Pages

Selasa, Maret 05, 2013

Test Flight Dua Sukhoi Berlangsung Sukses

sukhoi-sub
MAKASSAR-(IDB) : Test Flight  dua  Pesawat Tempur Sukhoi SU-30 MK2  TX-3002  dan TX-3001 yang dilaksanakan Senin (4/3)  dan Selasa  (5/3) oleh Pilot Test Alexander Demchenko dan Pavel dari Rusia berjalan lancar dan sukses,   pesawat tempur canggih  yang  tiba  beberapa  hari yang lalu  di Lanud Sultan Hasanuddin  tersebut  sebelumnya menjalani perakitan selama satu Minggu  di Skadron Teknik  044 oleh Tim Teknisi dari Rusia yang dibantu Teknisi dari Skadron Teknik 044 Lanud Sultan Hasanuddin.

Sebelum pelaksanaan test flight  dua pesawat tempur  Sukhoi SU-MK2 yang diparkir di Shelter Skadron Udara 11 Wing  5 yang dilaksanakan selama dua hari   tersebut diawali dengan  briefing penerbangan dipimpin oleh Kepala Dinas Operasi Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb Widyargo Ikoputra, S.E, Pilot Test Flight dari Rusia Mr. Alexander Demchenko, Komandan Skadron Udara 11,  Petugas PLLU dan Meteo Lanud Sultan Hasanuddin serta  Petugas dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin.

Test Flight  dua pesawat tempur Sukhoi SU-30 MK2 yang   memperkuat  Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin  dilaksanakan di area udara Makassar dan sekitarnya,  yang disaksikan Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Barhim dan beberapa Pejabat dari Mabes TNI Angkatan Udara, Koopsau II serta Lanud Sultan Hasanuddin.





Sumber : Poskota

Sabah Memanas, Malaysia Diminta Menahan Diri

Family members and friends of Malaysian police superintendent who was killed in Semporna, recite prayers near his coffin after its arrival at Subang airport


MANILA-(IDB) : Filipina mengutus Menteri Luar Negeri Albert Del Rosario ke Kuala Lumpur untuk mendesak pemerintah Malaysia memberikan toleransi maksimum kepada kelompok bersenjata Sulu yang berada di negara bagian Sabah.

Malaysian policemen man a road block on a street leading to Kampung Tanduo, the area where the armed men are holding off, in Felda Sahabat outside Lahad Datu town
Aparat Malaysia meningkatkan patroli di Kampung Tanduo – Sabah – Reuters


Juru bicara Departemen Luar Negeri Filipina Raul Hernandez mengatakan pada Senin (04/03) bahwa Menlu Albert Del Rosario dijadwalkan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman.


Pertemuan diadakan untuk menyampaikan seruan agar Malaysia menahan diri secara maksimum dalam menghadapi kelompok bersenjata asal Filipina yang telah menduduki wilayah Lahad Datu sejak bulan lalu.


The coffin of Inspector Mamat, who was killed on Friday in the standoff between Malaysian security forces and armed followers of the Sultanate of Sulu, is carried after its arrival at an airport in Subang
Jenasah komandan polisi Malaysia yang tewas dalam konflik di Sabah tiba di Bandara Subang – Malaysia

Langkah ini ditempuh ketika pemerintah Malaysia menambah jumlah pasukan militer ke Sabah untuk memburu warga Filipina bersenjata yang sejauh ini telah menewaskan delapan polisi Malaysia dan 19 warga Filipina.


Menlu Filipina juga mengajukan permintaan langsung kepada Malaysia agar diizinkan mengirim kapal angkatan laut guna mengangkut bantuan kemanusiaan dan medis ke Sabah.

Kapal itu juga disediakan untuk memberikan bantuan konsuler serta mengangkut warga Filipina pulang.


Pada saat yang sama, pemerintah Filipina juga menyerukan kepada kelompok bersenjata Kesultanan Sulu untuk meninggalkan Sabah.


“Pemerintah Filipina menyerukan kepada pasukan Kesultanan Sulu pimpinan Datu Raju Muda Agbimuddin Kiram untuk menyerahkan diri secara damai,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Raul Hernandez.


“Oleh karena itu pemerintah Filipina memohon kepada pihak berwenang Malaysia untuk memberikan toleransi maksimum dalam menangani para anggota kelompok Kiram yang tersisa,” tambahnya.


Dua Polisi Tertembak


Pejabat resmi di Malaysia menyebut sedikitnya dua polisi tewas akibat bentrok bersenjata dengan sekelompok pria di negara bagian Sabah.  Jumat (1/3) lalu 12 warga Filipina dan dua polisi Malaysia juga tewas akibat bentrok serupa.


Coffin of Daud, who was killed on Friday in standoff between Malaysian security forces and armed followers of the Sultanate of Sulu, is carried as the coffin of his colleague rests on a podium in Subang


Menurut kantor berita Associated Press selain dua polisi yang tewas dalam bentrok hari Minggu (3/3), lima pria yang diduga asal Filipina juga terbunuh dalam tembak-menembak ini.


