Pages

Sabtu, Januari 05, 2013

Mahasiswa Untan Kembangkan Robot Terbang Quadcopter

Pernah menonton film 3 Idiots? Dalam sinema produksi Bollywood yang sukses tersebut, ada adegan  seorang mahasiswa yang mati bunuh diri lantaran gagal membuat sebuah robot terbang yang dikendalikan dengan remote controller. Nah, kini mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura sudah mampu membuat robot terbang tersebut.

PONTIANAK-(IDB) : Sirajuddin (22 tahun) yang menciptakan robot terbang yang dinamakan Quadcopter itu. Ternyata memang film “3 Idiots” lah yang menginspirasinya untuk membuat helikopter mini dengan 4 baling-baling tersebut. “Saya tertarik membuatnya setelah menonton film itu. Sekalian saja saya jadikan penelitian akhir saya (skripsi),” ujarnya, Kamis (3/1).

Quadcopter mahasiswa jurusan Teknik Elektro ini memiliki kemampuan untuk menjelajah di angkasa dan dilengkapi dengan mesin atau motor penggerak untuk mengatur daya jelajah robot tersebut. Menurut dia, kemampuan jelajah quadcopter di angkasa ini dapat diaplikasikan untuk membantu aktivitas manusia, seperti pemantauan lalu lintas, kebakaran hutan, demonstrasi atau aktivitas lainnya.

Sirajuddin menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikan robot terbang selama 6 bulan dengan menghabiskan dana sekitar Rp3 juta. Namun diakui dia benda yang memiliki berat sekira 1 kilogram ini dibuat dalam skala laboratorium sehingga masih memiliki daya jelajah terbatas.

“Ini memang dirancang dengan dana terbatas, sehingga belum sempurna benar. Quadcopter saya hanya mencapai ketinggian maksimal 6 meter dan jangkuan sekitar 60 meter. Namun dengan berbasis pada mikrokontroler ATMEGA16 yang merupakan pengendalinya tentu robot terbang tersebut dapat dikembangkan menjadi robot terbang yang cerdas,” jelas dia.

Robot terbang ini dilengkapi dengan kamera CCTV, memiliki 4 motor DC jenis brushless, sensor gyroscope yang berfungsi untuk menstabilkan posisi robot terhadap sudut gravitasi bumi, propeller, kerangka badan dan remote control yang dapat mengendalikan robot dari jarak jauh karena menggunakan teknologi wireless radio frequency (RF). Sistem catu daya yang digunakan pada robot adalah batery jenis LIPO 11.1 volt.

“Sebagian besar peralatan elektronik pada robot ini saya beli di Jawa, karena memang tidak tersedia di sini,” ucapnya.

Dalam penyelesaikan Quadcopter ini, Sirajuddin dibimbing oleh dua dosen pembimbing, yaitu Elang Derdian MT dan Dr Eng  Ferry Hadary M.Eng. Hasil karyanya tersebut kemudian mendapat apresiasi dari para pengujinya dalam ujian skripsi. Dia lulus dengan nilai A, kemarin. Menurut Ferry Hadary, yang juga Pembantu Dekan III Fakultas Teknik Untan, pihaknya sangat mengapresiasi segala bentuk kreativitas mahasiswa. Dia juga menekankan agar dalam setiap tugas akhir mahasiswa diminta untuk menciptakan solusi dalam setiap permasalahan masyarakat.

“Agar masyarakat merasa terbantu akan peran serta mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Teknik Untan,” imbuhnya.

Dekan Fakultas Teknik Untan, Ir Junaidi MSc, yang ditemui di kampus juga mengucapkan selamat kepada Sirajuddin atas hasil kerja kerasnya sehingga dapat membanggakan civitas akademika Fakultas Teknik Untan. Dia berharap agar mahasiswa selalu termotivasi berkarya sehingga dapat memacu prestasi-prestasi lainnya.

Selain itu dia juga menambahkan bahwa prestasi mahasiswa Fakultas Teknik Untan semakin hari semakin menggembirakan, terbukti dari hasil-hasil prestasi, baik regional, nasional bahkan internasional.

