Pages

Selasa, Februari 19, 2013

Iran Siap Luncurkan Satelit Baru


TEHRAN-(IDB)Iran akan meluncurkan berbagai satelit baru dalam waktu dekat. Ketua Badan Antariksa Republik Islam Iran (ISA) Hamid Fazeli Selasa (19/2) mengatakan, "Satelit Fajr dan Shareefsat akan diluncurkan ke luar angkasa tahun depan."

"Tidak hanya itu, satelit Tolou, Zafar dan Autsat Amir Kabir akan menyusul kemudian," kata Hamid Fazeli, seperti dilansir ISNA. 

Ketua ISA juga mengungkapkan proyek besar satelit lainnya dalam waktu yang akan datang.

"Diprediksi tiga satelit yaitu Iransat 1 dengan roket Simorgh dan Iransat 2 dengan roket Sarir telah dimulai desainnya di divisi antariksa departemen pertahanan Iran, "tutur Fazeli.

"Sebelum dua satelit itu, Iran akan meluncurkan satelit Naheed dengan muatan telekomunikasi KU dan orbit LEO, " tegasnya.

Mehr News Sabtu (2/2) melaporkan, Fazeli menjelaskan perincian serta keunggulan satelit Naheed yang menggunakan roket B1. Menurutnya, keunggulan satelit Naheed terletak pada kemampuan pengambilan gambarnya.

Fazeli juga menekankan bahwa Republik Islam Iran telah berhasil menggapai teknologi pembuatan roket peluncur satelit.

"Iran juga berusaha keras untuk mencapai teknologi roket pembawa satelit yang lebih canggih. Untuk itu Iran telah mencanangkan pembuatan roket pembawa satelit ke orbit Simorgh, dan kemudian disusul dengan Phoenix," pungkasnya. 





Sumber : Irib

Konvoi Kapal Tempur Rusia Merapat ke Dekat Suriah


DAMASKUS-(IDB)Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasikan, sebuah konvoi kapal perang Rusia bergerak menuju Laut Mediterania dekat perairan Suriah.

Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa konvoi tersebut beranggotakan empat kapal perang yang akan bergabung dengan kapal pengawalan dan sejumlah kapal tempur kecil yang sedang bertugas di kawasan.

Ria Novosti (19/2) mengutip sumber keamanan militer Rusia menyebutkan bahwa misi utama konvoi kapal tempur itu adalah dalam rangka persiapan evakuasi warga Rusia di Suriah.

"Meski tugas utama konvoi kapal tempur tersebut belum diumumkan, namun dapat diraba bahwa mengingat perkembangan yang sedang terjadi di kawasan misi utama mereka adalah evakuasi warga Rusia dari Suriah jika diperlukan," demikian kata sumber tersebut.

Di lain pihak, Kementerian Urusan Darurat rusia menyatakan telah mengirim dua pesawat ke kota pelabuhan Latakia, Suriah untuk mentransfer 46 ton bantuan kemanusiaan untuk warga Suriah.

Kementerian tersebut juga menyatakan dua pesawat itu juga akan menerima warga Rusia yang ingin pulang ke negaranya.

Pada bulan Januari lalu, Rusia mengirim lima kapal ampibi yang mengangkut kendaraan militer dan ratusan marinir di timur Laut Mediterania.




Sumber : Irib

Sistem Radar Baru Iran Tembus Radius 3000 Kilometer


TEHRAN-(IDB)Kemampuan sistem radar Iran akan mencapai radius 3000 kilometer. Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi mengatakan Republik Islam tidak lama lagi akan meluncurkan sistem radar baru dengan daya jangkau 3.000 kilometer.

Vahidi Selasa (19/2) mengatakan radar dengan jangkauan 500-700 kilometer telah diproduksi di Iran, dan kini sedang memproduksi perangkat baru dengan radius kisaran 1000 hingga 3000 kilometer.

"Bahkan beberapa radar akan digunakan untuk mendeteksi satelit, " kata Vahidi.

"Iran juga akan menampilkan prestasi di bidang industri pertahanan baru seperti teknologi radar, kapal, pesawat terbang dan kapal selam dalam beberapa bulan mendatang, " tegasnya.

Sehari sebelumnya, Vahidi menyatakan bahwa Republik Islam akan segera memamerkan sejumlah pesawat tanpa awak baru, seraya menekankan bahwa rangkaian pesawat tanpa awak tersebut akan memainkan peran penting dalam kemampuan pertahanan negara ini.

