Pages

Jumat, Februari 08, 2013

Penantian Panjang Dan Berliku Menyongsong Sang Elang Emas

T-50i pesanan Indonesia
ARC-(IDB) : Perjalanan panjang dalam menentukan pesawat pengganti Hawk Mk-53 yang sudah memasuki masa pensiun bagi TNI AU sendiri merupakan masa yang sangat melelahkan. 

Batapa tidak, apabila untuk urusan pesawat tempur dan pencegat keputusannya relative lebih cepat difinalisasi, tidak demikian halnya bagi kandidat pesawat latih lanjut TNI AU. 

Hal ini juga memberikan suatu tekanan psikologis bagi para penerbang maupun awak teknisi Skadron Udara 15, karena praktis mereka harus menunggu kepastian pengganti Hawk Mk-53 yang secara kesiapan sudah menurun dan kondisinya dibawah standar. 

Dari delapan unit yang ada hanya 2 unit yang laik terbang. Padahal di pundak Skadron Udara 15 terletak beban untuk mencetak para pilot pesawat tempur TNI AU. Dampak dari embargo suku cadang oleh Inggris dan juga utilisasi pesawat yang sangat tinggi merupakan salah satu faktor penyebabnya.


Embargo yang diberlakukan kepada Indonesia dengan alasan kejahatan kemanusiaan di Timor Timur paska referendum pada tahun 1999 oleh Amerika dan sekutunya, tak terkecuali Inggris sebagai sekutu utama Amerika dan sebagai produsen pesawat Hawk Mk-53 dan Hawk 109/200, memiliki andil utama dalam menurunnya kesiapan dan kesiagaan asset udara TNI AU. Bagi TNI AU dampak yang dirasakan langsung adalah embargo terhadap suku cadang seluruh pesawat tempur buatan BAe Inggris ini. 

Sementara disisi lain  pesawat hawk Mk-53 sebagai pesawat advanced jet trainer bagi para calon penerbang tempur TNI AU tetap dituntut agar terus mampu mencetak penerbang-penerbang tempur handal, memiliki skill yang tinggi dan ketrampilan yang terlatih dengan kesiapan terbang yang tinggi bagi para penerbangnya,  meskipun dengan jumlah pesawat yang minim. Selain itu diharapkan regenerasi para penerbang tempur tetap dapat berjalan dengan baik. Tuntutan profesionalisme dengan modal dan sarana pendukung yang serba terbatas pada waktu itu merupakan masa-masa sulit bagi TNI AU.

Akan tetapi dimasa sulit tersebut cobaan demi cobaan terus mendera silih berganti, satu persatu paska embargo terjadi sejumlah incident ataupun accident. Beberapa pesawat yang dioperasikan TNI AU jatuh ketika melaksanakan tugas rutin maupun latihan, seolah-olah menunjukan bahwa sehebat apapun pesawat yang kita miliki tidak akan bisa berbuat apa-apa tanpa adanya perawatan yang memadai dan pasokan suku cadang yang lengkap dari produsen pesawat. 

Meskipun dalam beberapa insiden kecelakaan tidak seluruhnya akibat dari kesalahan atau masalah teknis pesawat itu sendiri, namun demikian secara moril sebagai manusia biasa tentunya ada rasa cemas ketika terbang dengan pesawat yang memiliki keterbatasan baik dalam segi perawatan rutin maupun suku cadang. Pasca embargo tahun 1999 insiden diawali dengan jatuhnya pesawat Hawk Mk-53 pada 28 Maret 2000 di Lanud Iswahyudi Madiun. Menyusul pada Juli 2000 pesawat A-4 Skyhawk jatuh saat melaksanakan patrol rutin di Sulawesi Selatan, kemudian pada tanggal 21 November 2000 kecelakaan kembali terjadi dan menimpa pesawat Hawk yang jatuh di Pontianak.

