Pages

Rabu, Maret 13, 2013

Mengintip Kemampuan Industri Alutsista Negara Jiran

AV 8 Angkatan Darat Malaysia
JKGR-(IDB) : Malaysia baru baru ini mempertontonkan kepada publik kendaraan tempur baru untuk Tentara Darat mereka. Penampilan prototipe kendaraan tempur lapis baja 8×8 ini menjawab keraguan publik akan hasil kerjasama antara dua perusahaan FNSS Turki dan Deftech Malaysia.
AV 8 Malaysia
FNSS dan Deftech  akhirnya mampu menampilkan armoured fighting vehicle beroda 8 yang dilengkapi  kanon Bushmaster kaliber 25mm. Kanon 25 mm ini juga digunakan pada kendaraan tempur beroda rantai ACV-300 yang dikembangkan oleh FNSS dan telah diakuisisi untuk Angkatan Darat Malaysia.
AV 8 Malaysia
Prototipe ini dikirim ke Malaysia untuk menjalani uji coba, terutama kinerjanya menghadapi kontur bumi dan kondisi tanah di Malaysia serta pengaruh cuaca. Kendaraan yang merupakan pengembangan dari FNSS “Pars” 8×8 ini mempunyai berat sekitar 24 ton.

Malaysian akan mengembangkan kendaraan AV8 dalam 12 varian yang akan diserahkan bertahap dari 2013 hingga 2018 dengan jumlah 257 unit senilai US$ 2.4 Miliar.


 Dari jumlah 257 unit, sebanyak 168 unit akan dilengkapi dengan kanon 30mm dan 25mm, termasuk 54 unit dilengkapi dengan ATGM Ingwe buatan Afrika Selatan,  10 unit akan dilengkapi dengan RWS cal 50, dan 8 unit dilengkapi mortar 120mm. Sisanya adalah versi komando, reconnaissance dan support dalam berbagai versi.

Saat ini ada 2 Prototype AV 8 dan akan memasuki produksi massal pada akhir 2013 atau 2014. Kendaraan ini untuk  menggantikan Condor (4×4) buatan Jerman Barat dan Sibmas (6×6) buatan Belgia yang sekarang ini masih digunakan oleh Angkatan Darat Malaysia.

Bionix II Singapura 
Kendaraan Tempur Infanteri Bionix II Singapura
Singapura lebih dulu membuat kendaraan tempur infanteri Bionix  tahun 1996 dan terus mengembangkannya dalam berbagai varian.  Varian terbaru adalah Bionix II yang digunakan Angkatan Darat Singapura pada tahun 2006, hasil kerjasama: ST Engineering, DSTA dan Angkatan Darat Singapura.

 
Selain menggunakan power pack dan suspensi dari varian sebelumnya, Bionix II dilengkapi sistem jaringan manajemen pertempuran digital, ATK mk44 Bushmaster 30mm dual-feed cannon dan paket armor modular. Bionix II juga dipersenjatai senapan mesin koaksial 7.62mm serta senapan mesin umum 7.62mm dan dapat mengangkut hingga sepuluh tentara.  Kendaraan tempur Infanteri ini memiliki pengamatan termal siang dan malam dengan sistem stabilisasi dual-axis untuk meningkatkan pelacakan target laser hingga 3 km.

Bionix II Singapura
Varian lain dari Bionix adalah Bionix 25 yang juga turret-nya dapat ditempati  2 tentara dan dapat mengangkut sepuluh tentara. Bionix 25 dipersenjatai  cannon ATK M242 25mm Bushmaster dual-feed dengan stabilisator vertikal dan horizontal.  Meriam Bionix 25 ini  mampu menembakkan 180 amunisi 25mm dalam satu putaran ditambah 420 putaran dalam stok amunisi.

