Pages

Jumat, Januari 04, 2013

175 Prajurit TNI Berangkat Ke Kongo

JAKARTA-(IDB) : Sebanyak 175 prajurit TNI yang tergabung dalam Satgas Kompi Zeni (Satgas Kizi) TNI Kontingen Garuda (Konga) XX-J/MONUSCO (Mission de I’Organisation de Republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo) siap memperkuat misi Perdamaian Bangsa-Bangsa (PBB) di wilayah Kongo, Afrika. Upacara pelepasan prajurit TNI dipimpin oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (4/1).

Panglima TNI mengatakan tugas yang diemban para prajurit sangat sarat dengan misi-misi kebangsaan, baik aspek politik, diplomasi maupun budaya yang bersentuhan langsung dengan komunitas internasional. Para prajurit TNI akan mengemban tugas untuk menjaga kehormatan bangsa dan negara.

Untuk itu, para prajurit diminta harus dapat melaksanakan tugas dengan penuh semangat, dedikasi dan loyalitas, serta tetap memperhatikan faktor keamanan dan kewaspadaan terhadap setiap perkembangan situasi di wilayah penugasan.

“Besarnya komitmen Indonesia pada misi perdamaian dunia, sebagai bagian dari politik luar negeri, ditetapkan oleh Presiden melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 85 Tahun 2011,” kata Panglima TNI melalui siaran pers Kadispenum Puspen TNI, Kolonel Cpl Ir. Minulyo Suprapto, M.Sc., M.Si, M.A.

Perpres tersebut mengamanatkan tim koordinasi misi pemeliharaan perdamaian dunia untuk melakukan perencanaan, penyiapan kajian komprehensif, merumuskan posisi dan strategi, serta mengevaluasi partisipasi Indonesia pada misi-misi pemeliharaan perdamaian dunia.

Lebih lanjut dikatakan, bahwa secara langsung TNI dituntut untuk senantiasa menyiapkan diri dan meningkatkan kualitas sumber daya yang melingkupi aspek manajerial maupun operasional.

Selain itu meningkatkan profesionalitas prajurit di bidang keterampilan dan sikap keprajuritan maupun kapasitas serta kapabilitas satuan dalam menyiapkan satuan tugas TNI, untuk didedikasikan dalam rangka mendukung peran internasional Indonesia. peran internasional Indonesia tersebut berupa peran kolaborasi hard power dan soft power pada misi perdamaian dunia.

Satgas Kizi TNI Konga XX-J/MONUSCO terdiri dari 151 orang TNI Angkatan Darat, 19 orang TNI Angkatan Laut, dan 5 orang TNI Angkatan Udara. Satgas ini dipimpin oleh Letkol Czi Irfan Siddiq selaku Komandan Satgas (Dansatgas) merupakan abituren Akademi Militer tahun 1995. Dalam kesehariannya, Letkol Czi Irfan Siddiq menjabat sebagai Komandan Batalyon Zipur 9/1 Kostrad. Satgas Kizi TNI Konga XX-J/MONUSCO bertugas menggantikan Satgas Kizi TNI Konga XX-I/MONUSCO.




Sumebr : Jurnas

DPR Minta Progres Proyek Kapal Selam Dan KF-IF/X

JAKARTA-(IDB) : Komisi I DPR menyetujui rencana pemerintah untuk membeli tiga unit kapal selam dari Korea Selatan. Syaratnya, pembelian itu disertai  alih teknologi. Syarat ini diajukan DPR agar suatu saat Indonesia mampu membuat kapal selam sendiri.

Teknis alih teknologi itu, satu dari tiga kapal selam yang akan dibeli harus dikerjakan di dalam negeri. PT PAL di Surabaya, Jawa Timur, akan dipilih untuk menggarap kapal selam itu.

Anggota Komisi I DPR Helmy Fauzi mengatakan, seusai masa reses ini pihaknya berencana menggelar rapat kerja dengan pemerintah untuk mengetahui perkembangan realisasi pembelian kapal. Komisi I berharap ketiga kapal yang dipesan cepat kelar dan pada 2014 sudah siap digunakan untuk memperkuat pertahanan TNI Angkatan Laut.