Pada tanggal 28 Maret 2002 cobaan dan pukulan berat kembali harus dialami oleh TNI AU khusunya Skadron Udara 15 ketika 2 pesawat Hawk Mk-53 yang sedang melakukan sesi latihan Aerobatik Jupiter Blue bersenggolan di udara pada ketinggian sekitar 2000 kaki dan jatuh masih di kawasan Lanud Iswahyudi Madiun. Pada awalnya ketiga pesawat Hawk Mk-53 sedang melakukan manuver Victory Loop yaitu manuver ke delapan dari sebelas manuver yang rencananya akan dipertunjukan pada acara Open Day yang akan digelar pada 30 Maret 2002 di Lanud Iswahyudi. 

Sayangnya belum juga manuver tersebut selesai dilakukan petaka terjadi. Sehebat apapun pesawat dan penerbang tidak ada satupun yang bisa melawan takdir Tuhan. Akibat dari musibah tersebut 4 penerbang gugur, yaitu ; Kapten (Pnb.) Andis “Lavy” Solikhin Machmud (35) dan Kapten (Pnb.) Weko Nartomo Soewarno (33), awak Hawk nomor ekor TT 5310; Mayor (Pnb.) Syahbudin “Wivern” Nur Hutasuhut (35) dan Kapten (Pnb.) Masrial (33), awak Hawk nomor ekor TT 5311. Merupakan kehilangan besar bagi Skadron Udara 15, terlebih kehilangan penerbang-penerbang terbaiknya yang tidak terukur nilainya. Acara Open Day dibatalkan dan demi menghormati para penerbang yang gugur Lanud Iswahyudi mengibarkan bendera setengah tiang.

Peristiwa demi peristiwa getir yang dialami TNI AU khususnya Skadron Udara 15 tidak mematahkan semangat mereka. Perbaikan dan pembenahan terus dilakukan bahkan wacana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dengan dilakukannya kajian-kajian terhadap calon pesawat pengganti oleh pihak TNI AU sendiri dalam hal ini selaku user dan Departemen Pertahanan (Dephan).

Angin Segar itu Berhembus

Tekad TNI AU untuk memensiunkan pesawat Hawk Mk-53 dan diganti dengan pesawat baru sudah bulat, hal tersebut tertuang dalam rencana strategis (Renstra) 2005-2009 Mabes TNI AU yang berencana melakukan penggantian sejumlah alutsistanya, seperti OV-10 Bronco, F-5 Tiger, pesawat angkut Fokker-27, Helicopter  Sikorsky dan tentunya Hawk Mk-53. Angin segar pun berhembus ketika KSAU Marsekal Herman Prayitno pada waktu itu, bertemu langsung dengan Dubes Ceko untuk Indonesia Pevel Rezac di Mabes TNI AU Cilangkap Jakarta pada awal November 2007. Hal tersebut terkait dengan pihak TNI AU yang mengajukan pengadaan pesawat tempur latih Aero L-159 ALCA buatan Republik Ceko sebagai pengganti Hawk Mk-53.  Secara umum kunjungan Rezac bertujuan untuk menindaklanjuti kesepakatan kerjasama pertahanan antara RI dan Rep. Ceko yang telah ditandatangani pada tahun 2006, selain itu dibahas pula kemungkinan pembelian Aero L-159 ALCA oleh TNI AU.

Pada waktu itu keinginan TNI AU memilih Aero L-159 ALCA sebagai pengganti Mk-53 bukan suatu pilihan yang tanpa pertimbangan, sebab pesawat tempur latih buatan Aero Ceko ini memadukan tekhnologi barat dan timur dan dianggap cocok sebagai pesawat tempur latih yang diperuntukkan bagi calon penerbang-penerbang tempur TNI AU. Terlebih lagi saat ini TNI AU mengoperasikan pesawat tempur yang menggunakan teknologi barat dan timur, yaitu untuk blok Barat sendiri terdapat pesawat tempur  F-16, Hawk 100/200, Hawk Mk-53 dan F-5, sedangkan untuk blok Timur TNI AU mengoperasikan pesawat tempur Su-27 dan Su-30.