“Semua hasil karya civitas akademika Fakultas Teknik akan dipamerkan pada ulang tahun emas Fakultas Teknik Untan yang ke-50 tahun yang akan jatuh pada 20 Mei 2013. Ini dimaksudkan agar masyarakat tahu akan peran serta baik dari mahasiswa, karyawan juga para dosen di Fakultas Teknik Untan,” pungkasnya.
Sumber : JPNN

UAV Guna Dukung Kontrol Udara NKRI

JAKARTA-(IDB) : Lapan merupakan lembaga non-kementerian yang fokus ke dunia kedirgantaraan. Lembaga tersebut kini tengah menciptakan roket, pesawat tanpa awak, dan satelit untuk keperluan pengawasan (surveillance). Langkah itu sudah dimulai melalui wahana terbang kecepatan rendah dengan menciptakan pesawat tanpa awak (unmanned aerial vehicle -UAV).

“Radar penting untuk Angkatan Udara dan Laut.Kami bikin yang (mampu monitor) 8 jam tanpa awak untuk mendeteksi laut,” ujar Ketua LAPAN Bambang Setiawan Tejasukmana.

Semua teknologi peralatan terbang itu sudah tercapai sejak pertengahan 2011 hingga 2012, sehingga tak berlebihan jika tahun 2012 ini adalah tahun kebangkitan teknologi kedirgantaraan.Teknologi apalagi yang sudah berhasil dirampungkan lembaga tersebut, dan apa yang sedang dalam proses pembuatan?

Simak wawancara Isfari Hikmat dari majalah detik dengan Ketua Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Drs. Bambang Setiawan Tejasukmana, Dipl.Ing.

Apa makna 2012 bagi perkembangan teknologi kedirgantaraan nasional, dan apa harapannya di tahun mendatang?

Tahun 2012 merupakan tahun kebangkitan teknologi penerbangan. Sejak pertengahan 2011 hingga sekarang beberapa produk sudah ada roadmap-nya.

Tahun 2013 itu 50 tahunnya Lapan, keantariksaan di Indonesia. Kita siap melaksanakan satelit, UAV, dan roket. Roket RX 550 diluncurkan di Morotai, Lapan A2 diluncurkan di India. Kita tunggu India, dia bilang bulan Juni 2013, sampai sekarang belum ada perubahan dari mereka. India ini programnya agak susah, kita berharap mereka tidak berubah agar bisa segera.

Satelit ini untuk memotret Indonesia setiap hari. Nanti kita bisa melihat perubahan lahan kita seperti apa, misalnya ada pengurangan lahan pertanian, macam-macam. Kalau mencatat jalan darat, lama sekali, karena Indonesia luas sekali. Lapan Surveillance Aircraft atau pesawat tanpa awak untuk pengawasan (surveillance), roket untuk banyak hal. Sebelum untuk luncurkan satelit, kita gunakan dulu untuk mengukur atmosfer.

Teknologi radar kita masih bergantung sama negara luar, tapi kita mesti siapkan. Radar penting untuk Angkatan Udara dan Laut. Kami bikin yang (mampu monitor) 8 jam tanpa awak untuk mendeteksi laut.

Indonesia sudah mampu membuat drone, pesawat intai yang canggih itu. Apa sebenarnya manfaat pengembangan teknologi pesawat itu untuk kita?

Misalnya kalau ada banjir di Bintaro, luasnya daerah yang kena banjir ini bagaimana? Nah ini bisa menggunakan drone. Sedang disiapkan desainnya. Misalnya ada longsor di Jawa Barat, daerah longsornya seperti apa itu bisa menggunakan drone. Kalau Amerika untuk mencari Taliban, kita tidak begitu. Punya kita belum sampai, cuma untuk memotret saja. Terakhir kita sedang uji cobakan, jelajahnya bisa membawa muatan 10 kilogram, LSU03 saat ini paling canggih. Itu bikinan kita sendiri, kecuali mesinnya. Untuk mesin kita belum punya pabriknya, jadi beli mesin yang sudah ada. Efektif untuk surveillance.

Awal tahun 2012 kita sudah gunakan di Merapi untuk ambil gambar. Dia pakai kamera dan GPS, setiap dia memotret, kita bisa tahu posisinya. Dia hanya mampu menjelajah 3 kilometer, kameranya kecil. Terus dia diterbangkannya sangat mudah, tidak perlu airport.

Bedanya dia memotret berdasarkan program. Program itu daerah mana koordinat berapa dia ambil gambar dalam jarak satu kilometer. Terus dia balik setor gambar. Lalu gambar itu digabungkan, jadi kita dapatkan gambar yang luas. 