"Ini sebenarnya program tahun jamak 2010-2014. Saya lupa berapa anggaran totalnya bagi tiga kapal selam itu. Tapi, yang penting sejauh mana kontrak dan pengerjaannya berjalan," kata Helmy Fauzi kepada JurnalParlemen, Kamis (3/1).

Selain membeli kapal, Helmy mengungkapkan, Indonesia sedang merajut kerja sama dengan Korea Selatan untuk memproduksi pesawat tempur KFX. Pesawat tempur varian baru dari generasi F-16 asal Amerika Serikat ini akan dibikin bersama oleh insinyur Indonesia dan Korsel. 

"Kita harapkan produksi KFX segera diwujudkan guna memenuhi modernisasi pesawat tempur TNI AU," kata Helmy. 

Pekan lalu, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin mengatakan, Indonesia mampu membikin kapal selam setelah teknisi PT PAL belajar dari Korsel. Kini PT PAL sedang bersiap memproduksi alutsista kelautan seperti kapal selam, kapal tunda, dan kapal rudal cepat.





Sumber : Jurnamen

Segera.....T-50 Golden Eagle perkuat TNI AU

JAKARTA-(IDB) : TNI Angkatan Udara akan segera diperkuat satu skuadron atau 16 pesawat T50 Golden Eagle dari Korea Selatan.

pengadaan pesawat tersebut merupakan salah satu program pengembangan kekuatan TNI Angkatan Udara hingga 2024 berdasar kekuatan dasar minimum.

Pesawat latih T50 Golden Eagle rencananya menggantikan Hawk 53 MK buatan Inggris yang segera dipensiunkan,T50 adalah pesawat produksi perusahaan Korea Aerospace Industries (KAI) dimana dalam proses pembuatan pesawat T50 dibantu Untuk pembiayaanya 13 persen dibiayai oleh  perusahaan dari Amerika yaitu Lockheed Martin , 17 persen oleh Korea Aerospace Industries ( KAI ) dan sisanya, 70 persen ditanggung oleh pemerintah Korea Selatan.

T50 merupakan Pesawat tempur ringan dimana calon pilot pesawat tempur sukhoi harus melewati tes dengan T50,Karena kalau latihan pakai Sukhoi "cost operasional" nya cukup besar. Selain untuk latihan, pesawat ini bisa digunakan untuk operasi penyerangan ringan.

T50 Aerobatik TNI AU selain untuk Tim Aerobatik,digunakan juga untuk pesawat penyerang, dimana terdapat tulisan TT(Tempur Taktis) pada bagian Kode Pesawat dimana kode TT pada versi TNI AU untuk Pesawat Tempur yg role utamanya untuk Air to Ground

T50 bisa dipasang rudal "air to air" AIM-9 Sidewinder ( rudal udara ke udara ), rudal "air to ground" AGM-65 Maverick ( rudal udara ke darat ) serta mampu membawa beberapa Bomb seperti CBU-58 cluster, Mk 82, Mk 83/MK, dan Mk 20

 
Khusus untuk Tim Aerobatik, TNI AU memesan camo atau design warna biru kuning,camo ini mirip yang dipakai oleh tim aerobatic Elang Biru.dimana Tim Elang Biru ini menjadi kebanggaan TNI Angkatan Udara karena tim ini dapat disejajarkan dengan beberapa tim aerobatik kelas dunia seperti tim Red arrow (Inggris), Roulette (Australia), Golden Dreams (Inggris).
 
 
 
Desain pesawat yang dibuat khusus untuk T50 Golden Eagle ini sangat mirip dengan Elang Biru,apakah dengan pesawat T50 ini akan jadi penerus dari Elang Biru.Kita tunggu saja....!!!

 



Sumber : Kaskus

Extended Endurance Could Get C295AEW Back On The Indonesian Radar

AIRBUS-(IDB) : Airbus Military has begun flight-testing a modification to add winglets to the C295 medium transport and surveillance aircraft – one of a series of product developments underway on the market-leading type.