Pada September 2012, Iran juga memamerkan pesawat tanpa awak baru Shahed 129 yang mampu terbang nonstop selama 24 jam. Sebulan kemudian, Panglima Angkatan Laut Pasukan Garda Revolusi Islam Iran, Laksamana Ali Fadavi menyatakan bahwa Iran sedang memproduksi massal pesawat tanpa awak ScanEagle. 

Iran Sedang Memproduksi Radar Pendeteksi Satelit

Menteri Pertahanan Republik Islam Iran mengaku, Iran hari ini sudah mampu memproduksi sendiri radar-radar berdaya tempuh 500 sampai 700 kilometer di dalam negeri. Sekarang Iran, katanya, tengah memproduksi radar-radar yang memiliki daya jangkau 1000 sampai 3000 kilometer dan akan selesai dalam waktu dekat.

Sebagaimana dilaporkan Fars News, Selasa (19/2), Menhan Ahmad Vahidi dalam konferensi kedua teknologi sistem radar yang digelar di Universitas Imam Husein as menjelaskan bahwa Iran juga tengah memproduksi  beberapa bagian dari radar pendeteksi satelit.

Beberapa bulan kedepan, kata Vahedi, Iran akan memamerkan capaian-capaian baru sistem pertahanannya di bidang radar, kapal-kapal laut, perahu terbang dan kapal selam. 





Sumber : Irib

PT DI Mulai Jualan CN-295 Di Pameran Langkawi Airshow


BANDUNG-(IDB)Pesawat militer CN-295 produksi PT Dirgantara Indonesia (Persero) siap dipamerkan pada acara Langkawi Airshow, di Malaysia tanggal 26-28 Maret 2013. Pesawat generasi terbaru dari CN 235 tersebut merupakan produk hasil kerjasama dengan Airbus Military, Spanyol. 

Dirut PT DI Budi Santoso menuturkan pihaknya akan membawa dan memamerkan produk unggulan terbaru ini di acara pameran produk-produk kedirgantaraan sipil dan militer di Malaysia tersebut.

"Yang akan dipamerkan CN 295, dulu kita pamerkan CN 235. Ini punya angkutan udara (TNI AU)," tutur Budi kepada detikFinance, Selasa (19/2/2013).

Pesawat yang dibandrol dengan harga 25 juta euro ini atau sekitar Rp 325 miliar, nantinya untuk pangsa pasar Asia akan diproduksi dan dipasarkan oleh PT DI di Bandung
sementara untuk pasar di luar Asia akan diproduksi oleh Airbus Military. 

Budi menuturkan, Malaysia juga berniat membeli CN 295 setelah sebelumnya memiliki 8 unit CN 235 yakni 6 unit CN 235-220M Military Transport dan 2 unit CN 235-220M VIP. "Kalau jual per unit 25 juta euro," tambahnya

Selain memiliki produk baru hasil kerja sama dengan Airbus Military, PT DI juga memiliki 6 produk pesawat yakni NC 212-200, C212-400, CN 235-220M, CN235-200MPA Helikopter Bell 412 EP dan Helikopter Super Puma. Untuk dua tahun ke depan, PT DI siap meluncurkan pesawat baling-baling berpenumpang 19 orang yakni, N 219 asli rancangan putra-putri Indonesia.





Sumber : Detik

Target Modernisasi Alutsista TNI Dipercepat


JAKARTA-(IDB)Kementerian Pertahanan menargetkan dapat mempercepat realisasi rogram modernitasi alat utama sistem persenjataan TNI hingga kekuatan pokok minimun. Target awal program pada 2024 diharapkan dapat dipenuhi pada 2019.

"Kita tidak perlu menunggu sampai 2024, bisa dipercepat 2019 untuk mencapai kekuatan pertahanan kita sampai kepada minimum essential forces," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di kantor Kementerian Pertahanan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Selasa (19/2/2013).

Salah satunya adalah mempercepat penambahan 10 unit pesawat angkut Hercules tipe C-130A untuk TNI AU. Sebanyak empat unit di antaranya merupakan hibah dari Australia sementara enam sisanya adalah unit yang dibeli dalam kondisi baru.

"Sekarang sebagian sudah dalam proses produksi. Sebagian lagi sudah datang. Kita harapkan akhir semester pertama 2014 sudah hadir," imbuhnya.

Selain pesawat angkut militer, TNI AU juga akan mendapatkan tambahan satu lagi squadron pesawat jet tempur Sukhoi dari Rusia dan F-16 dari Amerika Serikat. Sedangkan TNI AL akan diperkuat dengan kapal selam.