Dalam pernyataannya Kepala Polisi Diraja Malaysia Ismail Omar menyatakan tembak-menembak terjadi pada malam Minggu di titik sekitar 150 kilometer dari satu distrik berbeda di Sabah timur dimana sebelumnya 14 orang juga tewas setelah anggota kelompok muslim Angkatan Kesultanan Sulu menguasai lokasi setempat.


Para polisi yang tewas dalam insiden itu menurut Omar diserang tiba-tiba oleh sekelompok pria bersenjata di kota pantai Semporna.


Aparat berwenang masih menyelidiki bentrokan, termasuk dugaan para pria bersenjata itu datang dari negara tetangga, Filipina.


Sedikitnya 100 warga Filipina mendarat dengan kapal di distrik Lahad Datu di Sabah timur pada bulan lalu.


Mereka mengklaim wilayah itu sebagai bagian dari wilayah kerajaan yang mereka miliki, berdasarkan dokumen yang menurut mereka sudah berumur ratusan tahun.


Para pendatang ini, yang menamakan dirinya Angkatan Kesultanan Sulu, menguasai Lahad Datu sejak awal Februari.


Menambah Pasukan


Hari ini Malaysia menambah lagi pasukan yang ditempatkan di Sabah di tengah peningkatan konfrontasi di sekitar Lahad Datu.


Sabah03
Truk-truk pengangkut tank tentara Malaysia menuju wilayah konflik di Sabah


 Hampir 200 pria bersenjata dari Filipina mendarat di Lahad Datu, Sabah, bulan lalu. Mereka mengaku sebagai pasukan Kesultanan Sulu yang berhak atas wilayah itu.


Pada masa kejayaannya, Kesultanan Sulu menguasai sejumlah pulau Filipina selatan dan sebagian wilayah di Borneo atau Pulau Kalimantan.


Mereka mengklaim Sabah sebagai wilayah mereka sebelum dijadikan wilayah protektorat Inggris pada 1800-an.

Sabah menjadi bagian Malaysia pada 1963 dan Malaysia masih membayar sewa ke Kesultanan Sulu setiap tahun.





Sumber : Poskota

Pangarmatim Lepas KRI Diponegoro-365 Emban Misi Ke Lebanon



SURABAYA-(IDB) : Kapal Republik Indonesia (KRI) Diponegoro-365 dari jajaran unsur Satuan Kapal Eskorta Komando Armada RI Kawasan Timur (Satkor Koarmatim) kembali dipercaya menjalankan misi perdamaian dunia di Lebanon yang tergabung dalam Satuan Tugas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-E/UNIFIL tahun 2013 atau Maritime Task Force/ United Nations Interim Forces In Lebanon (MTF XXVIII-E/UNIFIL). Satgas diberangkatkan oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum di dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya tadi pagi, Selasa (5/2).

Turut hadir dalam pemberangkatan Satgas ini antara lain Kepala Staf Koarmatim Laksamana Pertama TNI Darwanto, S.H., M.A.P., Komandan Lantamal V Laksamana Pertama TNI Sumadi, Komandan Puspenerbal Laksamana Pertama TNI I Nyoman Nesa, para Komandan Satuan dan Kasatker, Ibu-ibu Jalasenastri serta keluarga dari para prajurit Satgas.

Misi perdamaian dunia ke Lebanon ini merupakan misi yang kedua kalinya bagi KRI Diponegoro-365.  Sebelumnya, Koarmatim telah mengirim empat kapal perangnya dalam misi perdamaian dunia ke Lebanon yang dimulai pada tahun 2009 dengan mengirim  KRI Diponegoro-365, tahun 2010 mengirim KRI KRI Frans Kaisiepo-368, tahun 2011 mengirim KRI KRI Sultan Iskandar Muda-367 dan terakhir tahun 2012 dengan mengirim KRI Sultan Hasanuddin-366 yang baru datang pada bulan Januari 2013 yang lalu semuanya dari jajaran Satuan Kapal Eskorta  Koarmatim. Dalam Satgas MTF/UNIFIL ini setiap unsur dilengkapi dengan satu Helikopter Bolcow dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda.

Menurut Pangarmatim, acara pelepasan Satgas ini merupakan tradisi TNI Angkatan Laut kepada setiap unsur /kapal perang yang akan melaksanakan tugas negara untuk memberi semangat kepada para prajurit yang akan bertugas. Pagi ini, kata Pangarmatim, hadir seluruh jajaran Koarmatim serta para keluarga dan handai taulan para prajurit turut mengantar tugas personel Satgas ini yang akan bertugas di Lebanon.

Sementara itu, menurut Komandan KRI Diponegoro-365 selaku Komandan Satgas MTF XXVIII-E/UNIFIL bahwa Satgas akan mengemban misi perdamaian PBB di Lebanon selama enam bulan dan perjalanan laut selama dua bulan pulang pergi. Dalam perjalanan ke Lebanon, KRI Diponegoro-365 akan singgah di beberapa negara antara lain, Srilanka, Oman, Mesir dan terakhir di Lebanon.