By increasing the lift-drag ratio the winglets are expected to improve performance in the takeoff, climb and cruise phases of the flight. For the C295 these extensions would contribute to hot and high runway performance, increased range and endurance, and reduced fuel consumption – driving lower operating costs.

The first flight of the wingletted Airborne Early Warning (AEW) configured aircraft took place in Spain on 21 December. Data from the flight test program will help evaluate the potential benefit and feasibility to incorporate winglets into the C295 design.


Extending the mission endurance of this aircraft is considered a critical requirement for Airbus Military, in order to meet the Indonesian Air Force requirement for Airborne Early Warning aircraft. Indonesia is already shopping for such aircraft, and, according to Air Force Chief of Staff ACM Imam Sufaat, larger platforms would be required for the country’s AEW mission, particularly in terms of endurance. It is expected that the improvements gained by those winglets would be sufficient to get the C295 into the game. The Indonesian market is considered a strategic market for the aircraft. In early 2012 Indonesia placed an order for nine C295 aircraft, the first delivered by the end of last year. Airbus Military is also helping its local partner PT Dirgantara Indonesia (PT DI) to modernize its manufacturing facilities to enable local assembly of these planes.

Few months earlier Airbus Military and missile developer MBDA performed flight demonstration of an armed C295 maritime patrol aircraft, carrying an instrumented Marte MK2/S anti-ship inert missile installed under the left wing. The flight was the first of a series of trials planned in a joint Airbus Military – MBDA collaboration to validate the aerodynamic integration of Marte on the C295. Subsequent flights will include handling qualities tests and aircraft flight performance tests. The C295 will be the first fixed-wing aircraft configuration for the missile. Marte Mk2/S is already integrated on the AW-101 and the NFH-90 naval helicopters.

The MBDA Marte MK2/S missile is a fire-and-forget, all-weather, medium-range sea-skimming anti-ship weapon system, equipped with inertial mid-course guidance and radar homing terminal guidance, and capable of destroying small vessels and heavily damaging major vessels. The missile has a weight of 310 Kg and is 3.85 m long. In the anti-submarine warfare (ASW) role, the C295 is already in-service carrying the MK46 torpedo.




Source : DefenseUpdater


Korsel Dan Indonesia Diragukan Bisa Membuat Pesawat Tempur

PELITA-(IDB) : Banyak pihak meragukan kemampuan Korsel dan Indonesia dalam membuat pesawat tempur siluman. Hal ini dikarenakan teknologi inti masih belum dikuasai, seperti: avionik, mesin, data fusion dan material komposit.

Angkatan Udara Korea Selatan mulai tergoda untuk memiliki T50 PAK FA buatan Sukhoi Rusia karena dirasa lebih tidak beresiko dan pesawat prototype-nya pun telah terbang. Jika AU Korsel memilih T50 PAK FA, bisa jadi Indonesia akan dirugikan karena terlanjur mengeluarkan dana dalam proses pengembangannya.

Jika melihat negara-negara yang mengembangkan pesawat jet tempur, track recordnya memang tidak menggembirakan. China saja yang mengembangkan pesawat tempur selama puluhan tahun, tetap saja mengandalkan pesawat dari Rusia. Begitu pula dengan India, Pakistan, Mesir dan bahkan Israel.

Perancis saja yang sudah malang melintang dalam pembuatan pesawat, tetap saja kesulitan menjual jet tempur Rafale. Hingga saat ini hanya Perancis yang menggunakan Raffale, setelah India akhirnya beralih membeli Typhoon Eurofighter.

Israel pun demikian. Pembuatan jet tempur Kfir tidak sukses. Israel tetap menggunakan F-16 dan F-15 sebagai tulang punggung Angkatan Udara.

Hikmah Dibalik Kegagalan Israel Membuat Jet Tempur Kfir

Meski Israel gagal membuat jet tempur Kfir yang tangguh, namun efek positifnya banyak didapat. Kegagalan Israel dalam jet tempur Kfir, tidak membuat teknologi dirgantara mereka ikut mati. Israel berhasil menciptakan perlengkapan sensor, elektronik dan sistem senjata bagi pesawat tempur AS yang mereka beli. 

