Pages

Jumat, April 12, 2013

Comment Jenderal (Purn) Luhut Panjaitan Masalah Cebongan Di TVOne

JAKARTA-(IDB) : Bahwa “Jiwa Korsa” yang membuat “Militer” menjadi “lebih” dari semua institusi manapun di Indonesia. Kemudian, media jangan hanya memojokkan pihak TNI dengan meng-Expose berita pembunuhan Preman.  Preman yang dibunuh hanya dihukum 2 tahun, padahal sudah membunuh dan memperkosa.

Jangan hanya mempermasalahkan kejadian di LP saja…

Apalagi, Jenderal Purn. Luhut telah melihat rekaman CCTV waktu penganiayaan/pembunuhan di Hugos Cafe. Bagaimanapun Prajurit Kopasus sudah bilang bahwa yang bersangkutan adalah Prajurit Kopassus, tapi malah tambah banyak yang mengeroyok. Kepala dipukul dengan botol Minuman, sudah roboh, malah ditusuk pisau, dihajar, ditendang sudah tidak bergerak (meninggal) masih diseret-seret.

Kata Beliau, “saya saja sangat tidak nyaman, darah saya mendidih”.  Sekarang, kenapa Media tidak mecari sumber CCTV di Hugos Cafe itu, tayangin dan kita lihat commentar dari masyarakat luas.

Jangan hanya mempermasalahkan kejadian di LP saja…

Kata beliau, Kenapa sih orang-orang ini hanya menjelek-jelekkan TNI terus ?? Apa Mereka lebih baik dari TNI ?? Mereka yang commentar menjelekkan TNI, itu saya tahu dan bisa tunjuk hidung…kelakuannya. Cara berpikir Prajurit, Militer, beda dengan para “orang-orang” yang hanya bisa cuap-cuiap saja karena merasa “intelektual”. Padahal saya yakin tamtama Bintara TNI lebih baik dibanding mereka-mereka yang hanya bisa commentar di ruangan ber AC.

Dari beliau, “mari kita merenung, bahwa sampai detik ini TNI masih merupakan yang Terbaik yang menjadi Garda Bangsa ini karena TNI memiliki “Jiwa Korsa”.





Sumber : JKGR

Pasok Komponen Airbus PT. DI Raup Rp113 Miliar

BANDUNG-(IDB) : PT Dirgantara Indonesia (PTDI) sejak 2002 lalu telah menjadi pemasok utama komponen untuk pesawat-pesawat Airbus, baik itu Airbus Military dan Airbus SAS sebagai produsen pesawat komersil.

Direktur Utama PTDI, Budi Santoso, menjelaskan kerja sama dengan Airbus sangat penting bagi kondisi keuangan perusahaan. Meskipun jumlah yang diterima PTDI tidak sebesar dibandingkan menjual pesawat secara utuh, namun uang yang masuk berjalan secara berkelanjutan dan masuk setiap bulan.

"Ini tentu berpengaruh terhadap kelancaran kas PTDI," katanya saat berbincang dengan VIVAnews di ruang kerjanya, awal pekan ini.

Pada 2012, PTDI meraup pendapatan sebesar Rp 2,98 triliun, di mana penjualan komponen ke Airbus menyumbang Rp 113 miliar. Bahkan, pada tahun ini Airbus meminta agar pengiriman komponen ke maskapai Eropa itu ditingkatkan dari satu set sayap per hari menjadi dua set.

Airbus memiliki produksi standar tinggi, sehingga PTDI terus meningkatkan kemampuan untuk berusaha mensuplai komponen untuk perusahaan penerbangan tersebut. Dengan menggandeng Airbus, otomatis citra PTDI dalam industri penerbangan dunia akan meningkat.

"PTDI saat ini, menerapkan standar Airbus dari pembuatan pesawat hingga administrasi. Alhamdulillah, kita belum pernah gagal memenuhi permintaan Airbus," kata Budi. 




Sumber : Vivanews

Berita Foto : Test Flight CN-235 MPA TNI AL

BANDUNG-(IDB) : Tanpa banyak gembar-gembor dan publikasi, PT. Dirgantara Indonesia telah berhasil melakukan uji terbang CN-235 MPA pesanan TNI-AL. ARC mendapat informasi, uji coba berlangsung pada Jumat 5 april lalu. Uji terbang dilangsungkan mulai dari Bandung hingga kawasan Pangandaran dengan waktu tempuh 1,5 jam. Uji terbang itu sendiri berlangsung sukses, dan pesawat mendarat dengan selamat. TNI-AL sendiri diketahui memesan 3 unit CN-235 versi patroli maritim.
 
