsista modern TNI AD, TNI AL, dan TNI AU, dikerahkan dalam latihan gabungan tersebut.
TNI Pamer Kecanggihan Alutsista di Depan SBY
Skenario latihan diawali dengan pendaratan amfibi Marinir untuk merebut sasaran di pantai Banongan, Situbondo.
TNI Pamer Kecanggihan Alutsista di Depan SBY
Beberapa prajurit TNI melakukan pengintaian.
TNI Pamer Kecanggihan Alutsista di Depan SBY
Amfibi Marinir melakukan pendaratan. Dalam Latgab tersebut para prajurit TNI tampak cekatan memainkan alutsista saat melakoni skenario menghancurkan kekuatan musuh. 
TNI Pamer Kecanggihan Alutsista di Depan SBY
Dalam latiah tersebut, TNI AU mengerahkan sejumlah pesawatnya seperti F-16, pesawat Sukhoi, Super Tucano.
TNI Pamer Kecanggihan Alutsista di Depan SBY
Presiden SBY memantau latihan gabungan dengan didampingi Wapres Boediono.

Latgab TNI 2013 digelar di Puslatpur Marinir Baluran Karangtekok, Situbondo, Jumat (3/5/2013). Dalam latihan gabungan tersebut TNI unjuk kecanggihan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di depan Presiden SBYdan Wapres Boediono.





Sumber : Detik

Berita Foto : Latgab TNI 2013 (3)

SITUBONDO-(IDB) : Latgab TNI 2013 telah dimulai, dengan semangat bela negara yang tinggi para garda negara ini berlatih untuk NKRI dan sebagai pertanggung jawaban kepada rakyat Indonesia.

Berikut foto-fotonya : 





F5 Tiger

Pasukan Pendarat Marinir
RM70/Grad Marinir






Sumber : Kaskus

Berita Video : Operasi Pendaratan Pasukan Latgab TNI 2013

SITUBONDO-(IDB) :Jumat (03/05) pagi, pendaratan amfibi dalam latihan gabungan TNI 2013 telah dimulai. Yang istimewa, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres ikut turun langsung mengikuti proses pendaratan amfibi dengan menumpang ranpur amfibi LVT-7. Pendaratan amfibi juga menyertakan ranpur lainnya seperti BMP-3, BTR-50 serta lainnya.


Setelah garis pantai dikuasai, operasi dilanjutkan dengan lintas udara. Lalu berlanjut dengan pertempuran darat gabungan antara unsur infanteri, kavaleri dan artileri. Tidak ketinggalan heli tempur Mi-35P memberikan dukungan tembakan udara.






Sumber : ARC