Bahkan Israel terus berkembang dengan menciptakan: military air system, ground defense system, naval system dan lain sebagainya. Bahkan Israel sangat berkembang dengan teknologi UAV serta AEW&C. Amerika Serikat tidak ketinggalan menggunakan produk UAV dan AEW&C Israel. Begitu pula Rusia yang mulai menggunakan UAV Israel.

Track record negara baru yang mengembangkan jet tempur memang tidak bagus. Namun pembuatan jet tempur KFX/IFX akan memberi banyak efek positif bagi Indonesia dan bahkan bisa memberi efek tidak terduga (invention).

Untuk itulah PT DI telah membuat unit kerja bayangan program KFX/IFX di Bandung. Unit bayangan ini menyalin semua aktifitas KFX-IFX yang dikerjakan para ahli KAI dan PT DI di Korsel. Hal ini untuk pelajaran bagi insinyur Indonesia lainnya maupun antisipasi jika proyek KFX di Korsel terhenti.

Dengan pembuatan KFX/IFX, Indonesia akan belajar membuat sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan IFX yang dibangun. Tentu insinyur-insinyur Indonesia akan mempelajari sistem terbaik untuk diinstal di pesawat tempur tersebut.

Kesempatan inilah yang sangat mahal, para ahli penerbangan dan militer Indonesia, memiliki kesempatan melakukan “praktek lapangan” dengan medium IFX

 


Sumber : PelitaOnline

Analisis : Mencermati Dinamika Kawasan

ANALISIS-(IDB) : Presiden SBY memberikan orasi lugas di hadapan civitas akademika dan Rektor Universitas Utara Malaysia yang sekaligus juga Raja Malaysia di Kuala Lumpur ketika menerima gelar Doktor HC tanggal 19 Desember 2012.  Beliau mengatakan tidak ada jaminan tidak ada perang di kawasan ASEAN di masa mendatang.  Ini merupakan statemen yang memiliki nilai diplomasi tinggi.  Pernyataan ini sekaligus kuat pesannya untuk mengantisipasi prakiraan cuaca kawasan yang bisa saja memburuk akibat konflik perbatasan darat dan laut di kawasan ini.

Bargaining untuk mengedepankan peran diplomasi high profile yang sewaktu-waktu diperlukan ukurannya adalah memiliki kekuatan militer yang disegani setidaknya untuk ukuran kawasan Asia Tenggara.  Jalan ke arah itu sedang dijalani.  Sampai tahun 2014 dengan kedatangan gelombang alutsista untuk mengisi persenjataan kesatrian TNI, meski sejatinya baru dalam tahap memulihkan kekurangan gizi alutsista setelah sekian lama berpuasa dan hanya menikmati sajian alutsista tua yang jumlahnya terbatas.

Titik tumpu menuju kekuatan gahar itu ada di ruang lima tahun berikutnya setelah tahun 2014.  Di ruang waktu itu jika kita konsisten dengan rencana strategis untuk memperkuat militer, disitulah kita mulai berhitung dengan menghadirkan kekuatan alutsista untuk menambah daya gempur yang lebih bergetar.  Di ruang waktu itu sudah pasti akan ada penambahan minimal 3 kapal selam baru hasil dari kesepakatan dagang dan magang tahun 2012 antara Korsel dan RI.  Dengan asumsi kapal selam ketiga selesai tahun 2017 diharapkan PT PAL dengan supervisi Korsel mampu membuat 2 kapal selam lagi sehingga tahun 2019 ada 5 kapal selam baru.
Jet Tempur Golden Eagle, segera datang tahun ini
Pertanyaannya untuk apa sih kita memperkuat alutsista militer kita.  Jawabnya adalah untuk mencermati situasi kawasan yang dinamis dengan berbagai konflik teritorial.   Perkuatan militer RI menuju kekuatan nomor satu ASEAN atau setidaknya setara dengan negara ASEAN yang lain misalnya Singapura dan Thailand adalah dalam upaya menggagahkan diri untuk tampil percaya diri dalam setiap urusan diplomasi dengan sedikit menggeretakkan geraham.  Cara ini tentu bisa dilakukan jika background kekuatan militer ada di belakangnya.  Bukan bermaksud untuk mengajak berkelahi tetapi bukankah setiap urusan sengketa tapal batas bisa diselesaikan dengan dialog kesetaraan.