Proses rencana penggantian pesawat Hawk Mk-53 terus bergulir dan sederet jenis pesawat pengganti Hawk Mk-53 pun mulai bermunculan diantaranya Alenia Aermacchi M-346, Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko, T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan dan deretan nama-nama lain yang dijadikan pertimbangan TNI AU sebagai bahan kajian. Namun sampai dengan pergantian KSAU dari Marsekal Herman Prayitno kepada Marsekal Subandrio yang dilantik sebagai KSAU pada 28 Desember 2007 pesawat yang dipilih sebagai pengganti Hawk Mk-53 belum juga diputuskan. Pada masa jabatan KSAU Soebandrio proses kajian pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53 terus berlangsung,  namun sampai dengan jabatan beliau selaku KSAU diserah terimakan kepada pejabat KSAU baru yakni Marsekal Imam Sufaat yang resmi menjabat sebagai KSAU pada 12 November 2009 keputusan pengganti Hawk Mk-53 masih juga belum jelas.

Disela-sela suatu acara di Lanud Halim Perdana Kusuma pada Rabu (7/4/2010), KSAU Marsekal Imam Sufaat mengatakan bahwa TNI AU telah menyeleksi empat jenis pesawat sebagai pengganti Hawk Mk-53 dan keempatnya akan memasuki seleksi akhir sebelum penentuan final.  Keempat tipe pesawat yang lolos ke seleksi tahap akhir adalah Yakovlev Yak 130 buatan Rusia, FTC2000 buatan China, Aero L-159 buatan Ceko dan yang terakhir tentu saja T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. Masih dikesempatan yang sama, saat itu KSAU juga berharap pada akhir bulan sudah bisa ditentukan mana yang lebih dibutuhkan dari keeempat jenis pesawat tersebut. Angin segar kembali berhembus seolah membawa harapan baru bagi TNI AU khsususnya Skadron 15 untuk segera mendapatkan pengganti bagi Hawk Mk-53.

Mencari yang Terbaik

Yakovlev Yak 130 merupakan pesawat jet latih subsonik buatan Rusia yang mulai terbang perdana pada 26 April 1996, Yak 130 sendiri mempunyai 2 varian yakni advanced trainer dan light attack atau pesawat tempur ringan dimana perbedaan varian tersebut terlihat jelas pada seater atau tempat duduk,  untuk varian Advanced Trainer pesawat dilengkapi dengan double seater/tempat duduk ganda, sedangkan untuk varian Light Attack hanya terdapat single seater/tempat duduk tunggal.

Varian light attack memiliki bentuk hidung lebih pipih untuk menambah bidang pandang bagi pilot saat menukik untuk melepaskan roket atau bom. Namun demikian untuk varian Advanced Trainer apabila suwaktu-waktu dibutuhkan juga dapat berperan sebagai pesawat Light Attack.  Saat ini tercatat Angkatan Udara Rusia sendiri mengoperasikan beberapa pesawat Yak 130, Angkatan Udara Algeria dan Angakatan Udara Belarusia.
Yak-130

Opsi berikutnya adalah pesawat L-159 buatan Rep. Ceko, sama halnya Yak-130 pesawat ini juga dibuat dalam dua versi yaitu versi trainer dengan tempat duduk ganda dan versi LCA (Light Combat Aircraft) dengan tempat duduk tunggal.  