Usai melepas Satgas, Pangarmatim turut on board di KRI Diponegoro-365 untuk mengikuti pelayaran. Ditengah pelayaran, Pangarmatim akan meninjau langsung pelaksanaan Gladi Tugas Tempur Parsial Tingkat II yang saat ini sedang berlangsung di Laut Jawa. Gladi Taktik Peperangan Laut tersebut melibatkan 13 unsur dari Koarmatim dan 2 unsur dari Koarmabar. Unsur dari Koarmatim terdiri dari kapal perang jenis Ship Integrated Geometrical Modulary Approach (Sigma), Korvet, Frigate, Kapal Cepat Rudal (KCR) dan Kapal Cepat Torpedo (KCT), kapal perang Buru Ranjau (BR) dan Penyapu Ranjau (PR) serta kapal perang patroli Fast Patrol Boat (FPB) yang diberangkatkan oleh Pangarmatim kemarin, Senin (4/3). 





Sumber : Koarmatim

SBY : Indonesia Tak Pernah Gunakan Alutsista Untuk Bunuh Rakyatnya

BERLIN-(IDB) : Presiden SBY dalam kunjungannya ke Berlin, Jerman, juga menjajaki kerja sama dalam bidang alat utama sistem pertahanan (alutsista). SBY menegaskan modernisasi alutsista bukan untuk menyerang bangsa lain, apalagi rakyat Indonesia sendiri.

"Ingat, Indonesia tidak pernah menggunakan pesawat tempur, helikopter, tank dan altileri untuk menembaki, membunuh rakyatnya sendiri. Tidak di Aceh, di Papua tidak dimana-mana," ujar Presiden SBY saat briefing dengan menteri-menteri ekonomi di Hotel Adlon Kempinski, Berlin, Jerman, Senin (4/3/2013).

SBY mengungkapkan hal itu untuk mengingatkan para menteri saat pertemuan dengan Presiden Jerman Joachim Gauck dan Kanselir Jerman Angela Merkel saat berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu. Saat itu SBY dan Merkel menandatangani Jakarta Declaration di mana hal itu merupakan kerja sama antara Jerman dan Indonesia.

"Waktu itu banyak isu di eropa menyangkut kekhawatiran kalau kerja sama industri pertahanan termasuk pembelian alutsista TNI, maka rawan bagi eropa karena Indonesia dulunya dianggap negara pelanggaran HAM. Saudara masih ingat dalam join confrence di Istana Negara bersama Merkel?" imbuhnya.

Dalam pertemuan itu SBY menegaskan alutsista memang tidak untuk digunakan untuk berperang. Sehingga para pemimpin Jerman tersebut yakin bahwa Indonesia bukanlah negara pelanggar HAM.

"Mereka menganggap Indonesia memiliki ekonomi kuat, tidak punya hutang sebesar negara lain saat ini. Kita punya financial capabality untuk pengadaan alutsista," paparnya.

Sebelumnya saat di Istana Negara, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan alutsista dari eropa timur lebih murah dan memiliki frame yang kuat dan kokoh. Selain itu dari segi teknologi, alutsista dari eropa timur tidak kalah dengan alutsista dari negara lainnya.

"Sebetulnya imbang juga, kayak Sukhoi. Itu sebetulnya Sukhoi yang kita punya compareable untuk F-15 di mana negara tetangga kita kan juga punya F-15. Bahkan kemarin waktu latihan bersama di Australia dengan Super Hornet, kita cukup bisa mengimbangi mereka, cukup baik. Ya kita memberikan perkembangan modernisasi TNI, sekarang ini kan cukup besar dan beberapa memang dari Jerman," kata Purnomo, Jumat (1/3).

Kemenhan sendiri sejauh ini tidak akan menambah alutsista dari Jerman. Sebab, sebelumnya sudah ada kerja sama pengadaan tank Leopard dan tank Marder yang kini dimiliki TNI Angkatan Darat.

"(Kerja sama lagi) Belum. Ini just in case saja. Kan presiden akan bertemu pimpinan negara di sana, bicara berbagai sektor kan harus siap. Tidak ada kan lagi proses akhir, dalam arti kata sekarang kita kan akan dapat cukup banyak dari sana," imbuhnya.





Sumber : Detik

Gladi Parsial Tingkat II Koarmatim Masuki Tahap Manlap

SURABAYA-(IDB) : Gladi Parsial Tingkat II tahun 2013 yang digelar Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) memasuki tahap manuvra laut (Manlap) dengan melibatkan lima belas unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI). Unsur-unsur yang terlibat latihan parsial tersebut berangkat dari dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Senin (04/03), menuju daerah latihan di perairan Laut Jawa.

Gladi Taktik Peperangan Laut tersebut rencananya akan berlangsung selama tiga hari mulai hari ini sampai dengan tanggal 6 Maret 2013 dengan melibatkan tiga belas kapal perang jajaran Koarmatim dan dua kapal perang dari Koarmabar. Unsur yang terlibat merupakan kapal perang jenis kombatan yang memiliki kemampuan khusus dalam operasi tempur laut,  yang dilengkapi dengan sensor dan persenjataan canggih serta modern.

Kapal perang tersebut di antaranya adalah kapal perang jenis Ship Integrated Geometrical Modulary Approach (Sigma), Korvet, Frigate, Kapal Cepat Rudal (KCR) dan Kapal Cepat Torpedo (KCT), kapal perang Buru Ranjau (BR) dan Penyapu Ranjau (PR) serta kapal perang patroli Fast Patrol Boat (FPB). Berbagai jenis Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) yang ada di kapal-kapal perang kombatan itu akan diuji kemampuannya dalam latihan ini.