Persinggungan teritorial dengan Malaysia misalnya, mestinya bisa diselesaikan dengan cara diskusi dan perundingan walaupun serialnya bisa mencapai 1000 kali diskusi. Tak mengapa asal suasananya dengan sikap bertetangga yang baik.  Blunder Angkatan Laut Malaysia di Ambalat adalah melakukan show of force, lalu menangkap pekerja Mercu Suar Karang Unarang sambil memukulinya. Ini yang memicu kemarahan militer Indonesia termasuk Presiden SBY yang langsung datang ke wilayah itu dengan kawalan kapal perang.  Kehadiran seorang Kepala Negara ke kawasan sengketa membawa pesan diplomatik yang kuat, jangan bermain api dengan kami. 

Mengapa Malaysia melakukan itu, karena dia merasa sudah lebih kuat militernya dari Indonesia.  Inilah poin penting yang kemudian menjadi pemicu bangunnya macan tidur bersama kemarahan rakyat Indonesia.  Pelajaran dari mata kuliah Ambalat adalah ternyata dia bukanlah tetangga yang baik, dia bukanlah jiran yang ramah, menggunting dalam lipatan.  Padahal selama tiga puluh tahun lebih cara gaul yang diperlihatkan RI selalu mengedepankan ruang harmoni dan tutur sapa diplomatik yang santun dan hangat.  Kasus terakhir adalah tulisan seorang mantan menteri Malaysia yang menghina Habibie dan Gus Dur untuk komoditi kampanye UMNO di pilihan raya Malaysia tahun 2013 ini.
BMP-3F batch 2 segera datang tak lama lagi
Dengan Australia, sikap yang ditunjukkan padanya sebaiknya adalah bergaul dengan bahasa santun tetapi tidak dalam rangka mudah mendikte kita atau tidak mudah bersepakat sesuai hasrat dia.  Begitu hasrat itu sudah ganti warna, dia tinggalkan kita.  Contohnya ketika Timor Timur hendak dikuasai ideologi kiri pada era perang dingin dulu, Australia dan AS setuju dengan pengerahan militer RI yang nota bene ongkos militernya ditanggung sendiri oleh RI.  Tetapi setelah perang dingin usai, negeri Kanguru itu balik kanan lalu melakukan manuver “serangan balik” hendak melepaskan Timtim dari NKRI dengan alasan HAM dan keinginan masyarakat setempat.

Untuk masalah Papua sejatinya Australia bermuka dua terhadap kita.  Di satu sisi mereka berikrar bahwa Papua merupakan bagian tak terpisahkan dari RI tetapi di sisi lain juga dengan alasan HAM dan kehendak rakyat Papua, Australia memberikan ruang ambigu dalam cara bergaul dengan RI. Negeri yang dijuluki Samuel P. Huntington sebagai negara asing di kawasan Asia, a torn country, geoculturally torn country, selalu merasa asing di lingkungannya, membuat dia merasa tidak nyaman dengan lingkungannya.  Ketidaknyamanannya itu memberikan rasa gerah pada dirinya lalu dengan gaya kultur Barat yang selalu merasa lebih dominan, pintar dan cerdas.  And then mendikte tetangganya yang nota bene selalu menampilkan cara gaul yang low profile, sebagaimana kultur Asia Timur Tenggara pada umumnya.
Rudal Yakhont yang menggentarkan itu
Keputusan Kemhan dan Mabes TNI untuk memagari Papua dan Indonesia Timur dengan menggelar secara bertahap 15.000 Marinir merupakan “serangan balasan” terhadap arogansi Australia yang secara sepihak bersedia menerima kedatangan 5.000 Marinir AS di Darwin.  Jelas sepihak karena dilakukan tanpa mengajak diskusi terlebih dahulu pada tetangganya.  Menlu Marty sempat melontarkan “kemarahan diplomatik” atas kepongahan Australia yang paranoid itu.