Menengok ke dalam ruang kokpit terdapat dua layar tampilan serta HUD (Head Up Display) yang mendominasi panel kokpit. Pesawat ini juga dilengkapi dengan radar Grifo L keluaran pabrikan FIAR, Italia. Alat pengendus berkemampuan multi misi ini dapat menandai delapan belas sasaran sekaligus yaitu delapan sasaran di udara dan sepuluh sasaran di darat, kemudian kelengkapan lain adalah Radar Warning Receiver (RWR) Sky Guardian-200 buatan GEC-Marconi yaitu perangkat yang berfungsi sebagai penangkap gelombang radar lawan.  Belum lagi Vinten Vicon 78 plus chaff dan flares yaitu sistem anti jamming yang diperuntukkan untuk menghadapi perang elektronik. 

Dan masih banyak lagi perangkat-perangkat unggulan dan canggih yang menempel pada tubuh L-159 yang memang dibuat menyesuaikan tekhnologi dan perkembangan perang modern. Pengguna utama pesawat ini adalah Angkatan Udara Ceko yang digunakan sejak periode 1990-an. 

Sangatlah wajar apabila saat itu TNI AU melalui KSAU Herman Prayitno berkinginan untuk membeli pesawat ini sebagai pengganti Hawk Mk-53 dengan melihat berbagai peralatan dan teknologi canggih yang melengkapi L-159. Harga L-159 pada waktu itu berkisar antara 15 – 17 juta dolar Amerika.

L-159 versi Trainer & LCA

Dari negeri Tirai Bambu, adalah Guizhou JL-9 atau lebih dikenal dengan FTC-2000 Mountain Eagle (Shanying) pesawat tempur dengan tempat duduk ganda/double seater hasil pengembangan dari Guizhou Aircraft industry Corporation, China.  Pesawat ini turut memeriahkan bursa calon pengganti Hawk Mk-53 TNI AU. 

Pada awalnya pengembangan pesawat FTC-2000 dikhususkan bagi kebutuhan People's Liberation Army Air Force (PLAAF) dan People's Liberation Army Naval Air Force (PLANAF) untuk mempersiapkan para pilotnya dalam menyongsongf pesawat generasi baru China, seperti Chengdu J-10, Shenyang J-11, Sukhoi Su-27SK dan Sukhoi Su-30MKK. Konon kabarnya pesawat buatan China ini diproduksi dengan jumlah terbatas.    

FTC-2000

Kontestan berikutnya yang masuk pada tahap seleksi akhir beserta tiga kontestan lain adalah pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan. 

Pada awalnya pesawat ini lebih dikenal dengan KTX-2 pesawat latih dan tempur ringan yang diproduksi dan diperuntukan bagi Republik of Korea Air Force (RoKAF) yang sekaligus sebagai pengguna utama. 

Penerbangan perdana T-50 dilakukan pada Agustus 2002 . Pesawat latih supersonik dengan harga 21 juta dolar Amerika pada tahun 2008 ini menjanjikan banyak fitur canggih didalamnya. Mungkin atas pertimbangan hal ini pula yang menyebabkan TNI AU mengikut sertakan T-50 dalam deretan empat besar pesawat bakal pengganti Hawk Mk-53 yang memasuki tahap seleksi akhir.
T-50 Golden Eagle

Akhir Sebuah Penantian
Penantian panjang akan sebuah jawaban terkait pembelian pesawat pengganti Hawk Mk-53, sedikit mulai terkuak manakala pemerintah melalui Menhan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bahwa pemerintah Indonesia akan melakukan pembelian 16 pesawat atau 1 skadron T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan, hal tersebut diungkapkan Menhan usai menghadiri Rapat Kekuatan Indonesia di ASEAN di kantor Wakil Presiden pada Rabu 13 April 2011. Praktis dengan demikian terjawab sudah pemenang dari ke empat kandidat tersebut yaitu pesawat T-50 Golden Eagle dari Korea Selatan.

Kontrak pembelian T-50I
Ungkapan Menhan tersebut akhirnya dapat diyakini kebenarannya dengan ditandatanganinya kontrak pembelian 16 pesawat T-50 senilai 400 juta dolar Amerika pada tanggal 25 Mei 2011 antara Indonesia dan Korea Selatan yang masing-masing dilakukan oleh Menhan Purnomo Yusgiantoro selaku wakil dari pemerintah Indonesia dan pihak dari KAI (Korea Aerospace Industries) mewakili pemerintah Korea Selatan dan sekaligus sebagai produsen pesawat. 