Pada tahap manuver lapangan ini, unsur yang terlibat melaksanakan serial latihan sesuai doktrin taktis peperangan laut yang telah dipelajari sebelumnya pada tahap latihan posko di Pusat Latihan Kapal Perang (Puslat Kaprang) Kolatarmatim. Puncak kegiatan Gladi Tugas Tempur (Glagaspur) tingkat II ini adalah kompetisi artileri penembakan meriam dan roket kapal perang pada siang dan malam hari.

Gladi peperangan laut ini sebagai persiapan unsur-unsur kapal perang TNI AL dalam menghadapi puncak Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2013. Latparsial tingkat II tersebut merupakan sarana untuk menguji kesiapan personel dan material sekaligus tolak ukur sejauh mana kemampuan personel dalam mengawaki dan mengoperasikan senjata di kapal perang.

Seluruh unsur-unsur laut itu berangkat dari dermaga Koarmatim menuju medan latihan dilepas oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum. Bertindak selaku Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Latparsial tingkat II Kolonel Laut (P) Syufenri, M.Si yang sehari-hari menjabat sebagai Komandan Satuan Kapal Cepat (Dansatkat) Koarmatim.





Sumber : Koarmatim

198 Prajurit Baru Perkuat Korps Baret Ungu

GRATI-(IDB) : Komandan Pasmar-1, Brigadir Jenderal TNI (Mar) Siswoyo Hari Santoso mewakili Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington memimpin upacara pembaretan 198 prajurit Korps Marinir di pantai pasir Panjang, Pusat Latihan Tempur TNI AL Grati, Pasuruan, Jawa Timur, Senin, (4/3).

Dari 198 prajurit yang berhak memakai baret kebanggaan Korps Baret Ungu itu, 23 orang dari Kadet (Taruna) Akademi Angkatan Laut Angkatan ke-59 dan 175 orang dari siswa Pendidikan Pertama Tamtama TNI AL angkatan ke-32.

Dalam amanatnya yang dibacakan oleh Komandan Pasmar-1, Komandan Korps Marinir mengatakan upacara pembaretan ini merupakan salah satu kegiatan tradisi khas Korps Marinir yang dilaksanakan kepada  para siswa Komando Pendidikan Korps Marinir (Kodikmar) yang telah menyelesaikan rangkaian kegiatan proses pembentukan karakter prajurit Korps Marinir melalui tahapan pendidikan, pelatihan, pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur Korps Marinir.

Setelah diresmikannya pemakain baret, lanjutnya, seorang prajurit secara sah menjadi keluarga besar Korps Marinir, sekaligus mengandung konsekuensi dan tanggung jawab untuk selalu berperilaku dan bertindak sesuai landasan moral prajurit Korps Marinir.

“Mulai saat ini, tumbuhkan dan pupuk kesadaran baru bahwa kalian sebagai prajurit Korps Marinir harus menjadi kebanggaan rakyat yang bisa diandalkan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,” tegas orang nomor satu dijajaran Korps Marinir itu.

Komandan Korps Marinir juga menyampaikan bahwa untuk mendapatkan baret ungu kebanggaan ini, para siswa harus mampu melalui “Kawah Candradimuka” Korps Marinir, diantaranya melalui Pendidikan Komando (Dikko) untuk menjadikan prajurit-prajurit Korps Marinir yang berani, tangguh dan pantang menyerah.

“Baret Ungu yang telah kalian kenakan itu, bukan semata-mata hanya sebagai simbol belaka akan tetapi merupakan lambang perwujudan kehormatan dan kebanggaan Korps Marinir,” tambahnya.

Selain itu, juga mempunyai makna yang besar, sebagai hasil perjuangan dan pengabdian para pendahulu serta anugerah yang diberikan bangsa dan negara kepada Korps Marinir, yang sekaligus menjadi ciri khas prajurit Baret Ungu.

Dalam kesempatan tersebut, Komandan Korps Marinir memberikan penekanan kepada prajurit yang baru saja diresmikan menjadi keluarga besar Korps Marinir, yaitu agar meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam melaksanakan pengabdian terbaik kepada bangsa dan negara, Pegang teguh jati diri prajurit Korps Marinir yang memiliki disiplin tinggi, pejuang tanpa pamrih dedikasi tinggi dengan kemampuan profesi yang sangat handal serta mempunyai rasa kebanggaan yang luar biasa terhadap korps.

Selain itu juga agar selalu menumbuhkan kekompakkan dan jiwa korsa yang baik agar terpelihara persaudaraan sesama korps maupun hubungan antar TNI/Polri serta hubungan dengan komponen masyarakat lainnya. Tumbuhkembangkan kesadaran pribadi untuk menjaga diri agar tidak mudah terjerumus pada kegiatan dan tindakan negatif, yang akan mencoreng nama baik Korps Marinir dan selalu membangun terus karakter prajurit Korps Marinir sebagai prajurit Petarung yang religious dan humanis.