Jawaban dengan cara pandang militer diniscayakan menjadi jalan gentar yang lebih bergema.  Maka rencana menempatkan secara permanen 1 divisi pasukan Marinir di Papua adalah langkah tepat untuk menunjukkan pada tetangga kulit putih itu bahwa kita bisa melakukan strategi militer secara mandiri dan terukur.  Tidak pakai sekutu-sekutuan sebagaimana model keroyokan yang dilakukan oleh AS dan Australia terhadap musuh politik hegemoninya.  Papua adalah bagian tulang dan daging NKRI yang tak terpisahkan. RI berhak melakukan kawalan militer terhadap seluruh wilayah teritorinya termasuk  Papua.  Apakah kita pernah meributkan ketika Aborigin menyampaikan unjuk rasa kekecewaannya pada Pemerintah Australia.  Lha mengapa dia mesti repot-repot menjadi pahlawan kesiangan ngurusin soal Papua.

Mencermati dinamika perkembangan kawasan di sekeliling kita salah satu upaya yang dilakukan adalah memperkuat “infrastruktur” militer.  Oleh sebab itu upaya Pemerintah bersama DPR yang seia sekata untuk membangun alutsista TNI harus terus kita kawal dan kumandangkan.  Perkuatan militer adalah untuk menambah bobot kewibawaan dalam setiap diplomasi disamping memagari teritori dari setiap upaya untuk mengganggu apalagi melecehkannya.  Sudah saatnya kita menampilkan kewibawaan diplomasi dengan kekuatan tawar yang minimal setara.  Bobot kekuatan tawar itu ada pada kekuatan militer.  Sekali lagi bukan untuk mengajak berkelahi melainkan sebagai bagian dari kelengkapan postur diri yang tegap berwibawa tetapi tetap santun dalam bersikap dan bertutur sapa.  Bukankah selama ini kami tidak pernah memulai perkara.  Makanya jika anda ramah kami hormat, anda marah  kami lumat.
 
 
 
 
Sumber : Analisis

Berita Foto : Sukses Iran Test Rudal Qader



TEHRAN-(IDB) : Angkatan Laut Iran sukses menguji coba rudal pertahanan pantai Qader (Sangat Kuat) saat latihan peperangan laut Velayat 91, Selasa (1/1).  
 
Rudal Qader mudah dioperasikan, mampu melumatkan kapal perang hingga jarak 200 km, dikembangkan oleh teknisi dan ahli pertahanan Iran.
Rudal pertama kali dipamerkan ke publik pada parade militer September 2011.


Kementerian Pertahanan Iran telah mengirimkan rudal Qader ke Angkatan Bersenjata dan Korps Pengawal Revolusi Iran untuk meningkatkan kekuatan pertahanan maritim.





Sumber : Irib

“The Most Impresive Ship” Untuk KRI Frans Kaisiepo–368

SURABAYA-(IDB) : Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Frans Kaiseipo – 368 dengan  Komandan Letkol Laut (P) Yayan Sofyan, S.T. mendapat predikat “The Most Impresive Ship” dalam Multilateral Exercise Kakadu 2012 yang diikuti oleh 18 Kapal Perang dari berbagai Negara Asia Pasifik. Predikat tersebut berhasil diraih karena seluruh serial latihan dapat dilaksanakan dengan menakjubkan. Hal ini disampaikan melalui surat resmi dari Fleet Commander Royal Australian Navy (RAN) kepada Mabesal dan menjadi juara 1 dalam “Event Sport Day Kakadu”

Latihan  Kakadu merupakan latihan bersama dua tahunan. Latihan ini dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan hubungan kerja sama antarnegara di Asia Pasifik, sehingga diharapkan dapat mewujudkan stabilitas keamanan di kawasan Asia Pasifik.