"Totalnya ada 45 alutsista yang besar," jelas menhan dalam keterangan pers hasil evaluasi Isu-Isu Pertahanan 2013 sore ini.






Sumber : Detik

Pilot Pesawat Tempur TNI AU Laksankan Terbang Malam


MADIUN-(IDB)Selama dua pekan pilot-pilot pesawat tempur Lanud Iswahjudi latihan terbang malam. Ini untuk meningkatkan profesionalisme para penerbang baik keahlian maupun kemampuan.

Terbang malam punya kesulitan yang lebih tinggi karena hanya mengandalkan instrument yang ada di dalam cockpit. Terbang malam tersebut merupakan program kerja Lanud Iswahjudi sebagai pangkalan operasi.     
     
Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, Selasa (19/2/2013) menekankan kepada para penerbang yang akan melaksanakan terbang malam untuk melaksanakan terbang malam sesuai dengan prosedur dan perhatikan perkembanagan cuaca mengingat saat ini musim hujan, serta tak kalah penting perhatikan keselamatan terbang dan kerja.    
       
Dalam latihan terbang malam tersebut digunakan jenis pesawat F-16/Fighting Falcon, F-5/Tiger II, dan HS Hawk MK-53 dengan area latihan seperti siang hari yaitu Lanud Iswahjudi-Ponorogo-Tulungagung-Nganjuk-Surabaya-Solo, dan Ngawi    




Sumber : Kompas

Prajurit Yon 465 Paskhas Terjun Penyegaran


PONTIANAK-(IDB)Pangkalan TNI Angkatan Udara Supadio, Selasa (19/2) melaksanakan latihan terjun payung penyegaran (Jungar) tempur di run way Lanud Supadio, Pontianak yang dikuti sebanyak 236 prajurit Batalyon 465 Paskhas. Dengan menggunakan Pesawat Hercules C-130 dari Skadron 31 Lanud Halim Perdana Kusuma dengan Pilot Kapten Pnb Marvin dan Copilot Lettu Pnb Alex.
Kadisops Letkol Pnb Deni H. Simanjutak, dalam arahannya mengatakan setiap prajurit paskhas yang mengikuti latihan terjun payung penyegaran ini agar selalu memperhatikan keselamatan diri maupun perlengkapan perorangan. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Disisi lain, latihan terjun ini juga untuk meningkatkan kesiapan prajurit paskhas dalam menghadapi tugas-tugas operasional dalam bidang matra udara.
Sedangkan Komandan Batalyon (Danyon) 465 Paskhas, Letkol Psk Soleh, S.Pd, M.M. memimpin langsung latihan terjun tempur tersebut. Dalam pelaksanaannya latihan terjun payung penyegaran (Jungar) menggunakan pesawat C-130 dengan tiga kali sortie, sortie pertama terdiri dari 2 run, sortie kedua berjumlah 2 run, dan sortie ketiga 2 run sedangkan ketinggian penerjunan mencapai 1.200 feet untuk terjun statistik dan 5000 feet untuk terjun free fall.
”Latihan Ini merupakan kelanjutan dari latihan yang telah dilaksanakan oleh Batalyon 465 Paskhas. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan seluruh prajurit Paskhas dalam hal terjun tempur sehingga akan tercapai kesiapan operasional yang tinggi,” jelas Danyon 465 Paskhas.


Sumber : Poskota

Pengadaan Black Hawk Lebih Realistis


S-70 Battlehawk
JAKARTA-(IDB)TNI Angkatan Darat berencana membeli 44 helikopter, terdiri dari 24 unit Bell 412 dan 20 unit Black Hawk.

Pengadaan itu merupakan bagian dari pengorganisasian alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AD. Demikian disampaikan KSAD Jendral Pramono Eddy Wibowo dalam Kompas edisi 12 Februari lalu.

Dengan kata lain, pembelian helicopter itu merupakan bagian dari rencana pembangunan postur TNI AD. Formula pembangunan postur militer seharusnya mengalir dari proses penghadapan (wargaming) antara ancaman nyata maupun potensi yang dihadapi dan filosofi pertahanan dan politik luar negeri yang dianut. Dari sana dibangun konsepsi sistem pertahanan atau doktrin, yang secara hierarkis berupa doktrin dasar, induk, dan pelaksanaan. Kemudian, berdasarkan doktrin ini dibuat konsep pokok pengorganisasian militer.