Turut hadir dalam kesempatan itu, Komandan Kolatmar Kolonel Marinir Budi Purnama, Wadan Kodikmar Kolonel Marinir Lasmono, Komandan Brigif-1 Mar Kolonel Marinir Markos, Komandan Menkav-1 Mar Kolonel Marinir Sarjito, Komandan Menbanpur-1 Mar Kolonel Marinir Nurri A. Djatmika, Komandan Menart-1 Mar Kolonel Marinir M. Nadir, para Asisten Pasmar-1, pejabat teras Kobangdikal dan pejabat TNI/Polri wilayah Pasuruan.





Sumber : Kormar

TNI Perketat Perbatasan Sabah

NUNUKAN-(IDB) : Pasukan TNI AD dari Batalion 407 Padmakusuma yang bertugas menjaga perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, memperketat penjagaan wilayah itu, menyusul konflik di Sabah Malaysia, terkait masuknya kelompok bersenjata dari Kesultanan Sulu, Filipina Selatan.
Komandan Satgas Pamtas Batalion 407 Padmakusuma, Mayor Inf Ari Aryanto di Nunukan, Kalimantan Timur, Senin (4/3), menegaskan, terkait konflik antara kelompok bersenjata dari Filipina dengan aparat keamanan Malaysia yang telah menelan korban dari kedua belah pihak maka pihaknya semakin memperketat seluruh wilayah perbatasan antara Kabupaten Nunukan dengan Negeri Sabah Malaysia.

"Karena Sabah berbatasan langsung dengan Nunukan, maka kami selaku yang dipercayakan menjaga pos-pos perbatasan tetap siaga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan," ujarnya.

Menurut dia, dari 29 pos perbatasan yang berada dalam penjagaannya, terdapat 23 pos yang letaknya berbatasan langsung dengan Sabah Malaysia.

Tetapi seluruh anggota TNI yang bertugas di pos-pos ini telah diperintahkan untuk senantiasa tetap siaga agar pihak-pihak yang berusaha menyusup masuk ke Indonesia dapat dicegah lebih dini, katanya.

"Saya sudah perintahkan kepada anggota yang berjaga di pos-pos yang berbatasan antara Nunukan dengan Sabah agar memperketat penjagaan keluar masuknya seseorang," ujar Ari Aryanto.

Ia mengakui konflik Sabah ini tidak tertutup kemungkinan bisa melebar kemana-mana hingga memasuki wilayah Indonesia melalui Kabupaten Nunukan.

Ari Aryanto juga mengatakan, konflik yang terjadi di Sabah terus tetap dipantau melalui pemberitaan di media massa dalam rangka melakukan siaga di wilayah perbatasan.

"Penjagaan kami tingkatkan sampai siaga 24 jam dengan melakukan patroli setiap saat termasuk malam hari," katanya.

Ia menambahkan, dua hari lalu sempat mendapatkan informasi bahwa kelompok bersenjata Filipina mulai merapat ke wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia untuk menyerang tentara Malaysia yang menjaga pos perbatasan.

Kemudian, lanjut dia, pos perbatasan yang dianggap rawan menjadi jalan masuk adalah di Pulau Sebatik dan Seimenggaris karena di wilayah ini banyak jalur-jalur tikus yang bisa dilewati mereka.

"Jadi ada dua tempat yang bisa mereka menyusup masuk ke Indonesia yakni Pulau Sebatik dan Seimenggaris. Karena kedua wilayah ini berbatasan langsung dengan Sabah," ungkapnya.

Jika benar kelompok bersenjata Filipina tersebut ada yang berusaha menyusup masuk ke wilayah perbatasan, maka prajurit Satgas Pamtas telah siaga penuh dengan tetap memperhatikan prosedur tetap (protap) dalam menggunakan senjata, bebernya.

"Pada intinya, semua jalan-jalan tikus yang memungkinkan untuk menjadi jalur masuk ke Nunukan terus dipantau setiap saat termasuk apabila ada informasi yang diperoleh," sebut Ari Aryanto.

Ia juga mengakui pengetatan pengamanan wilayah perbatasan ini terkait dengan terjadinya konflik di Sabah tersebut telah mendapatkan instruksi dari Kodam VI Mulawarman selaku Komandan Komando Lapangan Operasi (Dan Kolapops). 





Sumber : SuaraPembaruan

Pembukaan Latihan Pra Satgas Ambalat XVI

GRATI-(IDB) : Komandan Pusat Latihan Pertempuran-3 Grati Mayor Marinir A. Mukhroji secara resmi membuka Latihan Pra Satgas Ambalat yang ke XVI di Lapangan Apel PLP-3 Grati Pasuruan, Senin (4/3).

Dalam amanat Dankolatmar yang dibacakan Komandan PLP-3 Grati mengatakan bahwa latihan Pra Satgas Ambalat XVI yang berlangsung mulai tanggal 04 hingga 10 Maret 2013 di PLP 3 Grati dan sekitarnya merupakan latihan kesiapan Satgas Ambalat XVI dalam rangka menjaga perbatasan antara Indonesia dan Malaysia serta menjaga keutuhan kedaulatan NKRI.