Jika tidak ada aral melintang keseluruh pesawat T-50 tersebut keseluruhannya akan tiba di Indonesia secara bertahap di tahun 2013 ini dan diharapkan pada tahun 2014 ke 16 pesawat T-50 sudah dapat dioperasikan oleh TNI AU sebagai pengganti dari pesawat Hawk Mk-53.

Demi memenuhi permintaan Indonesia yaitu target penyelesaian keseluruhan di tahun 2013, setelah penandatanganan resmi kontrak pembelian T-50, pabrik pesawat KAI mulai memproduksi pesawat pesanan Indonesia. Pesawat hasil rancangan bersama antara Korea Aerospace Industries dan Lockheed Martin ini diproduksi langsung di Korea Selatan.

Penantian dan ujung jalan panjang proses pembelian pesawat T-50 Golden Eagle kini sudah didepan mata, terbukti dengan diberangkatkannya 6 penerbang terbaik Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Madiun ke Korea Selatan pada tanggal 12/1/2013. 

Keenam penerbang tersebut dijadwalkan berada di Korea Selatan selama kurang lebih 8 bulan guna mengikuti pengenalan dan berbagai pelatihan baik teori maupun terbang langsung dengan menggunakan T-50. Selain 6 penerbang, sebanyak 31 teknisi juga diberangkatkan ke Korea Selatan untuk mengikuti pelatihan dan pemeliharaan pesawat T-50, karena merekalah nantinya di Indonesia yang akan melakukan perawatan dan pemeliharaan serta memastikan pesawat dalam kondisi laik terbang. 

Keberangkatan enam penerbang dan tiga puluh satu teknisi ke Korea Selatan dalam rangka transfer tekhnologi T-50, dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Wastum.

Para penerbang yang diberangkatkan seluruhnya mempunyai kualifikasi Sekolah Instruktur Penerbang dan para merekalah nantinya yang akan menularkan ilmu dan pelajaran yang didapat selama berada di Korea Selatan kepada rekan sesama penerbang di Skadron Udara 15, maupun kepada para junior-juniornya yaitu siswa calon penerbang tempur. Enam penerbang tersebut adalah Komandan Skadron Udara 15, Mayor Pnb Wastum, Mayor Pnb Marda Sarjon, Mayor Pnb Budi Susilo, Mayor Pnb Hendra, Kapten Pnb Darma T  Gultom, dan Kapten Pnb Luluk Teguh Prabowo.

 
Calon penerbang T-50
Gelombang pertama kedatangan pesawat T-50 Golden Eagle rencana dijadwalkan pada bulan September 2013, selanjutnya pada bulan berikutnya berturut-turut hingga keseluruhan sebanyak 16 unit pesawat diharapkan dapat diterima Indonesia sampai dengan akhir tahun 2013. Penasaran ingin melihat kelincahan pesawat ini secara langsung di langit Indonesia ? Kita nantikan saja kedatangannya, semoga tidak ada hambatan apapun sampai dengan keseluruh T-50 Golden Eagle tiba di Tanah Air. Bravo AURI ...!!!!
 
 
 
 
 
Sumber : ARC

Empat Pesawat Buatan Jerman Tiba Di Indonesia Mei

JAKARTA-(IDB) : Empat pesawat latih Grob G-120-TP buatan Jerman akan tiba di Indonesia pada Mei 2013 untuk memenuhi kebutuhan sekolah penerbang TNI Angkatan Udara, kata Komandan Komando Pendidikan Angkatan Udara Marsekal Muda TNI Ida Bagus Anom.