Masih ada lagi Bionix Angkut Pasukan 40/50.  Kendaraan tempur ini hanya menempatkan satu  tentara di turret, dapat mengangkut 11 tentara, serta memiliki stasiun senjata kembar dengan peluncur granat 40 mm, senapan mesin 7,62 mm dan 12,7 mm. Kendaraan lain yang masuk dalam keluarga Bionix adalah Kendaraan Lapis Baja Recovery (ARV)  dilengkapi  winch dan derek , Kendaraan Lapis Baja Jembatan (AVLB) serta Kendaraan Angkut Infanteri (ICV).

Interior of Bionix II 40/50
Bionix II mengusung Mesin diesel Detroit Diesel 6V-92TA turbocharged  500 hp, dilengkapi injeksi diesel elektronik, dengan transmisi otomatis hydromechanical HMPT-500EC dan final drive dari General Dynamics Land Systems. Kompartemen mesin dilengkapi deteksi kebakaran otomatis dan sistem pencegah kebakaran dry-powder  sebagai cadangan.

Di jalan beraspal Bionix bisa dipacu hingga 70km/jam. Sementara untuk medan off-road 25 hingga 40km/jam dengan akselerasi dari 0 sampai 32km/jam dalam 10 detik.

TERREX AV81 SINGAPURA
Terrex Infantry Carrier Vehicle (ICV) Singapura
RCWS Terrex

Tidak itu saja Singapura juga memiliki kendaraan tempur lapis baja armoured infantry fighting vehicle (AIFV) Terrex AV 81 yang dikembangkan oleh Teknologi Timoney Turk bersama Singapore Technologies Kinetics . Terrex AV81 memiliki berat 25-30 ton  dengan chassis roda 8×8  berpelindung besi modern dengan senjata utama  CIS 40 AGL with 60 rounds, senjata mesin kaliber 7.62 mm Co-axial  serta pelontar asap. Kendaraan tempur ini juga dikembangkan untuk mengusung twin-weapon remote control weapon system (RCWS).
RCWS Terrex
RCWS Terrex
RCWS  memberikan pandangan optik dan thermal untuk pasukan dan komandan dalam pengintaian, menetapkan target serta target damage assessment.

Prototype Terrex AV 81 ini muncul pertama kali pertengahan tahun 2004 yang terus dikembangkan untuk kemampuan level armour protection serta sistem senjatanya. Terrex AV 81 dilengkapi power steering untuk empat roda terdepan,  central tyre-pressure inflation system, anti-lock braking system dan kemampuan proteksi senjata  nuclear, biologi dan kimia.  Terrex  81 A juga memiliki kemampuan amphibi berkat adanya dua mesin water jet yang mampu mendorong kendaraan ini di permukaan air 10km/jam.

CIS 40mm AGL , Terrex
Terrex
Singapura juga menembangkan Terres AV 82 sejak tahun 2005 dengan meningkatkan kemampuan kemudi dan suspensi kendaraan tempur tersebut.  Singapura telah memiliki 135 Terrex dengan 5 varian: trooper, command vehicle, engineer vehicle, ambulance dan anti-tank guided missile (ATGM). Tipe Trooper mampu mengangku 13 personil termasuk juru mudi, persenjataan dan amunisi. Sementara varian command vehicle berfungsi sebagai command and control medan peperangan.

Singapore Technologies Engineering

Kehebatan Singapura ini tidak terlepas dari kinerja Singapore Technologies Engineering  yang didukung penuh  Pemerintah Singapura. Singapore Technologies Engineering adalah produsen senjata terbesar ke-49 di dunia. Di Asia, ST Engineering hanya kalah dari Mitsubishi Heavy Industries dari Jepang (peringkat 24), serta Hindustan Aeronautis (peringkat 34) dan Indian Ordnance Factories (peringkat 46) dari India.

ST Engineering terdiri dari empat anak perusahaan, yaitu ST Aerospace, ST Kinetics, ST Electronics, dan ST Marine. ST Aerospace, menjadi pusat perawatan sejumlah pesawat seperti Hercules C-130, Fokker 50, Bell, helikopter Super Puma, hingga Pesawat Tempur F-5 Tiger. Bahkan pabrik itu mampu mengembangkan sendiri A-4SU Super Skyhawk untuk Angkatan Udara Singapura.