Bisa dijelaskan program LAPAN untuk prototipe pesawat N219?



Untuk (prototipe pesawat) N219 kita sudah disediakan dananya. Harapannya 2013 sudah muncul desainnya agar di Papua Barat yang tinggi-tinggi itu bisa terjangkau, kasihan selama ini. Lapan bikin prototipenya, research and development-nya. Kita bikin uji mesin untuk sertifikasinya, sehingga saat pesawat itu sudah jadi, pesawat itu diuji, digetar-getar guna mendapatkan sertifikasi dari Dirjen Kementerian Udara, Kemenhub.

Setelah dapat sertifikasi, langsung produksi 2014. Anggarannya Rp 302 miliar untuk bikin prototipe dan line produksinya, bikin cetakannya, itu dibiayai APBN.

Prototipe itu pesawat sudah terbang. Struktur PTDI. Target 40% kandungan lokal. Kita tidak bangun fasilitas baru, tapi menggunakan yang sudah ada. N219 itu mirip twin otter, karena twin otter sudah berusia 20-30 tahun, sudah setop produksi dari dulu. Inilah pesawat barunya, teknologinya juga baru. Twin otter kan teknologi 20 tahun lalu.

Apakah sudah ada pasarnya, karena itu juga menjadi bagian yang sangat penting?

Captive market kita belum punya, kita mesti bersaing bebas. Kalau sudah jadi, baru koordinasi. Komitmen awal, prototipe dari pemerintah, PTDI kan tidak ada investasi anggaran. Pesawat sejenis juga sedang diproduksi negara lain, Kanada, masuknya 2015. Jadi kalau 2014 akhir kita bisa masuk, kita bisa langsung merebut pasar dalam negeri.

Kalau kita terlambat setahun-dua tahun, mereka pasti akan masuk. Syaratnya barangnya jadi dulu, baru maskapai penerbangan swasta. Yang buat kami semangat, mereka pasti serbu itu 2015. Makanya 2014 akhir kita harus masuk duluan.

Bagaimana dengan keseriusan pemerintah mengembangkan pesawat nasional ini?

Kita optimistis Kemenhub akan membantu. N250 akan dimodifikasi mulai pada 2017 nanti kemungkinan pemerintah akan mengembangkan kembali, karena market-nya sudah ada. Dibandingkan twin otter, N219 mampu mengangkat lebih berat dengan teknologi sayap terbaru. Teknologi avionic-nya juga jauh lebih baru. Jarak tempuhnya seribuan kilo, dia mampu mendarat di landasan pendek. Tanpa diisi bahan bakar dia langsung balik lagi.

Biasanya pesawat harus isi bahan bakar dulu, ini dia tanpa refueling. Setelah itu direncanakan N245, lebih murah lagi biaya bikin prototipenya karena modifikasi dari CN235. Modifikasi pesawat militer jadi pesawat penumpang, menambah seat. Lapan yang membikinnya, yang menguji BPPT, terus Menristek yang mengoordinasi ke semuanya.
Anggarannya kecil saja, tidak banyak juga untuk N219. Sekarang baru tahapan desain prototipe, belum sampai produksi. Tapi lumayanlah. N219 itu kecil, kapasitasnya cuma 9.
Jadi khusus untuk melayani daerah-daerah yang tinggi, medan yang berat. Untuk daerah yang susah dijangkau, kayak Papua. Untuk barang bisa juga, tapi tidak terlalu banyak, supaya harga murah. Biasanya manusia dulu tapi sambil barang. Jadi yang utama manusia. Mudah-mudahan Harteknas tahun depan, bisa saya angkat.
Kemudian roket, satelit. Apalagi UU Kedirgantaraan sedang digarap, tambah mantap kita. Satelit itu untuk motret Indonesia setiap jam. Penting itu. Roket itu untuk menaruh satelitnya. Bisa untuk menembak musuh juga, kalau ditaruh peluru kalau mau. Satunya lagi, pesawat tanpa awak. Rencana tahun depan.

Bagaimana nasib RUU Kedirgantaraan? Seberapa urgensinya?

