Pages

Minggu, April 07, 2013

Pemberangkatan Satgasmar XVI Ambalat

SURABAYA-(IDB) : Komandan Brigif-1 Marinir Kolonel Marinir Markos melepas keberangkatan Satuan Tugas Marinir Ambalat XVI di dermaga Ujung, Surabaya, Sabtu, (6/4).

Satgasmar Ambalat XVI dengan Komandan Satgas Kapten Marinir M. Ali Wardana tersebut akan menggantikan Satgasmar Ambalat XV yang saat ini berada di perbatasan Indonesia - Malaysia tepatnya di pulau Sebatik, keberangkatannya ke daerah penugasan Ambalat dengan menggunakan KRI Teluk Parigi - 539. 

Sebelum berangkat ke daerah penugasan, Satgasmar Ambalat XVI telah inspeksi kesiapannya oleh Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) A. Faridz Washington pada 26 Maret 2013, selain itu personel yang tergabung dalam Satgasmar Ambalat XVI juga telah menerima pembekalan-pembekalan tentang kondisi geografi dan demografi, pengetahuan keimigrasian, pengetahuan hukum HAM dan Humaniter, pengetahuan hukum laut internasional, situasi keamanan saat ini di daerah perbatasan dan pengetahuan agama, adat istiadat, bahasa yang dipakai masyarakat pulau Sebatik, serta  telah melaksanakan latihan Pra Tugas di Pusat Latihan Tempur TNI AL Grati Pasuruan.

 
Personel Satgasmar Ambalat XVI tersebut akan menempati beberapa pos yaitu Sei Pancang, Sei Taiwan, Balansiku, Sei Bajau, Tembaring, Bambangan dan Nunukan.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Pasops Brigif-1 Mar Letkol Marinir Gatot Mardiyono, Danyonif-1 Mar Letkol Marinir Teddy Yulianda Bakri dan perwira di jajaran Brigif-1 Marinir.




Sumber : Kormar

Apec Indonesia 2013 Bahas Antisipasi Terorisme Antarnegara

SURABAYA-(IDB) : Forum Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) atau pertemuan ekonomi se-Asia Pasifik yang digelar di Kota Surabaya pada Minggu fokus membahas antisipasi terorisme di antaranya mengenai deteksi arus dana terorisme antarnegara.

Direktur Kerjasama Intra Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI Arto Suryodipuro mengatakan Forum APEC yang mengagendakan pembahasan Terrorism Task Force akan membicarakan persoalan pendanaan terorisme di Asia Pasifik.

"Mendeteksi arus uang untuk keperluan terorisme lintas negara," katanya.

Selain itu, lanjut dia, keamanan barang-barang di pesawat juga tidak luput dari perhatian Forum APEC.

"Di satu sisi barang itu aman, di satu sisi ada fasilitasi. Jangan sampai upaya keamanan mengganggu arus barang. Jadi dicari keseimbangan," katanya.

Dalam hal pendanaan terorisme, Arto mengatakan setiap negara saling berbagi pengalaman. "Itu juga akan dibahas dalam kerja sama bilateral maupun lebih luas di PBB," katanya.

Arto juga menjelaskan bahwa dalam konsep Capacity Building atau pengembangan kapasitas dalam Forum APEC kali ini membahas pemanfaatkan anjing pelacak.

"Jadi adanya sarana bertukar pandangan dan informasi mengenai pelatihan dan aplikasi dari anjing pelacak," katanya.

Sementara itu, tujuan umum dari Forum APEC kali ini, menurut dia, adalah agar Forum APEC bisa menghubungkan relasi antarnegara dalam kaitannya dengan investasi infrastruktur.

"Di Asia Pasifik ada kesepakatan itu. Makanya dalam pertemuan ini diharapkan bisa mendukung pembangunan infrastruktur di Indonesia," katanya.

Selain itu, lanjut dia, peran dari aktor ekonomi seperti usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang selama ini belum mendapatkan penekanan, maka dalam APEC ini akan dibahas.

Forum APEC di Surabaya dibagi menjadi dua rangkaian yakni pada 7-19 April agenda akan diisi Senior Officers Meeting (SOM) ke-2 yang dihadiri pejabat peserta APEC setingkat direktorat jenderal (dirjen). Puncaknya, pada 19-21 April, diadakan Ministers Responsible for Trade (MRT) yang dihadiri pejabat setingkat menteri.