Di sisi lain, dari inventarisasi jenis ancaman yang mungkin dihadapi, didapatkan jenis-jenis operasi yang mungkin dilaksanakan, selanjutnya, dari penghadapan antara konsep pengorganisasian dan jenis operasi militer yang mungkin dilaksanakan itulah diperoleh postur yang diinginkan. Postur militer terdiri dari aspek kekuatan, kemampuan, dan penggelaran. Hemat saya, kurang tepat jika postur TNI dibangun untuk tujuan perimbangan kekuatan karena akan menimbulkan persaingan senjata yang tak sehat dan membahayakan stabilitas keamanan di kawasan.

Tepat Guna

Berdasarkan paradigma diatas, Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008 yang masih berlaku sampai saat ini menempatkan ancaman militer berupa pemberontakan senjata, terorisme, pelanggaran wilayah, sabotase, dan konflik komunal sebagai ancaman yang paling mungkin dihadapi. Bahkan, kini, dalam iklim kebebasan nyaris tanpa batas yang dihembuskan liberalism, konflik komunal dengan berbagai macam latar disertai tindakan kekerasan tampaknya kian meluas dan meningkat sehingga dinilai dapat membahayakan keselamatan dan keutuhan bangsa. Selain itu, negeri ini secara kodrat memiliki potensi bencana alam yang luar biasa besarnya. Potensi ini pun kian bertambah besar karena kita abai terhadap masalah lingkungan.

Tanpa mengabaikan kemungkinan (kecil) operasi militer konvensional, maka jenis operasi militer yang paling mungkin dilaksanakan TNI adalah operasi lawan gerilya, penangulangan terror, operasi inteligen, dan territorial. Selain melaksanakan tugas pembantuan kepada Polri dalam upaya pencegahan, meredamkan, atau mengatasi berbagai macam konflik, yang kerap dilakukan adalah tindakan pertolongan darurat, mitigasi, dan rehabilitasi atas bencana alam. 

Dalam melakukan operasi militer serta semua kegiatan di atas, TNI dituntut memiliki kemampuan mobilitas tinggi sehingga deployment pasukan darat dilakukan dalam waktu singkat dan masif. Dalam kontek ini, rencana pengadaan kedua jenis helikopter tadi dinilai sangat tepat, terlebih bila dihadapkan pada konfigurasi wilayah Nusantara dengan segenap karakteristiknya. Jumlah 44 unit atau hampir 3 skuadron besar sangat mungkin untuk di bawah kendali operasikan atau dalam status earmarked bagi beberapa kodam yang memiliki daerah panas dalam wilayahnya sehingga setiap ancaman militer yang dihadapi dapat diantisipasi dan diselesaikan ketika masih embrional. 

Helikopter Bell 412 buatan Bell Helicopter Textron ini sudah lama diproduksi PT DI Bandung sehingga TNI, khususnya Pusat Penebangan TNI AD, sudah terbiasa dengan helicopter jenis ini. Populasinya pun sangat besar, variasi militernya digunakan oleh lebih dari 40 negara sehingga tak sulit mendapakan suku cadangnya di pasar internasional. Adapun Black Hawk, helicopter serbaguna buatan Sikosrsky Aircraft yang dioperasikan sejak 1978, merupakan helikopter canggih yang kini melegenda.

Sama halnya Bell 412, populasinya kini sedang mendunia. Negara tetangga yang sudah mengoperasikan adalah Australia, Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Filipina. Karena daya angkut dan kemampuan mobilitasnya tinggi, Black Hawk milik AS, Australia dan Singapura sangat berjasa menangani tsunami di Aceh dan Nias pada 2006. Demikian pula jika dihadapkan pada potensi ancaman yang dapat muncul tiba-tiba, kedua jenis helikopter itu sangat efektif memindahkan pasukan secara airlift dan pendorongan logistic. 

Dilihat dari kacamata perawatan pasca-penjualan dan kemungkinan alih teknologi, pembelian kedua jenis helikopter itu sangat menguntungkan. Ini disebabkan selain PT DI sudah memproduksi Bell 412, pada masa lalu TNI AU juga pernah mengoperasikan Sikorsky S 58T Twin Pack yang merupakan generasi terdahulu Black Hawk. Selain itu, kita sudah memiliki cukup pengalaman dalam pengoperasikan dan perawatannya, juga sudah terbuka jalan bagi proses alih teknologi kedua jenis helikopter tersebut.

Perlu Didukung

Rencana pengadaan 44 unit helikopter itu perlu didukung penuh pemerintah dan DPR, bahkan seharusnya ditempatkan pada skala prioritas tertinggi karena jauh lebih rasional dan realistis ketimbangkan Tank Leopard. Namun, hendaknya jangan ditinggalkan masalah prinsip dalam setiap pembangunan kekuatan militer.