Tank Self Propelled Howitzer 1 (SSPH 1) Primus
Tank Self Propelled Howitzer 1 (SSPH 1) Primus
Adapun ST Kinetics dikenal produsen sejumlah senjata dan kendaraan berat. Produk andalannya senapan serbu SAR 21, senapan serbu jenis bullpup (yang mekanisme dan magazin terletak di belakang pelatuk). Senapan ini dikembangkan untuk menggantikan M16S1 dan  dilengkapi optik bidik 1,5 dan 3 kali zoom. SAR 21 juga memiliki desain magazin transparan, sehingga penembaknya bisa melihat berapa sisa peluru yang tersisa untuk ditembakkan.
Senapan SAR21
Senapan SAR21
Senapan SAR21
Ada juga senapan mesin ringan The Ultimax 100, senapan mesin 50 MG, dan pelontar mortar 120 mm, atau 120 SRAM (Super Rapid Advanced Mortar). Senapan SAR21 ini diborong oleh Brunei. Sedangkan Ultimax 100, dibeli oleh Kroasia, Peru, Filipina, Thailand, Zimbabwe, Slovenia, juga Indonesia. Bahkan Indonesia disebut mengambil lisensi senapan mesin 50 MG untuk dikembangkan menjadi Pindad SMB-QCB (Senapan Mesin Berat-Quick Change Barrel).
Bronco
Light Weight Howitzer (SLWH) Pegasus 155mm
Untuk kendaraan berat,  selain membuat AFV Bionix dan Terrex, ST Kinetics juga memproduksi tank Self Propelled Howitzer 1 (SSPH 1) Primus. Tank canggih ini memakai  sistem loading senjata otomatis, dan mengincar sasaran berbasis GPS dan Datalink. Ada juga tank Bronco All Terrain Tracked Carrier. Tank itu bisa melata di berbagai medan, dan tercatat dipesan oleh Angkatan Darat Inggris Raya. Militer Inggris, menamakannya “Babi Hutan”. Selain Inggris dan Singapura, militer Thailand juga menggunakan tank ini. Sementara Terrex sedang mengikuti kontes agar terpilih menjadi alutsista United States Marine Corps (USMC).

 Thailand Unjuk Gigi
MLRS DT-1 Thailand
MLRS DT-1 Thailand
Tidak hanya Malaysia dan Singapura. Thailand pun terus menggenjot kemampuan alutsista dalam negeri mereka. Badan riset Kementrian Pertahanan Thailand, Defence Technology Institute (DTI) mengeluarkan varian baru kendaraan peluncur roket multi laras DTI-1 yang merupakan kerjasama antara DTI dengan China National Precision Machinery Import & Export Corporation (CPMIEC).  Peluncur roket multi laras Thailand ini berbasis Peluncur Roket WS-1 buatan China.
MLRS DT-1 Thailand
Amunisi MLRS DT-1 Thailand
MLRS Varian baru DT1 ini memberi perlindungan terhadap kabin pengemudi dengan pelat baja. Selain itu ada pula tempat bagi awak tambahan sebaris di belakang kursi pengemudi. Adapun Kendaraan yang dipakai Volvo FM-400 6×6. Tidak dijelaskan Level STANAG dari lapisan baja untuk proteksinya.

Seperti halnya peluncur roket WS-1, DTI-1 juga memiliki roket berdiameter 302 mm yang dapat menjangkau sasaran sejauh 180 km. Rokets DTI-1 membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk melakukan penembakan dan mampu melesat dengan kecepatan 5.2 mach.  Hulu ledak yang dipakai ZDB-2B, seberat 150 kg  sama seperti seperti WS-1B China. Selain varian baru MLRS DT-1, Thailand juga mengembangkan DTI-1G (Guided) agar presisi roket lebih akurat, yang juga dibantu CPMIEC China.
mlrs-dt-1 thailand
Indonesia juga memiliki potensi untuk mengembangkan alutsista dalam negeri. Antara lain dengan adanya blue print IFV Marder dari Jerman yang bisa dipelajari dan dikembangkan lebih lanjut, Pengembangan Panser Anoa RCWS, Helikopter serang ringan Gandiwa, Jet tempur IFX,  Roket Lapan serta Kapal cepat Rudal/ Korvet Trimaran. Persoalannya kapan alutsista produk dalam negeri itu bisa terwujud ?





