Pages

Minggu, Februari 24, 2013

Komisi I Panggil Panglima TNI dan BIN Senin Depan

JAKARTA-(IDB) : Komisi I DPR RI akan memanggil Panglima TNI dan Kepala BIN (Badan Intelijen Negara) Senin (21/2) depan menyusul aksi kekerasan yang terjadi di Papua kemarin pagi.

Anggota Komisi I Husnan Bey Fananie mengatakan, telah mendapat informasi dari Pimpinan Komisi I untuk rencana Raker Senin depan dengan pihak Panglima TNI guna membahas kondisi keamanan di Papua saat ini.

"Senin nanti rencananya akan digelar raker di Komisi I dengan Panglima TNI dan Kepala BIN untuk membahas soal keamanan Papua," ujar Husnan kepada JurnalParlemen, Jumat (22/2).

Husnan menyesalkan atas kembali jatuhnya korban dari pihak keamanan (TNI) yang bertugas di Papua akibat aksi penyerangan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata di sana. Karenanya, DPR memandang perlu memikirkan dan membuat solusi dengan pihak Panglima TNI untuk menjawab berbagai persoalan di Papua ini. Terutama, terkait tugas berat TNI yang bertugas di Papua dalam membantu menciptakan keamanan, ketertiban, dan keutuhan NKRI dari rongrongan segelintir orang yang selama ini selalu mengganggu keamanan di Papua.

"Kita harapkan, dalam raker nanti kita bisa membantu TNI dalam memecahkan persoalan yang dihadapi prajurit yang mendapat tugas negara di Papua. Di mana, selama ini nyawa prajurit TNI sewaktu-waktu bisa terancam akibat penyerangan yang dilakukan oleh kelompok bersenjata di sana," tegas Wakil Sekjen DPP PPP ini.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto menduga kuat kelompok separatis bertanggung jawab atas penembakan TNI di Papua. Penembakan yang terjadi Kamis (21/2) sekitar pukul 09.00 WIT di Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya, Papua, ini diduga merupakan aksi penyerangan dari kelompok Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) pimpinan Goliat Tabuni. Sementara, penembakan yang terjadi di Distrik Sinak diduga dilakukan kelompok bersenjata pimpinan Murib.

"Yang pertama di Tingginambut, kemungkinan besar itu Goliat Tabuni. Selalu melakukan kegiatan yang mengganggu aparat Polri dan TNI dan juga terhadap para pekerja investasi di wilayah tersebut. Satunya lagi kelompok Murib," ujar Djoko di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Kamis (21/2).

Ia menyebut, tak hanya dua kelompok tersebut, namun ada kelompok lain yang tersebar di beberapa wilayah di Papua. Hal itu berdasarkan data dan informasi intelijen. "Atas data, info selama ini yang dikumpulkan, memang ada beberapa kelompok yang tersebar. Kelompok ini ada yang berhubungan dan tidak," katanya.

Karenanya, ia pun menginstruksikan seluruh jajaran keamanan di Papua mulai dari Kodam XVII/Cendrawasi, Polda Papua, dan aparat intelijen mengungkap pelaku dan menindak tegas.

Sebelumnya, 8 anggota TNI dinyatakan tewas di Papua. Satu orang anggota satgas TNI atas nama Pratu Wahyu Bowo tewas dengan luka tembak di bagian dada dan leher. Kemudian, korban luka Danpos Satgas atas nama Lettu Inf. Reza yang tertembak pada lengan bagian kiri. Peristiwa itu terjadi pukul 09.00 WIT di Pos Satgas TNI, Distrik Tingginambut, Kabupaten Puncak Jaya.

Sementara 7 lainnya tewas saat terjadi penghadangan serta penyerangan oleh kelompok bersenjata di Kampung Tanggulinik, Distrik Sinak, Kabupaten Puncak Jaya, pukul 10.30 WIT. Saat itu 10 anggota Koranmil Sinak, Kodim 1714/Puncak Jaya sedang menuju Bandara Sinak untuk mengambil radio dari Nabire. Tujuh orang yang tewas yakni Sertu Udin, Sertu Frans, Sertu Romadhon, Pratu Mustofa, Sertu Edy, Praka Jojon, dan Praka Wempi.




Sumber : Jurnamen

Mesin Retak, AS Melarang Terbang Seluruh Armada F-35


WASHINGTON DC-(IDB)Pentagon melarang terbang seluruh armada pesawat tempur generasi terbaru F-35 Lightning II yang telah dioperasikan setelah ditemukan retakan pada bilah-bilah turbin mesin jetnya. Pesawat berteknologi siluman tersebut akan dilarang terbang sampai ditemukan akar masalah terbaru tersebut.

Keputusan pelarangan terbang 51 unit F-35 tersebut diambil Pentagon, Jumat (22/2/2013) waktu AS. "Masih terlalu dini untuk mengetahui dampak keseluruhan penemuan masalah ini, tetapi untuk berjaga-jaga, seluruh operasi F-35 dihentikan sampai penyelidikan telah tuntas dan penyebab retaknya bilah-bilah mesin ini bisa dipahami sepenuhnya," tutur Kyra Hawn, juru bicara program Joint Strike Fighter (JSF) yang mengembangkan F-35 sejak awal.

Retakan pada bilah turbin jet tempur generasi kelima tersebut ditemukan pada salah satu pesawat varian F-35A di Pangkalan Udara Edwards, California. Mesin yang retak sudah dikirim ke fasilitas produksi mesin Pratt&Whitney di Connecticut untuk diselidiki.

Saat ini Departemen Pertahanan AS telah mengoperasikan 51 pesawat dari tiga varian, yakni F-35A, F-35B, dan F-35C. Semua masih dalam tahap uji coba operasional, belum dikerahkan ke medan pertempuran yang sesungguhnya.

Pesawat F-35 digadang-gadang sebagai pesawat masa depan tulang punggung kekuatan udara Angkatan Bersenjata AS. Varian F-35A dirancang untuk menggantikan pesawat F-16 yang tinggal landas dan mendarat di landasan biasa dan selama ini menjadi andalan Angkatan Udara AS (USAF).

Sementara F-35B adalah pesawat yang dirancang tinggal landas dari landasan pendek dan mendarat secara vertikal (STOVL). Varian ini akan menggantikan armada pesawat AV-8B Harrier II yang selama ini menjadi andalan Korps Marinir AS (USMC).

Varian ketiga F-35C adalah pesawat yang dirancang untuk tinggal landas dan mendarat di atas geladak kapal induk. Pesawat ini diplot untuk menggantikan jet-jet tempur F/A-18 yang jadi andalan Angkatan Laut AS (US Navy) saat ini.

Pentagon berencana membeli 2.443 unit pesawat canggih tersebut dalam beberapa tahun mendatang. Beberapa negara sekutu utama AS juga turut serta dalam JSF dan akan membeli pesawat tersebut.

Namun, proyek JSF dirundung masalah sejak awal, yang membuat biaya pengembangan pesawat itu membengkak hingga hampir 400 miliar dollar AS, dan pada gilirannya membuat harga per unit pesawat sangat mahal. Beberapa negara sudah mengurangi atau bahkan sudah mempertimbangkan untuk membatalkan sementara pesanan mereka.





Sumber : Kompas