Total delegasi diperkirakan mencapai 2.000 orang dari 21 negara plus 3 pengamat. Selama penyelenggaraan forum itu mereka akan terlibat dalam sedikitnya 38 rapat.





Sumber : Antara

Indonesian Navy Opens New Base Prepared For Submarines

PALU-(IDB) : Indonesian Navy (TNI AL) chief of staff Adm. Marsetio opened on Friday the Palu Naval Base in Palu, Central Sulawesi, as part of an effort to secure Indonesian waters, especially in the eastern part of the country.

The naval base is located on a 13-hectare plot in Palu’s Watusampu subdistrict, Ulujadi district, of which only 2.8 hectares have been built on. 

The building, which faces Palu Bay, has been built over the past two years and cost around Rp 7 billion (US$717,000).

“The naval base location is ideal and strategic, and there is no such dock in Indonesia like the one in Palu,” Marsetio told the media after the opening ceremony.

He said the naval base was precisely located in Palu Bay and at an ideal depth. It is the third-deepest sea in the world.

It will also serve as the Navy’s submarine base, where three submarines purchased from South Korea, will be stationed. “The KRI Cakra 401 and KRI Nanggala 402 submarines have often docked here, as the sea is very deep and suitable for submarines,” said Marsetio.

Palu Bay was picked as one of TNI AL’s submarine bases because the bay is quite strategic in Indonesia. It is 10 kilometers wide and its coastline stretches for 68 kilometers while its depth reaches 400 meters. Natural protection against extreme ocean currents is also considered to be adequate and advantageous for a submarine base.

“At such a depth, large vessels, such as aircraft carriers from the United States could easily navigate through the bay,” said Marsetio.

The Palu Naval Base will in the future not only serve as a forward base, but a main naval base. Therefore, the navy will equip it with various facilities given the base’s close proximity with the Malaysian border.

“The Ambalat waters remains vulnerable, so the submarine base in Palu is most strategic to secure the region,” he added.

Meanwhile, Central Sulawesi Governor Longki Djanggola said that based on documents belonging to the Palu city administration, in terms of defense strategy, Palu Bay is centrally situated between the Indonesian border in the north and the Java Sea in the south, so submarines stationed there could cover the region effectively.

The area is also part of the second Sea Lane of Communications (ALKI) II, where large merchant ships could traverse under the UNCLOS international maritime law.

“Malaysia, the Philippines, Japan and China, which are very strategic for Indonesia from the geopolitical and geoeconomic aspects, are located north of the ALKI II. So, Palu Bay is very suitable as TNI AL’s submarine base,” said Longki.

Indonesia’s current submarines, the U-206 type KRI Cakra and KRI Nanggala, were made by German shipyard Howaldtswerke in Kiel, Germany, and were commissioned in 1981.

The three U-209 type submarines, worth some $1.07 billion, will be delivered in 2015 and 2016. Two of the submarines will be build at Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) facilities in Busan, South Korea. The third would be completed at the state-owned shipyard PT PAL Indonesia facilities in Surabaya, East Java.

Initial reports said the submarines would weigh 1,400 tons and be 61.3 meters long. Each submarine will carry up to 40 crew members and have eight weapons tubes for torpedoes and other weapons.





Source : KoranJakarta

TNI AU Berencana Tambah Tida Skuadron Tempur Baru

JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara berencana menambah tiga skadron udara, yakni skadron udara tempur, angkut, dan pesawat intai menyusul program pembelian 102 unit pesawat berbagai jenis.

"Saat ini tengah disiapkan skadron udara 16 di Pekanbaru (Riau), pembangunan skadron udara di Makassar, Sulawesi Selatan dan skadron udara Pontianak, Kalimantan Barat," kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, skadron udara 16 akan dipakai sebagai home base pesawat tempur F-16 yang merupakan hibah dari Amerika Serikat.

"Sekarang ini sudah mulai bangun selter untuk pesawat. Tahun depan akan datang 8 unit (dari 24 unit)," katanya.

Pembangunan skadron udara untuk pesawat angkut di Makassar, Sulawesi Selatan, kemungkinan akan diisi Hercules C-130 pembelian teranyar dan hibah dari Australia yang totalnya 10 unit.