Berbeda dengan CN-235 pada umumnya, pesawat patroli pesanan TNI-AL ini menggunakan desain winglet pada ujung sayapnya. Winglet dipercaya mampu mengefisienkan gaya hambat, yang nantinya berujung pada penghematan bahan bakar. 


Selain itu, dari foto-foto yang dikirimkan ke redaksi ARC, terlihat jelas radar pesawat akan ditempatkan pada perut pesawat, seperti konfigurasi CN-235 milik Coast Guard Korsel. Selain itu terdapat pula bubble window pada bagian belakang pesawat. Jendela gembung ini berfungsi sebagai tempat awak pesawat melakukan pengamatan secara visual. Namun demikian, isi serta peralatan yang dipasang kedalam tubuh CN-235 ini belum diketahui secara pasti.





Sumber : ARC

Berita Foto : Onboard USS John C Stennis

JAKARTA-(IDB) : Bermimpi pun tidak untuk bisa memasuki sebuah Kapal Induk Nuklir milik Amerika Serikat. Karenanya, ketika kesempatan itu datang, tak perlu berfikir dua kali, ambil..!!. Demikianlah yang ada di benak ARC saat mendapati undangan untuk On Board USS John C Stennis (CVN-74). Apalagi, ARC ternyata adalah satu-satunya media yang diundang. Memang ada undangan lainnya, tetapi terbatas untuk kalangan pejabat legislatif dan militer. Sungguh sebuah kehormatan sekaligus kebanggaan.
 
Jumat pagi, ARC telah bersiap di Bandara Halim Perdana Kusumah Jakarta. Dari sini kami akan diterbangkan menuju USS JCS yang tengah berlayar di dekat perairan Singapura. Ini pun merupakan kejutan, karena ternyata ARC diterbangkan menggunakan C-2 Greyhound.  Memasuki kabin Greyhound, sungguh suasananya terlihat sangat military. Kabel-kabel terlihat dan terkesan berantakan. Kursi penumpang pun dibuat menghadap belakang. Hal ini dilakukan agar sedikti memberikan rasa nyaman ketika nanti mendarat. Maklum saja mendarat di kapal induk menggunakan kait. Jadi akan ada perubahan kecepatan mendadak dari sekitar 250 km/jam ke 0 km/jam.
Memasuki USS JCS, rombongan disambut langsung oleh Komandan USS JCS dan dan komandan Carrier Strike Group 3. Setelah sambutan singkat, rombongan diajak ke Anjungan Navigasi. Disini selain melihat kesibukan di anjungan, kita juga bisa memantau proses penerbangan yang tengah terjadi di Landasan. Selain bebas berfoto-foto dan berbicara sengan awak kapal, rombongan juga diberi kesempatan duduk di kursi kapten kapal sambil berfoto ria. 

Setelah dari anjungan, kami dibawa ke dek luar untuk merasakan sensasi terbang dan mendaratnya pesaat tempur. Namun posisi kami masih di dek atas. Posisi ini sangat pas untuk mengambil foto pesawat mendarat.

Seusai santap siang, inilah yang ditunggu. Rombongan dibawa ke Flight Deck alias landasan untuk menyaksikan secara langsung dari dekat proses lepas landas dan pendaratan. Yang pertama kami saksikan tak lain proses take off menggunakan ketapel. Wuiiiihhh.. Bayangkan sebuah jet tempur F-18 take off hanya dalam jarak sekitar 20 meter dari tempat anda berdiri. Gemuruh mesin jet sungguh merasuk hingga ke jantung.

Hal yang sama juga terasa saat menyaksikan dari dekat proses pendaratan. Melihat langsung dari dekat sebuah jet tempur mendarat sungguh tak ternilai. Khusus untuk atraksi ini, USS JCS menerbangkan tak kurang dari 8 buah pesawat tempur, yang terdiri dari F/A-18C/E/F dan EA-6.

Usai dari landasan pacu, kami dibawa ke Hangar yang letaknya ada dibawah landasan. Disini kita bisa melihat langsung proses pemeliharaan berbagai pesawat armada USS JCS. Disini rombongan diberikan panduan tentang helikopter anti kapal selam SeaHawk dan jet F/A-18E. Pengunjung bebas bertanya dengan pilot SeaHawk dan F-18E, bahkan diberikan kesempatan duduk dan foto narsis. Ini yang tak boleh lewat.

4 jam berlalu sungguh sangat tidak terasa. Dan kami pun harus kembali pulang ke Jakarta. Lontaran USS JCS yang kami rasakan di dalam kabin C-2 menjadi salam perpisahan yang tak dapat terlupakan. Sebagai oleh-oleh bagi pembaca setia web ARC, berikut adalah kumpulan foto-foto terbaik dari USS JCS.




Sumber : ARC