Pages

Minggu, Februari 03, 2013

TNI Kirim 700 Prajurit ke Papua

MAKASSAR-(IDB) : Tujuh ratus personel atau lima kompi pasukan dari Komando Daerah Militer (Kodam) VII/Wirabuana dikirim ke perbatasan Papua dengan Papua Nugini, Minggu, 3 Februari 2013. Pasukan tergabung dalam satuan tugas (Satgas) Batalyon Infanteri 726/Tamalatea itu dalam upaya menjalankan tugas pengamanan perbatasan RI dengan Papua Nugini.

Pelepasan pasukan dilakukan di Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) VI Makassar. Upacara pelepasan dipimpin oleh Wakil Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan-Barat, Brigadir Jenderal (Brigjen) Syarul Mamma, disaksikan langsung oleh Pangdam VII/Wirabuana, Mayor Jenderal Muhammad Nizam.

Dalam arahannya, Wakapolda Sulselbar, Brigjen Syahrul Mamma, mengingatkan kepada 700 personel pasukan tersebut untuk menjalankan amanah dengan penuh tanggungjawab. Selain itu, ia juga meminta agar tetap waspada dalam setiap menjalankan tugas. “Ini adalah tugas negara yang harus dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab,” kata Syahrul Mamma.

Sementara itu, Pangdam VII/Wirabuana, Mayjen TNI Muhamad Nizam mengatakan, pengiriman pasukan dimaksudkan untuk mewujudkan keamanan di wilayah perbatasan RI dengan Papua Nugini. Soalnya, intensitas gangguan keamanan di Papua dalam beberapa waktu terakhir cukup tinggi, yang ditandai dengan pengibaran bendera Bintang Kejora di beberapa wilayah.

"Perwujudan keamanan sangat dibutuhkan dengan harapan agar permasalahan yang berpotensi menjadi konflik dapat segera diantisipasi," kata Muhammad Nizam di dermaga Lantamal VI/ Makassar.

Ratusan personel ini akan bertugas di wilayah perbatasan RI-Papua Nugini selama 6 bulan. Saat pasukan diberangkatkan dengan KRI Tanjung Kambani, sejumlah keluarga personel TNI terlihat terharu melepas kepergian suami atau saudara mereka. 





Sumber : Vivanews 

GPS Guided Bomb Untuk KFX

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGyUaSlBLJLcyMKXrZDe6apLVT9F-Vv3m2I1Np0UjyVYmk55CVeuVdqAN-rzkoPgeA9StXjRRw91diVC7JcQTgyy4O71jey0OSkT2Eg9hykTUeC2wyJfYovT2Q1KAXR3JjkcTP1kTOzWo/s1600/1.jpgSEOUL-(IDB) : (Joint Direct Attack Munition) disingkat JADM merupakan jenis bom indigenous. Bom udara dulu merupakan sebuah bom yang dijatuhkan dari udara. Bom yang dijatuhkan dari pesawat terbang dari ketinggian tertentu. Hal ini tergantung pada kecepatan,ketinggian pesawat, lokasi dan berat untuk menjatuhkan bom disuatu tempat.
Pilot pesawat tempur biasanya mempertimbangkan kecepatan, ketinggian, dan mempertimbangkan berat bom yang akan dijatuhkan sesuai sasaran yang ditentukan, dan biasanya dilakukan oleh pilot yang sudah terlatih melakukan pengeboman.

Setelah bom tersebut meledakan sasaran biasanya menyisakan lubang besar pada target sasaran, selain itu pesawat tersebut harus segera pergi dari sasaran target untuk menghindari sebelum pesawat tempur musuh tiba di lokasi target tersebut. Hal ini dimaksudkan agar pesawat tersebut tidak melakukan duel udara.

JDAM sendiri dikembangkan pada tahun 90-an, dimana saat itu Boeing mempunyai ide membuat bom pintar seperti rudal balistik jarak jauh.

Model KFX Versi Canard
Prinsip JDAM sendiri sangat sederhana, yaitu menempatkan alat pemandu laser dan memasang sayap serta remote kontrol kecil pada bom tersebut. Sayap tersebut digunakan agar pilot bisa mengarahkan bom dengan tepat sesuai targer sasaran, selain itu dengan menggunakan sayap, bom tersebut terbang dengan sudut menurun dan memiliki jangkauan yang cukup jauh sampai puluhan kilometer berbeda dengan bom biasa yang jatuh secara vertikal.

Banyak negara yang ingin mengembangkan JDAM seperti buatan AS tapi hal itu bukanlah perkara yang mudah. Tapi menurut Defense Sciense Institute atau disebut juga ADD (Badan Pengembangan Pertahanan) telah mengembangkan bom JDAM dengan menggandeng LIG Nex1 yang telah diberi nama bom KGGB (Korean GPS Guided Bom).

Yang menjadi pertanyaan apakah GPS untuk JDAM menggunakan satelit AS?.

Karena dengan menggunakan GPS dari satelit AS, maka data informasi penggunakan bom tersebut akan mudah diketahui oleh pihak militer dan inteligen AS. Walaupun sebenarnya Korea merupakan sekutu dari Amerika Serikat tapi menggunan GPS dari AS sangat riskan, kecuali pihak AS mengirim dan memberikan informasi GPS tersebut.

Selain itu walaupun bom JDAM KGGB tidak memiliki sayar sebesar Boeing tetapi bentuk KGGB hampir mirip seperti yang dikembangkan oleh rivalnya yaitu JASSM (Joint Air-to-Surface Standoff Missile) buatan Lockheed Martin. Bom JASSM sendiri memiliki fitur stealth (siluman) dan memiliki kemampuan seperti rudal SLAM-ER, karena rudal SLAM-ER sendiri memiliki bentuk sayap yang besar dan efisen dalam bahan bakar serta mampu terbang sejauh 300 kilometer. Bom KGGB sendiri masih menggunakan kit induksi GPS Medium range dan memiliki kemampuan terbang lebih dari 100 km. Bila nanti KGGB memiliki kemampuan JASSM merupakan sebuah bom yang menakjubkan.
Model KFX Versi Konvensional
Bom JASSM memiliki peran penting dalam melakukan pengemboman di wilayah musuh (Korut), hal itu disebabkan karena terlalu banyaknya rudal pertahanan yang dimiliki negara tersebut yang membuat pesawat tempur Korsel jatuh sia-sia. Namun bila AS tidak mengijinkan pengadaan JASSM tersebut, maka ADD dan LIG Nex1 memiliki solusi dalam pengembangan KGGB tersebut.
Bom KGGB JASSM memiliki ukuran yang lebih kecil karena disesuaikan dengan pesawat tempur FA-50 dan F-5, tetapi memiliki kemampuan untuk menghancurkan bunker-bunker Korut yang bersembunyi dibalik gunung, selain itu bom KGGB JASSM merupakan solusi untuk FA-50 dan F-5 karena memiliki tangki bahan bakar yang kecil yang menjadi sasaran empuk bagi artileri pertahanan udara Korut serta mengamankan jalur bagi pesawat KF-16, F-4 Phantom dan F-15K untuk masuk melakukan penyusupkan kedalam jantung pertahanan Korut.

Selain itu ADD dan LIG Nex1 harus mengembangkan KGGB untuk pesawat tempur KFX dalam pengamankan dari ancaman rudal balistik nuklir milik Korut.





Sumber : Donga