Sementara skadron udara Pontianak akan menjadi markas pesawat tanpa awak (UAV). "Skadron UAV di Pontianak sudah disiapkan, tinggal menunggu pesawatnya saja. Mudah-mudahan segera datang," kata Ida Bagus.

TNI AU memprogramkan pembelian total 102 pesawat guna mencapai target kekuatan pokok minimal (MEF), antara lain, enam unit Sukhoi SU-30 MK2, 24 unit F-16, Super Tucano, Hercules C-130, Grobb, T-50 Golen Eagle, C-295 dan beberapa jenis pesawat rotary wing (helikopter).

Selain menambah skadron udara baru, TNI AU juga terus menambah penerbang untuk mengawaki alat utama sistem senjata baru itu. "Kita butuh penerbang banyak, kita sudah membuat perencanaannya," tutur Ida Bagus. 

TNI AU Terus Tambah Alutsista Baru

TNI Angkatan Udara akan terus menambah jumlah alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimilikinya, bahkan ada 102 alutsista baru pada rencana strategis pembangunan TNI AU tahun 2010-2014.

Alutsista baru tersebut meliputi pesawat tempur F-16, T-50, Sukhoi, Super Tucano, CN-295, pesawat angkut Hercules, Helikopter Cougar, Grob, KT-1, Boeing 737-500 dan radar, kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia usai geladi bersih pelaksanaan HUT ke-67 TNI AU, di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu.

"Pada tahun 2013 ini akan datang Super Tucano untuk melengkapi yang sudah ada dan pesawat tempur F-16," kata Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia.

Saat ini, TNI AU telah memiliki empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano, sehingga diharapkan TNI AU memiliki satu skadron pesawat Super Tucano yang ditempatkan di Skadron Udara 21 Lanud Abdulrahman Saleh, Malang.

Ia mengatakan, untuk pencapaian Minimum Essential Forces (MEF) ada tiga rencana strategis pembangunan TMI AU, yakni renstra 2010-2014, 2015-2019 dan 2020-2024. Namun, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pencapaian kekuatan pokok minimum dapat tercapai pada dua renstra saja.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan optimistis pencapaian kekuatan pokok minimal dapat dilakukan pada 2019 atau lebih cepat lima tahun dari target yang telah ditentukan pada 2024.

"Pada awalnya pencapaian MEF ditargetkan selesai dalam tiga kali renstra (2009-2024). Namun, ternyata bisa dicapai dalam dua kali renstra (2009-2019). Saya yakin MEF bisa tercapai pada 2019," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro beberapa waktu lalu.

Menurut dia, pencapaian MEF yang lebih cepat lima tahun dari yang ditargetkan itu merupakan sebuah terobosan dan keberhasilan berkat besarnya APBN yang digelontorkan ke Kemhan, meski pada 2012 lalu pencapaian MEF tak sesuai rencana.

"Kemhan akan melakukan percepatan pembelanjaan anggaran pada 2013 ini, ujarnya.

Menhan pun meyakini kekuatan alutsista TNI AU hingga semester I 2014 mendatang dalam rangka kekuatan pokok minimum (Minimum Esensial Force/MEF) akan mencapai 40 persen.

"Hadirnya pesawat tempur F-16, pesawat angkut dan pesawat tempur lainnya akan memercepat dan menambah prosentasi kekuatan pertahanan kita, khususnya TNI AU," kata Purnomo.

Terlebih, lanjut dia, TNI AU telah menerima empat unit pesawat tempur taktis Super Tucano. Diharapkan pada 2014 nanti 14 jenis alutsista akan menambah kekuatan TNI AU, seperti pesawat tempur, pesawat angkut, helikopter, pesawat latih, pesawat intaidan pesawat tempur lainnya.

"Saat ini TNI AU telah menerima empat unit pesawat Super Tucano. Diharapkan pada akhir 2013 atau awal 2014 akan tiba delapan unit lagi, sehingga tercapai satu skadron atau 16 unit," katanya.

Menurut dia, hingga 2014 mendatang pada akhir masa kabinet ini, diperkirakan ada sekitar 45 alutsista bergerak, baik untuk TNI AU, TNI Angkatan Laut maupun TNI Angkatan Darat.

"Sebanyak 45 alutsista bergerak ini termasuk pesawat tempur maupun angkut, yang tiba di Indonesia," ujarnya.





Sumber : Antara