"TNI Angkatan Udara (AU) membeli total 18 pesawat Grob G-120-TP dari Jerman, tetapi pesawat tersebut dikirim ke Indonesia secara bertahap hingga 2014. Pada tahap pertama akan tiba empat pesawat," katanya di Yogyakarta, Jumat (8/2).

Menurut dia usai memimpin serah terima jabatan Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Adisutjipto dari Marsekal Pertama TNI Abdul Muis kepada Kolonel Pnb Agus Munandar, pesawat Grob itu akan menggantikan pesawat Bravo.

"Pesawat Grob itu untuk menggantikan pesawat Bravo yang usianya sudah 30 tahun. Selama ini sekolah penerbang TNI AU menggunakan pesawat Bravo untuk melatih calon penerbang," katanya.

Ia mengatakan TNI AU memilih pesawat Grob karena merupakan pesawat tersebut dinilai yang terbaik untuk sekolah penerbang. Pesawat Grob mampu melakukan manuver yang cukup ekstrem.

"TNI AU sebenarnya membutuhkan 24 pesawat Grob untuk sekolah penerbang, tetapi baru dapat dipenuhi 18 pesawat. Kami berharap DPR RI nanti menyetujui pembelian pesawat lagi," kata Anom.

Mantan Danlanud Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Abdul Muis selanjutnya akan menjabat Wakil Asisten Operasi (Waasops) Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU).

Danlanud Adisutjipto Kolonel Pnb Agus Munandar sebelumnya menjabat Perwira Bantuan Staf Personil Operasi Angkatan Udara (Paban SPOPAU).




Sumber : Republika

Lantamal XII Tengah Diprsiapkan Pembentukannya Di Sorong

PAPUA-(IDB) : TNI-AL saat ini tengah mempersiapkan penambahan satu lagi pangkalan utama TNI-AL (lantamal) di tanah Papua.

Komandan Lantamal V Jayapura Brijen TNI Putu Wijamahaadi di Jayapura mengatakan, lantamal yang akan dibentuk adalah Lantamal XII yang berkedudukan di Sorong.

Dikatakan, nantinya Lantamal XII akan membawahi lanal yang berada di kawasan Papua Barat termasuk Fasharkan Manokwari.

Dengan terbentuknya Lantamal XII, kata Brigjen TNI Putu Wijamahaadi, maka di Tanah Papua terdapat tiga lantamal.

Ketiga lantamal itu masing masing Lantamal X Jayapura, Lantamal XI Merauke dan Lantamal XII Sorong.

Ketika ditanya kapan Lantamal XII diresmikan, Dan Lantamal X Jayapura mengakui belum mengetahui dengan pasti karena saat ini sarana dan prasarananya masih terus dilengkapi.

"Belum dipastikan kapan peresmiannya karena masih harus melengkapi berbagai fasilitas penunjang," aku Brigjen TNI Wijamahaadi.

Komandan Lantamal X Jayapura mengakui dengan adanya penambahan lantamal diharapkan kasus kasus pelanggaran yang terjadi di laut dapat berkurang.

Apalagi wilayah perairan Lantamal XII termasuk kawasan yang rawan kasus pencurian ikan, kata Brigjen TNI Putu Wijamahaadi. 




Sumber : Antara

Foto Dan Video Eksklusif Sukhoi T-50 Rusia

Sukhoi T-50MOSCOW-(IDB) : Prototipe keempat pesawat tempur generasi kelima Rusia "Sukhoi T-50" telah melaksanakan terbang jarak jauh pertamanya saat dikirimkan dari pabrik pembuatannya di Timur Jauh Rusia menuju ke sebuah lapangan udara tempatnya bertugas di dekat Moskow, pada 17 Januari 2013 lalu.

"Ini sebuah terobosan besar! Pesawat (T-50) terbang 4.350 mil (7.000 km), dua kali mendarat, di Abakan dan Chelyabinsk, dalam perjalanan ke ibukota Rusia, " ujar Wakil Perdana Menteri Dmitry Rogozin.