Sumber : JKGR

JAT Dan Pegasus Team Akan Ramaikan HUT TNI AU

JAKARTA-(IDB) : Jupiter Aerobatic Team (JAT) dan Team Dynamic Pegasus akan tampil dalam peringatan HUT TNI Angkatan Udara ke-67, tanggal 9 April mendatang.

"Pada tanggal 9 April itu, (JAT) dari Skadron Pendidikan 102 Lanud Adi Sutjipto dan Pegasus dari Skadron Udara 7 Lanud Suryadarma Kalijati Subang akan unjuk kebolehan," kata Kadispen TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus.

JAT telah beberapa kali tampil di hadapan masyarakat Indonesia di antaranya HUT TNI AU ke-66, HUT TNI, Yogyakarta Air Show, Makassar, Palembang dan Bandung Air Show, serta tampil dalam even Internasional seperti perayaan 100 tahun penerbangan Thailand, di Bangkok tahun 2012 dan Langkawi International Maritime and Aerospace Exhibition 2013 di Malaysia beberapa waktu lalu.

Dalam peringatan HUT TNI AU ke-67 ini, JAT menggunakan pesawat KT-1 B yang diawaki oleh para instruktur penerbang menggunakan tujuh pesawat. Tim Aerobatik Jupiter melakukan tarian udaranya dengan beberupa manuver di antaranya Jupiter Roll, LoopXClover Leap, Mirror, Tangoto dan Jupiter Roll back. Hi "G" TurnRoll Slide dan Break Off.

Selain JAT akan tampil juga Tim Dynamic Pegasus (TDP) menggunakan tujuh pesawat helikopter EC-120 Colibri dengan manuver yang akan ditampilkan antara lain Pegasus cross, Head On, Water Fall, Pegasus Love Tactical, Huming Bird Kiss dan Sparkling.

Selain penampilan kedua tim aerobatik tersebut, langit Jakarta juga akan dihiasi oleh sekitar 200 peterjun free fall Korpaskhas yang berkualifikasi Para Lanjut Tempur (PLT) yang diterjunkan menggunakan tiga pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma. Beberapa peterjun akan menampilkan pendaratan pada perahu Landing Craft Rubber (LCR). Korpaskhas juga akan menampilkan keterampilan Tim Bravo'90 dalam simulasi menembak jarak dekat secara bersamaan dan berhadapan serta Halang Rintang.





Sumber : Kompas

Australia Terancam Karena Superior Sukhoi

Sukhoi Su-27
ARTILERI-(IDB) : Percaya atau tidak, Australia saat ini tengah berusaha untuk mengatasi ancaman yang bisa ditimbulkan oleh jet-jet tempur Sukhoi di Asia Tenggara. Dalam beberapa dekade terakhir, jarak yang jauh dan minimnya jangkauan pesawat-pesawat tempur angkatan udara di Asia Tenggara, memang masih memberikan rasa aman bagi Australia. Namun untuk saat ini, keamanan Australia terkikis oleh kedatangan jet-jet tempur super manuver Sukhoi 27 Flanker dan Sukhoi 30 Flanker C.

Jet-jet tempur Sukhoi ini sudah melengkapi Angkatan Udara China, Indonesia, Malaysia dan Vietnam dalam jumlah yang besar. Kedatangan Sukhoi ini telah membuka "teater baru" di Asia Pasifik. Pilot Angkatan Udara Australia, yang semula menganggap dirinya dominan karena menggunakan F-18 Hornet dan pembom F-111 Aardvark, sekarang harus "menutup muka" dari Flanker Sukhoi yang memang unggul hampir pada setiap aspek. Akuisisi Sukhoi Su-27SK dan Su-30MK buatan Rusia ini oleh negara-negara di Asia Tenggara, menyajikan sebuah kenyataan bahwa dimana F/A-18A/B/F Australia kalah dalam hampir semua parameter kinerja utama, baik oleh Su-30 maupun Su-27.