Prasatgas Ambalat XVI ini diikuti oleh personel Batalyon Infanteri-1 Marinir dibawah pimpinan Komandan Satgas Kapten Marinir Ali Wardana.




Sumber : Kormar




Satgas Maritim Selesaikan Latihan Pra Tugas Lebanon

SURABAYA-(IDB) : Sebanyak 100 orang personel Satuan Tugas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-E/UNIFIL tahun 2013 menyelesaikan latihan persiapan sebelum menjalankan tugas misi perdamaian ke Lebanon.

Latihan yang berlangsung sejak 11 Februari itu, secara resmi ditutup Wakil Asisten Operasi Panglima TNI Laksamana Pertama TNI Widodo di Pusat Latihan Kapal Perang, Kolatarmatim, Ujung, Surabaya, Senin (4/3).

Para peserta Satgas Maritim merupakan personel dari TNI Angkatan Laut yang terdiri dari perwira, bintara dan tamtama yang akan bertugas di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Latihan persiapan selama tiga pekan itu meliputi Core Predeployment Training Materials (CPTM), Minimum Use of Force dan Rules of Engagement (ROE), dan ditambah beberapa materi yang bersifat teknis dan aplikasi guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas di daerah operasi.

Setelah mengikuti latihan, Satgas Maritim segera melaksanakan gelar persiapan untuk memastikan kesiapan sebelum menjalankan tugas selama sekitar delapan bulan, termasuk dua bulan waktu perjalanan pergi pulang Indonesia-Lebanon.

Sesuai rencana, pasukan tersebut diberangkatkan menuju Lebanon pada pekan ini dan bergabung dengan Satgas UNIFIL dari negara lain.

Dalam Satgas Maritim ini, TNI Angkatan Laut kembali mengirimkan satu kapal perang dari Satuan Kapal Eskorta Koarmatim tipe "Sigma Class" buatan Belanda, yakni KRI Diponegoro-365 dan dilengkapi satu unit Helikopter jenis Bolco.

Tugas ini merupakan yang kedua kalinya diemban KRI Diponegoro, setelah penugasan pertama ke Lebanon pada 2009.

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dalam amanat yang dibacakan Waasops Laksma TNI Widodo meminta personel Satgas Maritim selalu berkoordinasi dengan institusi atau satuan yang berkompeten dengan penyiapan penugasan secara baik.

"Seluruh personel Satgas juga perlu belajar dari pengalaman rekan-rekan yang pernah bertugas di Lebanon, sebagai bahan pertimbangan pada saat melakukan persiapan di Tanah Air," katanya. 




Sumber : Investor

Tanggapan Kemhan Atas Penundaan KF/IF-X Project

Untuk EMD Phase Indonesia belum setor dana share.
 
JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan, melalui Kepala Pusat Komunikasi Publik Brigjen TNI Sisriadi, Senin (4/3) di Kantor Kemhan Jakarta memberikan keterangan tentang wacana penundaan proyek pembangunan Pesawat Generasi 4,5 Korean Fighter Xperiment yang merupakan hasil kerjasama Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) bersama dengan Korea Selatan melalui Defense Acquisition Program Administration (DAPA).

Program ini akan membutuhkan dana total sekitar US$ 5 milyar dimana share pemerintah Indonesia adalah 20% dari total pembiayaan. Meskipun Share Pemerintah Indonesia adalah 20% dari total pembiayaan, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terlibat dalam seluruh proses perancangan dan produksi yang meliputi Technology Development Phase (TD Phase), Engineering and Manufacturing Development Phase (EMD Phase), Joint Production and Joint Marketing. Dengan Investasi sebesar ini, Indonesia akan mendapatkan 20 % dari pembuatan pesawat (Workshare) dan 20 % dari penjualan pesawat terbang.

Kapuskom Publik Kemhan menekankan, Proyek produksi bersama pesawat KFX antara Indonesia dan Korea Selatan yang telah disetujui pada tahun 2011 telah berhasil menyelesaikan tahap pertama yaitu Technology Development Phase (TD Phase) pada Desember 2012. Didalam pelaksanaan TD Phase selama 20 bulan pihak Indonesia dan Korea telah membentuk Combine R&D Centre (CRDC dan telah dikirim sebanyak 37 engineer Indonesia yang merupakan kerjasama kedua negara di CRDC untuk melaksanakan perancangan pesawat KF-X/IF-X bersama Engineer Korea.

Namun didalam perjalanan mengikuti perkembangan Politik dan Ekonomi yang sedang terjadi, Pemerintah Korea Selatan melalui surat resmi yang dikirim oleh pihak DAPA, pihak Korea berinisiatif untuk menunda pelaksanaan produksi selama 1,5 tahun. Penundaan ini disebabkan oleh belum adanya persetujuan Parlemen ROK untuk menyediakan anggaran yang diperlukan guna mendukung terlaksananya tahap EMD Phase (Engineering and Manufacturing Development Phase) Program. Dijelaskan ada tiga tahap dalam proyek pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X, tahap pertama, technical development. Kedua, engineering manufacture. Dan ketiga, pembuatan prototipe. Tahap yang ditunda adalah tahap kedua. Pada masa penundaan, pemerintah ROK akan melaksanakan Economic Feasibility Study terhadap program ini.

