Pages

Kamis, April 11, 2013

Rotasi Jabatan TNI, KSAU Berpeluang Jadi Panglima TNI

JAKARTA-(IDB) : Kepala Kepolisian RI (Kapolri) Jenderal Polisi Timur Pradopo, dan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, akan segera memasuki usia pensiun. Sejumlah nama berpeluang besar menggantikan kedua petinggi instansi penanggung jawab keamanan dan pertahanan itu. Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Ida Bagus (IB) Putu Dunia dijagokan sebagai pengganti Agus Suhartono.

IB Putu Dunia sendiri enggan berkomentar. Ia menilai, pergantian Panglima TNI adalah hak prerogratif Presiden. "Itu adalah kewenangan Bapak Presiden, kami tidak berhak memberikan komentar atas itu," ujarnya, di Jakarta, kemarin. Ia menambahkan, sebagai prajurit siap bertugas di posisi apapun.


Direktur Lingkar Madani (Lima) Indonesia Ray Rangkuti, memprediksi, posisi panglima TNI setelah Laksamana Agus Suhartono akan jatuh ke tangan KSAU atau Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo. Sementara itu, hingga kini, nama calon KSAD yang baru juga masih berada di tangan Panglima TNI.


Menurut Ray, IB Putu Dunia bersaing dengan Pramono Edhie Wibowo, dan KSAL Laksamana Marsetio. Kalangan tokoh Bali pun sangat berharap IB Putu Dunia bisa menorehkan tinta emas menjadi panglima TNI.


Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, mengaku sudah mengajukan nama-nama calon penggantinya sebagai panglima TNI kepada Presiden SBY. Seusai aturan berlaku, kandidat Panglima TNI adalah tiga kepala staf angkatan, yakni KSAD, KSAU, dan KSAL.


Jika merunut sistem rotasi alias giliran, maka Marsekal IB Dunia sangat berpeluang menjadi Panglima TNI. Sebab, Panglima TNI saat ini, Laksamana Agus Suhartono, dari Angkatan Laut.



Sebelum Agus Suhartono naik, Panglima TNI diambil dari Angkatan Darat, yakni Jenderal TNI Joko Santoso. Sebelum naiknya Joko Santoso, Panglima TNI berasal dari Angkatan Udara yakni Marsekal TNI Djoko Suyanto (Februari 2006-September 2007).



Sementara itu, banyak spekulasi mengenai siapa calon Kapolri pasca Jenderal Timur Pradopo. Tapi, siapa bakal jadi orang nomor satu di korps baju coklat itu makin sulit ditebak. Pasalnya, Komisaris Jenderal Nanan Sukarna dan Komisaris Jenderal Imam Sudjarwo yang sudah diputuskan institusi Polri saja pernah diabaikan. Ketika itu, Presiden lebih memilih Timur Pradopo.



Terpilihnya Timur Pradopo menjadi kapolri hanya memastikan bahwa siapa pun boleh menebak siapa yang bakal menjadi kapolri, tapi presiden jua yang akan menentukan. Untuk ini bahkan presiden bisa mengabaikan mekanisme di internal Polri dalam memilih calon pemimpinnya.


Dari jenderal bintang 3, kini ada Kabareskrim Sutarman, Kabaharkam Oegroseno, Kalemdikpol Budi Gunawan, Kepala BNN Anang Iskandar dan Kabaintelkam Suparni Parto. Sementara Nanan Sukarna dan Imam Sudjarwo diketahui akan memasuki masa pensiun tahun ini.

Namun demikian, bisa saja calon Kapolri kini dari jenderal bintang dua, sebagaimana Timur Pradopo yang diangkat jadi Kabaharkam sebelumnya menjadi Kapolri. Dari jenderal bintang dua barangkali yang potensial antara lain Kapolda Metro Jaya Putut Eko Bayuseno, Kapolda Jawa Barat Anis Angkawijaya, Kapolda Jawa Timur Hadiatmoko dan Kapolda Sumatera Utara Wisjnu Amat Sastro. Kapolda ini inilah yang biasanya menjadi rekam jejak para calon Kapolri.