Sedangkan dalam Event Latihan Bersama (Latma) Sea Eagle, KRI Frans Kaiseipo – 368 menjadi juara umum dan berhak membawa piala bergilir Eagle Cup. Latma Sea Eagle 2012 merupakan latihan Bilateral antara TNI Angkatan Laut dengan Republic Singapore of Navy (RAN) yang digelar setiap dua tahun sekali.

Penyerahan Piala Kakadu dan Eagle Cup diserahkan oleh komandan KRI FKO kepada Pangarmatim pada saat apel khusus di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya (Kamis, 030113).





Sumber : Koarmatim

DPR Minta Penjelasan kelanjutan Produksi Alutsista Di PAL

JAKARTA-(IDB) : Komisi Pertahanan DPR akan menanyakan kelanjutan program-program pengadaan alat utama sistem persenjataan dari PT PAL Indonesia pada masa sidang pertama tahun ini.

“Kami dengar ada 10 item pekerjaan PT PAL yang tidak mampu diselesaikan,” ujar Wakil Ketua Komisi Pertahanan DPR Tubagus Hasanudin, Kamis, 3 Januari 2013.

Menurut dia, DPR akan kembali menanyakan perkembangan program itu kepada Kementerian Pertahanan dan juga TNI sebagai pengguna. “Berdasarkan pengalaman kami dalam beberapa kejadian, pekerjaan sudah selesai, tapi spesifikasi teknis tiba-tiba dinaikkan semaunya,” ujar Hasanudin.

Dia menjamin DPR akan menanyakan perkembangan seluruh program pengadaan alutsista. “Semuanya akan kami tanyakan,” kata dia. Hasanudin menegaskan, DPR tak ikut campur soal tender persenjataan dan perlengkapan militer. “Pokoknya kami cuma minta penjelasan, barang apa yang akan dibeli dan digunakan beserta harganya.”

Sayangnya, Hasanudin enggan memerinci program apa saja yang mangkrak dari PT PAL. Dia hanya menyebutkan bahwa informasi itu diperoleh dari Kementerian Pertahanan. “Apa betul PT PAL tak mampu menyelesaikan pekerjaannya?” ujar politikus PDI Perjuangan ini.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoedin menilai, dua jenis kapal militer pesanan Kementerian Pertahanan yang tengah digarap PT PAL, yakni jenis tugboat dan kapal cepat rudal, bakal molor dari target semula. Kementerian Pertahanan memesan dua unit tugboat serta tiga unit kapal cepat rudal ke PT PAL sejak dua tahun lalu, dengan biaya sekitar Rp 500 miliar.

PAL : Alutsista Pesanan Kemhan Sesuai Schedule

Markas Besar TNI Angkatan Laut menegaskan akan menunggu dua buah tugboat dari PT. Penataran Angkatan Laut (PAL) tahun ini. “Berdasarkan kontrak, seharusnya tugboat dikirimkan pada 2013,” ujar Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati saat dihubungi oleh Tempo, Kamis 3 Januari 2013.

Menurut Untung, ada dua unit tugboat yang sedang dibuat oleh PT. PAL. Selain tugboat dari PT. PAL, TNI AL akan menerima dua unit kapal Patroli Cepat (PC) 40 dari galangan Palindo Marine (Batam), dan dua buah kapal tanker dari galangan Anugrah Buana Marine (Banten) dan Dok Kodja Bahari (Jakarta).

Sebelumnya, PT. PAL berjanji akan menyelesaikan program pengadaan alutsista yang sudah dipercayakan pada mereka tahun ini. Setidaknya, ada dua program militer yang akan diselesaikan pada tahun ini, yaitu Kapal Cepat Rudal (KCR) dan tugboat. “Itu akan selesai akhir tahun 2013,” ujar Direktur Utama PT. PAL Firmansyah Arifin.

Dia menolak jika disebutkan ada 10 item program pengadaan alutsista milik Kementerian Pertahanan dan TNI yang tidak bisa selesai. “Enggak ada, semua proyek masih berjalan sesuai rencana,” kata dia.




Sumber : Tempo