● Pertama, pengembangan kekuatan tanpa disertai peningkatan kemampuan dan kesejahteraan yang memadai adalah bom waktu yang sangat berbahaya.

● Kedua, harus sesuai dengan realitas kemampuan ekonomi nasioanl. Apabila tidak, alutsista yang dibeli dengan cepat akan jadi besi tua karena tidak mampu membeli suku cadang.

● Ketiga, harus konsisten pada skala prioritas yang ditentukan.




Sumber : Kompas

PT DI Bantu Pemerintah Bikin Pesawat Tempur Versi Indonesia


BANDUNG-(IDB)PT Dirgantara Indonesia (PT DI) akan terlibat dalam pengembangan dan produksi pesawat jet tempur buatan Indonesia. Pesawat itu dikembangkan atas kerja sama Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan Indonesia, pesawat tempur generasi 4,5 yakni Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) akan diluncurkan. 

Direktur Utama Dirgantara Indonesia Budi Santoso menuturkan, untuk mengembangan pesawat yang lebih canggih dari F-16 dan di bawah F-35 ini, PT DI telah mengirimkan sebanyak 30 orang tenaga insinyur ke Korsel untuk terlibat dalam pengembangan proyek pesawat temput versi Indonesia dan Korsel.

"Baru pulang Desember (2012) 30 orang. Kami mengirim atas nama Kemenhan. Jadi 1,5 tahun tim kita ada di Korea. Kita 1,5 tahun sama-sama mendesain. Kita ada yang belajar dari Korea, dan Korea ada yang belajar dari kita (PT DI)," tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).

Setelah desain dan prototipe selesai, pesawat tempur IFX versi Indonesia akan diproduksi oleh PT DI di Indonesia, sementara untuk versi KFX akan diproduksi di Korsel. 

Untuk desain masing-masing pesawat tempur, akan disesuaikan untuk masing-masing misi setiap negara. Menurut Budi, secara kemampuan, PT DI tidak menghadapi masalah besar memproduksi pesawat tempur versi Indonesia karena telah berpengalaman melahirkan berbagai pesawat termasuk N-250.

"Ini desain aero dinamis, pesawat penumpang dengan fighter sama. Suruh hitung stress analisis sama. Mungkin material yang lebih canggih. Tapi secara basic kemampuan insinyur sama," tambahnya.





Sumber : Detik

Dahlan Dukung PT Dirgantara Indonesia Produksi N219


JAKARTA-(IDB)Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mendukung rencana PT Dirgantara Indonesia (Persero) untuk meluncurkan pesawat berbadan kecil, N219. Pesawat ini diperlukan untuk mengangkut penumpang dan logistik ke daerah-daerah terpencil, seperti Papua, Maluku dan Nusa Tengara Timur (NTT).

"Kalau mau mengembangkan untuk di Papua, NTT, dan Maluku, memang tepat pakai N 219," ujar Dahlan di Pacenongan, Jakarta Pusat, Senin (18/2). Mantan Dirut PLN ini bahkan setuju terhadap penyaluran Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk pengembangan pesawat yang berpenumpang 19 orang ini.

"Kalau ada PMN untuk itu, saya setuju. Nanti ada, misi khusus di Papua karena bandara banyak. Produksi 219 dikaitan membangun Indonesia Timur seperti Papua, NTT dan Maluku," paparnya.

Pesawat tersebut, menurut Dahlan akan menjadi awal dari kebangkitan PT DI dalam industri kedirgantaraan pasca krisis ekonomi 1998. Selain itu, kesulitan desain dan pembuatan N 219 ini jauh lebih mudah dibanding pesawat N 250 karya BJ Habibie. "Ini tidak sesulit dari N 250," pungkas pria yang kerap mengenakan sepatu kets ini.

Merpati Nusantara Airlines bahkan telah siap mengoperasikan N 219 di Papua dan kawasan Indonesia Timur. Untuk mengembangkan N 219, setidaknya PT DI membutuhkan dana minimal Rp 960 miliar atau USD 1 miliar.





Sumber : JPNN

TNI AL Dan RSN Gelar Joint Mine Exercise 16/13 2013


SURABAYA-(IDB)TNI Angkatan Laut akan menggelar latihan peperangan ranjau dengan Angkatan Laut Singapura, Republic Of Singapore Navy (RSN) dalam waktu dekat. Rencana latihan dibahas dalam Final Planning Conference (FPC) Joint Minex 16/13 tahun 2013 di Hotel JW. Marriott Surabaya, Senin (18/02). FPC dibuka oleh Komandan Satuan Kapal Ranjau (Dansatran) Koarmatim Kolonel laut (P) Benny Sukandari, S.E., M.M.