Dari perspektif analisis strategis, akusisi alutsista canggih oleh negara-negara marginal stabil seperti Indonesia atau pemain regional lainnya, harus menjadi perhatian yang serius - walaupun ini masih diluar jumlah mengesankan yang diakuisisi oleh China. Kedatangan alutsista jarak jauh seperti Sukhoi dan suite rudal canggih di kawasan Asia Tenggara memang bisa meresahkan Australia, dan menyajikan konteks strategis yang sama sekali baru.

Manuver Sukhoi ( misal: Pughacev Cobra*  ) memang legendaris, dengan jangkauannya yang lebih dari 3000 km, memberikan Flanker Sukhoi keunggulan dalam pertempuran udara. Memungkinkan untuk melakukan taktik probes and U-turns berulang (sebuah taktik Perang Dingin Rusia), yang dapat membuat lawannya bingung dan rentan dalam sebuah pertempuran udara. Memburu Sukhoi akan menjadi salah satu pekerjaan yang paling berbahaya dalam pertempuran.

Bahkan, jangkauan yang luar biasa dari Sukhoi ini dapat ditingkatkan dua kali lipat dengan air refueling (pengisian bahan bakar di udara). Bayangkan bagaimana kekuatan Sukhoi Indonesia jika suatu hari diperkuat dengan pesawat tanker, pasti sangat meresahkan Australia. Untuk saat ini, Sukhoi-sukhoi Indonesia dapat memperjauh jangkuannya dengan pengisian bahan bakar dari Sukhoi lainnya, dimana setengah armada Sukhoi akan di isi oleh setengah Sukhoi lainnya.

Ancaman Rudal

Sukhoi memiliki 12 hard point (cantelan senjata), ini lebih banyak dari pesawat tempur lain. Fitur ini membuat Sukhoi mampu untuk membawa pack senjata yang mematikan, yaitu seluruh amunisi rudal dan bom pintar. Biro-biro senjata Rusia telah mengembangkan dengan baik berbagai macam rudal udara-ke-udara dan udara-ke-permukaan -termasuk rudal jelajah- yang pada beberapa kasus kemampuannya belum bisa disamai senjata-senjata NATO. Sembilan puluh empat pesawat Hornet Australia ini akan sangat rentan terhadap Sukhoi yang melampaui jarak pandang rudal.

Australia juga khawatir dengan kerentanan platform gas dan aset industri lainnya di pesisir timur negara mereka. Defence Today menjelaskan "Dari sudut panjang senjata, sebuah rudal supersonik Raduga 3M-82/Kh-41 Sunburn, MBRPA 3M-55/Kh-61 Yakhont atau rudal jelajah subsonik anti-kapal Novator 3M-54E1 Alfa sangat efektif untuk melumpuhkan atau bahkan menghancurkan salah satu fasilitas besar dalam sekali serangan. Rudal ini didesain untuk membelah kapal perang kecil dan menimbukan kerusakan parah pada kapal perang besar (lihat test Yakhont yang dilakukan TNI AL). Kecelakaan industri dan kebakaran di pabrik petrokimia dan anjungan lepas pantai sangat mudah terpicu karena hal-hal kecil, dan dapat dipastikan sebuah serangan rudal ini dapat membuat kebakaran yang tak terkendali."

Kapal Induk AS Sebagai Sasaran Empuk

Kedatangan Sukhoi di Asia Pasifik juga menambah kerentanan terhadap kapal induk bertenaga nuklir milik AS. Militer Amerika sudah bersiaga, dimana CVNs (kapal induk dan pendukungnya) sudah dalam status siaga perang melawan Sukhoi.