Sehubungan dengan hal tersebut pemerintah Korea tidak akan melakukan terminasi Program Pengembangan Pesawat Tempur KF-X/IF-X, mengingat dana yang sudah dikeluarkan Pemerintah ROK sangat besar. Penekanan untuk tidak akan melakukan terminasi Program ini ditegaskan dalam Joint Committee ke-4 pada tanggal 10-11 Desember 2012 lalu. Sementara itu bagi Pemerintah Indonesia penundaan tahap EMD program KF-X/IF-X selama 1,5 tahun (sampai dengan September 2014) akan berdampak terhadap rencana anggaran yang telah disiapkan pemerintah. Dengan adanya penundaan tahap EMD, pagu indikatif anggaran sebesar Rp. 1.1 Triliun tidak mungkin diserap sepenuhnya. Oleh karena itu pihak RI telah mengintensifkan langkah-langkah penyiapan alih teknologi dengan kegiatan antara lain Operasionalisasi DCI (Design Centre Indonesia) untuk memetakan dan mengembangkan kompetensi SDM yang telah terbentuk selama tahap TD Phase, penguatan industry pertahanan dalam negeri yang akan terlibat dalam program ini, dan Technology Readiness (kesiapan teknologi).

Dengan penundaan ini diharapkan kesiapan Indonesia dalam program KF-X/IF-X ini akan semakin baik. Dalam kaitannya dengan dana share, pemerintah Indonesia belum mengeluarkan dana untuk Program EMD Phase ini, dana share yang sudah dianggarkan di TA. 2013 belum disalurkan.





Sumber :  ARC

Analisis : Mencermati Papua

ANALISIS-(IDB) : Pulau besar di timur Indonesia itu kembali menjadi headline berita dengan gugurnya 8 prajurit TNI di hari yang sama pada dua tempat yang berbeda.  Serangan tanggal 21 Februari 2013 di Tingginambut yang berjarak 20 km dari kota Mulia Puncak Jaya dan lokasi lain yang berdekatan yaitu Sinak, sekitar 40 km dari Tingginambut dikenal sebagai sarang sipil bersenjata yang melakukan perlawanan.  Serangan itu merupakan pancingan serius untuk TNI namun sejauh ini Cilangkap tidak terpancing dan tetap mengedepankan tertib sipil di Papua.

Namun yang lebih menyakitkan justru pernyataan Ketua Bidang Pemantauan dan Pelanggaran HAM pada KOMNAS HAM Natalius Pigai sehari kemudian yang sama sekali tidak mencerminkan seorang pegiat HAM.  Kalimat komentarnya yang sangat tajam itu menyebutkan wajar saja TNI ditembak mati dan tidak melanggar HAM, karena kerjanya hanya tidur dan nongkrong.  Meski pada akhirnya orang ini minta maaf kepada Mabes TNI dihadapan petinggi TNI di Cilangkap tanggal 26 Februari 2013 tetapi sesungguhnya pernyataannya itu cermin dari sikap antipatinya atas kehadiran tentara di Papua.


Sebenarnya ruang otonomi khusus untuk Papua sudah disetujui, yang berarti jumlah kucuran dana bilangan trilyun sudah digelontorkan untuk memajukan harkat dan martabat sejak tahun 2001. Tetapi kekisruhan terjadi seputar aliran dana itu yang menurut “pihak yang tak kebagian”, tidak sampai kepada maksud hati untuk mensejahterakan.  Maksud hati adalah untuk membangun bangsaku di bumi Papua tetapi ketika transfer dana sudah sampai di ujung jalan, yang terjadi kemudian ramai-ramai membangun “Bank Saku” di lingkaran yang mendapat kesempatam berkuasa, katanya begitu.  Atau mereka yang terusik jaringan kekuasaannya menjadikan organisasi sipil bersenjata sebagai bumper dan kartu As untuk berlindung sembari berujar dalam hati, kalau ente ganggu kekuasaan ane, ente coba buka aliran dana otsus, kami akan bersuara merdeka.

Sudah minta maaf dia
Maka yang terjadi adalah tentara atau polisi selalu menjadi pusat akumulasi benturan. Alat negara sah ini menjadi kambing yang di cat hitam manakala provokasi kelompok-kelompok tadi melakukan hasutan kepada sipil bersenjata yang sepertinya dijadikan “alat negara” bagi mereka untuk membunyikan suasana tidak stabil.  Tentara yang ditugaskan disana adalah untuk menjaga wilayah perbatasan yang panjangnya lebih 800 km. Namanya wilayah perbatasan wajar dong ada pergantian pasukan non organik, sama seperti yang terjadi di Kaliamantan karena jumlah pasukan organik di wilayah itu tidak saja kurang mencukupi.  Tetapi juga sesuai sirkulasi tugas tentara di manapun di negeri ini, atau dimana pun di dunia pergantian adalah sesuatu yang layak dilakukan untuk penyegaran.