Hadir dalam acara tersebut lima delegasi dari RSN yang dipimpin oleh Komandan Squadron Kapal Ranjau Angkatan Laut Singapura (Commanding Officer 194 Squadron) Leutenant Commander Lim Hee Peng, Atase Laut Singapura untuk Indonesia LCDR Tan Bian serta perwakilan peserta latihan dari Angkatan Laut kedua negara. Agenda yang dibahas dalam FPC tersebut di antaranya adalah membahas tentang skenario latihan peperangan ranjau yang melibatkan unsur kapal perang jenis Buru Ranjau (BR) dan Penyapu Ranjau (PR) milik Angkatan Laut  kedua negara.

Dalam sambutannya Dansatran Koarmatim menyampaikan beberapa hal di antaranya, Latihan Bersama Joint Minex 16/13 adalah salah satu kerjasama latihan antara TNI AL dan RSN yang telah berlangsung sejak lama. Tujuan latihan ini adalah untuk mempererat hubungan dan meningkatkan kerjasama serta pemahaman antara TNI AL dengan RSN terutama dalam bidang kemampuan peperangan ranjau dan pertukaran informasi.

Selain itu latihan ini juga bertujuan untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama antara TNI AL dengan RSN, juga memberikan kesempatan dalam berinteraksi dan pertukaran pandangan serta prosedur latihan antara personel kedua Angkatan Laut. Melalui FPC ini diharapkan latihan Joint Minex 16/13 dapat terlaksana sukses dengan hasil yang optimal. 




Sumber : Koarmatim

Pangarmabar Mendapat Brevet Kehormatan Kopaska


JAKARTA-(IDB)Tim Pasukan Katak dengan Combat Boat dan dua sea reder melaksanakann penyerangan dan penyergapan terhadap gerombolan kekuatan bersenjata yang berhasil mengendalikan satu pulau kecil salah satu Wilayah NKRI.

Dalam Pendadakan dan penyerangan tersebut mendapat perlawanan dari gerombolan kekuatan bersenjata.

Suara tembakan dan ledakan dari senjata terlihat dalam tembak-menembak di dermaga pulau tersebut.

Dengan kemampuan yang dimiliki tim Pasukan Katak sebagai pasukan elite TNI AL berhasil melumpuhkan para gerombolan bersejata serta menghancurkan markas gerombolan bersenjata.

Penyerbuan tersebut merupakan simulai penyematan Brevet Kehormatan Pasukan Katak kepada Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksda TNI Arief Rudianto oleh Komandan Komando Pasukan Katak Komando Armabar RI Kawasan Barat (Dansatkopaska Koarmabar) Kolonel Laut (P) Eko Rebut Suyatno dalam upacara di Lapangan Pangkalan Angkatan Laut Pondok Dayung Tanjung Priok Jakarta, Jumat (15/1/2013).

Upacara penyematan Brevet Kehormatan Pasukan Katak dengan melibatkan dua kompi Pasukan Katak dengan menampilkan tenu pakaian tempur maupun pakaian Dinas lapangan (PDL) dengan Komandan upacara Kolonel Laut (P) Eko Ribut Suyatno.

Upacara penyematan Brevet Kopaska TNI AL ini dihadiri Laksmana Muda TNI Laksda TNI Herry Setianegara, S.sos, S.H, M.M Kasarmabar Laksma TNI M Atok Urrahman, Dan Guspurla Laksma TNI Tri Wahyudi Sukarno, SE, dan para pejabat Koarmabar.





Sumber : PelitaOnline

KRI Frans Kaisiepo-368 Satkor Koarmatim Raih Bendera Artileri


SURABAYA-(IDB)Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Frans Kaisiepo dengan nomor lambung 368 dari jajaran unsur Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim berhasil meraih dan berhak memegang bendera artileri, setelah menjadi juara pertama dalam lomba menembak artileri antar satuan di Koarmatim. 