Sukhoi T-50 
Sukhoi T-50
Sukhoi T-50
 Sukhoi T-50
Prototipe T-50 keempat ini bergabung dengan tiga prototipe T-50 lainnya di lapangan udara Zhukovsky untuk melaksanakan tes penerbangan negara, yang dijadwalkan mulai pada bulan Maret 2013.

Sebelum T-50 memasuki lini produksi pada tahun 2016, Kementerian Pertahanan Rusia terlebih dahulu akan menyelesaikan tes penerbangan delapan prototipe T-50 sampai tahun 2015. Saat ini, prototipe kelima T-50 sedang dibangun di pabrik Komsomolsk-on-Amur di Siberia.

Sukhoi T-50  
Sukhoi T-50
Sukhoi T-50
Sukhoi T-50
Sukhoi T-50, yang akan menjadi tulang punggung armada tempur udara masa depan Rusia, merupakan pesawat tempur generasi kelima multirole (multiguna) yang dilengkapi dengan teknologi stealth (siluman), super-manuver, berkemampuan super-cruise (berkecepatan supersonik tanpa perlu menggunakan afterburner), dan perlengkapan avionik modern termasuk diantaranya radar X-band active phased-array.

T-50, juga dikenal dengan proyek PAK-FA, pertama kali terbang pada Januari 2010 dan diperkenalkan kepada publik pada Moscow Air Show pada tahun 2011. Berikut Foto Eksklusif dari Prototipe Sukhoi T-50 PAK FA Keempat, sesaat sebelum meninggalkan pabriknya menuju ke sebuah lapangan udara di Moskow, Kamis, 17 Januari 2013.
 
 
 
 
Sumber : Artileri

TNI AU Laksanakan Penembakan Air To Ground

MADIUN-(IDB) : Untuk mengasah naluri tempur seorang fighter dalam menghancurkan sasaran harus terus diasah, terkait hal tersebut penerbang tempur Lanud Iswahjudi selama delapan hari mulai. Senin (4/2) mengadakan latihan menembak dari udara ke darat (Air To Ground), di Air Weapon Ring (AWR) Pulung Ponorogo, Selasa (7/2).
Hal tersebut merupakan latihan profisiensi rutin yang dilaksanakan secara berkala dengan melibatkan seluruh penerbang, karena untuk menjadi penerbang tempur yang handal dan professional tidak hanya mampu menerbangkan pesawat, bermanufer, mengejar maupun dikejar oleh pesawat lawan, namun ketepatan menembak dan menghancurkan sasaran merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang fighter.

Dalam latihan penembakan dengan menggunakan bom latih asap BDU 33 dan Rokecting menggunakan FFAR 2,75 inch, Lanud Iswahjudi melibatkan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon dari Skadron Udara 3, dan Pesawat tempur HS Hawk MK-53 dari Skadron Udara 15, mengingat Skadron Udara merupakan salah satu ujung tombak pelaksanaan operasi udara dalam menegakkan kedaulatan wilayah NKRI.

Selain itu, latihan penembakan “Air To Ground” tersebut merupakan ajang uji ketangkasan kemampuan bagi para penerbang tempur dalam ketepatan menembak atau menghancurkan sasaran sekaligus untuk meningkatkan kemampuan tempur yang handal dan profesional. Terkait hal tersebut maka setiap penerbang akan melaksanakan bombing, dan straffing gun di daerah sasaran yang telah ditentukan.

Sementara itu Komandan Lanud Iswahjudi, Marsma TNI Yuyu Sutisna, S.E., berpesan kepada para penerbang dan ground crew maupun pendukung lainnya selama latihan berlangsung, untuk selalu berhati-hati, mengutamakan safety dalam setiap kegiatan dan senantiasa melakukan pengecekan ulang terhadap pesawat, sehingga latihan dapat berjalan lancar sesuai yang dijadwalkan.




Sumber : TNI AU