Sebagai bagian dari NKRI, Papua memang harus mengejar ketertinggalannya.  Otonomi khusus sudah diberikan lebih sepuluh tahun yang lalu namun tak banyak perubahan yang dilakukan karena dana yang disalurkan banyak yang salah urus atau masuk ke bank saku tadi. Perjuangan Papua untuk menyetarakan sumber daya manusia adalah bagian utama bagi dua provinsi di pulau itu termasuk membangun infrastruktur. Inilah pekerjaan rumah bersama dari elemen masyarakat yang berinteraksi di sana.  Jakarta sudah menjalankan tugasnya dengan membagi anggaran istimewa bagi provinsi kaya itu. Kalau Jakarta terlalu banyak campur tangan dalam distribusi dan penggunaan anggaran nanti dikira intervensi.

Elemen masyarakat yang masih menyuarakan kemerdekaan sebenarnya masuk kategori kelompok minoritas.  Namun kelompok yang terdiri dari banyak faksi ini memang sengaja “dipelihara” oleh kalangan tertentu di internal Papua yang kemudian lewat jaringan LSM di luar negeri selalu menyuarakan pemisahan diri.  Boleh jadi karena yang disuarakan berulang-ulang kesannya kok seperti opini pembenaran mayoritas.   Demikian juga dengan penugasan tentara di Papua yang disuarakan jaringan bayaran tadi.  Suaranya pasti tak jauh dari ungkapan: Tarik tentara dari Papua.
Dalam bingkai kebencian ini, jika yang menjadi korban adalah tentara yang nota bene mendapat penugasan dari negara dan sah secara undang-undang, tidak ada satu pun LSM atau yang sebangsa dengannya menyuarakan keprihatinan atau ikut berduka cita.  Coba jika yang mati itu OPM atau yang sebangsa dengannya, dijamin riuh rendah caci maki, umpatan, pelanggaran HAM berat, mirip orang kerasukan setan.  Dan ketika dunia merespons, semakin beringas dia berkomentar dan menuntut.  Makanya untuk kasus terakhir ini meki terasa menyakitkan di hati gugurnya 8 prajurit TNI dan 4 warga sipil, Cilangkap tidak terpancing emosi.
Mencermati dan memahami dinamika Papua ke depan adalah mencoba berkakulasi dengan perilaku negara penganut hegemoni terhadap agresi ke negara pemilik sumber daya alam fosil seperti yang terjadidi Irak dan Libya. Perebutan sumber daya alam tak terbarukan itu juga terjadi pada negara calon adidaya dekade berikut Cina dalam sengketa Laut Cina Selatan dengan beberapa negara ASEAN.  Penempatan Marinir AS di Darwin Australia dan Guam dalam bahasa diplomasi selalu berdendang dengan syair untuk menjaga keseimbangan dengan militer Cina.  Tetapi kita tidak boleh percaya begitu saja dengan perilaku ambigu dan standar ganda negara adidaya itu.

Strategi Mabes TNI menempatkan 1 divisi Marinir di Sorong dan bagian lain di Papua termasuk menempatkan 1 skuadron jet tempur di Biak adalah jawaban tanpa harus berlagak sikap.  Tetapi dalam ukuran konflik untuk “melawan gajah dan herdernya” perlu juga dipertimbangkan melakukan strategi aliansi pertahanan dengan negara lain yang diniscayakan punya gigi. Dengan berbagai pertimbangan perspektif sebenarnya Cina bisa dijadikan sahabat pertahanan dengan tema perjanjian ”jika engkau tercubit, aku pun  ikut tercubit dan kita bisa sama-sama marah pada yang mencubit”.  Perkuatan diri tentara sangat perlu dan sedang dalam modernisasi.  Pertimbangan bersekutu dengan sesama bangsa Asia utamanya Cina bukan sesuatu yang “malu ah” karena ke depan perebutan sumber daya alam semakin seru, Papua termasuk didalamnya.
Sumber : Analisis

Armada AL Iran Berlabuh di Cina

ZHANGJIAGANG-(IDB) : Armada 24 Angkatan Laut Iran, yang terdiri dari  kapala perusak Sabalan dan helikopter operator Kharg, berlabuh di pelabuhan Zhangjiagang Cina pada Senin (4/3) setelah berlayar sejauh 13.000 kilometer dalam 40 hari.
 
Wakil Komandan Angkatan Laut Iran Laksamana Siavash Jarreh mengatakan armada kapal perang yang meninggalkan Bandar Abbas pada 20 Januari lalu, menyampaikan pesan Iran perdamaian dan persahabatan bagi Cina dan negara-negara Asia Timur.
 
Komandan menekankan bahwa kehadiran Angkatan Laut Iran di perairan internasional sesuai dengan peraturan internasional.
 
Dalam beberapa tahun terakhir, Angkatan Laut Iran meningkatkan kehadirannya di perairan internasional untuk melindungi rute laut dan memberikan keamanan bagi kapal dagang dan kapal tanker Iran.
 
Selain itu, sejalan dengan upaya internasional untuk memerangi pembajakan, Angkatan Laut Iran telah melakukan patroli anti-pembajakan di Teluk Aden sejak November 2008 untuk melindungi kapal-kapal yang terlibat dalam perdagangan maritim, terutama kapal dan tanker minyak yang dimiliki atau disewa oleh Iran.




Sumber : Irib