Penyerahan bendera artileri itu diserahkan oleh Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksda TNI Agung Pramono S.H., M.Hum. kepada Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Yayan Sofian, S.T. Senin (18/2/2013) di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya.
KRI Frans Kaisiepo-368 berhasil menjadi juara dalam lomba menembak artileri kapal perang atas air, dengan mengalahkan beberapa KRI pada lomba menembak artileri tingkat satuan di lingkungan Koarmatim. Lomba menembak antar satuan yang digelar oleh Koarmatim di Pulau Gundul Jawa Tengah itu, kini telah melahirkan jawara baru dari Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim. Jawara baru tersebut dari kapal perang Sigma Class buatan Belanda dan telah merajai lomba artileri antar satuan di Koarmatim.
KRI Frans Kaisiepo-368 selain jawara di bidang artileri, Komandan-nya Letkol Laut (P) Yayan Sofian, S.T. ternyata juga piawai dalam menorehkan tinta di bidang ilmiah. Kepiawaiannya itu terbukti ketika sang Komandan Kapal perang itu berhasil menjadi juara pertama lomba karya tulis ilmiah dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Sekolah Staf dan Komando (Sesko) TNI Angkatan Laut ke 50 Tahun 2012 lalu.
Pagi ini suasana Koarmatim memang agak berbeda dengan biasanya lantaran hari ini banyak prajurit Koarmatim yang berhasil menjadi juara, sehingga suasana sukacita melingkupi para prajurit laut itu hingga yel-yel satuan pun muncul sebagai ungkapan rasa syukur dan gembira menjadi prajurit yang berprestasi.
Prestasi lain yang diraih oleh prajurit Koarmatim antara lain Kapten Laut (P) Muchamad Reza Achwandi Perwira Pertama (Pama) KRI Keris-624 dari Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmatim berhasil menjadi juara pertama lomba karya tulis ilmiah dalam rangka hari Dharma Samudera tahun 2012. Disusul juara ke dua ditempati oleh Kapten Laut (P) Benedictus Hery Murwanto Pama KRI Rencong-622, dan juara harapan dua diraih oleh Lettu Laut (P) Harun Bekti Ariyoko Pama KRI Badik-623 yang juga dari Satkat Koarmatim.
Juara satu dan dua serta juara harapan dua dalam lomba karya tulis Hari Dharma Samudera tahun 2012 ini, berhasil direbut dan dikuasai sepenuhnya oleh prajurit Satkat Koarmatim dibawah pimpinan Komandan Satkat Koarmatim Kolonel laut (P) Syufenri, M.Si.
Penyerahan bendera artileri dan hadiah bagi para juara lomba karya tulis pagi ini diserahkan langsung oleh Pangarmatim Laksda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum., seusai pelaksanaan upacara bendera, hari Senin (18/2./2013) di Dermaga Koarmatim, Ujung,Surabaya.




Sumber : Koarmatim

Kondisi Terkini Dan Impian Dirut PT. DI Kedepan


BANDUNG-(IDB)Tak kalah dengan Airbus dan Boeing, Indonesia punya pabrik pesawat yang telah ada sejak tahun 1976 terletak di sebelah Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. Didirikan oleh Mantan Presiden RI BJ Habibie dengan nama awal PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), perusahaan strategis ini kemudian menjelma menjadi produsen pesawat pertama asal Asia Tenggara.

detikFinance berkesempatan berkunjung dan mewawancarai direktur utama perusahaan pelat merah ini demi mengetahui kondisi terkini pabrik pesawat ini. Saat memasuki area pabrik, masih tampak sisa kejayaan kala itu, dengan gedung tinggi dan lahan pabrik seluas 48 hektar.

Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (Persero) atau disingkat PTDI, Budi Santoso menuturkan pada masa kejayaannya, PTDI banyak bekerjasama dengan berbagai produsen pesawat dunia kelas dunia.

“Dimulai 1976, kita pertama pembelajaran bikin pesawat terbang lisensi NC 212, BO 105 (helikopter), kemudian pembelajaran lagi bagaimana kita kerjasama dengan Cassa. Kita bikin CN 235, terus bikin sendiri program N 250,” tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat PTDI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).

Budi menuturkan saat proses pengembangan kala itu, kucuran dana segar dari Presiden Soeharto sangat kencang. Sehingga sekitar 16.000 pekerja baik lokal maupun asing dilibatkan untuk mengembangkan pesawat hingga lahir pesawat pertama asli buatan anak bangsa, N 250. 

Pesawat N 250 diluncurkan dengan dua seri yakni Gatotkoco berkapasitas 50 penumpang dan Krincing Wesi berkapasitas 70 penumpang. Nama ini langsung diberi oleh Presiden Soeharto di tahun 1993. Namun, ketika terbang perdana untuk seri Krincing Wesi di 19 Desember 1996, merupakan akhir dari nasib pesawat N 250. 