Kemarin saya sudah menyerahkan ke DPR. DPR sekarang sudah membahas, termasuk dia belajar ke Brasil dan Amerika untuk memperdalam tentang kedirgantaraan. Selama ini kita punya ruang udara, masa orang pakai seenaknya. Misalnya ada kerusakan, atau negara orang ada nuklirnya kita kena, mau nggak begitu? Kalau kita mengatur, aman kita.

Termasuk kalau dia menerbangkan sesuatu, jatuh, gimana ganti rugi atau macam-macamnya kalau tidak diatur? Makanya kita perlu mengatur ruang yang kita miliki, jangan seenaknya, rugi kita kalau tidak bikin itu.

Menimbang Penawaran Italia Belanda

JAKARTA-(IDB) : Kementerian Pertahanan sudah memesan kapal perang perusak kawal rudal (PKR)-tanpa peluncur rudal-dari galangan Damen Schelde, Belanda, pada 2012 seharga 220 juta dollar AS. Koalisi Masyarakat Sipil untuk Transparansi Pembelian Persenjataan mengkritik adanya penawaran serupa dari galangan Orisonte Sistemi Navali, Italia, yang lebih menguntungkan, tetapi tidak direspon Kemhan.

Poengky Indarti mewakili Koalisi Masyarakat Sipil dalam percakapan akhir Desember 2012 menjelaskan, galangan kapal Italia tersebut memberikan harga jual sama dengan Damen Schelde, tetapi kapal sudah lengkapi dengan peluncur rudal, peluncur torpedo, dan radar militer.

"Bahkan, pihak Italia bersedia membangun 100 persen di galangan kapal PT PAL Surabaya. Entah mengapa dari tiga penawaran, termasuk Rusia, justru tawaran Belanda disetujui, bahkan, pada tahun 2013 akan diadakan kontrak pembelian kedua," kata Poengky.

Poengky menambahkan, kapal yang dibeli dari Belanda membutuhkan tambahan biaya 75 juta dollar AS untuk melengkapi peluncur rudal dan torpedo. Pembelian dari Belanda tersebut diibaratkan membeli tank tanpa meriam. Tawaran pihak Italia, menjanjikan PT PAL mendapatkan 15 persen pengerjaan dari nilai kontrak.

Sepintas lalu, tawaran Belanda menawarkan 25 persen pengerjaan nilai kontrak lebih menguntungkan Indonesia. Namun, lanjut Poengky, dalam kenyataannya PT PAL, sesudah kontrak ditandatangani, hanya tiga persen nilai kontrak. Kondisi itu membuat PT PAL merugi. Apalagi, PT PAL harus menutup layanan usaha dry dock selama delapan bulan demi proyek PKR Belanda tersebut. Mereka juga tidak mendapatkan bayaran atas penggunaan dry dock tersebut.

Menanggapi kritik tersebut, Sekretaris Jendral Kemhan Marsekal Madya Eris Heryanto, seusai pertemuan General Border Commitee RI-Malaysia di Jakarta, menyanggah adanya kejanggalan dalam pembelian kapal PKR dari Belanda. “Kita mengirim 250 tenaga kerja PT PAL ke Belanda. Itu termasuk dalam nilai kontrak. Tidak benar PT PAL hanya mendapat pengerjaan senilai tiga persen. Para teknisi Indonesia turut bekerja di Belanda dan mendapatkan transfer teknologi,” ujar Eris.

Dia menegaskan pemilihan Damen Schelde sudah sesuai prosedur lelang. Dari tawaran Rusia, Italia, dan Belanda, pihak Damen Schelde lebih unggul sehingga dipilih. Kemhan memang akan mengeluarkan biaya untuk melengkapi rudal dan torpedo jika kapal sudah selesai. Itu dinilai Sekjen Kemhan sebagai hal yang wajar dan sesuai prosedur.

Anggota Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin, mengingatkan, pembelian PKR dari Belanda tersebut sejak semula sudah dicermati DPR dan ada keganjilan. “Kami, sesudah masa reses, akan memanggil Kemhan pada Januari 2013. Belanda memang lebih unggul dibandingkan pesaing lain karena paham cara patgulipat di Indonesia,” kata Hasanuddin.

Dia menengaraj kontrak pembelian kapal PKR kedua dan ketiga dengan cara yang sama diduga akan merugikan Indonesia dan hanya menguntungkan segelitir orang. Bahkan, pihaknya mendengar dari PT PAL dan AL pun ada keberatan terhadap pembelian PKR dari Belanda tersebut.