Sumber : SuaraKarya

2017 Indonesia Targetkan Dapat Membangun Galangan Kapal Selam Modern

DEPOK-(IDB) : Pembangunan pabrik modern untuk pembuatan kapal selam TNI Angkatan Laut di Indonesia ditargetkan dapat direalisasikan tahun 2016 atau 2017 karena kapal selam pertama yang dibuat oleh Korea Selatan baru selesai tahun 2014.
"Pembangunan pabrik semua tergantung komitmen pemerintah. Pemerintah mutlak menyokong pendanaannya. Tanpa itu saya kira sangat sulit pembangunan kapal selam bisa direalisasikan di Indonesia," kata Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Untung Suropati di sela-sela seminar tentang "Teknologi Perkapalan sebagai Bagian dari Peradaban Maritim Indonesia", di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Rabu.
Ia berharap sudah ada perencanaan dari sekarang agar pada waktunya nanti pengerjaan kapal selam ketiga itu lancar tanpa kendala.
"Keberadaan pabrik modern untuk membuat kapal selam menjadi kendala serius kita saat ini," kata Untung.
Pembangunan pabrik modern ini, tambah dia, bukan persoalan sederhana karena selain membutuhkan banyak sumber daya manusia yang handal, pemerintah pun harus menyiapkan dana yang tidak sedikit.
Oleh karena itu, ia berharap sumber daya manusia yang sudah dikirim ke Korea benar-benar menyerap ilmu secara komprehensif.
"Ketika secara keilmuan sudah memenuhi syarat, baru kemudian pemerintah mempersiapkan pabriknya," katanya.
Indonesia sudah sepakat melakukan transfer teknologi kapal selam dengan Korea Selatan, dimana akan dibuat tiga unit kapal selam. Untuk kapal selam pertama, pihak Indonesia hanya memantau pengerjaannya di Korea Selatan.
Selanjutnya, kata dia, pada pembuatan kapal kedua, teknisi di Indonesia dilibatkan dalam membuat kapal selam. Namun, pembuatannya tetap dilakukan di Korea Selatan.
Sementara untuk kapal selam ketiga, Indonesia akan membuat sendiri kapal itu di galangan kapal PT PAL. "Pada tahap inilah Indonesia harus mempersiapkan peralatannya. Termasuk membuat pabrik baru untuk mendukung pembangunannya," jelas Untung.
Ia juga memastikan Pangkalan Kapal Selam yang disiapkan di Teluk Palu, Sulawesi Tengah, bisa diresmikan pada akhir tahun 2013 ini.
"Hingga kemarin (minggu lalu) saat Kepala Staf Angkatan Laut (Laksamana Marsetio) berkunjung ke sana, pangkalan sudah rampung lebih dari 90 persen. Diharapkan akhir tahun ini diresmikan," katanya menjelaskan.
Pangkalan seluas 13 hektare inilah yang nantinya digunakan untuk menyimpan semua kapal selam yang dimiliki Indonesia, termasuk untuk menyimpan kapal selam baru yang saat ini dibuat di Korea Selatan.





Sumber : Antara

Pangkalan Kapal Selam Palu Siap Akhir Tahun Ini

DEPOK-(IDB) : Pangkalan kapal selam di Palu, Sulawesi Tengah, akan siap akhir tahun 2013. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama (TNI) Untung Surapati yang ditemui di sela-sela seminar nasional bertema ”Teknologi Perkapalan sebagai Bagian dari Peradaban Maritim Indonesia” di Aula Terapung Universitas Indonesia, Depok, Rabu (10/4), mengatakan, pangkalan di Teluk Palu yang memiliki palung laut itu sangat ideal. 

”Tidak hanya menjadi pangkalan, tetapi juga menjadi pangkalan utama untuk kapal selam kita yang selama ini berbasis di Surabaya,” ujar Untung. 

Saat ini sudah ada dua kapal selam TNI AL yang beroperasi. TNI juga membeli tiga kapal selam dari Korea Selatan yang mulai akan diserahkan selepas tahun 2014. Kapal selam ketiga akan diselesaikan di PT PAL Surabaya pada tahun 2017. 

Untuk kapal selam ketiga, dibangun fasilitas baru untuk pembangunan kapal selam secara utuh di Surabaya. Untung tidak menjelaskan secara detail tentang biaya pembangunan fasilitas tersebut. 

Ditanya tentang persoalan hukum antara prinsipal Jerman dan galangan Korea Selatan yang membangun kapal selam pesanan Indonesia, Untung mengatakan, konsekuensi pasti ada. ”Lebih tepat ditanyakan langsung ke Kementerian Pertahanan,” ujarnya. 

Sepanjang tahun 2013, TNI AL akan mendapat tujuh proyek pengadaan kapal dengan jumlah total sembilan kapal beragam jenis. Kapal baru tersebut meliputi 1 kapal cepat rudal, 4 kapal patroli 43 meter, 2 kapal tunda (tugboat), kapal bantu cair minyak, dan kapal cepat rudal 40 meter. Semua kapal tersebut dibuat di dalam negeri.
 
Kapal terguling
 
Ditanya mengenai insiden kapal patroli baru pesanan Kementerian Perhubungan yang terguling saat diluncurkan di Jakarta, Kepala Dinas Penerangan TNI AL mengaku akan mengevaluasi kejadian tersebut. Dia mengakui, untuk kapal TNI AL juga akan dibuat galangan kapal milik swasta di Ancol. Insiden tersebut terjadi akhir Februari 2013 dan tidak diketahui media massa. 

Juru bicara Kementerian Perhubungan, Bambang Ervan, yang dihubungi mengatakan, kapal itu masih milik galangan dan belum diserahterimakan kepada pemerintah. ”Kapal sudah berhasil dikembalikan ke posisi berdiri dan sedang dibersihkan dari karat akibat genangan akhir laut,” katanya. 

Biaya 
 
Biaya kapal patroli cepat tersebut hampir Rp 100 miliar. Pihak TNI AL menyatakan sudah melakukan kajian mendalam agar tidak terjadi persoalan serupa dengan rencana pembangunan kapal mereka di galangan tersebut. 




Sumber : Kompas