“Pada 1998 terjadi krisis ekonomi. IMF stop development sehingga PTDI ini, goyang. Pada waktu itu terjadi pengurangan karyawan dan lain-lain. Kemudian berikutnya bahwa tenaga desainer, enjiner yang banyak ke luar negeri,” tambahnya.

Saat kondisi goyang, PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) (sekarang PTDI) ini, harus memberhetikan ribuan karyawan hingga saat ini tersisa tinggal 4.000 karyawan. Kala itu, Dirgantara Indonesia belum siap menjadi sebuah korporasi pencetak pesawat. 

Pasca PHK massal itu, Dirgantara Indonesia hingga saat ini belum memiliki pesawat asli rancangan dan buatan sendiri. Andaikata proyek N 250 berhasil, N 250 akan menjadi pesawat 100% buatan Indonesia yang pertama. 

Saat ini, di perusahaan yang sudah mulai bangkit dari keterpurukannya itu, PTDI hanya mengandalkan 6 produk pesawat yakni NC 212-200, C212-400, CN 235-220M, CN235-200MPA, Helikopter Bell 412 EP dan Helikopter Super Puma meskipun sudah cukup berusia lanjut. 

Namun, kekuatan Dirgantara Indonesia kali ini mulai diperkuat oleh produk hasil kerjasama yakni CN 295 dan Super Puma versi terbaru. Selain itu, dalam dua tahun ke depan, Budi menjelaskan, pihaknya siap
meluncurkan pesawat asli karya Indonesia yakni N 219.

“N 219 untuk penerbangan perintis. Di Indonesia kan perlu,” cetusnya.


Impian Dirut PT. DI


Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia (PT DI) Budi Santoso memiliki visi membangkitkan kejayaan industri pesawat terbang sipil dan militer Indonesia. 

Bangkit dari keterpurukan pasca berhentinya suntikan dana pemerintah di 1998, PT DI harus terseok-seok mencari uang. Budi yang menjadi Dirut untuk periode kedua sejak 2007 ini melihat, industri penerbangan global telah berubah. Pihaknya tidak bisa lagi berdiri sendiri dalam mengembangkan pesawat.

"Mengerjakan sendiri dengan risiko nama nggak terkenal atau kita kerjasama dengan orang lain sehingga branding bagus. PT DI harus mengikuti realitas dunia. Perusahaan nggak ada yang sendiri. Airbus saja dengan beberapa negara. Boeing juga nggak semua dikerjakan sendiri. Malah mereka beli (komponen pesawat) dari anak usaha Airbus," tutur Budi kepada detikFinance di Kantor Pusat PT DI, Jalan Pajajaran, Bandung, Jumat (15/2/2013).

Menurutnya, PT DI belajar banyak pasca krisis ekonomi yang menghantam Indonesia di 1998. Budi yang merupakan mantan Dirut PT Pindad serta pencipta senapan otomatis SS-2 dan panser Anoa ini bertutur, PT DI tidak lagi boleh tergantung terhadap suntikan modal pemerintah, melainkan harus berpikir menjadi sebuah korporasi perusahaan pesawat terbang yang fokus pada pasar.

"Sederhananya, prioritas pertama membuat PT DI kompetitif dibandingkan perusahaan lain terutama dalam produksi. Kita nggak jual desain, kita jual barang. Itu harus dibuat dengan yang kompetitif. Ini yang kita lakukan saat ini," tambahnya.

Pihaknya juga tak ingin mengembangkan produk yang sangat tergantung secara langsung dengan dukungan 100% dari pemerintah. "Kita perkuat PT DI menjadi persahaan bukan perusahaan riset, mudah-mudahan tidak tercampur politik. Pengalaman buruk begitu Pak Harto berhenti, program hancur semua. PT DI ini kita inginkan jadi terbesar. Tidak terlalu tergantung faktor politik," tambahnya.

PT DI ke depan tidak mau lagi menjual mimpi, melainkan menghasilkan produk berdasarkan kemampuan. Selain itu, PT DI secara bertahap sedang merancang pesawat penumpang berbadan kecil, yakni N-219 sebagai satu produk hasil rancangan sendiri.

Meskipun tak ingin bergantung pada pemerintah, ia berharap alokasi subsidi BBM yang besar (Rp 300 triliun) bisa diperuntukkan untuk membantu mengembangkan pesawat.

"Kita harus punya produk sendiri. Kalau kita bangun pesawat sendiri. Kita bangun pesawat yang senilai US$ 2 miliar. Kita akan cari partner," cetusnya.






Sumber : Detik