Di masa lampau, kapal induk bertenaga nuklir, dilindungi oleh lingkaran kapal pendukung dan pesawat AWACS, dan tentu saja pesawat tempur mereka sendiri, mampu berlayar ke wilayah konflik mana saja tanpa rasa takut. Namun, itu sejarah.

Saat ini, semua kapal induk AS yang mencoba mendekati pantai China akan ditarget oleh Sukhoi berbasis darat dan akan menembakkan rudalnya pada jarak yang aman. Pada hakikatnya, lahirnya Flanker Sukhoi telah mengakhiri era diplomasi kapal-kapal perang Amerika.
Kemampuan Pilot

Angkatan Udara Australia bukan angkatan udara besar, namun mereka menganggap dirinya terlatih, dengan pilot-pilotnya yang suka berfikir bahwa mereka mirip dengan Maverick dari Top Gun. Mereka dilatih sesuai dengan standar barat yang diyakini bahwa ini akan menjadi faktor penentu dalam perang. Namun, keterampilan pilot, seperti halnya alutsista canggih, juga dapat diimpor. Pilot India, yang saat ini termasuk dalam jajaran pilot terbaik di dunia, kini melatih Angkatan Udara Malaysia. China dan Indonesia juga suatu saat akan menemukan aces udara sendiri untuk melatih pilot mereka, atau bisa saja mereka sudah menggenggam semua kemampuan Sukhoi di tangannya. Dalam sejarahnya, pilot-pilot pesawat tempur Indonesia termasuk salah satu pilot yang terbaik di dunia, bahkan menonjol di Asia.

Sebagai realisasi dan kesadaran mereka atas Flanker Sukhoi yang mendegradasi pertahanan dan keamanan Australia, akhirnya Australia memutuskan untuk mengakusisi pesawat tempur siluman dan menaruh pesanan untuk 100 unit F-35 JSF. Apakah ini akan mempengaruhi kedigdayaan Flanker Sukhoi? Ini masih cerita lain, belum jelas juga apakah Australia mampu mengakuisisi 100 F-35 mengingat harganya yang menggila. Untuk saat ini, Sukhoi 27 dan variannya masih superior dari fighter-fighter milik Australia.
 
 
 
 
 
Sumber : Artileri

Iran Identifikasi Dan Usir Pesawat Siluman U2 AS

TEHRAN-(IDB) : Panglima senior Pangkalan Pertahanan Udara Khatam Al-Anbiya, Brigadir Jenderal Farzad Esmaili,  mengkonfirmasikan bahwa militer Iran berhasil mengidentifikasi dan mengusir sebuah pesawat mata-mata U2 milik Amerika Serikat yang berusaha memasuki wilayah udara Iran dari Laut Oman.
Brigjen Esmalili, Selasa (12/3) menyatakan, sistem pertahanan udara Iran berhasil mendeteksi pesawat siluman AS itu pada 10 Februari lalu, yang segera membatalkan upayanya menyusup wilayah udara Iran setelah mendapat peringatan dari militer Republik Islam.

"Pesawat U2 itu terbang dari barat daya Pakistan menuju timur Laut Oman dan gerakannya selalu dimonitor oleh sistem radar kami," kata Brigjen Esmaili seraya menegaskan bahwa radar Iran di Teluk Persia memberikan peringatan ketika pesawat tersebut hendak memasuki zona udara Iran di atas Laut Omat dan di barat daya Selat Hormuz.


Pesawat U2 yang termasuk di antara salah satu pesawat siluman tercanggih di dunia itu kemungkinan bertugas untuk mengambil foto dari udara dan mengumpulkan informasi di wilayah selatan Iran.

Sebelumnya, pada bulan November 2012, Menteri Pertahanan Republik Islam Iran, Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi menyatakan bahwa militer Iran telah berhasil mengusir sebuah pesawat yang belum teridentifikasi yang melanggar zona udara Iran di atas perairan Teluk Persia.  Vahidi menyatakan bahwa radar akurat Iran memonitor seluruh gerakan musuh.





Sumber : Irib